Anda di halaman 1dari 13

Bolstad dalam bukunya mendefinisikan model spasial sebagai deskripsi sifat dasar dan proses

dari sebuah/ kumpulan data spasial. Sementara Longley memberikan suatu acuan bahwa suatu
model spasial membutuhkan dua syarat, yaitu : Adanya variasi dalam konteks ruang yang
dimanipulasi oleh model tersebut

Hasil dari model mengubah lokasi dari obyek yang dimanipulasi/dirubah.


Jadi, model spasial merupakan model dari suatu data yang memiliki informasi spasial, dimana
informasi spasial tersebut yang menjadi fokus utama dari model itu sendiri.

Berdasar pada pengertian model spasial, secara umum pemodelan spasial merupakan kegiatan
dimana membuat suatu model spasial dari suatu fenomena. Dalam buku karangan Longley,
pemodelan spasial dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG),
baik secara analog ataupun digital.

Pemodelan dengan pendekatan sistem dinamis urnumnya bersifat dinamik dalam waktu,
sehingga dapat memprediksi kondisi waktu yang akan datang. Sementara itu, pemodelan
dengan pendekatan sistem informasi geografik (SIG) berbasis data spasial sehingga dapat
menyajikan hasil secara spasiaJ.

Adapun pemodelan yang merupakan kombinasi keduanya, yaitu pemodelan berbasis spasial
dan bersifat dinamik., dapat dibangun dengan pendekatan Cellular AU/lJmato (CA).

Model ini dapat memprediksi kondisi di waktu yang akan datang secara spasial. Pemodelan
dengan pendekatan CA menggunakan unit anal isis raster, namun sebagian besar data spasial
dalam format velnor, oleh karena itu, perlu dilakukan transformasi data spasial dari format
vektor ke raster. Alasan lain adalah perubahan penggunaan lahan tetjadi secara bertahap, tidak
tetjadi dalam satu poligon besar secara sekaligus.

Model merupakan representasi dari beberapa bagian dunia nyata, hal ini dikarenakan
representasi dari sebuah model memiliki karakteristik yang sama dengan dunia nyata dalam
SIG model yang biasa digunakan adalah peta, peta merupakan representasi miniatur dari
beberapa bagian yang ada di dunia nyata (de by, 2004). Model yang direlasikan dengan
koordinat geografi dinamakan model spasial. Sedangkan Proses untuk memanipulasi dan
menganalisis data spasial atau data geografis untuk menghasilkan informasi yang berguna
untuk memecahkan masalah yang kompleks dinamakan Pemodelan Spasial. Skidmore (2002)
mengatakan bahwa berdasarkan terminologi model yang ditemukan dalam SIG model disini
merupakan model logic (deduktif dan induktif) dan model berdasarkan pada pengolahanya
(deterministik dan stokastik) sebagaimana pada tabel taksonomi sebuah model.

Analisis spasial adalah jenis analisis geografis yang berusaha menjelaskan pola perilaku
manusia dan ekspresi spasialnya dalam hal matematika dan geometri, yaitu, analisis lokasional

Pemodelan Spasial adalah Gambaran matematis tentang struktur dari sebuah fenomena spasial,
untuk keperluan prediksi/evaluasi. Disusun berdasarkan pengetahuan spesifik tentang suatu
fenomena spasial, biasanya berupa kombinasi dari beberapa operasi spasial terhadap
sekumpulan data spasial. Tujuannya mempelajari objek atau fenomena spasial di dunia nyata

Pemodelan spasial sangat erat dengan proses autoregressive, ditunjukkan dengan adanya
hubungan ketergantungan antar sekumpulan pengamatan atau lokasi. Hubungan tersebut juga
dapat dinyatakan dengan nilai suatu lokasi bergantung pada nilai lokasi lain yang berdekatan
atau bertetanggaan (neighboring).

Pola Spasial

Menurut Lee dan Wong (2011), “Pola spasial adalah sesuatu yang berhubungan dengan
penempatan atau susunan benda-benda di permukaan bumi”. Setiap perubahan pola spasial
akan mengilustrasikan proses spasial yang ditunjukkan oleh faktor lingkungan atau budaya.
Menurut McGarigal dan Marks dalam Harris et.al (2011), pola spasial adalah sebuah
parameterisasi kuantitatif dari komposisi dan konfirgurasi obyek spasial.

Pola spasial menjelaskan tentang bagaimana fenomena geografis terdistribusi dan bagaimana
perbandingan dengan fenomena-fenomena lainnya. Dalam hal ini, spasial statistik merupakan
alat yang banyak digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola spasial, yaitu
bagaimana objek-objek geografis terjadi dan berubah di suatu lokasi. Selain itu juga dapat
membandingkan pola objek-objek yang ditemukan di lokasi lain.

Upaya konservasi lingkungan dan sumber daya alam selama ini masih menggunakan metode
konvensional dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan, namun metode ini
kemudian menjadi semakin rumit terutama di daerah-daerah yang sulit terpantau. Dalam
analisis kejadian pengrusakan alam tidak hanya ditekankan pada pengamatan langsung pada
titik kejadian, namun perlu didalami faktor penyebab kerusakan dan upaya penanggulangannya
yang dapat diperoleh secara akurat dan cepat, maka dari itulah diperlukan Kajian/Metode
Spasial.
- Metode spasial (penggunaan Sistem Informasi Geografi atau Analisis Citra) dapat
mendeteksi secara akurat dan cepat akan potensi serta wilayah yang terkena dampak
kerusakan.

- Perkembangan penggunaan Sistem Informasi Geografi (SIG) telah merambah ke


hampir semua ilmu pengetahuan dewasa ini seperti kehutanan, perikanan, pertanian,
lingkungan, perkotaan, transportasi, pertambangan dsb bahkan lebih spesifik lagi untuk
berbagai analisa seperti SDA, konservasi alam, perencanaan, penentuan kawasan
lindung, kependudukan, pertahanan, dll

- Saat ini metode spasial untuk pengelolaan lingkungan telah banyak dilakukan sebagai
contoh kesesuaian ruang habitat satwa (Harini 2002), pemerataan rawan kebakaran
(Chuvieco 1999), penilaian kelestarian hutan (Mendoza dan Prabhu 2002), distribusi
tipe vegetasi (Felicisio 2000), kerusakan hutan mangrove (Budhiman 2001), dan
monitoring reforestasi kawasan tambang (Puspaningsih 2011).

- Selain pada konservasi lingkungan metode spasial juga telah dilakukan pada kajian
tingkat kesesuaian habitat Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimur Salak (Dewi
2007), evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan indeks konservasi pada sub DAS
Cikapundung (Rismana 2011), dan kebutuhan hutan kota berbasis hidrologi di Kota
Ambon (Suhendi 2009).

Model Ekonomi Spasial adalah Fenomena ekonomi terdapat pada ruang geografis isu ekonomi
melibatkan tempat spesifik untuk kegiatan tertentu.

Contoh:

• Komoditas, diperdagangkan di berbagai lokasi pasar untuk mencapainya perlu


pengiriman (transport)

• Aktivitas jasa : di lokasi tertentu, informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan jasa

• fenomena ekonomi spasial kompetisi antar individual region negara,

• Kompetisi internasional : kompetisi region tertentu dalam negara- negara yang berbeda
(antar negara).

• Analisis ekonomi spasial

Urban economics (ekonomi kota) : alam (nature) dan working (kerja) ekonomi dari kota.
• Regional economics (ekonomi wilayah) :Lebih luas dari 1 kota Model dan teknik
analisis yang dikembangkan, mencerminkan perspektif spasial yang lebih luas.

Asas dalam lokasi dari kegiatan ekonomi :

Imperfect factor mobility :

• Distribusi tidak merata dari natural features

Imperfect divisibility

• Adanya konsentrasi spasial

Imperfect mobility of goods and services

• Perlu biaya transport

faktor-faktor yang menentukan perubahan dalam level pengeluaran dan perbedaan nyata antara
perekonomian secara nasional + wilayah.

• Di banyak negara konsumsi domestik ditentukan sebagian besar oleh berapa banyak
penduduk yang mengeluarkan (spending) dan seberapa mau (kesediaan)/ willingness
untuk belanja barang-barang domestik.

• Di dalam wilayah faktor penyebab utama adalah kesediaan untuk membeli produk yang
diproduksi dalam wilayah

• Di banyak negara investasi swasta ditentukan oleh :

• Ketersedian modal domestik

• Kemenarikan relatif untuk berinvestasi

• Di banyak wilayah investasi tergantung kemenarikan relatif untuk berinvestasi.

• Pengeluaran pemerintah secara nasional ditentukan oleh sistem internal otoritas.

• pajak dan tabungan dalam perekonomian nasional tidak hilang tetapi akan kembali
sebagai government spending atau investment pada tahun berikutnya.

• Pengeluaran wilayah dapat ditentukan oleh otoritas di luar wilayah


Implikasi Untuk Pengembangan Spasial

• Perencanaan wilayah yang realistis memerlukan pemahaman dari hubungan wilayah


dengan lingkungan nasional, karena wilayah merupakan bagian dari negara, dan
terdapat hubungan (linkages) antara keduanya, interaksi ini selalu ada dalam wilayah.

• Apa yang tampak baik di negara tidak berarti menjadi baik juga di wilayah dalam
negara tsb, dan apa yang baik di suatu wilayah berarti seluruh negara baik.

Contoh :

Suatu pabrik untuk memproses hasil pertanian didirikan di wilayah pedesaan, yang biasanya
dikirim ke suatu kota (cukup jauh) untuk diproses. Pabrik tersebut menyerap tenaga kerja non-
pertanian, dan meningkatkan multiplier dengan tidak mengimpor “proses” dari wilayah lain.
secara regional : efek manfaat dengan meningkatnya level pendapatan wilayah.

Secara nasional mengurangi GNP, karena diplacement dari tenaga kerja bergaji tinggi dari
urban pindah ke pedesaan.

Dalam perencanaan pengembangan wilayah : pertimbangan nasional perlu dilakukan.

• Institusi di tingkat wilayah (administrasi kebijakan dan otoritas) adakalanya berbeda


antara wilayah dan nasional.

Kebijakan : insentif dan pengurangan biaya untuk kegiatan tertentu, kurang efektif di tingkat
regional.

a. Insentif dan Disinsentif

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota adalah ketentuanketentuan yang


dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kota agar sesuai
dengan RTRW kota yang dirupakan dalam bentuk ketentuan umum peraturan zonasi,
ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah
kota. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kota adalah ketentuan umum yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk
setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota.
Ketentuan perizinan adalah ketentuanketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan
ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang
tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan. Ketentuan
insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
rencana tata ruang. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja
yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang yang berlaku.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota adalah ketentuan yang


diperuntukkan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah kota. Ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kota berfungsi:

a) sebagai alat pengendali pengembangan kota;

b) menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang;

c) menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang

telah sesuai dengan rencana tata ruang;

d) meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

e) mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan

f) melindungi kepentingan umum.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota disusun berdasarkan:

a) rencana struktur ruang dan pola ruang;

b) tingkat masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki wilayah kota;

c) kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan

d) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota disusun dengan kriteria:

a) terukur dan realistis; dan


b) dapat diterapkan dan penetapannya melalui kesepakatan antar pemangku

kepentingan.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota memuat:

a) ketentuan umum peraturan zonasi kota

1) ketentuan umum peraturan zonasi kota adalah penjabaran secara umum ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif.

2) ketentuan umum peraturan zonasi kota berfungsi sebagai:

a. landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan operasional pengendalian


pemanfaatan ruang;

b. dasar pemberian izin pemanfaatan ruang; dan

c. salah satu pertimbangan dalam pengawasan pemanfaatan ruang.

3) ketentuan umum peraturan zonasi disusun berdasarkan:

a. struktur ruang dan pola ruang wilayah kota;

b. karakteristik wilayah; dan

c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

4) peraturan zonasi yang telah ditetapkan dalam RTRW kota yang berisikan:

a. deskripsi atau definisi pola ruang (jenis zona) yang telah ditetapkan dalam rencana pola
ruang;

b. tujuan atau kualitas ruang yang diharapkan untuk setiap jenis pola ruang;

c. ketentuan umum yang merupakan ketentuan kinerja dari setiap pola ruang yang meliputi
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, tata masa bangunan, kepadatan bangunan, besaran
kawasan terbangun, besaran ruang terbuka hijau prasarana minimum yang perlu diatur
terkait pengendalian pemanfaatan ruang;
A. KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF

ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pemberian imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.

1) ketentuan pemberian insentif berfungsi sebagai:

a. perangkat untuk mendorong kegiatan dalam pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana
tata ruang

b. katalisator perwujudan pemanfaatan ruang.

2) ketentuan pemberian insentif disusun berdasarkan:

a. struktur ruang dan pola ruang wilayah kota

b. ketentuan umum peraturan zonasi kota; dan

c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

3) ketentuan insentif dari pemerintah kota kepada pemerintah kabupaten/kota

lain yang saling berhubungan dapat diberikan dalam bentuk:

a. pemberian kompensasi;

b. subsidi silang;

c. penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau

d. publikasi atau promosi daerah.

4) ketentuan insentif dari pemerintah kota kepada masyarakat umum (investor, lembaga
komersial, perorangan, dan lain sebagainya), yang diberikan dalam bentuk:

a. pemberian kompensasi;

b. pengurangan retribusi;

c. imbalan;

d. sewa ruang dan urun saham;

e. penyediaan prasarana dan sarana;

f. penghargaan; dan/atau
g. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang

diberikan oleh pemerintah kota penerima manfaat kepada masyarakat

umum.

B) KETENTUAN PEMBERIAN DISINSENTIF

ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan bentuk-
bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang ketentuan pemberian disinsentif berfungsi
sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

1) ketentuan pemberian disinsentif disusun berdasarkan:

a. struktur ruang dan pola ruang wilayah kota;

b. ketentuan umum peraturan zonasi kota; dan

c. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

2) ketentuan disinsentif dari pemerintah kota kepada pemerintah kabupaten/kota lain


yang saling berhubungan dapat diberikan dalam bentuk:

a. pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau

b. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.

3) ketentuan disinsentif dari pemerintah kota kepada masyarakat umum (investor,


lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya), yang diberikan dalam bentuk:

a. pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;

b. pemberian persyaratan khusus untuk perizinan dalam rangka kegiatan pemanfaatan ruang
oleh masyarakat umum; dan/atau

c. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.


Review Jurnal PEMODELAN SPASIAL DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DALAM
UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DI JAWA TIMUR

Persoalan lingkungan hidup dewasa ini semakin memperoleh perhatian meskipun keseriusan
dalam penanganannya masih tetap kurang konsisten. tidak hanya menyoroti masalah
pencemaran saja yang diakibatkan dari proses produksi dan pembuangan produk, tetapi juga
dampak yang dihadapi oleh lingkungan karena adanya perubahan kearah pemanfaatan tata
ruang lahan menjadi kegiatan di siklus produk, jasa, maupun sector perekonomian. Pemerintah
memiliki tanggung jawab dengan mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai tata ruang
lahan dan lingkungan dan melakukan audit-audit lingkungan. Namun, sejauh ini baik
pemerintah dan para pelaku dunia usaha hanya berpikir tentang bagaimana setiap kegiatan
pembangunan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan hanya bertanggung jawab pada
proses manufaktur saja. Masih sangat jarang setiap proses pembangunan yang dilakukan baik
oleh pemerintah maupun pelaku usaha lainya melihat kondisi tata ruang lahan dan
peruntukkannya. Sehingga ketika proses pembangunan telah dilaksanakan, para pihak terkait
secara tidak langsung harus bertanggung jawab atas semua dampak terhadap lingkungan yang
disebabkan oleh sepanjang siklus hidup.

Kawasan Konservasi

Definisi Operasional, Tujuan dan Manfaat

Konservasi

Konservasi diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan
berpedoman pada asas pelestarian. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional,
konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam (hayati) dengan
pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keragamannya.

Strategi Konservasi

Strategi pelestarian nasional memberi ringkasan mengenai sumber daya alam terpulihkan dari
negara tersebut yang berkenaan dengan ekosistem, sumber daya genetik, system produksi alami
(hutan margasatwa, perikanan) hidrologi dan kawasan tangkapan air, ciri-ciri estetika dan
geologi, situs budaya dan potensi rekreasi. Juga perlu diidentifikasi bagaimana suatu bangsa
ingin menggunakan sumber daya alamnya serta pola desain tata guna lahan yang akan tetap
menjaga ketersediaan sumber daya alam secara umum memaksimalkan manfaat jangka
panjang dalam batas-batas yang ditentukan oleh kebutuhan spesifik negara tersebut, seperti
ruang untuk hidup, lahan pertanian, hasil hutan, ikan, energi dan industri.

Hasil Analisis temporal dan spasial terhadap tutupan lahan

Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan taman hutan raya
antara lain adalah : 1) Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem. 2) Merusak
keindahan dan gejala alam. 3) Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan. 4) Melakukan
kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan
yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang (Napitu, 2007).

Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa secara umum pada periode 1972-2004 telah terjadi
penurunan luas lahan Hutan Campuran dan sebaliknya, terjadi kenaikan luas lahan untuk
penggunaan lahan lain. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat ditarik hipotesa bahwa lahan
Hutan Campuran pada periode 1972-2004 terjadi konversi penggunaan lahan besar besaran
seluas 2.092 Ha menjadi Hutan Cemara Gunung, Hutan Pinus, Hutan terganggu, tanaman
semusim, Lahan Terbuka dan semak belukar. Hasil berbeda ditunjukkan oleh perubahan
penggunaan lahan periode 2004-2012 dimana telah terjadi penurunan luas tutupan lahan untuk
penggunaan lahan Hutan Campuran sebesar 755 Ha kemudian diikuti oleh penggunaan lahan
Tanaman Semusim, Lahan Terbuka dan Semak Belukar sebesar 2,37%; 74,05% dan 44,90%.

Penebangan hutan secara membabi buta dan kemudian mengkonversi kawasan ini menjadi
lahan pertanian, lahan hortikultura dan penggunaan lahan lain seperti pemukiman (villa, hotel,
dsb) kemudian menjadikan tingkat erosi dan aliran permukaan menjadi semakin hebat.
Intensitas infiltrasi hujan semakin kecil sehingga cadangan air tanah juga semakin menipis. di
lain pihak kebutuhan air untuk lahan-lahan pertanian baru, kebutuhan air bersih di perkotaan
akibat penambahan jumlah penduduk semakin besar sehingga tekanan kebutuhan akan air juga
semakin intensif. Akibatnya, di beberapa kota besar seperti Surabaya, Malang, Jakarta, dan
Semarang mengalami defisit air karena air sumur dan air PDAM mengalami kekeringan.

Keterkaitan antara Daya Dukung Lingkungan dalam Upaya Konservasi SDA dengan
Lokasi Kegiatan Manusia (dalam Konteks Sosial, Ekonomi dan Budaya)

Besarnya tekanan terhadap lahan pertanian mencerminkan semakin besarnya penggunaan


lahan non pertanian. Hal tersebut akan berdampak bagi kondisi lingkungan terutama kualitas
lahan dan ketersediaan air. Salah satu aspek yang dapat menggambarkan adanya tekanan
terhadap lahan pertanian adalah menyangkut kepadatan agraris. Kepadatan agraris adalah
merupakan perbandingan antara jumlah rumah tangga tani dengan luas lahan
pertanian.Semakin tinggi kepadatan agraris semakin tinggi pula tekanan terhadap lahan
pertanian.Tingginya kepadatan penduduk agraris di suatu DAS menunjukkan adanya tekanan
terhadap lahan pertanian.Kepadatan penduduk agraris yang tinggi menyebabkan pertanian
yang berkembang cenderung tidak efisien. Perkembangan pertanian yang tidak efisien akan
berpotensi mengakibatkan adanya degradasi kualitas lahan.

Saran/Rekomendasi

1. Perlu adanya aturan yang mengatur eksploitasi sumber daya alam baik yang dilakukan
secara legal apalagi ilegal, agar fungsi wilayah konservasi tetap terjaga.
2. Adanya kebijakan pemberian bantuan yang bersifat proyek padat karya
3. Diperlukan program reboisasi untuk menutup lahan-lahan yang telah terbuka
4. Program pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sekitar hutan secara aktif untuk
menekan laju alih fungsi lahan
Model Spasial Ekonomi Lingkungan
Untuk memenuhi tugas Ekonomi Lingkungan

Disusun oleh :
Andhika Bhagaskara 175020107111004
Pramanda Rafi Muhammad 175020100111024
Yoesef Christian Immanuel S 175020107111008
Nafhan Umara Devanantyo 175020107111002
Farel Rahmadian 175020107111005
Kholid Yahya 175020100111004
Hartsa Kusuma Nagara 175020100111008

Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Ilmu Ekonomi
Universitas Brawijaya
2019

Anda mungkin juga menyukai