Tugas MKD Kelompok 2 (Kinerja Keuangan Daerah)
Tugas MKD Kelompok 2 (Kinerja Keuangan Daerah)
Disusun oleh:
Anggota Kelompok 2
Dosen Pengampu :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
ridho-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah dengan judul
Mengevaluasi Kinerja Keuangan Daerah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajeman
Keuangan Daerah.
Penyusun juga menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan berguna pada saat ini ataupun di kemudian
hari. Penyusun menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, mudah-
mudahan dengan adanya kekurangan tersebut penulis ataupun pembaca dapat memperbaikinya
dengan memberikan kritik dan saran sehingga akan ada kemajuan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II .............................................................................................................................................4
A. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah……………………………………………………4
B. Analisis Realisasi Anggaran………………………………………………………………5
C. Analasis Aset (Analisis Pertumbuhan dan Proporsi)……………………………………..9
D. Analisis Kewajiban (Pertumbuhan dan Proporsi)………………………………………..11
E. Analisis Ekuitas Dana……………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………….………………………………………………….16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan pesatnya pelaksanaan pembangunan serta semakin kompleksnya tugasnya
pemerintah daerah yang sudah tentu memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga timbul
pemikiran untuk menggali dan mengelola pendapatan asli daerah. Dimana Pendapatan Asli
Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain PAD yang sah. Yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam melaksanakan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Kemandirian dalam hal ini pembiayaan yang berasal dari pendapatan daerah semakin
diperhatikan, apalagi dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang tersebut mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah
mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Angaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana kegiatan
pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan menunjukan adanya sumber
peneriman yang merupakan target minimal dan biaya yang merupakan batas maksimal untuk
satu periode anggaran APBD dan dimasyarakat sesuai dengan program - program yang
direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat bagaimana program -
program itu di biayai.
Pemberian otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab kepada daerah,
sekaligus juga membuka peluang dan tantangan bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kesanggupan dalam melaksanakan pemerintah daerah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masyarakat setempat. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk lebih cerdik dalam
memanfaatkan dan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Adapun dibentuknya
daerah otonom yang bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintah dalam rangka mmberikan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan agar berfungsi secara efektif dan tercapainya tujuan pembentukan daerah otonom,
maka kepada daerah diberi wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan rumah tangganya,
salah satunya dibidang pengelolaan keuangan daerah, meliputi : pemungutan sumber – sumber
pendapatan, penyelenggaraan pengurus, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah,
penetapan dan perhitungan APBD.
Keuangan daerah merupakan komponen yang sangat penting dalam perencanaan
pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan daerah perlu
dilakukan untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan dan
kesadaran untuk secara efektif memberikan perhatian kepada isu dan permasalahan strategis
secara tepat. Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang tepat akan menghasilkan
kebijakan yang efektif dalam pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan/pemeriksaan sampai kepada pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Dalam kurun waktu lima
tahun mulai dari 2008 sampai dengan tahun 2012 pengelolaan keuangan daerah mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang mengamanatkan bahwa Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah sekurang-kurangnya menjelaskan arah kebijakan umum
daerah, pengelolaan keuangan daerahsecara makro termasuk pendapatan dan belanja daerah,
penyelenggaraan urusan desentralisasi, penyelenggaraan tugas pembantuan, dan
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya
dengan baik atau tidak. Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah
daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD.
“Rasio keuangan yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan dapat
dikelompokan menjadi Rasio kemandirian (otonomi fiskal), Rasio efektivitas dan efisiensi, dan
Rasio Keserasian”. ( Abdul Halim, 2004 : 128 ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini yaitu :
F. Apakah itu kinerja keuangan pemerintah daerah ?
G. Apakah itu analisis realisasi anggaran ?
H. Apakah itu analasis aset (analisis pertumbuhan dan proporsi) ?
I. Apakah itu analisis kewajiban (pertumbuhan dan proporsi)
J. Apakah itu analisis ekuitas dana
C. Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Dapat mengetahui kinerja keuangan pemerintah daerah.
2. Daerah mengetahui analisis realisasi anggaran.
3. Dapat mengetahui analasis aset (analisis pertumbuhan dan proporsi).
4. Dapat mengetahui analisis kewajiban (pertumbuhan dan proporsi).
5. Dapat mengetahui analisis ekuitas dana.
BAB II
PEMBAHASAN
b) Belanja
Belanjaadalah semua pengeluaran dari rekening kas umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas danalancer dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayaran kembali oleh Pemerintah
c) Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya
tidak bias dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bemcana alam,
bencana social, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
d) Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akanditerima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup deficit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran.
e) Penerimaan Pembiayaan
Adalah semua penerimaan rekening kas umumNegara/daerah antara lain berasal
dari penerimaan pinjaman, penjuakan obligasi pemerintah, hasil privatisasi
perusahaan Negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada
pihak ketiga, investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Analisis proporsi kelompok aset dilakukan untuk periode tiga tahun. Analisis proporsi
kelompok aset dilakukan dengan membandingkan kelompok aset yang dianalisis dengan total
aset pada tahun yang bersangkutan.
Aset yang dianalisis adalah proporsi aset tetap, aset lancar, dan aset lainnya terhadap
total aset berdasarkan angka absolut dan persentase.
Proporsi Aset Tetap dihitung dengan membandingkan jumlah aset tetap dengan Total
Aset pada tahun yang dianalisis selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2013
dan2014.
Rumusnya:
aset tetap
Proporsi asset tetap = × 100%
total aset
Proporsi Aset Lancar dihitung dengan membandingkan jumlah Aset Lancar dengan
Total Aset pada tahun yang dianalisis selama periode 2 tahun.
Rumusnya:
Pertumbuhan Ekuitas Dana= 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100%
Rumusnya:
aset lainnya
Proporsi asset lainnya = × 100%
total aset
aset lancar
Tingkat likuiditas = × 100%
kewajiban lancar
total utang
Rasio utang terhadap ekuitas = × 100%
jumlah ekuitas dana
Total utang
Rasio Utang Perkapita =
Total Jumlah Penduduk
Total utang
Rasio Utang terhadap Ekuitas =
Jumlah Ekuitas Dana
Total utang
Rasio Utang terhadap Aset Modal =
Total Aset Modal
e) Analisis Rasio Bunga Utang terhadap Pendapatan Asli Daerah
Rasio bunga pinjaman terhadap pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya
kemampuan pemerintah daerah untuk membayar bunga utang jangka panjang dengan
pendapatan asli daerah (PAD).
Total Utang
Rasio Utang terhadap PDRB =
PDRB
Total utang
Rasio Bunga Utang terhadap PPD =
PPD
total utang
Rasio Bunga Utang terhadap total pendapatan daerah =
total pendapatan daerah
total utang
Rasio utang terhadap ekuitas dana=
jumlah ekuitas dana