dari sebuah/ kumpulan data spasial. Sementara Longley memberikan suatu acuan bahwa suatu
model spasial membutuhkan dua syarat, yaitu : Adanya variasi dalam konteks ruang yang
dimanipulasi oleh model tersebut
Berdasar pada pengertian model spasial, secara umum pemodelan spasial merupakan kegiatan
dimana membuat suatu model spasial dari suatu fenomena. Dalam buku karangan Longley,
pemodelan spasial dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG),
baik secara analog ataupun digital.
Pemodelan dengan pendekatan sistem dinamis urnumnya bersifat dinamik dalam waktu,
sehingga dapat memprediksi kondisi waktu yang akan datang. Sementara itu, pemodelan
dengan pendekatan sistem informasi geografik (SIG) berbasis data spasial sehingga dapat
menyajikan hasil secara spasiaJ.
Adapun pemodelan yang merupakan kombinasi keduanya, yaitu pemodelan berbasis spasial
dan bersifat dinamik., dapat dibangun dengan pendekatan Cellular AU/lJmato (CA).
Model ini dapat memprediksi kondisi di waktu yang akan datang secara spasial. Pemodelan
dengan pendekatan CA menggunakan unit anal isis raster, namun sebagian besar data spasial
dalam format velnor, oleh karena itu, perlu dilakukan transformasi data spasial dari format
vektor ke raster. Alasan lain adalah perubahan penggunaan lahan tetjadi secara bertahap, tidak
tetjadi dalam satu poligon besar secara sekaligus.
Model merupakan representasi dari beberapa bagian dunia nyata, hal ini dikarenakan
representasi dari sebuah model memiliki karakteristik yang sama dengan dunia nyata dalam
SIG model yang biasa digunakan adalah peta, peta merupakan representasi miniatur dari
beberapa bagian yang ada di dunia nyata (de by, 2004). Model yang direlasikan dengan
koordinat geografi dinamakan model spasial. Sedangkan Proses untuk memanipulasi dan
menganalisis data spasial atau data geografis untuk menghasilkan informasi yang berguna
untuk memecahkan masalah yang kompleks dinamakan Pemodelan Spasial. Skidmore (2002)
mengatakan bahwa berdasarkan terminologi model yang ditemukan dalam SIG model disini
merupakan model logic (deduktif dan induktif) dan model berdasarkan pada pengolahanya
(deterministik dan stokastik) sebagaimana pada tabel taksonomi sebuah model.
Analisis spasial adalah jenis analisis geografis yang berusaha menjelaskan pola perilaku
manusia dan ekspresi spasialnya dalam hal matematika dan geometri, yaitu, analisis lokasional
Pemodelan Spasial adalah Gambaran matematis tentang struktur dari sebuah fenomena spasial,
untuk keperluan prediksi/evaluasi. Disusun berdasarkan pengetahuan spesifik tentang suatu
fenomena spasial, biasanya berupa kombinasi dari beberapa operasi spasial terhadap
sekumpulan data spasial. Tujuannya mempelajari objek atau fenomena spasial di dunia nyata
Pemodelan spasial sangat erat dengan proses autoregressive, ditunjukkan dengan adanya
hubungan ketergantungan antar sekumpulan pengamatan atau lokasi. Hubungan tersebut juga
dapat dinyatakan dengan nilai suatu lokasi bergantung pada nilai lokasi lain yang berdekatan
atau bertetanggaan (neighboring).
Pola Spasial
Menurut Lee dan Wong (2011), “Pola spasial adalah sesuatu yang berhubungan dengan
penempatan atau susunan benda-benda di permukaan bumi”. Setiap perubahan pola spasial
akan mengilustrasikan proses spasial yang ditunjukkan oleh faktor lingkungan atau budaya.
Menurut McGarigal dan Marks dalam Harris et.al (2011), pola spasial adalah sebuah
parameterisasi kuantitatif dari komposisi dan konfirgurasi obyek spasial.
Pola spasial menjelaskan tentang bagaimana fenomena geografis terdistribusi dan bagaimana
perbandingan dengan fenomena-fenomena lainnya. Dalam hal ini, spasial statistik merupakan
alat yang banyak digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola spasial, yaitu
bagaimana objek-objek geografis terjadi dan berubah di suatu lokasi. Selain itu juga dapat
membandingkan pola objek-objek yang ditemukan di lokasi lain.
Upaya konservasi lingkungan dan sumber daya alam selama ini masih menggunakan metode
konvensional dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan, namun metode ini
kemudian menjadi semakin rumit terutama di daerah-daerah yang sulit terpantau. Dalam
analisis kejadian pengrusakan alam tidak hanya ditekankan pada pengamatan langsung pada
titik kejadian, namun perlu didalami faktor penyebab kerusakan dan upaya penanggulangannya
yang dapat diperoleh secara akurat dan cepat, maka dari itulah diperlukan Kajian/Metode
Spasial.
- Metode spasial (penggunaan Sistem Informasi Geografi atau Analisis Citra) dapat
mendeteksi secara akurat dan cepat akan potensi serta wilayah yang terkena dampak
kerusakan.
- Saat ini metode spasial untuk pengelolaan lingkungan telah banyak dilakukan sebagai
contoh kesesuaian ruang habitat satwa (Harini 2002), pemerataan rawan kebakaran
(Chuvieco 1999), penilaian kelestarian hutan (Mendoza dan Prabhu 2002), distribusi
tipe vegetasi (Felicisio 2000), kerusakan hutan mangrove (Budhiman 2001), dan
monitoring reforestasi kawasan tambang (Puspaningsih 2011).
- Selain pada konservasi lingkungan metode spasial juga telah dilakukan pada kajian
tingkat kesesuaian habitat Owa Jawa di Taman Nasional Gunung Halimur Salak (Dewi
2007), evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan indeks konservasi pada sub DAS
Cikapundung (Rismana 2011), dan kebutuhan hutan kota berbasis hidrologi di Kota
Ambon (Suhendi 2009).
Model Ekonomi Spasial adalah Fenomena ekonomi terdapat pada ruang geografis isu ekonomi
melibatkan tempat spesifik untuk kegiatan tertentu.
Contoh:
• Aktivitas jasa : di lokasi tertentu, informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan jasa
• Kompetisi internasional : kompetisi region tertentu dalam negara- negara yang berbeda
(antar negara).
Urban economics (ekonomi kota) : alam (nature) dan working (kerja) ekonomi dari kota.
• Regional economics (ekonomi wilayah) :Lebih luas dari 1 kota Model dan teknik
analisis yang dikembangkan, mencerminkan perspektif spasial yang lebih luas.
Imperfect divisibility
faktor-faktor yang menentukan perubahan dalam level pengeluaran dan perbedaan nyata antara
perekonomian secara nasional + wilayah.
• Di banyak negara konsumsi domestik ditentukan sebagian besar oleh berapa banyak
penduduk yang mengeluarkan (spending) dan seberapa mau (kesediaan)/ willingness
untuk belanja barang-barang domestik.
• Di dalam wilayah faktor penyebab utama adalah kesediaan untuk membeli produk yang
diproduksi dalam wilayah
• pajak dan tabungan dalam perekonomian nasional tidak hilang tetapi akan kembali
sebagai government spending atau investment pada tahun berikutnya.
• Apa yang tampak baik di negara tidak berarti menjadi baik juga di wilayah dalam
negara tsb, dan apa yang baik di suatu wilayah berarti seluruh negara baik.
Contoh :
Suatu pabrik untuk memproses hasil pertanian didirikan di wilayah pedesaan, yang biasanya
dikirim ke suatu kota (cukup jauh) untuk diproses. Pabrik tersebut menyerap tenaga kerja non-
pertanian, dan meningkatkan multiplier dengan tidak mengimpor “proses” dari wilayah lain.
secara regional : efek manfaat dengan meningkatnya level pendapatan wilayah.
Secara nasional mengurangi GNP, karena diplacement dari tenaga kerja bergaji tinggi dari
urban pindah ke pedesaan.
Kebijakan : insentif dan pengurangan biaya untuk kegiatan tertentu, kurang efektif di tingkat
regional.
d) meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
kepentingan.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota memuat:
1) ketentuan umum peraturan zonasi kota adalah penjabaran secara umum ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif.
4) peraturan zonasi yang telah ditetapkan dalam RTRW kota yang berisikan:
a. deskripsi atau definisi pola ruang (jenis zona) yang telah ditetapkan dalam rencana pola
ruang;
b. tujuan atau kualitas ruang yang diharapkan untuk setiap jenis pola ruang;
c. ketentuan umum yang merupakan ketentuan kinerja dari setiap pola ruang yang meliputi
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, tata masa bangunan, kepadatan bangunan, besaran
kawasan terbangun, besaran ruang terbuka hijau prasarana minimum yang perlu diatur
terkait pengendalian pemanfaatan ruang;
A. KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF
ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pemberian imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
a. perangkat untuk mendorong kegiatan dalam pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana
tata ruang
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
4) ketentuan insentif dari pemerintah kota kepada masyarakat umum (investor, lembaga
komersial, perorangan, dan lain sebagainya), yang diberikan dalam bentuk:
a. pemberian kompensasi;
b. pengurangan retribusi;
c. imbalan;
f. penghargaan; dan/atau
g. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
umum.
ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengatur tentang pengenaan bentuk-
bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang ketentuan pemberian disinsentif berfungsi
sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
b. pemberian persyaratan khusus untuk perizinan dalam rangka kegiatan pemanfaatan ruang
oleh masyarakat umum; dan/atau
Persoalan lingkungan hidup dewasa ini semakin memperoleh perhatian meskipun keseriusan
dalam penanganannya masih tetap kurang konsisten. tidak hanya menyoroti masalah
pencemaran saja yang diakibatkan dari proses produksi dan pembuangan produk, tetapi juga
dampak yang dihadapi oleh lingkungan karena adanya perubahan kearah pemanfaatan tata
ruang lahan menjadi kegiatan di siklus produk, jasa, maupun sector perekonomian. Pemerintah
memiliki tanggung jawab dengan mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai tata ruang
lahan dan lingkungan dan melakukan audit-audit lingkungan. Namun, sejauh ini baik
pemerintah dan para pelaku dunia usaha hanya berpikir tentang bagaimana setiap kegiatan
pembangunan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan hanya bertanggung jawab pada
proses manufaktur saja. Masih sangat jarang setiap proses pembangunan yang dilakukan baik
oleh pemerintah maupun pelaku usaha lainya melihat kondisi tata ruang lahan dan
peruntukkannya. Sehingga ketika proses pembangunan telah dilaksanakan, para pihak terkait
secara tidak langsung harus bertanggung jawab atas semua dampak terhadap lingkungan yang
disebabkan oleh sepanjang siklus hidup.
Kawasan Konservasi
Konservasi
Konservasi diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan
berpedoman pada asas pelestarian. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional,
konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam (hayati) dengan
pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keragamannya.
Strategi Konservasi
Strategi pelestarian nasional memberi ringkasan mengenai sumber daya alam terpulihkan dari
negara tersebut yang berkenaan dengan ekosistem, sumber daya genetik, system produksi alami
(hutan margasatwa, perikanan) hidrologi dan kawasan tangkapan air, ciri-ciri estetika dan
geologi, situs budaya dan potensi rekreasi. Juga perlu diidentifikasi bagaimana suatu bangsa
ingin menggunakan sumber daya alamnya serta pola desain tata guna lahan yang akan tetap
menjaga ketersediaan sumber daya alam secara umum memaksimalkan manfaat jangka
panjang dalam batas-batas yang ditentukan oleh kebutuhan spesifik negara tersebut, seperti
ruang untuk hidup, lahan pertanian, hasil hutan, ikan, energi dan industri.
Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan taman hutan raya
antara lain adalah : 1) Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem. 2) Merusak
keindahan dan gejala alam. 3) Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan. 4) Melakukan
kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan
yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang (Napitu, 2007).
Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa secara umum pada periode 1972-2004 telah terjadi
penurunan luas lahan Hutan Campuran dan sebaliknya, terjadi kenaikan luas lahan untuk
penggunaan lahan lain. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat ditarik hipotesa bahwa lahan
Hutan Campuran pada periode 1972-2004 terjadi konversi penggunaan lahan besar besaran
seluas 2.092 Ha menjadi Hutan Cemara Gunung, Hutan Pinus, Hutan terganggu, tanaman
semusim, Lahan Terbuka dan semak belukar. Hasil berbeda ditunjukkan oleh perubahan
penggunaan lahan periode 2004-2012 dimana telah terjadi penurunan luas tutupan lahan untuk
penggunaan lahan Hutan Campuran sebesar 755 Ha kemudian diikuti oleh penggunaan lahan
Tanaman Semusim, Lahan Terbuka dan Semak Belukar sebesar 2,37%; 74,05% dan 44,90%.
Penebangan hutan secara membabi buta dan kemudian mengkonversi kawasan ini menjadi
lahan pertanian, lahan hortikultura dan penggunaan lahan lain seperti pemukiman (villa, hotel,
dsb) kemudian menjadikan tingkat erosi dan aliran permukaan menjadi semakin hebat.
Intensitas infiltrasi hujan semakin kecil sehingga cadangan air tanah juga semakin menipis. di
lain pihak kebutuhan air untuk lahan-lahan pertanian baru, kebutuhan air bersih di perkotaan
akibat penambahan jumlah penduduk semakin besar sehingga tekanan kebutuhan akan air juga
semakin intensif. Akibatnya, di beberapa kota besar seperti Surabaya, Malang, Jakarta, dan
Semarang mengalami defisit air karena air sumur dan air PDAM mengalami kekeringan.
Keterkaitan antara Daya Dukung Lingkungan dalam Upaya Konservasi SDA dengan
Lokasi Kegiatan Manusia (dalam Konteks Sosial, Ekonomi dan Budaya)
Saran/Rekomendasi
1. Perlu adanya aturan yang mengatur eksploitasi sumber daya alam baik yang dilakukan
secara legal apalagi ilegal, agar fungsi wilayah konservasi tetap terjaga.
2. Adanya kebijakan pemberian bantuan yang bersifat proyek padat karya
3. Diperlukan program reboisasi untuk menutup lahan-lahan yang telah terbuka
4. Program pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sekitar hutan secara aktif untuk
menekan laju alih fungsi lahan
Model Spasial Ekonomi Lingkungan
Untuk memenuhi tugas Ekonomi Lingkungan
Disusun oleh :
Andhika Bhagaskara 175020107111004
Pramanda Rafi Muhammad 175020100111024
Yoesef Christian Immanuel S 175020107111008
Nafhan Umara Devanantyo 175020107111002
Farel Rahmadian 175020107111005
Kholid Yahya 175020100111004
Hartsa Kusuma Nagara 175020100111008
Ekonomi Pembangunan