Anda di halaman 1dari 15

ANSIETAS

A. DEFINISI

Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan


adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman (Kaplan and Sadock, 2010). Kecemasan berbeda dengan ketakutan.
Dimana cemas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas objeknya, tetapi takut adalah
kekhawatiran yang memiliki objek yang jelas (Maramis, 2005).

Ansietas adalah suatu perasaan takut yang berasal dari eksternal atau internal sehingga
tubuh memiliki respons secara perilaku, emosional, kognitif, dan fisik (Videbeck, 2011).
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom
(sumber tidak diketahui oleh individu) sehingga individu akan meningkatkan kewaspadaan
untuk mengantisipasi (NANDA, 2015). Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak berdaya dan respons emosional terhadap penilaian
sesuatu. Gangguan ansietas adalah masalah psikiatri yang paling sering terjadi di Amerika
Serikat (Stuart, 2013). Kesimpulan yang dapat ditarik dari kecemasan adalah respon terhadap
suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual
(Kaplan and Sadock, 2010).

B. JENIS

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya


sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009:30)
membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam,
misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok
normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaankeadaan
spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk
apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut
sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia.

Sedangkan menurut Stuart dan Laraia (2005), ada empat tingkat kecemasan atau
ansietas yang dialami individu yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan ringan lama.
Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang, karena
kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya.
Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi pada
individu akibat situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat
mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu
untuk lebihberhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian
hari.Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu
tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan
tersebutakan mengendap lama dalam diri individu.

b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara mendalam
dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan semacam ini maka biasanya ia
tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau
merugikanperkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu
kecemasanberat yang sebentar dan lama.Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar
dapat menimbulkan traumatis padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi
penyebab munculnya kecemasan. Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama
akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun
dan dapat meruak proses kognisi individu. Kecemasan yang berat dan lama akan
menimbulkan berbagai macam penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah),
excited (heboh, gempar).

d. Tingkat panik
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu
melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik,
menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta
kehilangan pemikiran rasional.

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung
makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak,
dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak
dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan. Kecemasan juga
memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan
yang tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat
berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb menyebutkan bahwa takut dan
cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa
takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak
menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari
dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu.

Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri,
dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Kholil
Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan
rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap
hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam
keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga
dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution (delusi
yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat,
gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung
menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan gejala-


gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :

a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah
marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat
dan dependen
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan
ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
Gejala meliputi ( APA, 1994 ) yaitu :
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkeringat
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak napas dan tercekik
e. Perasaan tersedak
f. Nyeri atau ketidak nyamanan dada
g. Mual atau distres abdomen
h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
i. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah dari diri sendiri)
j. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
k. Takut mati
l. Perestesia (kebas atau kesemutan)
m. Bergantian kedinginan atau kepanasan

Gejala lain gangguan ansietas meliputi :


a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit berkonsentrasi,
iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur (gangguan ansietas umum)
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai peristiwa traumatis,
perasaan menghidupkan kembali trauma ( episode kilas balik ), kesulitan merasakan
emosi ( afek datar ), insomnia dan iritabilitas atau marah yang meledak–ledak ( gangguan
stres pasca trauma )
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan kekerasan, kontaminasi,
dan keraguan, berulang kali melakukan aktifitas yang tidak bertujuan, seperti mencuci
tangan, menghitung, memeriksa, menyentuh (gangguan obsesifkompulsif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu ( fobia spesifik ),
situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau berada dalam satu situasi yang membuat
individu terjebak ( agorafobia) (Eko Prabowo, 2014)

D. FASE
Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas
dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu :
1) Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh
mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase
ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin
dan nor adrenalin. Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa
tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam
persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya
akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari
kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan
mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan
merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa
system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie,
1988).
2) Fase 2
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot,
gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya
dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah
menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis
yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara
tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua
(Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang
menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya
melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
3) Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap
saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-
gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan
stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku
dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat
terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan
toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi
terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

E. PSIKOPATOLOGI
1) Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
ansietas, di antaranya sebagai berikut.
a. Faktor biologis.
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu
mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stresor.
b. Faktor psikologis
a) Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara dua
elemen kepribadian—id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas
yang berat.
c) Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar
perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
c. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi
dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam integritas fisik
meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem imun, regulasi
suhu tubuh, dan perubahan biologis normal.
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, dan tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah, di
tempat kerja, dan penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, dan sosial budaya
3) Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu
sebagai berikut.
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku
menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik
diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau
mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas, dan bersifat
maladaptif.

1. Stres
2. Merasa terncam
3. Gangguan kecemasan

Faktor Predisposisi Faktor presipitasi


1. Biologis 1. Ancaman terhadap integritas
2. Psikologis fisik
3. Sosial budaya 2. Ancaman terhadap harga diri

Mekanisme koping

Konstruktif Destruktif
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGAKAJIAN
1. PENGKAJIAN
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien yang mengalami
diagnosis keperawatan ansitas, baik menggunakan cara individual maupun kelompok. Bagian
ini juga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
pasien dengan kecemasan. Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan di komunikasikan secaar
interpersonal.
1) Data Dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi,
adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa
medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki
maupun perempuan.
b. dentitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a) Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian –
id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan
dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga
diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai
dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
d) Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi,
latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e) Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khususuntuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-
aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas
3) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:


a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan
datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang
4) Mekanisme koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat
maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku
dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal, sensasi
tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
kelemahan umum.
d. kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri
abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
f. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat.Respon
perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
6) Data yang perlu dikaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih,
mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mandir sambil
berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari
lingkungan interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
b. Status sensorik:
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
pengecapan dan perabaan.
c. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya. Klien sering melamun,
menyendiri, senyum sendiri karena mendengar sesuatu,atau kadang-kadang mata
menatap tajam seperti mengawasi sesuatu.
d. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah masih terkontrol
atau tidak. Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu,
memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa tremor.
e. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan. Misalnya jika klien
menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa.
f. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui tentang waktu.
g. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini, Apakah klien
kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.
8) Pengkajian psikologis
a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka tampak datar. Saat
berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan jawaban sejelas-
jelasnya. Apakah Perasaan klien saat ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang bertentangan, menarik
diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi dll.Perhatikan juga
ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaks
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota keluarga yang lain di
rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka berdiam diri di
kamar, melamun. Klien mengatakan tidak
9) Pengkajian Sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup
INTERVENSI

No Diagnosa Perencanaan Intervensi


Keperawatan

1 Kerusakan interaksi TUK 1 : 1.Jadilah pendengar yang hangat


sosial berhubungan dan responsi
Tujuan : cemas
dengan cemas
berkurang atau hilang 2.Beri waktu yang cukup pada
pasien untuk berespon

3.Beri dukungan pada pasien


untuk berekspresikan perasaanya

4.Identifikasi pola perilaku pasien


atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif

5.Bersama pasien mengenali


perilaku dan respon sehingga
cepat belajar dan berkembang

2 TUK 2 : 1.Bantu pasien untuk


mengidentifikasi dan
Pasien dapat mengenali
menguraikan perasaanya
ansietasnya
2.Hubungkan perilaku dan
perasaanya

3.Validasi kesimpulan dan asumsi


terhadap pasien

4.Gunakan pertanyaan terbuka


untuk mengalihkan dari topik
yang mengancam ke hal yang
berkaitan dengan konflik

5.Gunakan konsultasi untuk


membantu pasien
mengungkapkan perasaanya.

3 TUK 3 : 1.Bantu pasien menjelaskan


situasi dan interaksi yang dapat
Pasien dapat
segera menimbulkan ansietas
memperluas
kesadaranya terhadap 2.Bersama pasien meninjau
perkembangan ansietas kembali penilaian pasien terhadap
stressor yang dirasakan
mengancam dan menimbulkan
konflik

3. Kaitkan pengalaman yang baru


terjadi dengan pengalaman masa
lalu yang relevan

4 TUK 4 : 1.Gali cara pasien mengurangi


ansietas dimasa lalu
Pasien dapat
menggunakan 2. Tunjukan akibat maladaptif dan
mekanisme koping yang destruktif dari respon koping yang
adaptif digunakan

3.Dorong pasien untuk


menggunakan respon koping
adaptif yang dimilikinya

3.Bantu pasien untuk menyusun


kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan
menggunakan ansietas sedang

4.Latih pasien dengan


menggunakan ansietas sedang

5.Beri aktifitas fisik untuk


menyalurkan energinya 12

6.Libatkan pihak yang


berkepentingan sebagai sumber
dan dukungan sosial dalam
membantu pasien menggunakan
koping adaptif yang baru

5 TUK 5 : 1.Ajarkan pasien teknik relaksasi


untuk meningkatkan kontrol dan
Pasien dapat
rasa percaya diri
menggunakan tekhnik
relaksasi 2.Dorong pasien untuk
menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas.

Anda mungkin juga menyukai