JSP KESEHATAN
0
REPUBLIK
INDONESIA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu agenda prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan
agenda dalam Sustainable Development Goals (SDGs) kelanjutan dari Millennium
Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan ibu dan anak ini sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor.Namun yang perlu diperhatikan bahwa besarnya akses dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, pelayanan KB, dan anak menjadi hal penting yang harus
diperhatikan.
Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek
klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun faktor-faktor non-kesehatan yang
mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan penyelenggaraan sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Kementerian Kesehatan melakukan berbagai upaya strategis dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
hamil, bersalin, nifas, Keluarga Berencana dan Imunisasi pada anak, dengan cara pendekatan
kepada keluarga. Berbagai upaya strategis tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Peran
keluarga dan masyarakat menjadi kunci utama dalam keberhasilan peningkatan kesehatan
ibu dan anak.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, modul ini
penting dipelajari dan dibaca guna menunjang dan menambah pengetahuan dalam pelatihan
bagi pelatih keluarga sehat.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat
C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1.
PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI, KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, DAN
BAYI BARU LAHIR (BBL)
Menyadari hal tersebut, agar kelak mempunyai keturunan yang sehat dan ibu
melahirkan dengan selamat, maka setiap pasangan perlu perencanaan dalam kehamilan.
Oleh karena itu intervensi program kesehatan ibu tidak bisa dilakukan dibagian hilir saja
tetapi harus lebih ditarik lebih ke hulu yaitu pada kelompok remaja dan dewasa
muda/calon pengantin yang akan memasuki gerbang pernikahan, untuk memastikan
individu dapat tumbuh dan berkembang secara sehat. Pada saat remaja maka program
pemberian tablet tambah darah setiap minggu sekali menjadi intervensi dasar agar remaja
tidak anemi, disamping makan makanan bergizi serta rutin melakukan aktivitas fisik.
Kemudian pada saat sudah menjadi Catin maka dilakukan pemeriksaan kesehatan
reproduksi calon pengantin karena salah satu indikasi catin yang sehat adalah bahwa
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik.
Sementara itu, setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya
dengan sehat,bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena
itu,ibu yang akan hamil harus dapat pelayanan kesehatan baik mengenai kesehatan
reproduksi sampai dengan pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap ibu harus
dapat mengakses fasilitas kesehatanuntuk mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk
deteksi kemungkinanadanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap
kesehatanibu dan janinnya.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab
langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi,
persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran), maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat
mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan).
Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis, hepatitis B; penyakit tidakmenular seperti hipertensi,
diabetes mellitus, jantung, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Tanda awal seorang perempuan hamil mengalami terlambat haid paling sedikit 1- 2
minggu berturut-turut, walaupun terkadang ada bercak darah. Untuk lebih memastikan hamil atau
tidak, maka perempuan tersebut dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke bidan/dokter dan bila dilakukan test kehamilan, maka didapatkan hasil
positif.Kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu : o Trimester ke 1: kehamilan hingga 12 minggu o
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.Untuk menghindari risiko
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan
antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal1kali kunjungan
diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga, dengan urutan sebagai berikut.
Masa kehamilan akan diikuti oleh persalinan. Persiapan yang tidak kalah penting yang
harus diketahui ibu hamil yaitu mengetahui tanda-tanda persalinan karena akan membuat tenang
ibu hamil selama menjalani kehamilannya.
1. Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki ruang pintu ataspanggulterutama
pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun.
3. Ibu sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan olehbagian terbawah
janin.
4. Perasaan sakit di pinggang karena adanya kontraksi-kontraksi lemah dariuterus.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisabercampur darah
(bloody show).
Pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan bisa di pengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan, alat transportasi, letak demografi
daerah, dan pengetahuan dalam mencari penolong persalinan yang aman. Pengetahuan tersebut
akan mempengaruhi keputusan dalam meminta bantuan penolong persalinan.
Setelah proses persalinan masih ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu masanifas
karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya, oleh karena itu selama masa nifas
ibu memperoleh pelayanan kesehatan paling sedikit 3 kaligunanya untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah - masalah yang terjadi termasuk pemberian kapsul vitamin
A, tablet tambah darah dan pelayanan KB pasca persalinan.
Masa Nifas adalah: masa setelah ari-ari lahir sampai kira-kira 42 hari (6 minggu) dimana
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Pelayanan nifas yang diperoleh
yaitu :
Pada Umumnya kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas yang normal.
Namun, 15-20 diantara 100 ibu hamil mengalami gangguan pada kehamilan, persalinan atau
nifas.Kehamilan normal tetap perlu diwaspadai, karena tanda bahaya dapat terjadi sewaktu-waktu
dan tidak terduga.
Dalam hal Proses persalinan diduga akan mengalami gangguan jika didapatkan hal-hal
sebagai berikut:
Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah tanda/ gejala yang
menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya.Gangguan tersebut dapat
terjadi secara mendadak, dan biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap ibu
hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya, tujuannya agar
mereka dapat segera mencari pertolongan ke bidan, dokter atau langsung ke Rumah Sakit/
fasyankes terdekat untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya.
Pelayanan bayi baru lahir sejalan dengan pelayanan Ibu Nifas dengan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh
bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu:
Pelayanan neonatal esensial yang diberikan yaitu pada segera setelah lahir dilakukan
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam 1 jam setelah lahir jika kondisi bayi stabil, menjaga bayi tetap
hangat, pemberian vitamin K1 Injeksi dan imunisasi Hepatitis B0, perawatan tali pusat.
B. KELAS IBU
Salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kemandirian keluarga dan
masyarakat dalam memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak adalah melalui
penggunaan Buku KIA. Agar buku KIA tersebut dapat digunakan dengan benar dan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat, maka perlu diberikan pemahaman tentang buku KIA melalui
wadah komunikasi yang ada di masyarakat yang kemudian disebut sebagai Kelas Ibu dan
kelas Ibu Balita.
Kelas Ibu merupakan salah satu kegiatan penting dalam peningkatan pemanfaatan
Buku KIA di masyarakat dan sebagai upaya pembelajaran ibu, suami dan keluarga agar
memahami isi Buku KIA melalui metode kegiatan belajar bersama yang difasilitasi oleh
petugas kesehatan yang kompeten. Kelas Ibu dikembangkan untuk dua sasaran, yaitu Kelas
Ibu Hamil yang ditujukan bagi para ibu yang tengah hamil serta dan Kelas Ibu Balita ditujukan
bagi Ibu yang mempunyai Balita. Keduanya dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan
cakupan dan pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil menghadapi
persalinan yang aman, nyaman, dan melahirkan dengan selamat, serta bayi lahir sehat dan
cerdas.Sementara kegiatan Kelas Ibu Balita bertujuan untuk mewujudkan tumbuh kembang
balita yang optimal.
Dalam kelas ibu hamil, ibu-ibu akan mendapatkan informasi dan saling bertukar
informasi mengenai kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi baru lahir. Kelas ibu
diikuti paling sedikit 4 kali pertemuan, dan sebaiknya 1 kali pertemuan dihadiri bersama
suami/keluarga. Di kelas Ibu juga, ibu hamil diajarkan untuk melakukan latihan fisik ringan
sesuai kondisi fisik-mental dan usia kehamilannya. Latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan
teratur akan membantu ibu hamil untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik selama kehamilan
dan nifas serta mengurangi keluhan-keluhan yang timbul selama kehamilan dan nifas.
Sementara di kelas ibu balita, para ibu yang mempunyai anakberusia antara 0 sampai
5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman serta tukar
informasi mengenai tumbuh kembang anak, imunisasi, perawatan bayi dan balita serta
penyakit yang sering terjadi pada bayi dan balita. Untuk prinsip pelaksanaan hampir sama
dengan kelas ibu hamil.
C. PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI
(P4K), IMD dan KB PASCA PERSALINAN
kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang
membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan
tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, karena dalam menyongsong
persalinannya seorang ibu membutuhkan persiapan. Persiapan dalam Perencanaan
persalinan disebut denganProgram Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dengan stiker.
P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan. Penggunaan stiker dalam P4K merupakan media notifikasi
sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi baru lahir.
Sementara pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan,
pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui
penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-unsur
masyarakat di wilayahnya (Kader, Forum peduli KIA/ Pokja Posyandu, dan Dukun).
Stiker P4K memuat informasi tentang:
1. Lokasi tempat tinggal ibu hamil
2. Identitas ibu hamil
3. Taksiran persalinan
4. Penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan.
5. Calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
Melalui stiker, pendataan dan pemantauan ibu hamil dapat dilakukan secara intensif
oleh bidan bersama dengan suami, keluarga, kader, masyarakat, Forum Peduli KIA; serta
pendeteksian dini kejadian komplikasi sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan
persalinan dengan aman dan selamat, serta bayi yang dilahirkan sehat. Pemasangan ”Stiker
P4K” bukanlah sekedar menempelkan stiker pada setiap rumah ibu hamil, tapi juga ajang
salah satu konseling kepada ibu hamil,
suami dan keluarga untuk mendapat kesepakatan dan kesiapan dalam merencanakan persalinan.
Nama Ibu
Tempat persalinan
Pendamping persalinan
Transportasi
Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta dengan suami
dan/ keluarga atas komponen-komponen P4K dengan Stiker.Kesahihan kesepakatan ini
ditentukan oleh tanda tangan ibu hamil, suami/ keluarga terdekat dan bidan. Amanat persalinan
ini akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat dibutuhkan pada saat kritis,
yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan penting menyangkut dirinya sehubungan dengan
kondisinya.
Dokumen Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker. Stiker
berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan, sementara Amanat Persalinan
memperkuat komitmen ibu hamil dan suami. Amanat Persalinan berisikan:
Salah satu point yang dituliskan dalam Amanat Persalinan ini adalah mengenai Inisiasi
Menyusus Dini (IMD), yaitu proses menyusui dimulai secepatnya segera setelah lahir. IMD
dilakukan dengan cara meletakkan bayi di dada ibu (kontak kulit ibu dan kulit bayi) segera setelah
lahir dan berlangsung minimal satu jam.
IMD merangsang keluarnya ASI, memberi kekebalan pada bayi serta meningkatkan
kekuatan batin antara ibu dan bayinya. IMD juga dapat mengurangi perdarahan sesudah
melahirkan. Pada waktu IMD, bayi mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan
hidupnya.
Sementara itu Indikator keberhasilan P4K dengan Stiker salah satunya adalah persentase
penggunaan metode KB pasca persalinan. Upaya peningkatan pelayanan KB khususnya pasca
persalinan dinilai merupakan strategi yang tepat karena cakupan pelayanan K1, K4, dan Pn sudah
cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak antara penyedia pelayanan
kesehatan dengan ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan maupun melahirkan dapat memotivasi
mereka untuk menggunakan kontrasepsi segera setelah persalinan. Keterangan lebih lanjut
dibahas dalam pokok bahasan Keluarga Berencana.
POKOK BAHASAN 2.
KELUARGA BERENCANA (KB)
A. MANFAAT KB
Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat. Pasangan usia subur
yang belum/tidak berencana punya anak lagi dan tidak memakai kontrasepsi, masuk ke
dalam kelompok yang berisiko tinggi. Keluarga Berencana (KB) membantu mewujudkan
tiga pesan utama menuju kehamilan sehat dengan mengatur jarak kehamilan, yaitu:
1. Setelah persalinan, wanita seharusnya menunggu 2 tahun untuk kembali hamil lagi
2. Setelah abortus, wanita seharusnya menunggu 6 bulan sebelum hamil kembali
3. Wanita seharusnya menunggu hingga usia20 tahun, untuk hamil yang pertama
B. JENIS-JENIS ALAT KB
Terdapat beberapa metode kontrasepsi modern yang efektif dalam mencegah
kehamilan.Berdasarkan waktunya, pelayanan KB dibedakan menjadi:
1. KB interval, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi di luar KB Pasca
Persalinan
2. KB pasca persalinan, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi langsung
sesudah melahirkan sampai dengan 42 hari.
KB Interval
KB Interval terbagi berdasarkan lama waktu aktif penggunaan kontrasepsi yang dibagi
menjadi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non-MKJP.
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Penggunaan MKJP saat ini lebih direkomendasikan, karena:
• Memiliki efektivitas yang tinggi, dari 1000 kehamilan hanya ditemukan 6 akibat
dari kegagalan pemakaian metode KB jangka panjang.
• Sangat efektif karena tingkat kegagalan dalam penggunaannya sangat kecil
(tidak perlu minum pil tiap hari atau suntik tiap bulan).
• Tidak akan mengganggu dalam melakukan hubungan seksual.
• Lebihamankarenakeluhan/efeksamping MKJP lebih sedikit.
a. Metode Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi
MOW bekerja dengan menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Metode ini harus melalui prosedur medis/
operasi.
Keuntungan:
1) Sangat efektif 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
2) Tidak mempengaruhi senggama dan tidak mengganggu produksi ASI
3) Tidak ada efek samping hormonal
b. Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi
MOP bekerja dengan cara menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan mengikat vas
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi tidak terjadi. Metode
ini harus melalui prosedur medis/ operasi. MOP dapat bekerja sangat efektif (setelah 20
ejakulasi atau 3 bulan post operasi) dan tidak memiliki efek samping jangka panjang.
c. Metode AKDR
Sesuai dengan namanya, AKDR merupakan alat kontrasepsi dengan memasukkan alat
kedalam rahim. AKDR dapat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil, bisa
dilakukan dalam 48 jam pascaplasenta atau setelah 4 minggu pasca persalinan. Cara
kerja AKDR adalah dengan mencegah ovum dan sperma bertemu, menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, serta mencegah implantasi embrio dalam uterus. AKDR tersedia
disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan selama 7
hari). Jika menyusui, digunakan sejak 6 minggu pascapersalinan. Jika tidak menyusui atau
setelah abotrus, digunakan segera mungkin.
Keuntungan
1) Efektifitas tinggi, 0.3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
2) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
3) Risiko dan efek samping terhadap kesehatan kecil
4) Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
5) Mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium Efek
Samping:
1) Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau spotting sampai 10 hari
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan
kedua atau ketiga
3) Penembahan berat badan
4) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, gangguan
pembekuan darah, timbulnya tumor hati
b. Metode Pil
Metode Pil hampir sama dengan metode suntikan (dari segi cara kerja, keuntungan dan
efek samping), hanya saja digunakan dengan cara diminum. Pil dapat bekerja efektif
selama penggunaan yang benar, diminum setiap hari pada jam yang sama dan tidak ada
tablet yang terlupa serta kesuburan dapat kembali segera setelah penggunaan dihentikan.
Pil tersedia dalam bentuk Pil Progestin (minipil) dan Pil Kombinasi.
c. Metode Bamer(Kondom)
Kondom bekerja dengan cara menghalangi sperma masuk ke uterus. Kondom dapat
bekerja efektif mencegah kehamilan selama digunakan secara benar dan digunakan
setiap kali melakukan hubungan seksual. Keuntungan menggunakan kondom adalah tidak
mengganggu ASI, tidak ada efek samping hormonal serta dapat mencegah penyakit
seksual.
d. Metode AmenoreLaktasi (MAL)
MAL merupakan metode kontrasepsi dengan mengandalkan pemberian ASI yang secara
tidak langsung dapat menekan ovulasi. Metode ini harus dipersiapkan secara benar dan
hanya efektif dalam 6 bulan pertama. Keuntungan dari metode ini, selain dari segi
kontrasepsi, bayi juga mendapat
sumber gizi terbaik, yaitu ASI. Metode ini tidak memiliki efek samping, tidak
memerlukan biaya, dan tidak mengganggu senggama.
KB Pasca Persalinan
KB pasca persalinan merupakan salah satu upaya terobosan penting untuk mendukung
penurunan angka kematian ibu melalui pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
kehamilan yang berisiko. KB pasca persalinan adalah penggunaan metode KB yang
dilaksanakan pada periode setelah plasenta lahir sampai dengan 42 hari setelah
bersalin.Metode ini tidak boleh mengganggu proses laktasi. Salah satu metode yang
strategis adalah penggunaan AKDR pascaplasenta yang dipasang dalam 10 menit setelah
plasenta lahir. Beberapa hal yang harus diinformasikan dalam konseling KB pasca
persalinan pada ibu menyusui adalah:
a. Jika menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat digunakanmaksimal6
bulan, setelah 6 bulan harus menggunakan metode kontrasepsi lainnya
b. Jika menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan MAL) hanya terproteksi
sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutnya harus menggunakan kontrasepsi
lain seperti metode hormonal progestin yang dimulai 6 minggu pasca persalinan
c. Dapat menggunakan kondom kapanpun
d. Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e. Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi MOW atau
MOP dan dapat dimulai segera pasca persalinan.
Dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan seorang ibu tidak dapat menyusui anaknya,
walaupun demikian, pemilihan metode kontrasepsi dan waktu yang tepat harus tetap
dilakukan.
Terdiri dari imunisasi rutin ( dasar lengkap pada bayi (idl), lanjutan pada anak baduta,
lanjutan pada usia sekolah dasar, lanjutan pada wus)
MANFAAT IMUNISASI
Imunisasi Manfaat Tindakan
Hepatitis B
Mencegah penyakit Hepatitis B dan Penyuntikan secara Intramuskular
kerusakan hati (sirosis dan kanker hati) di paha sebanyak 0,5 ml
BCG
Mencegah penyakit Tuberkulosis (TB) Penyuntikan secara Intrakutan di
berat pada bayi lengan kanan atas sebanyak 0,05
ml
Polio Oral Mencegah penyakit Polio yang Tetes oral di mulut sebanyak dua
(OPV) menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai tetes
dan atau lengan
Polio Suntik Mencegah penyakit Polio yang Penyuntikan secara Intramuskular
(IPV) menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai di paha sebanyak 0,5 ml
dan atau lengan
DPT-HB-Hib
Mencegah penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Penyuntikan secara Intramuskular
Rejan), tetanus, Hepatitis B, Pneumonia di paha untuk bayi dan Lengan
(radang paru) dan Meningitis (radang kanan atas (untuk baduta)
selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 0,5 ml
Haemophylus influenzae tipe b
Campak
Mencegah penyakit campak yang dapat Penyuntikan secara Intramuskular
mengakibatkan komplikasi radang paru, di Lengan kiri atas sebanyak 0,5
radang otak dan kebutaan ml
DT
Mencegah penyakit difteri dan tetanus, Penyuntikan secara Intramuskular
di Lengan kiri atas sebanyak 0,5
ml
Td
Mencegah penyakit difteri dan tetanus, Penyuntikan secara Intramuskular
di Lengan kiri atas sebanyak 0,5
ml
Catatan :
• Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan,
dengan didahului suntikan vitamin K1
• sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
• Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, imunisasi BCG
dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
• Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia
<1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
• Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka
dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
• IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
• Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi
berusia 1 tahun.
• Mulai bulan Agustus 2017 untuk pulau Jawa, Vaksin Campak diganti dengan vaksin
MR atau Measles Rubbela sedangkan serentak diseluruh Indonesia akan dimulai
pada tahun 2018.
2. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat
imunitas pada anak Baduta, anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur (WUS) termasuk
ibu hamil.
Tabel 2. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Tiga Tahun
Umur Jenis Imunisasi Interval minimal setelah imunisasi dasar
Catatan:
• Pemberian imunisasi lanjutan pada batita DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan
dalam rentang usia 18-24 bulan
• Batita yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-
Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3.
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November
Catatan
• Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan DPT-
HB-Hib serta mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi
T5.
Tabel 4. Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
Interval Minimal
Status Imunisasi Pemberian Masa Perlindungan
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Catatan:
• Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
• Pemberian imunisasi TT/Td tidak perlu diberikan, apabila pemberian Imunisasi TT/Td
sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, kohort dan/atau rekam medis.
Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini, merespon KIPI dengan
cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan individu dan
terhadap imunisasi.Hal ini merupakan indikator kualitas
program.Bagian yang terpenting dalam pemantauan KIPI adalah menyediakan informasi KIPI
secara lengkap agar dapat dengan cepat dinilai dan dianalisis untuk mengidentifikasi dan
merespon suatu masalah.Respon merupakan suatu aspek tindak lanjut yang penting dalam
pemantauan KIPI.
Pemantauan KIPI pada dasarnya terdiri dari penemuan, pengobatan pelacakan, analisis
kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
Pelaporan KIPI dibedakan atas pelaporan KIPI serius dan KIPI Non serius.
KIPI serius kejadiannya jarang, tetapi diantisipasi dan diminimalisasi dengan melakukan KIPI non
serius. Pemantauan KIPI serius dan non serius dilakukan dengan surveilans KIPI.
KIPI setelah pemberian imunisasi rutin pada dasarnya relatif ringan. KIPI serius jarang
terjadi. KIPI non serius dengan reaksi ringan yang sering ditemui adalah :
• Nyeri, kemerahan dan bengkak di daerah bekas suntikan
• Demam, lesu, nyeri otot, nyeri kepala dan menggigil
Penanganan yang dapat dilakukan adalah kompres hangat dan diberikan
Parasetamol.Apabila keluhan tidak membaik maka harus segera dirujuk ke Puskesmas terdekat.
Apabila ditemukan KIPIserius seperti syok anafilaktik, abses, dan lain lain maka harus
segera dilaporkan kepada petugas kesehatan untuk dilakukan pengobatan perawatan serta
kajian oleh Komite Independen (Komda dan Komnas PP KIPI).
POKOK BAHASAN 4.
PEMANFAATAN BUKU KIA (KESEHATAN IBU)
A. PENGERTIAN
Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan
anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 6
tahun(prasekolah). Buku KIA berisi informasi penting tentang kesehatan ibu dan anak
yang berguna bagi ibu/keluarga, kader dan petugas kesehatan,antara lain mengenai
kesehatan ibu, kesehatan anak, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang anak, sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan terhadap tanda bahaya serta kewaspadaan keluarga
dan masyarakat akan kesakitan dan masalah kegawatdaruratan pada ibu hamil, bayi baru
lahir dan balita. Setiap ibu hamil mendapat 1 (satu) Buku KIA, jika ibu melahirkan bayi
kembar, maka ibu memerlukan tambahan buku KIA lagi.Buku KIA tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes/Poskesdes, Pustu, Puskesmas, bidan, dokter
praktik, rumah bersalin, dan rumah sakit).
Panduan dalam Buku KIA antara lain:
1. Buku ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga lain karena berisi
informasi yang sangat berguna untuk kesehatan ibu dan anak.
2. Buku ini dibawa oleh ibu atau keluarga setiap kali ke fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Buku ini disimpan, jangan sampai hilang karena berisi informasi dan catatan
kesehatan ibu dan anak. Catatan yang ada di dalam buku ini akan sangat bermanfaat
bagi ibu, anak dan petugas kesehatan.
4. Tanya ke dokter, dokter gigi, bidan, perawat, petugas gizi, dan petugas kesehatan
lainnya jika ada hal-hal yang ingin diketahui atau ada masalah kesehatan ibu dan
anak. Jangan malu dan ragu untuk bertanya.
Isi dari Buku KIA merupakan Informasi tentang kesehatan ibu dan anak yang
sederhana dan mudah dimengerti, sehingga bisa membantu ibu untuk memantau status
kesehatan ibu serta anak. Buku ini juga berisi petunjuk praktis untuk menjaga kesehatan
ibu dan anak.
Pada topik kesehatan ibu berisi informasi tentangIbu Hamil terdapat pada halaman
1-9, Ibu bersalin halaman 10-12, ibu nifas halaman 13-17, keluarga berencana halaman
18, catatan kesehatan ibu hamil halaman 19-23, catatan kesehatan ibu bersalin, ibu nifas
dan bayi baru lahir halaman 24 -27, Cuci tangan pakai sabun halaman 28, Keterangan
Lahir halaman 29-31. Sedangkan topik kesehatan anak berisi informasi tentangbayi baru
lahir /neonatus (0-28 hari) halaman 32 - 37, catatan imunisasi anak halaman 38 - 39, dan
anak usia 29 hari - 6 tahun halaman 40-49.
BerlakuuntukAnggotaKeluargawanita berstatus menikah (usia 10-54 tahun) dan tidak hamil atau
anggota keluarga Laki-laki berstatus menikah (usia >10tahun)
11.
ApakahSaudaramenggunakan alat kontrasepsi atau ikut program Keluarga Berencana? 1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
14.
Apakah selama bayi usia 0 - 11 bulan diberikan imunisasi lengkap? (HB0, BCG, DPT-HB1. PT-HB2, DPT-HB3, Polio
1, Polio 2, Polio 3, Polio 4, Campak)
1. Ya 2. Tidak