Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH

Disusun oleh:

Anggota Kelompok 2

1. Halimah Eka Putri (17043120)


2. Muhammad Rais Shadiq (17043136)
3. Ninda Novita Yoza (17043140)

Dosen Pengampu :

Dewi Pebriyani, S. E., M. Si

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
ridho-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah dengan judul
Mengevaluasi Kinerja Keuangan Daerah ini disusun untuk memenuhi tugas Manajeman
Keuangan Daerah.
Penyusun juga menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan berguna pada saat ini ataupun di kemudian
hari. Penyusun menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, mudah-
mudahan dengan adanya kekurangan tersebut penulis ataupun pembaca dapat memperbaikinya
dengan memberikan kritik dan saran sehingga akan ada kemajuan yang lebih baik dari
sebelumnya.

Padang , 02 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1


A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………....3
C. Tujuan……………………………………………………………………………..………3

BAB II .............................................................................................................................................4
A. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah……………………………………………………4
B. Analisis Realisasi Anggaran………………………………………………………………5
C. Analasis Aset (Analisis Pertumbuhan dan Proporsi)……………………………………..9
D. Analisis Kewajiban (Pertumbuhan dan Proporsi)………………………………………..11
E. Analisis Ekuitas Dana……………………………………………………………………14

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................15


A. Kesimpulan……………………………….……………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA……………………….………………………………………………….16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan pesatnya pelaksanaan pembangunan serta semakin kompleksnya tugasnya
pemerintah daerah yang sudah tentu memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga timbul
pemikiran untuk menggali dan mengelola pendapatan asli daerah. Dimana Pendapatan Asli
Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain PAD yang sah. Yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam melaksanakan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Kemandirian dalam hal ini pembiayaan yang berasal dari pendapatan daerah semakin
diperhatikan, apalagi dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang tersebut mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah
mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Angaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana kegiatan
pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan menunjukan adanya sumber
peneriman yang merupakan target minimal dan biaya yang merupakan batas maksimal untuk
satu periode anggaran APBD dan dimasyarakat sesuai dengan program - program yang
direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat bagaimana program -
program itu di biayai.
Pemberian otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab kepada daerah,
sekaligus juga membuka peluang dan tantangan bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kesanggupan dalam melaksanakan pemerintah daerah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masyarakat setempat. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk lebih cerdik dalam
memanfaatkan dan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Adapun dibentuknya
daerah otonom yang bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintah dalam rangka mmberikan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan agar berfungsi secara efektif dan tercapainya tujuan pembentukan daerah otonom,
maka kepada daerah diberi wewenang untuk melaksanakan berbagai urusan rumah tangganya,
salah satunya dibidang pengelolaan keuangan daerah, meliputi : pemungutan sumber – sumber
pendapatan, penyelenggaraan pengurus, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah,
penetapan dan perhitungan APBD.
Keuangan daerah merupakan komponen yang sangat penting dalam perencanaan
pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan daerah perlu
dilakukan untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan dan
kesadaran untuk secara efektif memberikan perhatian kepada isu dan permasalahan strategis
secara tepat. Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang tepat akan menghasilkan
kebijakan yang efektif dalam pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan/pemeriksaan sampai kepada pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Dalam kurun waktu lima
tahun mulai dari 2008 sampai dengan tahun 2012 pengelolaan keuangan daerah mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang mengamanatkan bahwa Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah sekurang-kurangnya menjelaskan arah kebijakan umum
daerah, pengelolaan keuangan daerahsecara makro termasuk pendapatan dan belanja daerah,
penyelenggaraan urusan desentralisasi, penyelenggaraan tugas pembantuan, dan
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya
dengan baik atau tidak. Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah
daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD.
“Rasio keuangan yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan dapat
dikelompokan menjadi Rasio kemandirian (otonomi fiskal), Rasio efektivitas dan efisiensi, dan
Rasio Keserasian”. ( Abdul Halim, 2004 : 128 ).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini yaitu :
F. Apakah itu kinerja keuangan pemerintah daerah ?
G. Apakah itu analisis realisasi anggaran ?
H. Apakah itu analasis aset (analisis pertumbuhan dan proporsi) ?
I. Apakah itu analisis kewajiban (pertumbuhan dan proporsi)
J. Apakah itu analisis ekuitas dana

C. Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Dapat mengetahui kinerja keuangan pemerintah daerah.
2. Daerah mengetahui analisis realisasi anggaran.
3. Dapat mengetahui analasis aset (analisis pertumbuhan dan proporsi).
4. Dapat mengetahui analisis kewajiban (pertumbuhan dan proporsi).
5. Dapat mengetahui analisis ekuitas dana.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah


Kinerja (Performance) diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama
periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan (Kamus Akuntansi
Manajemen Kontemporer, 1994). Selanjutnya measurement atau pengukuran kinerja diartikan
sebagai suatu indikator keuangan dan non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau
hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi. Pengukuran
kinerja merupakan wujud akuntabilitas, dimana penilaian yang lebih tinggi menjadi tuntunan
yang harus dipenuhi, data pengukuran kinerja dapat menjadi peningkatan program selanjutnya.
Menurut Sedarmayanti (2003 : 64) ”Kinerja (performance) diartikan sebagai hasil
seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana
hasil kerja tersebut harus dapat diukur dengan dibandingkan dengan standar yang telah
ditentukan”
Faktor kemampuan sumber daya aparatur pemerintah terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan ability (knowledge + skill), sedangkan faktor motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) sumber daya aparatur pemerintah dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan sumber daya aparatur pemerintah dengan terarah untuk mencapai
tujuan pemerintah, yaitu good governance.
Menurut Mardiasmo (2002 : 121) ” Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui
alat ukur finansial dan nonfinansial”.
Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan sebagai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah, yang meliputi
anggaran dan realisasi PAD dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui
suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari
pengukuran kinerja tersebut berupa rasio keuangan.
Kinerja (performance) menurut kamus akuntansi manajemen dikatakan sebagai aktivitas
terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan
pekerjaan. Pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu sistem keuangan atau non keuangan dari
suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau
suatu uit organisasi. Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu
hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi peneriman dan belanja daerah dengan
menggunakan sistem keuangan yang ditentukan melalui suatu kebijakan atau ketentuan
perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut
berupa rasio keuangan yang terbentuk dari sistem laporan pertanggungjawaban daerah berupa
perhitungan APBD.

B. Analisis Realisasi Anggaran

Pengertian Realisasi Anggaran


Menurut Gege Edy Prasetya dalam bukunya yang berjudul Penyusunan dan Analisis
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menjelaskan:“Realisasi Anggaran adalah laporan yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatandan belanja dengan realisasinya yang
menunjukan ketaatan terhadap peraturan dan ketentuan perundang-undangan(2010;6)”

1) Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber daya eknomiyang dikelola Pemerintahan Pusat/Daerah, yang
menggambarkan perbandinga antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menungkapkan kegiatan keuangan
Pemerintah Pusat/Daerah yang menunjukan jabatan terhadap APBD.Unsur-unsur yang
mencakup secara langsung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menurut standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah (KSAP) yang mencakup komite yang dibentuk
oleh Departemen Keuangan RI yaitu untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang
muncul dalam pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit di Pemerintahan (2009;21).
Terdiri dari:
a) Pendapatan (Basis Kas) adalah Hak penerimaan oleh Bendaharawan
Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau entitas Pemerintah lainnya
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan menjadi hak Pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh Pemerintah.
b) Pendapatan (Basis Akrual) adalah hak Pemerintah yang diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih.
c) Belanja (Basis Kas) adalah Semua pengeluaran oleh Bendaharawan
Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana
lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak diperoleh
pembayarannya kembali ke Pemerintah.
d) Belanja (Basis Akrual) adalah Kewajiban Pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
e) Transfer adalah Pemerimaan/Pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan
dana bagi hasil.
f) Pembiayaan (financing) adalah Setiap penerimaan yangperlu dibayar
kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam pengganggaran. Pemerintahan terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
g) Penerimaan pembayaran antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
investasi. Pengeluaran penerimaan antara lain digunakan untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas
lain, dan penyertaan modal oleh Pemerintah.

2) Periode Pelaporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran (LRA) disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun.Selain itu Laporan Realisasi Anggaran ini juga disajikan 2 kali setahun, yaitu
laporan semesteran dan laporan tahunan. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu
entitas berubah dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahunan disajikan dengan satu
periode yang berubah lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan
informasi sebagai berikut:
a. Anggaran alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun.
b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi Anggaran dalam
catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

3) Ketepatan Waktu Pelaporan


Ketetepatan waktu merupakan hal yang harus diperhatikan sekali dalam pelaporan
keuangan, karena dapat mengefisiensi waktu pengambilan keputusan berdasarkan hasil
pelaporan keuangan, semesteran atau laporan keuangan tahunan.

4) Manfaat Pelaporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan
yang masing-masig diperbandingkan dengan anggarannya.Informasi tersebut berguna
bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-
sumber daya ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelapoan terhadap
anggaran.Disamping hal diatas, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) juga menyediakan
informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima
untuk menandai kegiatan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam periode mendatang dengan
cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) juga
dapat menyediakn inforrmasi kepada para pengguna laporan indikasi tentang perolehan
dan penggunaan sumber daya ekonomi

5) Definisi Komponen Laporan Realisasi Anggaran


Menurut peraturan Bupati dalam bukunya berjudul system dan prosedur
pengelolaan keuangan Daerah Pemerintahan Kabupaten Bandung (2009;6) menyatakan
bahwa:
a) Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan rekening kas umum Negara/Daearah yang
menambah ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak Pemerintah, dan perlu dibayar oleh Pemerintah serta Pemerintah daerah
yang diakui sebagai penerimaan nilai kekayaan bersih, pendapatan terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah.
2. Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan pajak daerah adalah pendapatan daerah yang berasal dari pajak.
3. Pendapatan Retribusi pajak
Adalah pendapatan daerah yang diperoleh dari retribusi.
4. Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Adalah pendapatan yang diperoleh dari kekayaan daerah.
5. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Adalah pendapatan yang diperoleh selain dari pendapaan pajak, retribusi, dan
pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
6. Pendapatan Transfer
Pendapatan transfer adalah dan perimbangan dari pemerintah pusat dan dari
pemerintahan provinsi.Dana dari pusat antara lain :
 Dana bagi hasil pajak
 Dana bagi hasil sumber daya alam
 Dana alokasi umum
 Dana alokasi khususDana perimbangan dari pemerintah pusat lainnya
terdiri dari:
 Dana otonomi daerah khusus
 Dana penyesuaian

Pendapatan transfer dari pemerintah provinsi diantaranya:


 Pendapatan bagi hasil
 Pendapatan bagi hasil lainnya.
 Lain-lain pendapatan yang sah
Lain-lain pendapatan yang sah adalah pendapatan yang diperoleh dari
dana bantuan kontijensi, dan darurat dan dana bantuan Provinsi.

b) Belanja
Belanjaadalah semua pengeluaran dari rekening kas umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas danalancer dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayaran kembali oleh Pemerintah

c) Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya
tidak bias dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bemcana alam,
bencana social, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.

d) Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akanditerima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup deficit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran.

e) Penerimaan Pembiayaan
Adalah semua penerimaan rekening kas umumNegara/daerah antara lain berasal
dari penerimaan pinjaman, penjuakan obligasi pemerintah, hasil privatisasi
perusahaan Negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada
pihak ketiga, investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.

C. Analasis Aset (Analisis Pertumbuhan dan Proporsi)


1) Analisis Pertumbuhan Aset
Rasio aktivitas digunakanuntuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran rasio ini akan terlihat apakah
perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau
mungkin justru sebaliknya.
Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara tingkat
penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Artinya diharapkan adanya
keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti sediaan,
piutang dan aktiva tetap lainnya.

aset t−aset t−1


Pertumbuhan Aset =
aset t−1

2) Analisis atas Proporsi Kelompok Aset

Analisis proporsi kelompok aset dilakukan untuk periode tiga tahun. Analisis proporsi
kelompok aset dilakukan dengan membandingkan kelompok aset yang dianalisis dengan total
aset pada tahun yang bersangkutan.

Aset yang dianalisis adalah proporsi aset tetap, aset lancar, dan aset lainnya terhadap
total aset berdasarkan angka absolut dan persentase.

Analisis Proporsi Aset Tetap

Proporsi Aset Tetap dihitung dengan membandingkan jumlah aset tetap dengan Total
Aset pada tahun yang dianalisis selama periode 2 tahun yaitu posisi per 31 Desember 2013
dan2014.
Rumusnya:

aset tetap
Proporsi asset tetap = × 100%
total aset

Analisis Proporsi Aset Lancar

Proporsi Aset Lancar dihitung dengan membandingkan jumlah Aset Lancar dengan
Total Aset pada tahun yang dianalisis selama periode 2 tahun.
Rumusnya:
Pertumbuhan Ekuitas Dana= 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100%

Analisis Proporsi Aset Lainnya


Proporsi Aset Lainnya dihitung dengan membandingkan jumlah Aset Lainnya dengan
Total Aset pada tahun yang dianalisis selama periode 2 tahun.

Rumusnya:

aset lainnya
Proporsi asset lainnya = × 100%
total aset

1) Analisis Tingkat Likuiditas


Analisis rasio likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan pemerintah daerah
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dihitung menggunakan rumus:

aset lancar
Tingkat likuiditas = × 100%
kewajiban lancar

2) Analisis Rasio Hutang terhadap Ekuitas Dana


Rasio ini digunakan untuk mengatahui bagian dari setiap rupiah ekuitas dana yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Rasio ini mengindikasikan seberapa besar
pemerintah daerah terbebani oleh hutang. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:

total utang
Rasio utang terhadap ekuitas = × 100%
jumlah ekuitas dana

D. Analisis Kewajiban (Pertumbuhan dan Proporsi)


1. Bentuk analisis kewajiban
a. Analisis pertumbuhan utang
b. Analisis rasio utang perkapita
c. Analisis rasio utang terhadap ekuitas
d. Analisis rasio utang terhadap asset modal
e. Analisis rasio bunga utang terhadap pendapatan asli daerah
f. Analisis rasio utang terhadap PDRB
g. Analisis rasio utang terhadap pendapatan pajak daerah
h. Analisis rasio utang terhadap pendapatan asli daerah
i. Analisis rasio utang terhadap total pendapatan daerah

a) Analisis Pertumbuhan utang


Analisis pertumbuhan utang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan utang
pemerintah daerah dari tahun ke tahun.

Nilai utang tahun ke n – Nilai utang tahun ke n−1


Pertumbuhan utang = × 100%
Nilai utang tahun ke n−1

b) Analisis rasio utang Perkapita


Analisis rasio utang perkapita memberikan informasi mengenai beban utang setiap
masyarakat yang menjadi penduduk pemerintah daerah setempat.

Total utang
Rasio Utang Perkapita =
Total Jumlah Penduduk

c) Analisis rasio utang terhadap ekuitas


Bermanfaat untuk memberikan indikasi berapa bagian dari ekuitas dana yang diperlukan
untuk mendanai utang.

Total utang
Rasio Utang terhadap Ekuitas =
Jumlah Ekuitas Dana

d) Rasio utang terhadap asset modal


Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari asset modal yang dapat
digunakan untuk menjamin utang.

Total utang
Rasio Utang terhadap Aset Modal =
Total Aset Modal
e) Analisis Rasio Bunga Utang terhadap Pendapatan Asli Daerah
Rasio bunga pinjaman terhadap pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya
kemampuan pemerintah daerah untuk membayar bunga utang jangka panjang dengan
pendapatan asli daerah (PAD).

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Bunga Utang terhadap PAD =
Bunga Utang Jangka panjang

f) Analisis Rasio utang terhadap PDRB


Manfaat rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan daerah dalam menanggung beban
utang dan memenuhi kewajibannya berdasarkan kemampuan produktivitas yang dimiliki
daerah.

Total Utang
Rasio Utang terhadap PDRB =
PDRB

g) Analisis rasio utang terhadap pendapatan pajak daerah


Rasio ini digunakan untuk mengambarkan kapasitas pemerintah daerah untuk membayar
kemabli utangnya dengan pendapatan pajak yang diterima.

Total utang
Rasio Bunga Utang terhadap PPD =
PPD

h) Analisis rasio utang terhadap pendapatan asli dareah (PAD)


Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kapasitas pemerintah daerah untuk
membayar kembali utangnya dengan PAD.
Total utang
Rasio Utang terhadap PAD =
pendapatan asli daerah

i) Analisis rasio utang terhadap total pendapatan daerah


Analisis rasio utang terhadap total pendapatan daerah merupakan perbandingan antara
total utang dengan total pendapatan daerah.

total utang
Rasio Bunga Utang terhadap total pendapatan daerah =
total pendapatan daerah

E. Analisis Ekuitas Dana


a. Analisis pertumbuhan ekuitas dana
Semakin tinggi nilai analisis pertumbuhan ini, semakin tinggi nilai bersih kekayaan
pemerintah daerah.

nilai ED tahun ke n−nilai ED tahun ke n−1


Pertumbuhan Ekuitas Dana= × 100%
nilai ED tahun ke n−1

b. Analisis Rasio utang terhadap ekuitas dana


Bermanfaat untuk memberikan indikasi berapa bagian dari ekuitas dana yang
diperlukan untuk mendanai utang.

total utang
Rasio utang terhadap ekuitas dana=
jumlah ekuitas dana

c. Analisis struktur ekuitas dana


 Analisis sturktur ekuitas dana bermanfaat untuk mengetahui proporsi terhadap
ekuitas dana.
 Struktur ekuitas dana yang baik, mencerminkan adanya harmonisasi antara
sumber pembiayaan eksternal dengan pembiayaan internal.
 Informasi komposisi ekuitas dana bermanfaat untuk mengetahui orientasi alokasi
dana pemerintah daerah yaitu seberapa besar dana yang ditanamkan untuk
operasional rutin dan seberapa dalam bentuk investasi.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul, 2008,Akuntansi Keuangan Daerah,Edisi Revisi 3,Jakarta: Salemba


Empat.
Tanjung, Abdul, Hafiz, 2006, Akuntansi Keuangan Daerah Konsep dan Aplikasi,
Bandung: Alfabeta.
Munawir, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta: Liberty.

Anda mungkin juga menyukai