Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


SISTEM PANCAINDERA

1. Tujuan
Mengenal dan memahami anatomi fisiologi organ penginderaan

2. Dasar Teori
Dalam menjaga homeostatis fungsi tubuh dan keseimbangan, manusia diberi
kemampuan mengenali perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indera
kepada setiap makhluk hidup. Panca indera adalah organ akhir yang dikhususkan untuk
menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melanyaninya merupakan alat
perantara yang membawa kesan rasa dari organ indera menuju otak, dimana perasaan
itu ditafsirkan.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang
terjadi didalam maupun diluar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup memiliki
sel-sel reseptor khusus. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua
interoresptor dan eksoreseptor
Interoreseptor, yang berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang
terjadi didalam tubuh. Sel-sel inyeroreseptor terdapat pada sel otot, sendi, tendon,
ligamentum, dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain
sebagainya. Perubahan yang dapat dikenali oelh resptor ini adalah terjadinya rasa nyeri
didalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan darah menaik atau
menurun.
Eksoreseptor, kebalikan dari interoreseptor. Reseptor ini berfungsi untuk
mengenali perubahan-perubahan ingkungan yang terjadi diluar tubuh. Yang termasuk
kedalam eksoreseptor adalah alat indera pada manusia. Berikut adalah alat indera pada
manusia.

1 PENGLIHATAN
Mata merupakan organ indera rumit. Mata disusun dari bercak sensitive dan
cahaya prmitip pada permukaan invertebrata. Mata memiliki beberapa bagian, yaitu
a) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, dan merupakan bagian dinding mata paling luar, bagian ini berwarna
putih buram dan bersifat keras karena tersusun oleh jaringan ikat dengan serat
yang kuat. Berfungsi untuk melindungi mata dari kerusakan.
b) Kornea, termasuk bagian dari skrela. Kornea berfungsi untuk melindungi lensa
mata dan meneruskan cahaya yang masuk ke mata. Kornea selalu dibasahi oleh
air mata, tidak memiliki pembuluh darah dan bersifat tembus cahaya.
c) Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10
lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar
menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Retina merupakan
bagian yang memiliki reseptor cahaya yang terdiri dari sel – sel saraf yaitu :
Sel Batang (Basilus) merupakan sel yang peka terhadap cahaya tidak
kuat (lebih dalam keadaan gelap). Sel Kerucut (Konus) merupakan sel yang
peka terhadap intensitas cahaya yang kuat (lebih berperan dalam keadaan
terang).
d) Iris merupakan bagian yang memberi warna pada mata, Pada bagian Iris
terdapat pingmen warna, oleh karena itu iris sering disebut selaput pelangi, iris
terletak pada bagian depan bola mata. Iris dapat mengkerut dan mengembang,
iris berfungsi untuk mengatur pergerakan pupil sesuai dengan intensitas cahaya
yang masuk.
e) Pupil adalah bagian lubang yang terdapat pada bagian tengah iris yang
berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata. Pupil
akan melebar apabila sedikit cahaya yang masuk ke mata (dalam keadaan
semakin gelap) , dan akan mengecil apabila banyak cahaya yang masuk ke mata
(dalam keadaan semakin terang).
f) Lensa merupakan bagian yang bersifat lunak dan transparan yang terdapat di
belakang iris. Lensa berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya
agar bayangan benda jatuh di tempat yang tepat. Lensa memiliki kemampuan
yang disebut daya akomodasi, yaitu kemampuan untuk menebal/menipisnya
atau mencembung/memipihnya lensa sesuai dengan jarak benda yang dilihat.
g) Kelenjar Lakrima merupakan bagian mata yang berfungsi untuk menghasilkan
air mata yang akan membasahi kornea, melindungi mata dari kuman, menjaga
mata dan kelopak mata bagian dalam agar tetap lembut dan sehat.
h) Saraf optik merupakan bagian yang berfungsi untuk memberikan informasi
visual yang diterima dan diteruskan ke otak.
i) Titik Buta, merupakan bagian yang berfungsi untuk meneruskan dan
membelokkan berkas saraf menuju ke otak. Pada titik buta tidak terdapat sel –
sel yang peka terhadap rangsangan cahaya. Oleh karena itu apabila bayangan
benda jatuh pada bagian ini, maka kita tidak dapat melihat. (Pearce. 2008)

3. Alat dan Bahan


Alat
 Model anatomi mata,telinga, hidung, dan lidah
 Pengukur pupil mata (penggaris)
 Penlight/senter
 Pipet tetes
 Kartu snellen
 Garpu tala berfrekuensi 256
 Kapas untuk menyumbat telinga
 Stopwatch
 Penutup mata
 Penutup hidung
Bahan
 Larutan kinin sulfat
 Larutan sukrosa
 Larutan asam asetat
 Larutan natrium klorida
 Kapas
 Kamfer
 Minyak cengkeh
 Minyak permen
 Air matang untuk berkumur

4. Prosedur Kerja
a. Anatomi mata
Buatlah gambar mata dan cantumkan bagan-bagian mata dibawah ini
 Sklera
 Nervus opticus
 Cornea
 Conjungtiva
 Otot-otot extrinsik
 Lensa
 Badan vitreous
 Retina
 Iris
 Aquous humour
 Bintik buta

b. Fisiologi penglihatan
1. Refleks Akomodasi
Ukur pupil mata teman sekelompok dan amati perbedaan ukran pupil mata
yang tidak disinari penlight/senter dan yang disinari penlight/senter. Ukur
pupil mata bila melihat objek pasda jarak 5 m dan 20 cm. Catat hasil
pengamatan didalam tabel.
2. Titik Dekat
Fokuskan mata pada objek yang berjarak 1 m (misalnya pensil), perlahan
gerakkan objek mendekati mata sampai objek terlihat berganda. Gerakkan
kembali menjauh sampai objek tampak kembali seperti objek tunggal. Jarak
ini disebut titik dekat untuk akomodasi.
3. Bintik Buta
Tutup mata kiri, fokuskan mata kanan pada gambar X dengan jarak 60cm.
Dengan mata kanan tetap berfokus pada gambar X, gerakkan gambar ini
mendekati mata. Pada jarak tertentu bintik-bintik hitam akan hilang, tapi
muncul kembali pada jarak yang lebih dekat. Hitung jarak nya dan catat hasil
pengamatan pada tabel.
4. Ketajaman Penglihatan/Visus
Uji ketajaman penglihatan dengan kartu snellen yang ditentukan pada jarak
yang ditentukan. Ketajaman penglihatan dapat dinyatakan sebagai berikut
V = d/D
V = ketajaman penglihatan
D = jarak huruf yang daoat dilihat dengan jelas (dapat dibaca)
D = jarak huruf seharusnya yang dapat dibaca (mata normal)

Cara memeriksa
 Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 m dari pasien dengan posisi lebih tinggi
atau sejahar dengan mata pasien
 Bila jarak 5 m, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya maya normal dapat
melihat pada jarak 5 m, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 m. Bila berjarak
6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuab selain m ada kaki = 20/20, ada juga
log (logaritma).
 Pastikan cahaya harus cukup
 Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan
pasien diminta membaca kartu.
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
 Bila pasien dapat membaca kartu pada baris visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah
membaca pada baris berikutnya => visus normal
 Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu diatas visus normal
cek pada 1 baris tersebut
 Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 1.
 Bila tidak bisa membaca 2 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 2.
 Bila tidak bisa membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti
visusnya berada dibaris tepat diatas baris yang tidak bisa dibaca.
 Bila tidak bisa membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris
diatasnya.
 Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat
untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
 Bila visus tetap berkurabg => berarti bukan kelainan refraksi
 Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan
refraksi
Contoh membaca snellen chart
 Snellen chart yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnua 20/20.
 Misal, pasien dapat membaca semua huruf pada baris ke 8. Berarti visusnya
normal
 Bila hanya membaca E, D, F, C pada baris ke 6 => visusnya 20/30 dengan false
2.
 Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan pasien
hanya dapat membacanya pada jarak 20 kaki.
 Bila pasien membaca huruf Z, P pada baris ke 6 => visusnya 20/40
 Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan
ketentuan seperti diatas.
 Cara pemeriksaan berlaku untuk E chart dan cincin Landolt.
 Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan perhitungan jari.
 Perhitungan jari dimulai pada jarak tepat di depan snellen chart => 5 atau 6 m.
 Dapat menghitung jari pada jarak 6 m => visusnya 6/60
 Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka maju 1 m dan lakukan
penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60
 Begitu seterusnya, bila tidak bisa menghitung jarib5 m, dimajukan jadi 4m, 3m,
sampai 1m didepan pasien.
 Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan
pemeriksaan penglihatan dengan lambaian tangan
 Lambaian tangan dilakukan tepat 1m didepan pasien.
 Dapat berupa lambaian kekiri dan kekanan atau atas bawah. Bila pasien dapat
menyebutkan arah lambaian, berarti visusnya 1/300
 Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat
menggunakan penlight
 Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi
 Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti
visusnya 1/~ dengan proyeksi baik
 Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah
tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan
inferior.
 Bila tidak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, bearti visusnya
1/~ dengan proyeksi salah.
 Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0

2. PENDENGARAN
Anatomi telinga
Buatlah penampang telinga dengan bagian-bagiannya secara lengkap dan
tulislah fungsinya masing-masing

Dasar Teori
Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indera
mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang
suara yang terdapat diudara. Telinga menerima gelombang suara yang frekuensinya
berbeda, kemudian menghantarkan informasi pendengaran kesusunan saraf pusat.
Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi antara 20-20.000
Hz. Selain sebagai alat pendengaran, telinga juga dapat berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh manusia. Bagian-bagian pada telinga, yaitu :
1. Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran.
2. Telinga bagian tengah terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar (martil,
landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius.
3. Telinga bagian dalan terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah
lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea).

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longirudinal molekul di


lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan peloggaran molekul yang terjadi
berselang-seling mengenai membrane timpani.

Fisiologi Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran
struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfe yang ada di dalam saluran
vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran reissmer dan
menggetarkan cairan limfe dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfe di
dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan
menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan
melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan selaput-selaput basilar, yang akan menggetarkan sel-sel rambut ke atas
dan ke bawah. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan
ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian
meneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang
ada di lobus temporalis.

Prosedur Kerja

PEMERIKSAAN PENDENGARAN DENGAN PENALA/GARPU TALA


1) Cara Rinne
a. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu
ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkan pada benda
yang keras.
b. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
op.
c. Tanyakanlah kepada op apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di
telinga yang diperiksa, bila demikian op harus segera memberi tanda bila
dengungan bunyi itu menghilang.
d. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus op
dan kemudian ujung dari penala itu ditempatkan sedekat-dekatnya di depan
liang telinga yang sedang diperiksa itu.
e. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif : Bila op masih mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal,
Negatif : Bila op tidak mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal.

2) Cara Webber
a. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.
b. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi op di garis median.
c. Tanyakan kepada op apakah ia mendengar dengungan bunyi penala
sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.
d. Bila pada op terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi
secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi
pemeriksaan.

3) Cara Schwabach
a. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.
b. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga
op.
c. Suruhlah op mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi
menghilang.
d. Pada saat itu dengan egera pemeriksa memindahkan penala dari processus
mastoideus op ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini
telinga si pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah
dinyatakan berhenti oleh op masih dapat didengar oleh si pemeriksa maka
hasil pemeriksaan ialah Schwabach memendek.
e. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh op juga tidak
dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin
Schwabach normal atau Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini
maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke
processus mastoideus op. Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh
si pemeriksa) masih dapat didengar oleh op hasil pemeriksaan adalah
Schwabach memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh
si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan
adalah Schwabach normal.

4) Uji Keseimbangan
a. Salah satu anggota kelompok berdiri tegak kemudian merapatkan
kakinya dan menutup matanya
b. Dalan demikian, catat apakah ia sanggup berdiri 5 menit tanpa gerak
c. Bila alat keseimbangan dalam keadaan tidak baik, maka seseorang tidak
sanggup memelihara keseimbangan

3 PENCIUMAN/PEMBAU
Dasar Teori
Hidung merupakan indera pembau pada manusia. Hidung merupakan indera
khusus yang terletak didalam rongga hidung. Daerah sensitis pada indera pembau
terletak dibagian atas rongga hidung. Daerah yang sensitif terhadap bau terletak pada
bagian atap rongga hidung. Pada daerah sensitif ini terdapat 2 jenis sel sebagai berikut
:
Sel penyokong berupa epitel-epitel dan Sel-sel pembau sebagai reseptor yang
berupa sel-sel saraf. Sel-sel pembau mempunyai ujung dendrit berbentuk rambut.
Adaptasi terhadap bau-bauan mula-mula berjalan cepat dalam 2 – 3 detik, tetapi
kemudian berjalan lebih lambat. Keistimewaan indera pembau manusia adalah dapat
membaui sesuatu walau kadarnya di udara sangat sedikit. Beberapa hewan memiliki
indera pembau yang lebih sensitif karena mempunyai reseptor pembau lebih banyak.

1) Anatomi Hidung :
Gambarlah penampang hidung dan bagian-bagiannya

2) Adaptasi Penciuman
 Tutup mata salah anggota kelompok
 Cium kamfer pada satu lubang hidung (lubung hidung lainnya ditutup). Apakah
kamfer tersebut langsung tercium? Catat waktunya dengan menggunakan
stopwatch
 Bila diciumkan terus menerus catat waktu yang dibutuhkan sampai subyek
tidak dapat mendeteksi bau tersebut (waktu adaptasi)
 Setelah itu subyek langsung diminta membaui/mencium minyak permen dan
minyak cengkeh pada lubang hidung yang telah beradaptasi tadi
 Catat wakyu pengamatan dan carilah landasan teori mengenai adaptasi
penciuman ini.
 Lakukan percobaan tersebut pada lubang hidung yang lain dan catatlah
pengamatan anda

3) Transmisi Inpuls Penciuman


 Gambarlag transmisi impuls penciunab (jaras penciuman pada manusia) secara
skematis dibawah ini

4 PENGECAPAN
Dasar Teori
Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrisik lidah
melakukan semua gerakan khusus sementara otot ekstrisik mengaitkan lidah pada
bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat
penting pada saat mengunyah dan menelan pada langit-langit dan gigi dan akhirnya
mendorong ke faring. Bagian-bagian lidah terdiri dari bagian depan, pinggir, dan
belakang.
Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis. Bagian pinggir
lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam. Bagian belakang/pangkal,
fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Lidah memiliki kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula. Letak
kelenjar ludah yaitu kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga, dan kelenjar ludah
bawah terdapat di bagian bawah lidah

Kecap (rasa)
Distribusi reseptor kecap
Larutan berikut merupakan larutan yang memiliki rasa pada nilai ambang rasa lidah
(pada rata-rata orang), tentukan lokasi reseptor untuk 4 jenis rasa pada lidah. Kemudian
gambarkan masing-masing lokasi tersebut :
a. Larutan kinin sulfat
b. Larutan sukrosa
c. Larutan asam asetat
d. Larutan natrium klorida

Gambar reseptor lokasi pada lidah


Distribusi reseptor kecap (lokasi reseptor)

5 PERABA
Kulit
Gambarlah penampang Kulit normal manusia, bagian reseptor serta fungsi - fungsinya.

Dasar Teori
Sistem peliput meliput kulit, turunan kulit serta beberapa jenis reseptor khusus.
Sistem ini seringkali mencakup bagian sistem organ yang terbesar mencakup
kulit,rambut,bulu,kuku,kelenjar keringat dan produknya.
Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Kulit merupakan organ tubuh
yang paling luas, pada orang dewasa luasnya sekitar 1,9 m2. Kulit memiliki reseptor
pada seluruh permukaannya reseptor tersebut adalah reseptor peraba, tetapi persebaran
reseptor tersebut tidak merata, hanya terdapat pada ujung jari telunjuk, telapak tangan,
telapak kaki, bibir, dan daerah kemaluan. Sehingga menyebabkan daerah-daerah ini
sangat peka terhadap rangsangan yang berupa sentuhan.
Kulit dibagi menjadi tiga bagian yaitu epidermis,dermis dan subkutan.
Subkutan merupakan indera peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan,panas,dingin,sakit. Epidermis adalah lapisan epitel berlapis membentul
keratin (bahan utama dari epidermis). Epidermis dikulit memiliki tebal 0,3 mm.
Ditelapak tangan dan kaki tebalnya 1,5 mm. Dermis adalah bagian bawah dari
epidermis yang keadaannya lebih tebal dan dilengkapi dengan pembuluh
darah,pembuluh limfe,dan urat saraf.
Fungsi kulit yaitu sebagai pelindung tubuh terhadap kekeringan, sekresi
beberapa kelenjar, panas matahari/dingin, beberapa pigmen sensitive terhadap sinar
matahari,adanya bulu/rambut sebagai penahan panas tubuh,melindungi dari bahan-
bahan kimia, melindungi terhadap infeksi penyakit, pengaruh-pengaruh mekanik.
Sebagai alat pembela diri seperti pembentukan tanduk. Mimikri & koloorisasi yang
dilakukan adanya pigmen pada kulit,dan sekresi kelenjar-kelenjar racun.
1) Perasa pada kulit

Tujuan pencobaan
Untuk mengetahui adanya reseptor tekanan,sakit,sentuhan,dingin dan panas pada
kulit,serta mengetahui letak masing-masing reseptor.
 Membedakan tingkat kasar-halus
 Membedakan suhu air
 Membedakan suhu 3 cairan (air,alkohol,dan aseton)

Prosedur Kerja
Siapkan amplas dengan berbagai tingkat kekasaran 3 baskom plastik; serta beberapa
macam cairan atau larutan (air,alkohol 70%,dan aseton).
1. Siapkan 3 amplas dengan berbagai tingkat kekasaran. Tutup mata anda.
Rabalah amplas dan catat hasilnya apakah amplas tersebut kasar,sedang,atau
halus.
2. Siapkan 3 baskom plastik. Baskom sebelah kiri diisi air dingin, baskom
tengah diisi air dengan suhu normal,dan baskom kanan diisi air panas.
Masukan tangan kiri kebaskom kiri dan tangan kanan kebaskom kanan.
Letakan selama 5 detik. Kemudian secara bersamaan,masukan kedua tangan
anda ke baskom tengah. Catat perubahannya.
3. Siapkan air, alkohol 70%, dan aseton. Ambil cotton bud, celupkan ke air dan
gosok ke kulit anda. Tiup dan catat apa yang anda rasakan. Ambil cotton bud,
celupkan ke alkohol 70% dan gosok ke kulit anda. Tiup dan catat apa yang
anda rasakan. Ambil cottin bud, celupksn ke aseton dan gosok ke kulit anda.
Tiup dan catat apa yang anda rasakan.

2) Lokasi Taktil
 Tujuan percobaan memahami serta mengetahui kepekaan syaraf peraba dengan
melokalisir tempat yang ditusukjan ke berbagai tempat
 Mengetahui kepekaan TPT (Two Point Localization)

Alat
 Pensil tumpul
 Spidol
 Penggaris
 Penutup mata

Prosedur Percobaan
 Asisten lab akan membawa alat-alat tersebut kedepan posisi praktikan
 Praktikan menutuo mata dengan menggunakan penutup mata/sapu tangan
 Asisten lab akan mengambil spidol laku menitikan ujung spidol tersebut
 Lalu sang praktikan akan merasakan dinaba sang asisten lab menitikan
ujung spidol tersebut
 Lalu praktijan menitikan kembali dengan menggunakan pesnsil tumpul
pada area yang telah dititikan oleh asisten lab. Lakukan percobaan ini 5 kali
dan hasil yang diperoleh adalah rata-rata dari percobaan tersebut
 Lakukan hingga 3 kali dengan posisi area yang berbeda yaitu ujung jari,
lengan bagian dalam, dan tengkuk
 Setelah itu ukurlah berapa jarak titik spidol ke titik pensik tersebut dengan
menggunakan penggaris
 Catat hasil percobaan
Fisiologi
PENGLIHATAN
1. Refleks Akomodasi
Sinar biasa Sinar terang
Nama Jarak 5m Jarak 20 cm Jarak 5 m Jarak 20 cm
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Ayu F 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,25 0,25 0,25
Aysah 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Syifa 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Qorina 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4
Ghista 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Widya 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Aqsyal 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

2. Ttitik Dekat
Mendeat (cm) Menjauh (cm)
Nama
1 2 3 1 2 3
Ayu 14 27 24 14 18 18
Siti Aysah Denti R 16 19 13 14 13 15
Syifa Auliani 32 30 32 28 23 27
Qorina Rahman 30 28 27 18 23 22
Ghista Kurnia Kenana 21 18 17 16 17 17
Widya Tri Septiana 13 13 13 22 22 23
M Aqsyal 13 21 18 29 27 30

3. Bintik Buta
Tutup mata kiri (+) Tutup mata kanan (-)
Nama
1 2 3 1 2 3
Ayu Febriyani + + + - - -
Siti Aysah Denti R + + + - - -
Syifa Auliani + + + - - -
Qorina Rahman + + + - - -
Ghista Kurnia Kenana + + + - - -
Widya Tri Septiana + + + - - -
M Aqsyal + + + - - -
4 Visus
Nama Visus Mata Kanan Visus Mata Kiri
Ayu Febriyani Tidak jelas, 5/6 Jelas, 6/6
Siti Aysah Denti R Tidak jelas, 6/6 Jelas, 5/6
Syifa Auliani Jelas, 6/6 Jelas, 6/6
Qorina Rahman Tidak jelas, 6/6 Tidak jelas, 6/6
Ghista Kurnia Kenana Jelas, 6/6 Jelas, 6/6
Widya Tri Septiana Jelas, 6/6 Jelas, 6/6
M Aqsyal Jelas, 6/6 Jelas, 6/6

PENDENGARAN
1. Rinne, Webber, dan Schwabach
Cara Rinne
Telinga (penala
Telinga (penala
Orang digetarkan pada Cara Cara
digetarkan lewat
Percobaan processus Webber Schwabach
udara)
mastoideus)
Kanan Kiri Kanan Kiri
Ayu F + + + + + +
Aysah + + + + + +
Syifa + + + + + +
Qorina + + + + + +
Ghista + + + + + +
Widya + + + + + +
Aqsyal + + + + + +

2. Uji Keseimbangan
Berdiri selama 5 menit
Nama Keterangan
Sanggup Tidak sanggup
Ayu Bergerak atau bergoyang, dan
√ merasakan tubuh dalam bergerak
Aysah √ Kondisi tubuh stabil
Syifa Bergerak atau bergoyang, dan
√ merasakan tubuh dalam bergerak
Qorina Bergerak atau bergoyang, dan
√ merasakan tubuh dalam bergerak
Ghista Bergerak atau bergoyang, dan
√ merasakan tubuh dalam bergerak
Widya Bergerak atau bergoyang, dan
√ merasakan tubuh dalam bergerak
M Aqsyal Bergerak atau bergoyang, dan
√ merasakan tubuh dalam bergerak

PENCIUMAN/PEMBAU
1. Adaptasi Penciuman
Langsung
Hidung Kiri Hidung Kanan
Tercium
Nama
Tida Minyak Minyak Minyak Minyak
Ya Kamfer Kamfer
k permen cengkeh permen cengkeh
Ayu F √ 3,8/6,1 7,0/11,3 1,5/5,7 1,1/2,6 1,0/3,5 10,1/5,6
Aysah √ 4,6/13,2 2,6/6,3 8,6/6,1 2,4/6,4 4,8/7,3 1,7/8,7
Syifa √ 2,5/4,5 1,5/25,4 1,90/17,09 2,6/5,5 8,2/5,6 2,5/8,3
Qorina √ 2,7/2,9 2,1/10,7 3/10 2,2/4,0 1,9/7,9 1,1/6,3
Ghista √ 1,6/2,3 4,5/8,5 5,5/11,2 1,5/4,5 1,3/5,5 2,4/2,7
Widya √ 2,6/4,5 2,3/7,8 5,6/8,1 1,0/3,9 2,5/6,1 3,3/6,3
Aqsyal √ 3,0/5,1 4,8/17,6 1,3/12,1 3,2/5,9 2,3/5,9 5,0/8,4

PENGECAPAN
Larutan Larutan
Larutan as. Larutan NaCl
Nama kinin sulfat sukrosa
Asetat (asam) (asin)
(pahit) (manis)
Ayu F + + + +
Siti Aysah + + + +
Syifa Auliani + + + +
Qorina Rahman + + + +
Ghista Kurnia + + + +
Widya Tri + + + +
M Aqsyal + + + +

PERABA
1. Amplas
Nama Kasar Sedang Halus
Ayu Febriyani √ √ √
Siti Aysah √ √ √
Syifa Auliani √ √ √
Qorina Rahman √ √ √
Ghista Kurnia √ √ √
Widya Tri √ √ √
M Aqsyal √ √ √
2 Perubahan suhu
Nama Tangan kanan Tangan kiri
Ayu Febriyani Merah, merasa kaku Biasa
Siti Aysah Merah, merasa kaku Biasa
Syifa Auliani Merah, merasa kaku Biasa
Qorina Rahman Merah, merasa kaku Biasa
Ghista Kurnia Merah, merasa kaku Biasa
Widya Tri Merah, merasa kaku Biasa
M Aqsyal Merah, merasa kaku Biasa

6 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan dan percobaan terhadap panca indera yang
terdiri atas indera penglihatan (mata), indera penciuman (hidung), indera peraba (kulit),
indera pendengaran (telinga), dan indera perasa (lidah).
Indera Penglihatan
a) Akomodasi
Melebarnya pupil dan mengecilnya pupil diatur oleh iris sesuai dengan
intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Pada saat mata berada pada tempat
yang gelap dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan membesar. Agar
cahaya lebih banyak masuk kemata, sementara pada tempat yang terang maka
pupil akan mengecil. Bila cahaya diarahkan kesalah satu mata pupil akan
berkontraksi kejadian tersebut dinamakan refleks pupil.
Dari percobaan yang telah dilakukan ketika mata dalam kondisi sinar
biasa pada salah satu anggota tim ini yaitu, Ayu ukuran pupilnya sebesar 0,4
dengan jarak (5 m dan 20 m), sedangkan ukuran pupil pada saat sinar terang
besarnya 0,25 dengan jarak yang sama.
Jadi ukuran pada pupil dapat dipengaruhi oleh jarak dan intensitas
cahaya. Pada saat cahaya gelap pupil membesar, ketika cahaya terang pupil
mengecil.
b) Titik dekat
Pada percobaan titik dekat mata difokuskan pada suatu objek kemudian
digerakkan mendekati dan menjauhi mata. Pada salah satu anggota tim ini
Aysah pada saat mendekati mata object terlihahat berganda adalah 16 cm, pada
saat menjauhi mata object terlihat lagi adalah 14 cm.
Jadi dari percobaan ini dapat diketahui jarak dekat akomodasi dimana
terjadi perangsangan syaraf parasimpatis sehingga menimbulkan kontraksi otot
siliaris yang selanjutnya akan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan
daya bias. Mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya
biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi
impuls parasimpatis kedotsilaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat
dengan jelas.
c) Bintik buta
Bintik buta adalah area pada retina dimana saraf-saraf optisdan
pembuluh darah meninggalkan retina dengan demikian tidak memiliki reseptor
visual. Pada percobaan ini mata difokuskan pada huruf X hasil dari perobaan
ini semua anggota tim sama saat mata kanan ditutup hasilnya positif dan saat
mata kiri ditutup hasilnya negatif.
d) Visus
Pada perobaan visus anggota tim kami Ayu, Aysah, dan Qorina
mengalami ketidak jelasan visus. Hal ini bisa saja terjadi karena disebabkan
oleh adanya infiltrasi atau terjadinya kerusakan pada vascular, akibat adanya
opasifikasi atau kekeruhan dari kornea atau vitreus, kelainan retina, dan juga
kelainan dari nervus optikus serta jalur penglihatan.

Indera Pendengaran
Perobaan pertama adalah pemeriksaan pendengaran dengan penala atau garpu
tala. Pada percobaan dapat diketahui bahwa ketajaman pendengaran dapat dipengaruhi
oleh kebisingan yang ditimbulkan dari lingkungan. Sumber suara dapat diketahui
apabila dekat dengan tempatnya. Sumber itu dinyatakan disebelah kiri bila jarak antara
sumber itu lebih dekat dengan telinga.
Perobaan selanjutnya adalah uji keseimbangan sambil menutup mata pada
anggota tim kami yang sanggup melakukannya hanya 1 orang (Aysah), sementara yang
lainnya tidak sanggup. Pada saat uji keseimbangan sambil menutup mata sanggup atau
tidak itu tergantung diri sendiri, karena keseimbangan bergantung pada arteri yang
menuju keotak dan serebelum didalam telinga yang menyebabkan keseimbangan
seseorang terganggu. Telinga bagian dalam juga mengandung organ vestibuler yang
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.

Indera Pembauan
Didalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel-sel
pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau yang selanjutnya akan bergabung
membentuk serabut saraf pembau. Zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk
bersama udara respirasi mencapai reseptor pembau. Zat ini dapat larut dalam lendir
hidung sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit.
Kemudian timbul impuls yang menjalar keakson-akson. Akson-akson bergabung
menjadi satu bundel yang disebut saraf 1 otak (alfaktori), saraf otak ke 1 menembus
lamina cribosa yang merupakan bagian dari pembentuk atap hidung dan tulang
ethmoid yang merupakan struktur dengan fungsi sebagai penyangga didalam rongga
hidung yang kemudian bersinopsis dengan neuron-neuron tractus olfactori dan impuls
dijalarkan kedaerah pembau primer pada korteks otak untuk diinpertasikan.
Apabila dalam selang waktu yang sedikit si praktikan sudah dapat mencium
aroma-aroma yang disediak seperti kamfer, minyak permen, minyak cengkeh ini
berarti penciuman praktikan masih berfungsi dengan baik. Karena pada saat waktu
adaptasi hidung tidak mencium bau apapunsehingga dapat dengan mudah mengenali
bau-bau minyak yang diajukan.

Indera Pengecapan
Pada percobaan kecap masing-masing orang percobaan menyicipi berbagai rasa
yaitu larutan kinin sulfat yang memiliki rasa pahit, larutan sukrosa yang memilki rasa
manis, asam asetat yang memiliki rasa asam dan natrium clorida yang memiliki rasa
asin. Dari percobaan yang telah dilakukan, rata-rata orang percobaan merasakan
larutan kinin sulfat pada bagian belakang lidah, larutan sukrosa pada bagian depan,
larutan asetat pada depan kiri dan larutan natrium clorida pada tepi belakng kanan dan
kiri
Jadi dari percobaan dapat disimpulkan bahwa secara umum kecap ditemukan
pada seluruh permungkaan lidah tetapi untuk rasa manis didominasi didaerah ujung
lidah tetapi untuk rasa manis didominasi didaerah ujung lidah. Rasa asin pada tepi
dapan lidah, rasa asam ditepi belakang lidah dan rasa pahit dibagian pangkal lidah.

Indera Peraba
Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Kulit memiliki reseptor pada
seluruh permukaannya reseptor tersebut adalah reseptor peraba, tetapi persebaran
reseptor tersebut tidak merata, hanya terdapat pada ujung jari telunjuk, telapak tangan,
telapak kaki, bibir, dan daerah kemaluan. Sehingga menyebabkan daerah-daerah ini
sangat peka terhadap rangsangan yang berupa sentuhan.
Kulit bisa merasakan sakit karena adanya reseptor yang bernama korpuskula
paccini merupakan ujung saraf perasa tekanan kuat. Reseptor ini ditemukan di jaringan
subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium,
tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Korpuskula Ruffini yang membuat kulit dapat
merespon tekanan pada kulit, kontraksi otot, dan menerima rangsangan panas.
Korpuskula Krause yang membuat kulit dapat merangsang atau peka terhadap dingin,
reseptor ini terdapat dibibir dan genetalia externa. Korpuskula meisser yang membuat
rangsangan terhadap sentuhan. Korpuskula ujung saraf terbuka merupakan reseptor
yang peka terhadap rasa nyeri atau sakit.
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya reseptor tekanan, sakit,
sentuhan, dingin, dan panas pada kulit. Apabila kulit dapat merasakan atau
membedakan permukaan amplas dengan baik, terjadi perbedaan pada saat suhu dingin
dan panas, dapat merasakan sentuhan maka kulit tersebut masih normal. Hasil
percobaan ini dalam tim kami semuanya positif yang menandakan kulit masih normal.
Daftar Pustaka

Evelin, Pearce, C, (2000). Anatomi Dan FisiologiUntuk Para Medis. Alih bahasa
muhammad. Gramedia : Jakarta
Guyton, Hall Ph. Text Book Of Medical Physiology. Eleventh Editon
Guyton, Arthur C. (1987). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EdisiRevisi.
Jakarta: EGC.
James L Hiatt., Leslie P. Gartner. (2002) Buku Ajar Berwarna Histologi. Edisi. Tiga
Modul Bahan Ajar Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia (2019) Fakultas Farmasi
Universitas Gunadarma
Sherwood, L. (2008). Human Physiology From Cells to Systems edisi 7. USA:
Graphic World Inc
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai