S DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN GASTRITIS DI PUSKESMAS
WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN
WAKATOBI
OLEH :
KUNURIA
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN GASTRITIS DI PUSKESMAS
WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN
WAKATOBI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga (DIII)
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH :
KUNURIA
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri 01 Mandati I Tamat Tahun 1990
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Wangi-Wangi Tamat Tahun
1993
3. Sekolah Perawat Kesehatan Pemda Buton Tamat Tahun 1998
4. Poltekes Kemenkes Kendari Program RPL Tahun 2017-2018
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : Kunuria
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kunuria
v
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
Karya Tulis Ilmiah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Tulis Ilmiah ini, tidak akan terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak H. Taamu, A.Kep., S.Pd., M.Kep selaku pembimbing yang
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini ucapan terima
kasih kepada:
3. Para Penguji: Lena Atoy, SST., MPH; Fitri Wijayanti, S.Kep, Ns., M.Kep,
Dian Yuniar, S.KM., M.Kep yang telah banyak memberikan saran dan
4. Kepala Puskesmas Wangi-Wangi Selatan Ibu Wa Ode Erma, S.KM yang telah
vii
6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Alm. Laisira dan
7. Secara khusus, kami mengungkapkan rasa terimakasih yang tiada tara kepada
serta seluruh pengertian yang besar. Baik itu selama mengikuti program
ini, masih banyak terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan. Olehnya itu,
saran, kritik dan pendapat yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN .................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 5
A. Pengkajian ....................................................................................... 34
1. Identitas Pasien ........................................................................... 34
2. Riwayat Keluhan ........................................................................ 34
3. Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 35
4. Pola Aktifitas .............................................................................. 36
5. Pisikososial ................................................................................. 36
6. Terapi ......................................................................................... 36
7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 37
B. Data Fokus ...................................................................................... 37
ix
C. Perumusan Masalah ........................................................................ 38
D. Rencana Tindakan Keperawatan .................................................... 40
E. Implementasi dan Evaluasi ............................................................. 43
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ....................................................................................... 53
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 54
C. Rencana Keperawatan ..................................................................... 56
D. Implementasi Keperawatan ............................................................. 57
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................... 62
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mukosa lambung. Bagian yang terkena adalah lambung dan menyerang pada
perempuan dan laki – laki, serta semua umur, gastritis diakibatkan karena
melupakan bahwa hal ini sanggat penting bagi kesehatan tubuhnya, sebenarnya
antara penyakit tersebut adalah penyakit pada lambung. Tingginya aktivitas kerja
masyarakat yang ingin mengurangi berat badan dengan cara diet yang tidak tepat,
serta obat – obatan seperti aspirin, anti radang non steroid, kortison, kafein dan
Apabila penyakit ini diderita dalam waktu yang sangat lama akan
pada orang tua. Komplikasi utama lainnya adalah tukak atau perforasi, dimana
asam lambung mengerosi ke dalam atau melalui dinding lambung dan akan perlu
berbahaya kecuali bagi mereka yang berusia di atas 70 tahun (Hadi, 2005).
1
Dalam tubuh manusia banyak terdapat sistem yang saling kerja sama dalam
yang penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat
penting dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidup setiap sel di tubuh.
Dalam sistem pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah
dan lapisan mukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam
persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis 29,5%. Menurut data dari World
daerah juga cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita
gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2008). Gastritis termasuk ke dalam sepuluh besar
penyakit dengan posisi kelima pasien rawat inap dan posisi keenam pasien rawat
jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang datang ke unit pelayanan kesehatan
2
baik di puskesmas maupun rumah sakit mengalami keluhan yang berhubungan
gastritis tahun 2016 adalah 5,5/1000 penduduk 10.718 kasus (Dinkes Provinsi
Sultra, 2016). Berdasarkan data 10 besar penyakit di kota Kendari, gastritis berada
pada urutan 3 dengan prevalensi 1,4 % (5.564 kasus) dengan jumlah penduduk
256.975 jiwa (Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2016). Berdasarkan data
bahwa penderita gastritis pada tahun 2016 sebanyak 802 kasus, pada tahun 2017
sebanyak 928 kasus dan tahun 2018 untuk periode Januari hingga Juni sebanyak
475 kasus.
dilandasi rasa tulus ikhlas dengan tujuan untuk menjamin mutu keperawatan. Dari
uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat laporan studi kasus dengan
3
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Wangi Selatan.
Wangi-Wangi Selatan.
Wangi Selatan.
Selatan.
4
D. Manfaat Penulisan
2. Manfaat Praktis
gastritis.
b. Bagi Institusi/pendidikan
lanjut.
c. Bagi Puskesmas
gastritis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gastritis
(inflamasi mukosa lambung) seringkali karena diet yang tidak teratur, individu ini
makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan terlalu berbumbu atau
akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu, atau terapi radiasi. Gastritis
dapat menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis akut yang
lebih parah di sebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat menyebabkan
Pada gastritis mukosa memerah, edamatosa dan di tutupi oleh mucus yang
melekat, erosi kecil dan perdarahan sering timbul. Derajat peradangan sangat
Makanan dan cairan sebaiknya tidak di berikan sampai peradangan dan muntah-
antiemetik dapat di berikan untuk memperbaiki spasme otot polos (Sylvia, 2005).
6
1. Anatomi Fisiologi Lambung
a. Anatomi Lambung
menyerupai tabung - J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa.
lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau pylorus
(Wilson, 2002).
kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung
7
lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang terjadi. Sfingter
sfingter ini akan mencegah terjadinga aliran balik isi usus ke dalam
besar.
2) Muskularis
sirkular ditengah dan lapisan oblik bagian dalam. Susunan serat- serat
8
yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan
3) Submukosa
4) Mukosa
yaitu :
b) Kelenjar fundus atau gastric terletak pada fundus dan hamper seluruh
korpus lambung. Pada kelenjar fundus ini terdapat tiga jenis sel
9
c. Fungsi lambung yaitu :
1) Fungsi Motorik
tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna.
relaksasi resektif otot polos diperantai saraf vagus dan dirangsang oleh
gastarin.
2) Fungsi Mencapur
mengelilingi lambung.
vagus.
10
c) Sekresi faktor instrinsik memungkinkan absorbs vitamin B.12.
1) Fase Sefalik
dari korteks serebri atau pusat nafsu makan. Impuls eferen kemudian
mucus.
2) Fase Gastric
11
3) Fase Intestinal
2. Fisiologi Lambung
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
Asam klorida (HCl) menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
ulang, setiap menit tiga kali dan merayap perlahan-lahan pylorus. Makanan masuk
kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang
12
Perjalanan makanan masuk ke lambung praktis beralan lancar pada waktu
orang sedang makan, tetapi perjalanan makanan keluar lambung tidak dimulai
segera mula-mula makanan harus dibuat cair, kemudian jumlah kecil, kira-kira 70
cc, berjalan melalui lubang pilorik masuk duodenum. isi lambung sangat asam,
ketika jumlah kecil itu masuk ke duodenum, .spinkter pilorik menutup sampai isi
asam itu sebagian telah dinetralkan oleh kerja getah duodenum. pankreas dan
empedu yang alkalis Bila otot spinkter mengendor lagi maka duodenum menerima
3. Penyebab Gastritis
Penyebab utama dari gastritis adalah karena makanan dan minuman yang
panas atau yang dapat merusak, pada mukosa lambung misalnya : alkohol,
salisilat, keracunan makanan yang mengandung toksin stafilokok, dan lain - lain
1. Obat obatan : Aspirin, obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS), bahan kimia
temukan pada korpus dan fundus biasanya di sebabkan stress. Jika di sebabkan
epitel, dan di temukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal (Mansjoer,
13
Etiologi dan pathogenesis gastritis kronik pada umumnya belum di
ketahui, penyakit ini lebih sering terdapat pada orang tua. Namun alkohol
B. Patofisiologi
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam HCL) dan pepsi,
erosi yang terkait berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam-
Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus cukup untuk bertindak sebagai
yaitu hipersekresi asam pepsin dan kelemahan barrier mukosa lambung (Sylvia,
2005).
dan faktor defensive yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa
lambung. Faktor agresif tersebut HCL, pepsin, asam empedu, infeksi, virus,
bakteri dan bahan korosif (asam dan basa kuat). Sedangkan faktor defensive
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
14
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti
2. Gastritis Kronik
yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi
HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung
15
juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa
desquamasi sel dan munculah respon radang kronis pada gaster yaitu :
pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster,
misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa
lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang (Mansjoer, Arif, dkk 2001).
tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada
akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel
C. Manifestasi Klinik
Gastritis dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti
mual sampai gejala yang paling berat seperti nyeri epigastrium, muntah,
tambahan seperti endoskopi, biopsy mukosa, dan analisis cairan lambung untuk
16
Pada pemeriksaan fisik sering tidak di jumpai kelainan kadang-kadang
anemia makrositik. Uji coba schilling tidak normal, analisis cairan lambung
meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel
a. Pemeriksaan Penunjang
akibat perdarahan.
2) Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis
mukosa lambung.
mukosa lambung.
17
b. Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis, kadang-
ulkus kalau prosesnya hebat. Pada gastritis kronis, atrofi lambung dapat
menyebabkan anemia yang secara klinis hampir sama dengan anemia pernisiosa
intrinsik dalam serum dan cairan gasternya, selain vitamin B12 penyerapan besi
keganasan lambung terutama gastritis kronik atrium pylorus (Brunner & Suddart,
2001).
c. Penanggulangan
Salah satu penyebab dari penyakit maag adalah akibat makan yang tidak teratur,
dan juga serangan bakteri. Pylori yang merupakan bakteri pencetus maag. Selain
mengkonsumsi alkohol, pola tidur dan pola makan yang tidak teratur, akibat stres.
Biasanya pada penderita maag, penderita telat makan, dan juga porsi makan
18
penderita biasanya lebih banyak. Berikut beberapa cara mengatasi gastritis
1. Menghindari keadaan perut kosong, karena jika perut kosong maka akan
2. Mengatur jadwal makan dengan porsi makan yang kecil dan juga ringan dan
3. Makanlah makanan yang teksturnya lunak dan bisa dengan mudah dicerna oleh
tubuh.
4. Menghindari stres.
5. Hindarilah jenis makanan atau minuman yang mengandung alkohol, gas, dan
juga kafein.
d. Penatalaksanaan
gastritis kronik, kemungkinan itu seharusnya di cari lebih dahulu. Anemia yang di
sebabkan gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12
alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu di anjurkan
untuk makan makanan yang bergizi. Bila gejala menetap maka cairan di berikan
19
Gastritis kronik di atasi dengan memodifikasi pasien, meningkatkan
dengan antibiotik seperti Tetrasiklin atau Amoxillin dan Garam Bismut (Pepto
yang di sebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor intrinsic (Brunner &
Suddart, 2001).
D. Fokus Pengkajian
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1998).
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi arah
1. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas klien : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan alamat.
20
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alkohol.
c) Obat-obatan.
e) Riwayat toksik
a) Aktivitas/Istirahat
b) Sirkulasi
respon psikologik).
c) Integritas Ego
21
Tanda : Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
d) Eliminasi
e) Makanan/cairan
ulkus sebelumnya.
Tanda : Muntah warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
(perdarahan kronis).
22
f) Neurosensori
g) Nyeri/kenyamanan
duodenal).
h) Keamanan
23
6) Pemeriksaan diagnosik
jaringan/cedera.
penyebab/sisi lesi.
mulai.
terhadap cedera.
7) Klasifikasi Data
24
1) Data subjektif. Adalah persepsi klien terhadap masalah-masalah yang
2) Data obyektif
Adalah semua data senjang pada klien dengan gastritis yang diperoleh
8) Analisa Data
tersebut.
E. Diagnosa Keperawatan
keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen esensial suatu diagnosa
keperawatan yang telah dirujuk sebagai PES (Gardon, 1987), dimana “P”
diidentifikasi sebagai problem, “E” menunjukkan etiologi dari problem dan “S”
menggambarkan sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian ini dipadukan dalam
25
Dengan demikian diagnosa keperawatan yang dapat muncul / timbul
adalah:
F. Intervensi Keperawatan
semua treatment yang di dasarkan pada penilaian klinik dan pengetahuan perawat
keperawatan pada kasus thypus abdominalis (NANDA, NIC & NOC : 2010).
26
dengan intake diharapkan nyeri berkurang. - Beri posisi yang nyaman
yang tidak Kriteria Hasil: bagi klien.
adekuat. - Tidak mengeluh nyeri uluhati - Beri pasien untuk
27
muntah tubuh klien terpenuhi. kelembaban membrane
Kriteria Hasil: mukosa dan adanya
G. Implementasi Keperawatan
dan pengetahuan yang luas dari tenaga perawat, untuk memberikan pelayanan
perawatan yang baik dan bermutu sehingga harapan dan tujuan rencana perawatan
yang baik dan bermutu yang telah ditentukan dapat tercapai. Ada dua syarat hasil
1. Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan
oleh klien.
28
H. Evaluasi Keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan klien. pada klien dengan gastritis dapat dinilai
klien, melihat langsung keadaan klien dan timbul keluhan sebagai masalah baru.
yaitu :
dihadapi klien dapat diatasi dengan baik, sehingga klien dapat kembali ke
rumahnya dalam keadaan sehat sesuai dengan tujuan perawat yang telah
ditentukan sebelumnya.
I. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial,
29
dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti
mengalaminya . Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau
dengan status mental atau status psikologis, pasien secara nyata merasakan
sensasi nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membayangkannya saja.
Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau
stimuli emosional. (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan definisi- definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman sensori yang tidak
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini
30
juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri,
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
31
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
alih posisi nafas panjang dan distraksi. Memiliki karateristik muka klien
memukul.
sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini
berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga
VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
Pendeskripsi ini diurut dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk
32
seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa
paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah
scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal
ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif
subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi
merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan
tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat
membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala
menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 26 Juni 2018, pada kasus ini
catatan medik maupun catatan perawat. Dari pengkajian tersebut didapatkan data
identitas pasien.
1. Identitas Pasien
Mandati I, dengan nomor register 0280, penanggung jawab umum berinisial Tn.
klien masuk pada tanggal 25 Juni 2018 dan keluar pada tanggal 27 Juni 2018.
2. Riwayat Keluhan
ditusuk-tusuk skala nyeri 7 dan dirasakan pada waktu makan atau terlambat
makan, klien mengatakan mual dan muntah dengan sifat keluhan hilang timbul,
pasien menderita Hipertensi tetapi klien tidak pernah dirawat sebelumnya. Klien
tidak mempunyai riwayat alergi, dalam keluarganya tidak ada anggota keluarga
34
yang mengalami penyakit seperti yang dirasakan, tidak pula ada riwayat penyakit
3. Pemeriksaan Fisik
130/70 mmHg, nadi teratur 84 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu
simetris antara kiri dan kanan. Palpasi hasilnya vocal vermitus sama antara kanan
pada saat diperkusi terdengar bunyi redup, tidak afa nyeri dada, nyeri tekan, tidak
ada benjolan, suara jantung normal, akral dingin, capillary reffling time (CRT) < 3
dtk.
Pada persyarafan (B3: Brain) ditemukan nilai GCS 15, ekspresi wajah
meringis, sklera mata putih, konjungtiva anemis, kedua pupil isokor, kelopak mata
nafsu makan, peristaltik usus 12x/menit, frekuensi BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak.
35
Pada tulang-otot integumen (B6: Bone) hasilnya tampak terpasang infus
pada tangan kanan jenis RL 24 tetes per menit, tidak ditemukan keterbatasan
pergerakan sendi maupun kelemahan otot, akral teraba dingin dengan elastisitas
turgor kulit jelek. Sedangkan pada sistem endokrin dan reproduki tidak ditemukan
masalah.
4. Pola Aktivitas
Dalam pola aktivitas pasien setelah sakit ditemukan porsi makan pasien
menurun hingga 3 kali sehari dengan porsi makan tidak dihabiskan (hanya ½
porsi). Kebiasaan minum air putih sebelum sakit 5 - 6 gelas / hari pada saat sakit 3
- 4 gelas / hari, minuman yang disukai adalah kopi. Sedangkan pada pola aktivitas
5. Psikososial
dialami pasien tetap baik, klien berharap agar cepat sembuh dan kembali
beraktifitas.
6. Terapi
36
7. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Tes Hasil Rujukan
Hemoglobin 12.8 12-16g/dl
Lekosit 7.5 (4-10) x 103/mm3
Eritrosit 4.05 (4-6) x 103/mm3
Hematoktit 38.6 37-48%
MCV 95.2 80-100 FL
MCH 31.6 26-34 pg
MCHC 33.2 32-36g/dl
Trombosit 170 (150-400) x 103/mm3
Kimia Darah
GDS 131 <180 mg/dl
Ureum 34 10-50 mg/dl
Creatinin 0.6 0.9-1.4mg/dl
Asam urat 7.0 L. 3.4-7.0
P. 2.4-5.7mg/dl
Chol. Total 192 <200mg/dl
Chol. HDL 52 L>55, P>65mg/dl
Chol. LDL 79 <100mg/dl
Trigliserida 86 <150mg/dl
8. Data Fokus
37
Tabel 3.2 Data Fokus
9. Perumusan Masalah
38
2. Perubahan peningkatan asam lambung DS:
nutrisi - Klien mengatakan kurang
kurang dari perangsangan kolinergi nafsu makan
kebutuhan - Klien mengatakan mual
menstimulus saraf vagus dan muntah
pada hipotalamus DO :
- KU. lemah
mual muntah - Porsi makan tdak
dihabiskan ( ½ porsi )
nutrisi kurang dari - BB sebelum sakit 58 kg
kebutuhan
3. Resiko Penurunan tonus otot dan Faktor Resiko:
Kekurangan peristaltik lambung - Klien mengatakan mual
Volume dan muntah
cairan Refluks isi duodenum ke - Klien mengatakan
lambung minum-nya sedikit 3 4
gelas per hari
Ransangan mual - KU. lemah
- Turgor kulit jelek
Dorongan isi lambung ke - Klien nampak mual dan
mulut muntah.
- Terpasang infus RL 24
Muntah tetes per menit
39
D. Rencana Tindakan Keperawatan
40
2. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : setelah dilakukan - Kaji pola dan porsi makan 1. Dapat diketahui jumlah
dari kebutuhan tubuh b/d tindakan keperawatan pasien. nutrisi yang masuk sehingga
intake nutrisi tidak selama 3 x 24 jam - Berikan makanan sedikit dapat djadikan indikator
adekuat. diharapkan kebutuhan tapi sering. tindakan selanjutnya.
ditandai dengan : nutrisi pasien terpenuhi - Anjurkan keluarga 2. Memaksimalkan masukan
DS: dengan kriteria hasil: menyajikan makanan makanan dan mengurangi
- Pasien mengatakan - KU. Baik dalam kondisi hangat dan iritasi asam lambung
kurang nafsu makan - Nafsu makan kembali sesuai kesukaan 3. Menambah selera makan
- Pasien mengatakan mual baik - Anjurkan pasien manjaga 4. Kondisi mulut yang bersih
dan muntah - Porsi makan dihabiskan kebersihan oral dapat meningkatkan nafsu
DO : - Berikan HE tentang makan, agar merangsang
- KU. lemah penyakit yang di derita nafsu makan pasien kembali
- Porsi makan tidak pasien normal
dihabiskan ½ dari porsi - Kolaborasi dengan tim 5. Dapat membantu pasien dan
- BB sebelum sakit 58 kg, gizi keluarga untuk proses
saat sakit 56 kg. penyembuhan
6. Membantu menaikkan BB
pasien dan menambah selera
makan pasien.
41
3. Resiko kekurangan Tujuan : setelah dilakukan - Pantau pemasukan dan 1. Evaluator langsung status
volume cairan b/d mual tindakan keperawatan pengeluaran cairan cairan,
dan muntah ditandai selama 3 x 24 jam - Evaluasi turgor kulit, 2. Indikator lansung status
dengan : diharapkan kebutuhan kelembaban membrane cairan/ perbaikan
Faktor Resiko: cairan tubuh klien mukosa dan adanya ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan mual terpenuhi dengan kriteria edema 3. Pemberian cairan dengan rute
dan muntah hasil: yang tepat dapat mempercepat
- Pasien mengatakan - Pasien tidak mual dan - Kaji ulang kebutuhan perbaikan kondisi.
minum-nya sedikit 3 – 4 muntah cairan, buat jadwal 24 4. Dapat menurunkan terjadinya
gelas per hari - Pasien minum 8 gelas jam dan rute yang di muntah bila mual
- KU. lemah perhari gunakan, pastikan 5. Dapat mengurangi terjadinya
- Turgor kulit jelek minuman yang di sukai. mual dan muntah
- Pasien nampak mual dan - Anjurkan pasien untuk
muntah minum dan makan
dengan perlahan sesuai
indikasi
- Penatalaksanaan dalam
pemberian obat
pantroprazol
42
E. Implementasi dan Evaluasi
43
2 Perubahan Senin, 1. Mengkaji pola dan frekuensi makan klien. Senin, S: Pasien mengatakan masih mual
nutrisi kurang 25/06/2018 Hasil : pasien hanya mampu menghabiskan 25/06/2018 dan muntah
1
dari kebutuhan 10.15 /2 porsi 13.30 O: - KU. Lemah
tubuh b/d 10.20 2. Memberikan makanan sedikit tapi sering - Porsi makan tidak dihabiskan
intake nutrisi Hasil : pasien menghabiskan ½ porsi A: Masalah belum teratasi.
tidak adekuat 10.25 3. Menganjurkan keluarga menyajikan P: Intervensi dilanjutkan
makanan yang bervariasi
Hasil : pasien makan kue, roti dan bubur
11.20 4. Menganjurkan pasien menjaga kebersihan
oral.
Hasil : pasien menyikat giginya 2 kali
sehari.
12.00 5. Memberikan HE tentang penyakit yang
diderita pasien
Hasil : pasien dan keluarga mengerti tentang
penytakit yang di derita.
13.01 6. Kolaborasi dengan tim gizi
Hasil : makanan lunak diberikan kepada
pasien
44
3 Resiko Senin, 1. Memantau pemasukan dan pengeluaran Senin, S: Pasien mengatakan masih sering
kekurangan 25/06/2018 cairan 25/06/2018 mual dan muntah
volume cairan 10.35 Hasil : tidak ada tanda tanda dehidrasi 13.30 O: KU. Lemah, Turgor kulit jelek
b/d mual dan 10.45 2. Mengevaluasi turgor kulit, kelembaban A: Masalah belum teratasi
muntah membrane mukosa dan adanya edema P: Intervensi dilanjutkan
Hasil: turgor kulit jelek
11.00 3. Mengkaji ulang kebutuhan cairan, buat
jadwal 24 jam dan rute yang di gunakan,
pastikan minuman yang di sukai pasien
Hasil: pasien banyak minum air putih
11.35 4. Menganjurkan pasien untuk minum dan
makan dengan perlahan sesuai indikasi
11.45 5. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil : terpasang infuse RL 24 tts/menit
12.00 6. Penatalaksaan dalam pemberian obat
pantroprazol
Hasil : injeksi pantroprazol 1 amp/ 12 jam
45
4 Nyeri b/d Selasa, 1. Mengkaji lokasi dan skala nyeri Selasa, S: Pasien mengatakan nyeri uluhati
iritasi mukosa 26/06/2018 Hasil : skala nyeri 5 26/06/2018 mulai berkurang
lambung 09.30 2. TTV 13.30 O: - KU. lemah
Hasil : TTV (TD : 120/70 mmHg. - Pasien nampak tenang
09.45 3. Memberikan posisi nyaman pasien A: Masalah belum teratasi
Hasil : Pasien dengan posisi semi fowler P : Lanjutkan semua
09.50 4. Menganjurkan klien untuk menghindari Intervensi
makanan yang dapat merangsang
peningkatan asam lambung
Hasil : Pasien makan bubur dan
menghindari makanan pedas.
09.55 5. Penatalaksanaan dalam pemberian obat
ranitidine
Hasil : Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
46
5 Perubahan Selasa, 1. Mengkaji pola dan porsi makan pasien Selasa, S: Pasien mengatakan masih mual
nutrisi kurang 26/06/2018 Hasil : pasien hanya mampu menghabiskan 26/06/2018 dan muntah
dari kebutuhan 10.15 1
/2 porsi 13.30 O: KU lemah, porsi makan tidak di
tubuh b/d 10.20 2. Memberikan makanan sedikit tapi sering habiskan
intake nutrisi Hasil : pasien menghabiskan A: Masalah belum teratasi
tidak adekuat P : Intervensi 1,2,3 di lanjutkan
½ porsi
3. Menganjurkan keluarga menyajikan
10.25
makanan yang berfariasi
Hasil : pasien makan kue, roti dan bubur
4. Menganjurkan pasien menjaga kebersihan
11.01
oral
Hasil : pasien menyikat giginya 2 kali
sehari.
12.02
5. Memberikan HE tentang penyakit yang
diderita pasien
Hasil : pasien dan keluarga pasien mengerti
tentang penyakit yang diderita
47
12.25 6. Kolaborasi dengan tim gizi
Hasil : makanan lunak diberikan kepada
pasien.
6 Resiko Selasa, 1. Memantau pemasukan dan pengeluaran Selasa, S: Pasien masih sering mual dan
kekurangan 26/06/2018 cairan 26/06/2018 muntah
volume cairan 10.35 Hasil : tidak ada tanda tanda dehidrasi 10.35 O: KU. lemah, turgor kulit jelek
b/d mual dan 10.45 2. Mengevaluasi turgor kulit, kelembaban 13.30 A: Masalah belum teratasi
muntah membrane mukosa dan adanya edema P : Intervensi 1,3,4 dan 5 di
Hasil: turgor kulit jelek lanjtukan
11.00 3. Mengkaji ulang kebutuhan cairan, buat
jadwal 24 jam dan rute yang di gunakan,
pastikan minuman yang di sukai pasien
Hasil: pasien banyak minum air putih
11.35 4. Menganjurkan pasien untuk minum dan
makan dengan perlahan sesuai indikasi
11.45 5. Penatalaksanaan pemberian cairan IV
Hasil : terpasang infuse RL pada tangan
48
kanan (24 tts/menit).
12.00 6. Penatalaksaan dalam pemberian obat
pantroprazol
Hasil : injeksi pantroprazol 1 amp/ 12 jam
7 Nyeri b/d Rabu, 1. Mengkaji lokasi dan skala nyeri Rabu, S : Pasien mengatakan nyeri uluhati
iritasi mukosa 27/06/2018 Hasil : skala nyeri 3 27/06/2018 tidak terasa
lambung 09.35 2. TTV 13.30 O: KU baik. Pasien nampak tenang
Hasil : TTV (TD : 120/70 mmHg A: Masalah teratasi
09.45 3. Memberikan posisi nyaman klien P : Intervensi dihentikan
Hasil : pasien dengan posisi semi fowler
09.50 4. Memberikan pasien untuk menghindari
makanan yang dapat merangsang
peningkatan asam lambung
Hasil : Pasien makan bubur dan
menghindari makanan pedas dan bergas
49
09.55 5. Penatalaksanaan dalam pemberian obat
ranitidine
Hasil : Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
8 Perubahan Rabu, 1. Mengkaji pola dan porsi makan pasien. Rabu, S : Pasien mengatakan tidak mual
nutrisi kurang 27/06/2018 Hasil : pasien hanya mampu menghabiskan 27/06/2018 dan muntah lagi
dari kebutuhan 10.15 1 13.30 O : KU. Baik
/2 porsi
tubuh b/d 10.20 2. Memberikan makanan sedikit tapi sering A : Masalah teratasi
intake nutrisi Hasil : pasien menghabiskan ½ porsi P : Intervensi dihentikan
tidak adekuat 10.25 3. Menganjurkan keluarga menyajikan
makanan yang berfariasi
Hasil : pasien makan kue, roti dan bubur
11.00 4. Menganjurkan pasien menjaga kebersihan
oral
Hasil : pasien menyikat giginya 2 kali sehari.
12.05 5. Memberikan HE tentang penyakit yang
diderita pasien.
Hasil : pasien dan keluarga pasien mengerti
tentang penyakit yang diderita.
50
12.45 6. Kolaborasi dengan tim gizi
Hasil : makanan lunak diberikan kepada
pasien.
9 Resiko Rabu, 1. Mengevaluasi turgor kulit, kelembaban Rabu, S: Pasien mengatakan tidak mual
kekurangan 27/06/2018 membrane mukosa dan adanya edema 27/06/2018 dan muntah lagi
volume cairan 10.35 Hasil: turgor kulit baik 13.30 O: KU. Baik, Turgor kulit baik
b/d mual dan 10.45 2. Menganjurkan pasien untuk minum dan A: Masalah teratasi
muntah makan dengan perlahan sesuai indikasi P: Intervensi dihentikan
Hasil : pasien makan dengan porsi sedikit
tapi sering
11.00 3. Penatalaksanan pemberian cairan IV 13.45 Aff infuse
Hasil : terpasang infuse RL pada tangan 14.05 Pasien pulang
kanan (24tts/menit)
51
11.35 4. HE tentang pencegahan penyakit gastritis.
Hasil : menjelaskan kepada pasien cara
mengatur pola makan, menghindari makanan
yang dapat meningkatkan asam lambung dan
stress.
52
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
yang ada, maka penulis terlebih dahulu menguraikan teori-teori yang mendasari
tahap pengkajian ini. Dalam teori dikemukakan bahwa jika seseorang menderita
Dengan melihat gejala yang ada pada teori dengan fakta yang ada, tidak
semua keluhan yang ada pada teori juga terdapat pada fakta yang ada. Adapun
gejala-gejala yang ditemukan dalam kasus di lahan yaitu : Nyeri, kurang nafsu
makan dan mual muntah. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh tingkat
Dari pengkajian Ny. S hasilnya yaitu pasien mengatakan ulu hati seperti
ditusuk-tusuk dan dirasakan pada waktu makan atau terlambat makan dengan sifat
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
radang pada daerah tersebut. Membran mukosa lambung menjadi edema dan
hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi
sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat
53
menimbulkan hemoragi. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi
B. Diagnosa Keperawatan
keluarga dan masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
54
Sedangkan pada kasus Ny.”S” ditemukan tiga diagnosa keperawatan yaitu:
Dengan demikian ada tiga diagnosa atau masalah keperawatan yang tidak
ditemukan. Ini merupakan kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan
kelemahan pada otot. Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.”S” tidak ditemukan
Diagnosa ini tidak diangkat pada tinjauan kasus Ny.”S” karena klien
mengatakan tidak begitu cemas akan kondisi yang di alami saat ini.
informasi. Diagnosa ini tidak diangkat pada tinjauan kasus Ny.”S” karena klien
yang ada yakni nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung karena pada
55
sedangkan data objektifnya yaitu keadaan umum pasien lemah, ekspresi wajah
C. Rencana Keperawatan
Untuk mengatasi masalah utama pada Ny.”S” maka rencana tindakan yang
akan dilakukan adalah : Kaji lokasi dan skala nyeri, observasi TTV, berikan posisi
yang nyaman, anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat merangsang
peningkatan asam lambung dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
tersebut selama 3 x 24 jam maka nyeri berkurang dengan kriteria hasil : Klien
pada mukosa lambung. Perencanaan yang dilakukan untuk diagnosa pertama ini
mengkaji nyeri dengan metode PQRST, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
melakukan perencanaan yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori yang
tersebut.
Perubahan nutrisi kurang dari dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat. Menganjurkan pasien agar makan sedikit tapi sering,
56
menjaga kebersihan oral, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut penulis
dan pengeluaran cairan, menganjurkan pasien untuk minum dan makan dengan
tersebut terdapat pada Nanda (2013), dan penulis melakukannya sesuai dengan
anjuran.
ditegakkan, penulis melakukan perencanaan yang tidak jauh beda dari masing –
masing diagnosa. Dimana dari masing diagnose mempunyai kriteria hasil yang
D. Implementasi Keperawatan
ditetapkan dalam teori. Namun, penulis tidak dapat melaksanakan semua rencana
yang ada pada teori tetapi penulis melaksanakan semua rencana sesuai dengan
wangi selatan, dalam rencana tindakan semua dilaksanakan oleh penulis. Untuk
57
tindakan yang ditulis oleh perawat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai waktu
masing diagnosa.
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung. Pada diagnosa ini penulis
PQRST, dan respon pasien secara subyektif yaitu pasien mengatakan nyeri
posisi nyaman dan meringankan rasa sakit. Untuk diagnosa pertama penulis
tanda – tanda vital ini yaitu untuk mengetahui tingkat kesehatan dari pasien
ini diperoleh data tanda – tanda vital sebagai berikut: TD: 130/70 mmHg,
58
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
untuk mengatasi masalah mual dan muntah dari tanggal 25 Juni 2018 s/d 27
Juni 2018, tindakan yang dilakukan antara lain mengkaji pola dan porsi makan
pasien contohnya memberikan makanan sedikit tapi sering, miring kiri yang
Nanda (2013).
jam untuk mengatasi masalah resiko infeksi. Hal yang pertama penulis
lakukan untuk memantau pemasukan dan pengeluaran cairan yaitu tidak ada
59
E. Evaluasi Keperawatan
kontak dengan pasien dan penulis menggunakan teori SOAP yaitu S (Subjektif)
(Objektif) berisi data yang ditemukan setelah melakukan tindakan, dapat dilihat
Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati sudah tidak terasa. Secara objektif
ditemukan keadaan umum pasien mulai membaik, pasien nampak tenang sehingga
dapat disimpulkan bahwa masalah utama teratasi dan intervensi dihentikan karena
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
uluhati seperti ditusuk-tusuk dan dirasakan pada waktu makan atau terlambat
makan dengan sifat keluhan hilang timbul. Data obyektifnya berupa keadaan
umum pasien lemah, pasien nampak meringis dan TTV (TD : 130/70 mmHg, S
dengan iritasi mukosa lambung, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
masalah memilih tindakan yang tepat dalam proses keperawatan gastritis. Pada
61
B. Saran
anggota keluarga yang memiliki gejala penyakit gastritis atau nyeri lambung
62
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi.
Jakarta: EGC
Kozier, Berman, Snyder, Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier &
Erb. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1 Jakarta:
Media Aesculopius
Mubarak. 2006. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik: EGC: Jakarta
NANDA, NIC & NOC, 2010, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005 Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari,
dkk. Jakarta: EGC.
Lampiran: