Anda di halaman 1dari 28

KEMENTERIAN

JSP KESEHATAN

0
REPUBLIK
INDONESIA

MODUL MATERI INTI 1


PELAYANAN KIA DI KELUARGA
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

MATERI INTI 1 PELAYANAN KIA DI KELUARGA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Salah satu agenda prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan
agenda dalam Sustainable Development Goals (SDGs) kelanjutan dari Millennium
Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan ibu dan anak ini sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor.Namun yang perlu diperhatikan bahwa besarnya akses dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, pelayanan KB, dan anak menjadi hal penting yang harus
diperhatikan.
Kematian ibu dan anak merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek
klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun faktor-faktor non-kesehatan yang
mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan penyelenggaraan sistem pelayanan
kesehatan secara optimal.
Kementerian Kesehatan melakukan berbagai upaya strategis dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
hamil, bersalin, nifas, Keluarga Berencana dan Imunisasi pada anak, dengan cara pendekatan
kepada keluarga. Berbagai upaya strategis tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Peran
keluarga dan masyarakat menjadi kunci utama dalam keberhasilan peningkatan kesehatan
ibu dan anak.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, modul ini
penting dipelajari dan dibaca guna menunjang dan menambah pengetahuan dalam pelatihan
bagi pelatih keluarga sehat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pelayanan KIA di keluarga

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan pelayanan kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, nifas, Bayi
Baru Lahir (BBL)
2. Menjelaskan Keluarga Berencana (KB)
3. Menjelaskan Imunisasi
4. Menjelaskan pemanfaatan buku KIA (Kesehatan Ibu)

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 1
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di KgCuarga

5. Menjelaskan instrumen pendataan pelayanan KIA

III. POKOK BAHASAN


Pokokbahasandarimodulinisebagaiberikut:
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi, Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir
(BBL)
2. Keluarga Berencana
3. Imunisasi
4. Pemanfaatan Buku KIA
5. Instrumen Pendataan Pelayanan KIA

IV. BAHAN BELAJAR


1. PP 61 Th 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
2. PMK 25 Th 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
3. PMK 97 Th 2014 tentang Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil,
melahirkan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi
serta pelayanan kesehatan seksual
4. Permenkes No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi tahun 2013
5. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2016 Kementerian Kesehatan RI
6. Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, 2015 Kementerian Kesehatan RI
7. Paket Kelas Ibu Hamil, 2015 Kementerian Kesehatan RI
8. Pedoman Pelayanan Neonatal Esensial, 2014 Kementerian Kesehatan
9. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2012
10. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan,
Kemenkes 2012
11. Buku PedomanProgram Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K)
dengan Stiker

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 2
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

c. Fasilitator memperkenalkan diri


2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam

B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Pelayanan KIA di keluarga
b. Menyampaikan pokok bahasan 1 - 3
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami.

C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1.
PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI, KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, DAN
BAYI BARU LAHIR (BBL)

A. PENGERTIAN DAN MANFAAT PELAYANAN


Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi, seperti
kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena
struktur alat reprosuksi perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap
penularan IMS, termasuk HIV-AIDS. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan yang
menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang dihubungkan dengan
fungsi dan proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau
kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 3
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di KgCuarga

Menyadari hal tersebut, agar kelak mempunyai keturunan yang sehat dan ibu
melahirkan dengan selamat, maka setiap pasangan perlu perencanaan dalam kehamilan.
Oleh karena itu intervensi program kesehatan ibu tidak bisa dilakukan dibagian hilir saja
tetapi harus lebih ditarik lebih ke hulu yaitu pada kelompok remaja dan dewasa
muda/calon pengantin yang akan memasuki gerbang pernikahan, untuk memastikan
individu dapat tumbuh dan berkembang secara sehat. Pada saat remaja maka program
pemberian tablet tambah darah setiap minggu sekali menjadi intervensi dasar agar remaja
tidak anemi, disamping makan makanan bergizi serta rutin melakukan aktivitas fisik.
Kemudian pada saat sudah menjadi Catin maka dilakukan pemeriksaan kesehatan
reproduksi calon pengantin karena salah satu indikasi catin yang sehat adalah bahwa
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik.
Sementara itu, setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya
dengan sehat,bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena
itu,ibu yang akan hamil harus dapat pelayanan kesehatan baik mengenai kesehatan
reproduksi sampai dengan pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap ibu harus
dapat mengakses fasilitas kesehatanuntuk mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk
deteksi kemungkinanadanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap
kesehatanibu dan janinnya.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab
langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia, infeksi,
persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran), maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat
mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan).
Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis, hepatitis B; penyakit tidakmenular seperti hipertensi,
diabetes mellitus, jantung, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Tanda awal seorang perempuan hamil mengalami terlambat haid paling sedikit 1- 2
minggu berturut-turut, walaupun terkadang ada bercak darah. Untuk lebih memastikan hamil atau
tidak, maka perempuan tersebut dianjurkan untuk
memeriksakan diri ke bidan/dokter dan bila dilakukan test kehamilan, maka didapatkan hasil
positif.Kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu : o Trimester ke 1: kehamilan hingga 12 minggu o

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 4
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

Trimester ke 2: kehamilan 12 - 24 minggu o Trimester ke 3: Kehamilan 24 - 36 minggu-lahir

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.Untuk menghindari risiko
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan
antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal1kali kunjungan
diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga, dengan urutan sebagai berikut.

Trimester Jumlah Kunjungan Minimal Waktu Kunjungan yang dianjurkan


I 1x Sebelum minggu ke 12
II 1x Antara minggu ke >12-24
III 2x >24 minggu sampai kelahiran

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus


memberikanpelayanan yang berkualitas sesuai standar, dan standar pelayanan yang harus
diperoleh oleh seorang ibu hamil adalah dengan 10 T sebagai berikut :

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 5
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

1. Timbang berat badan dan ukur Tinggi badan


2. Ukur Tekanan darah
3. Nilai status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas /LiLA)
4. Ukur Tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan
7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana/penanganan Kasus
10. Temu wicara (konseling)

Masa kehamilan akan diikuti oleh persalinan. Persiapan yang tidak kalah penting yang
harus diketahui ibu hamil yaitu mengetahui tanda-tanda persalinan karena akan membuat tenang
ibu hamil selama menjalani kehamilannya.

Tanda awal persalinan

1. Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki ruang pintu ataspanggulterutama
pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun.
3. Ibu sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan olehbagian terbawah
janin.
4. Perasaan sakit di pinggang karena adanya kontraksi-kontraksi lemah dariuterus.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, bisabercampur darah
(bloody show).

Pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan bisa di pengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan, alat transportasi, letak demografi
daerah, dan pengetahuan dalam mencari penolong persalinan yang aman. Pengetahuan tersebut
akan mempengaruhi keputusan dalam meminta bantuan penolong persalinan.

Setelah proses persalinan masih ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu masanifas
karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya, oleh karena itu selama masa nifas
ibu memperoleh pelayanan kesehatan paling sedikit 3 kaligunanya untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah - masalah yang terjadi termasuk pemberian kapsul vitamin
A, tablet tambah darah dan pelayanan KB pasca persalinan.

Masa Nifas adalah: masa setelah ari-ari lahir sampai kira-kira 42 hari (6 minggu) dimana

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 6
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di KgCuarga

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Pelayanan nifas yang diperoleh
yaitu :

1. Kunjungan Nifas 1 (KF 1) :


masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan
2. Kunjungan Nifas 2 (KF 2) :
hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah persalinan
3. Kunjungan Nifas 3 (KF 3) :
hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan

Pada Umumnya kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas yang normal.
Namun, 15-20 diantara 100 ibu hamil mengalami gangguan pada kehamilan, persalinan atau
nifas.Kehamilan normal tetap perlu diwaspadai, karena tanda bahaya dapat terjadi sewaktu-waktu
dan tidak terduga.

Tanda Bahaya pada Kehamilan antara lain:

1. Ibu tidak mau makan dan muntah terus menerus


2. Demam Tinggi
3. Bengkak pada kaki, tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti kejang
4. Gerakan janin berkurang atau tidak ada
5. Perdarahan
6. Ketuban pecah sebelum waktunya

Dalam hal Proses persalinan diduga akan mengalami gangguan jika didapatkan hal-hal
sebagai berikut:

1. Pendarahan dari jalan lahir


2. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
3. Ibu tidak kuat mengejan
4. Mengalami kejang
5. Air ketuban keruh dan berbau , Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat

Tanda Bahaya pada Ibu Nifas adalah:

1. Perdarahan lewat jalan lahir


2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
3. Bengkak diwajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-kejang
4. Demam lebih dari n2 hari

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 7
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

5. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit


6. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)

Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah tanda/ gejala yang
menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya.Gangguan tersebut dapat
terjadi secara mendadak, dan biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap ibu
hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya, tujuannya agar
mereka dapat segera mencari pertolongan ke bidan, dokter atau langsung ke Rumah Sakit/
fasyankes terdekat untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya.

Pelayanan bayi baru lahir sejalan dengan pelayanan Ibu Nifas dengan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh
bidan/perawat/dokter dilaksanakan minimal 3 kali, yaitu:

1. Pertama pada 6 jam - 48 jam setelah lahir


2. Kedua pada hari 3 - 7 setelah lahir
3. Ketiga pada hari ke 8 - 28 setelah lahir

Pelayanan neonatal esensial yang diberikan yaitu pada segera setelah lahir dilakukan
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam 1 jam setelah lahir jika kondisi bayi stabil, menjaga bayi tetap
hangat, pemberian vitamin K1 Injeksi dan imunisasi Hepatitis B0, perawatan tali pusat.

Pada kunjungan neonatal dilakukan pelayanan Menimbang Berat Badan (gram),


Mengukur panjang badan (cm), Mengukur suhu (0C), Menanyakan apakah ibu, bayi sakit apa?,
Memeriksa kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri

Frekuensi napas (kali/menit), Frekuensi denyut jantung (kali/menit), Memeriksa adanya


diare, Memeriksa ikterus (bayi kuning), Memeriksa kenungkinan berat badan rendah, memeriksa
status pemberian Vitamin K1, Memeriksa status imunisasi HB-0, dan Memeriksa masalah keluhan
ibu.Pelayanan yang sudah dilakukan dicatat di Buku KIA.Ibu dan keluarga dapat meminta kepada
petugas kesehatan jika ada pelayanan yang belum didapatkan.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 8
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

B. KELAS IBU
Salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kemandirian keluarga dan
masyarakat dalam memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak adalah melalui
penggunaan Buku KIA. Agar buku KIA tersebut dapat digunakan dengan benar dan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat, maka perlu diberikan pemahaman tentang buku KIA melalui
wadah komunikasi yang ada di masyarakat yang kemudian disebut sebagai Kelas Ibu dan
kelas Ibu Balita.
Kelas Ibu merupakan salah satu kegiatan penting dalam peningkatan pemanfaatan
Buku KIA di masyarakat dan sebagai upaya pembelajaran ibu, suami dan keluarga agar
memahami isi Buku KIA melalui metode kegiatan belajar bersama yang difasilitasi oleh
petugas kesehatan yang kompeten. Kelas Ibu dikembangkan untuk dua sasaran, yaitu Kelas
Ibu Hamil yang ditujukan bagi para ibu yang tengah hamil serta dan Kelas Ibu Balita ditujukan
bagi Ibu yang mempunyai Balita. Keduanya dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan
cakupan dan pemanfaatan Buku KIA dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil menghadapi
persalinan yang aman, nyaman, dan melahirkan dengan selamat, serta bayi lahir sehat dan
cerdas.Sementara kegiatan Kelas Ibu Balita bertujuan untuk mewujudkan tumbuh kembang
balita yang optimal.
Dalam kelas ibu hamil, ibu-ibu akan mendapatkan informasi dan saling bertukar
informasi mengenai kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi baru lahir. Kelas ibu
diikuti paling sedikit 4 kali pertemuan, dan sebaiknya 1 kali pertemuan dihadiri bersama
suami/keluarga. Di kelas Ibu juga, ibu hamil diajarkan untuk melakukan latihan fisik ringan
sesuai kondisi fisik-mental dan usia kehamilannya. Latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan
teratur akan membantu ibu hamil untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik selama kehamilan
dan nifas serta mengurangi keluhan-keluhan yang timbul selama kehamilan dan nifas.
Sementara di kelas ibu balita, para ibu yang mempunyai anakberusia antara 0 sampai
5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman serta tukar
informasi mengenai tumbuh kembang anak, imunisasi, perawatan bayi dan balita serta
penyakit yang sering terjadi pada bayi dan balita. Untuk prinsip pelaksanaan hampir sama
dengan kelas ibu hamil.
C. PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI
(P4K), IMD dan KB PASCA PERSALINAN

Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan


Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker yang merupakan "upaya
terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 9
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di KgCuarga

kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang
membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan
tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, karena dalam menyongsong
persalinannya seorang ibu membutuhkan persiapan. Persiapan dalam Perencanaan
persalinan disebut denganProgram Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) dengan stiker.
P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan. Penggunaan stiker dalam P4K merupakan media notifikasi
sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi baru lahir.
Sementara pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan,
pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui
penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-unsur
masyarakat di wilayahnya (Kader, Forum peduli KIA/ Pokja Posyandu, dan Dukun).
Stiker P4K memuat informasi tentang:
1. Lokasi tempat tinggal ibu hamil
2. Identitas ibu hamil
3. Taksiran persalinan
4. Penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan.
5. Calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.

Melalui stiker, pendataan dan pemantauan ibu hamil dapat dilakukan secara intensif
oleh bidan bersama dengan suami, keluarga, kader, masyarakat, Forum Peduli KIA; serta
pendeteksian dini kejadian komplikasi sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan
persalinan dengan aman dan selamat, serta bayi yang dilahirkan sehat. Pemasangan ”Stiker
P4K” bukanlah sekedar menempelkan stiker pada setiap rumah ibu hamil, tapi juga ajang
salah satu konseling kepada ibu hamil,
suami dan keluarga untuk mendapat kesepakatan dan kesiapan dalam merencanakan persalinan.

(contok Stiker P4K terlampir).

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 1 0
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

Nama Ibu

Taksiran persalinan - -200


Penolong persalinan

Tempat persalinan

Pendamping persalinan

Transportasi

Calon pendonor darah

Menuju Persalinan Yang Aman dan Selamat

Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta dengan suami
dan/ keluarga atas komponen-komponen P4K dengan Stiker.Kesahihan kesepakatan ini
ditentukan oleh tanda tangan ibu hamil, suami/ keluarga terdekat dan bidan. Amanat persalinan
ini akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat dibutuhkan pada saat kritis,
yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan penting menyangkut dirinya sehubungan dengan
kondisinya.

Dokumen Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker. Stiker
berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan, sementara Amanat Persalinan
memperkuat komitmen ibu hamil dan suami. Amanat Persalinan berisikan:

1. warga yang sanggup menjadi pendonor darah;


2. warga yang memiliki sarana transportasi/ ambulan desa;
3. proses pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir;
4. rencana pendampingan suami saat persalinan;
5. rencana inisiasi menyusu dini;

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 1 1
Materi Inti 1 Pelayanan KIA di Keluarga

6. rencana penggunaan KB pasca persalinan;


7. kesiapan Bidan untuk kunjungan nifas;
8. termasuk upaya penggalian dan pengelolaan dana.
(Contoh format Amanat Persalinan terlampir dalam Buku KIA)

Salah satu point yang dituliskan dalam Amanat Persalinan ini adalah mengenai Inisiasi
Menyusus Dini (IMD), yaitu proses menyusui dimulai secepatnya segera setelah lahir. IMD
dilakukan dengan cara meletakkan bayi di dada ibu (kontak kulit ibu dan kulit bayi) segera setelah
lahir dan berlangsung minimal satu jam.

IMD merangsang keluarnya ASI, memberi kekebalan pada bayi serta meningkatkan
kekuatan batin antara ibu dan bayinya. IMD juga dapat mengurangi perdarahan sesudah
melahirkan. Pada waktu IMD, bayi mendapat kolostrum yang penting untuk kelangsungan
hidupnya.

Sementara itu Indikator keberhasilan P4K dengan Stiker salah satunya adalah persentase
penggunaan metode KB pasca persalinan. Upaya peningkatan pelayanan KB khususnya pasca
persalinan dinilai merupakan strategi yang tepat karena cakupan pelayanan K1, K4, dan Pn sudah
cukup tinggi. Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak antara penyedia pelayanan
kesehatan dengan ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan maupun melahirkan dapat memotivasi
mereka untuk menggunakan kontrasepsi segera setelah persalinan. Keterangan lebih lanjut
dibahas dalam pokok bahasan Keluarga Berencana.
POKOK BAHASAN 2.
KELUARGA BERENCANA (KB)

A. MANFAAT KB
Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat. Pasangan usia subur
yang belum/tidak berencana punya anak lagi dan tidak memakai kontrasepsi, masuk ke
dalam kelompok yang berisiko tinggi. Keluarga Berencana (KB) membantu mewujudkan
tiga pesan utama menuju kehamilan sehat dengan mengatur jarak kehamilan, yaitu:
1. Setelah persalinan, wanita seharusnya menunggu 2 tahun untuk kembali hamil lagi
2. Setelah abortus, wanita seharusnya menunggu 6 bulan sebelum hamil kembali
3. Wanita seharusnya menunggu hingga usia20 tahun, untuk hamil yang pertama

B. JENIS-JENIS ALAT KB
Terdapat beberapa metode kontrasepsi modern yang efektif dalam mencegah
kehamilan.Berdasarkan waktunya, pelayanan KB dibedakan menjadi:
1. KB interval, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi di luar KB Pasca

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 1 2
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

Persalinan
2. KB pasca persalinan, yaitu PUS yang menggunakan alat kontrasepsi langsung
sesudah melahirkan sampai dengan 42 hari.

KB Interval
KB Interval terbagi berdasarkan lama waktu aktif penggunaan kontrasepsi yang dibagi
menjadi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non-MKJP.
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Penggunaan MKJP saat ini lebih direkomendasikan, karena:
• Memiliki efektivitas yang tinggi, dari 1000 kehamilan hanya ditemukan 6 akibat
dari kegagalan pemakaian metode KB jangka panjang.
• Sangat efektif karena tingkat kegagalan dalam penggunaannya sangat kecil
(tidak perlu minum pil tiap hari atau suntik tiap bulan).
• Tidak akan mengganggu dalam melakukan hubungan seksual.
• Lebihamankarenakeluhan/efeksamping MKJP lebih sedikit.
a. Metode Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi
MOW bekerja dengan menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Metode ini harus melalui prosedur medis/
operasi.
Keuntungan:
1) Sangat efektif 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
2) Tidak mempengaruhi senggama dan tidak mengganggu produksi ASI
3) Tidak ada efek samping hormonal
b. Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi
MOP bekerja dengan cara menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan mengikat vas
deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan fertilisasi tidak terjadi. Metode
ini harus melalui prosedur medis/ operasi. MOP dapat bekerja sangat efektif (setelah 20
ejakulasi atau 3 bulan post operasi) dan tidak memiliki efek samping jangka panjang.
c. Metode AKDR
Sesuai dengan namanya, AKDR merupakan alat kontrasepsi dengan memasukkan alat
kedalam rahim. AKDR dapat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil, bisa
dilakukan dalam 48 jam pascaplasenta atau setelah 4 minggu pasca persalinan. Cara
kerja AKDR adalah dengan mencegah ovum dan sperma bertemu, menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, serta mencegah implantasi embrio dalam uterus. AKDR tersedia

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 13
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

dalam bentuk AKDR tanpa progestin dan AKDR dengan progestin.


Keuntungan:
1) Efektivitas tinggi 0.6-0.8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan pertama
pemakaian (segera efektif setelah dipasang)
2) Dapat digunakan sampai menopause (masa aktif 5-8 tahun)
3) Praktis (tidak seperti pil yang harus diminum setiap hari)
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI
5) Tidak ada efek hormonal (AKDR tanpa progestin)
6) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
7) Membantu mencegah kehamilan ektopik
8) Kembalinya kesuburan dalam waktu singkat setelah AKDR dilepaskan
Efek Samping:
1) Perubahan siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya haid jadi lebih
banyak dan nyeri, dan perdarahan antar menstruasi
2) Merasa nyeri dan kram perut 3-5 hari setelah pemasangan
3) Perforasi dinding uterus apabila sukar dalam pemasangan
Metode Implan
Implan merupakan metode dengan memasukkan kapsul berisi hormon di bawah kulit.
Metode ini dapat aktif selama 3-4 tahun pemakaian. Implan bekerja dengan cara
mencegah ovulasi, mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi
sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, serta
mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
Keuntungan
1) Efektivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun pemakaian
2) Tidak menganggu hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI
3) Efek samping sedikit terhadap kesehatan
4) Dapat dihentikan setiap saat (kesuburan cepat kembali bila implan dicabut)
5) Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan pembekuan darah,
kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
6) Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
7) Mencegah kanker endometrium dan ovarium Efek
Samping:
1) Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2) Peningkatan berat badan
3) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
4) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila dibandingkan

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 14
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

dengan wanita yang tidak ber-KB)


2. Non-MKJP
a. Metode Suntikan
Metode suntikan tersedia dalam bentuk Suntikan Progestin (3 bulanan) dan Suntikan
Kombinasi (1 bulanan). Metode ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma, serta
mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur. Suntikan
diberikan saat haid antara hari 1 hingga 7 (bila

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 15
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak berhubungan selama 7
hari). Jika menyusui, digunakan sejak 6 minggu pascapersalinan. Jika tidak menyusui atau
setelah abotrus, digunakan segera mungkin.
Keuntungan
1) Efektifitas tinggi, 0.3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
2) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
3) Risiko dan efek samping terhadap kesehatan kecil
4) Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
5) Mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium Efek
Samping:
1) Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau spotting sampai 10 hari
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang setelah suntikan
kedua atau ketiga
3) Penembahan berat badan
4) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, gangguan
pembekuan darah, timbulnya tumor hati
b. Metode Pil
Metode Pil hampir sama dengan metode suntikan (dari segi cara kerja, keuntungan dan
efek samping), hanya saja digunakan dengan cara diminum. Pil dapat bekerja efektif
selama penggunaan yang benar, diminum setiap hari pada jam yang sama dan tidak ada
tablet yang terlupa serta kesuburan dapat kembali segera setelah penggunaan dihentikan.
Pil tersedia dalam bentuk Pil Progestin (minipil) dan Pil Kombinasi.
c. Metode Bamer(Kondom)
Kondom bekerja dengan cara menghalangi sperma masuk ke uterus. Kondom dapat
bekerja efektif mencegah kehamilan selama digunakan secara benar dan digunakan
setiap kali melakukan hubungan seksual. Keuntungan menggunakan kondom adalah tidak
mengganggu ASI, tidak ada efek samping hormonal serta dapat mencegah penyakit
seksual.
d. Metode AmenoreLaktasi (MAL)
MAL merupakan metode kontrasepsi dengan mengandalkan pemberian ASI yang secara
tidak langsung dapat menekan ovulasi. Metode ini harus dipersiapkan secara benar dan
hanya efektif dalam 6 bulan pertama. Keuntungan dari metode ini, selain dari segi
kontrasepsi, bayi juga mendapat
sumber gizi terbaik, yaitu ASI. Metode ini tidak memiliki efek samping, tidak
memerlukan biaya, dan tidak mengganggu senggama.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal. 16
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

KB Pasca Persalinan
KB pasca persalinan merupakan salah satu upaya terobosan penting untuk mendukung
penurunan angka kematian ibu melalui pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
kehamilan yang berisiko. KB pasca persalinan adalah penggunaan metode KB yang
dilaksanakan pada periode setelah plasenta lahir sampai dengan 42 hari setelah
bersalin.Metode ini tidak boleh mengganggu proses laktasi. Salah satu metode yang
strategis adalah penggunaan AKDR pascaplasenta yang dipasang dalam 10 menit setelah
plasenta lahir. Beberapa hal yang harus diinformasikan dalam konseling KB pasca
persalinan pada ibu menyusui adalah:
a. Jika menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat digunakanmaksimal6
bulan, setelah 6 bulan harus menggunakan metode kontrasepsi lainnya
b. Jika menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan MAL) hanya terproteksi
sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutnya harus menggunakan kontrasepsi
lain seperti metode hormonal progestin yang dimulai 6 minggu pasca persalinan
c. Dapat menggunakan kondom kapanpun
d. Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e. Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi MOW atau
MOP dan dapat dimulai segera pasca persalinan.

Dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan seorang ibu tidak dapat menyusui anaknya,
walaupun demikian, pemilihan metode kontrasepsi dan waktu yang tepat harus tetap
dilakukan.

C. CARA-CARA MEMPEROLEH PELAYANAN KB


Dalam memutuskan menggunakan KB, klien tentunya harus mengetahui informasi
mengenai KB yang akan digunakan, berdasarkan kondisi klien masing- masing, serta klien
dapat memilih mtode KB yang diinginkan. Pemberian informasi ini harus segera dimulai
bahkan sejak kehamilan dimulai (jika berencana menggunakan KB pasca persalinan),
informasi ini dapat diperoleh dari konseling KB oleh tenaga kesehatan. Konseling juga
dapat diperoleh dari para petugas di lapangan (Non Klinik) yaitu PPLKB, PLKB, PKB,
PPKB, SubPPKBD dan kader yang sudah

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 17
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di KgCuarga

mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Klien dapat memperoleh pelayanan KB


antara lain di FKTP dan FKRTL.
POKOK BAHASAN 3.
IMUNISASI

Terdiri dari imunisasi rutin ( dasar lengkap pada bayi (idl), lanjutan pada anak baduta,
lanjutan pada usia sekolah dasar, lanjutan pada wus)

A. PENGERTIAN DAN MANFAAT IMUNISASI


Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat sebagai tindakan
pencegahan yang terbukti paling cost effective dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak
tahun 1956. Dengan program ini, Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun
1974. Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
Tetanus,Hepatitis B, sertaPenumonia.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
program imunisasi ke dalam penyelenggaraan pelayanan yang bermutu dan efisien. Upaya
tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru
(Rubella,Rotavirus, Japanese Encephalitis, Human Papiloma Virusdan lain- lain).
Perkembangan teknologi lain adalah menggabungkan beberapa jenis vaksin dapat digabung
sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi
jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga PD3I
dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 18
Materi Inti 1 PeCayanan KJA di Keluarga

MANFAAT IMUNISASI
Imunisasi Manfaat Tindakan
Hepatitis B
Mencegah penyakit Hepatitis B dan Penyuntikan secara Intramuskular
kerusakan hati (sirosis dan kanker hati) di paha sebanyak 0,5 ml

BCG
Mencegah penyakit Tuberkulosis (TB) Penyuntikan secara Intrakutan di
berat pada bayi lengan kanan atas sebanyak 0,05
ml
Polio Oral Mencegah penyakit Polio yang Tetes oral di mulut sebanyak dua
(OPV) menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai tetes
dan atau lengan
Polio Suntik Mencegah penyakit Polio yang Penyuntikan secara Intramuskular
(IPV) menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai di paha sebanyak 0,5 ml
dan atau lengan
DPT-HB-Hib
Mencegah penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Penyuntikan secara Intramuskular
Rejan), tetanus, Hepatitis B, Pneumonia di paha untuk bayi dan Lengan
(radang paru) dan Meningitis (radang kanan atas (untuk baduta)
selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri sebanyak 0,5 ml
Haemophylus influenzae tipe b

Campak
Mencegah penyakit campak yang dapat Penyuntikan secara Intramuskular
mengakibatkan komplikasi radang paru, di Lengan kiri atas sebanyak 0,5
radang otak dan kebutaan ml

DT
Mencegah penyakit difteri dan tetanus, Penyuntikan secara Intramuskular
di Lengan kiri atas sebanyak 0,5
ml
Td
Mencegah penyakit difteri dan tetanus, Penyuntikan secara Intramuskular
di Lengan kiri atas sebanyak 0,5
ml

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 19
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

B. JENIS DAN JADWAL IMUNISASI


Imunisasi Rutin
1. Imunisasi Dasar
Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
Interval Minimal untuk
Umur Jenis jenis imunisasi yang
sama
0-24jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak

Catatan :
• Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan,
dengan didahului suntikan vitamin K1
• sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
• Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, imunisasi BCG
dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
• Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia
<1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
• Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka
dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
• IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
• Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi
berusia 1 tahun.
• Mulai bulan Agustus 2017 untuk pulau Jawa, Vaksin Campak diganti dengan vaksin
MR atau Measles Rubbela sedangkan serentak diseluruh Indonesia akan dimulai
pada tahun 2018.
2. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat
imunitas pada anak Baduta, anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur (WUS) termasuk

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 20
Materi Inti 1 Pelayanan KJA di Keluarga

ibu hamil.
Tabel 2. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Tiga Tahun
Umur Jenis Imunisasi Interval minimal setelah imunisasi dasar

18 bulan DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3


Campak 6 bulan dari Campak dosis pertama

Catatan:
• Pemberian imunisasi lanjutan pada batita DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan
dalam rentang usia 18-24 bulan
• Batita yang telah lengkap imunisasi dasar dan mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-
Hib dinyatakan mempunyai status imunisasi T3.

Tabel 3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar


Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November

Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November

Catatan
• Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan DPT-
HB-Hib serta mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status imunisasi
T5.
Tabel 4. Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
Interval Minimal
Status Imunisasi Pemberian Masa Perlindungan

T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 HaC 21
Materi Inti 1 Pelayanan KJA di %eCuarga

Catatan:
• Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
• Pemberian imunisasi TT/Td tidak perlu diberikan, apabila pemberian Imunisasi TT/Td
sudah lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan
Anak, kohort dan/atau rekam medis.

C. EFEK SIMPANG DAN PENANGANANNYA


Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga
meningkat dan sebagai akibatnya kejadian berupa reaksi simpang yang diduga berhubungan
dengan imunisasi juga meningkat. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya
disingkat KIPI atau efek simpang adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan
imunisasi.
Untuk mengetahui hubungan antara imunisasi dengan KIPI diperlukan pencatatan
dan pelaporan semua reaksi simpang yang timbul setelah pemberian imunisasi yang
merupakan kegiatan dari surveilans KIPI. Surveilans KIPI tersebut sangat membantu
imunisasi, untuk mengetahui apakah kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang
diberikan ataukah terjadi secara kebetulan hal ini penting untuk memperkuat keyakinan
masyarakat akan pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling
efektif.
Pemantauan KIPI yang efektif melibatkan:
1. Masyarakat atau petugas kesehatan di lapangan, yang bertugas melaporkan bila
ditemukan KIPI kepada petugas kesehatan Puskesmas setempat;
2. Supervisor tingkat Puskesmas (petugas kesehatan/Kepala Puskesmas) dan
Kabupaten/Kota, yang melengkapi laporan kronologis KIPI;
3. Tim KIPI tingkat Kabupaten/Kota, yang menilai laporan KIPI dan menginvestigasi KIPI
apakah memenuhi kriteria klasifikasi lapangan, dan melaporkan kesimpulan investigasi
ke Komda PP KIPI;
4. KOMDA PP KIPI;
5. KOMNAS PP KIPI; dan
6. Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang bertanggung jawab terhadap keamanan
vaksin.

Tujuan utama pemantauan KIPI adalah untuk mendeteksi dini, merespon KIPI dengan
cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan individu dan
terhadap imunisasi.Hal ini merupakan indikator kualitas

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 22
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

program.Bagian yang terpenting dalam pemantauan KIPI adalah menyediakan informasi KIPI
secara lengkap agar dapat dengan cepat dinilai dan dianalisis untuk mengidentifikasi dan
merespon suatu masalah.Respon merupakan suatu aspek tindak lanjut yang penting dalam
pemantauan KIPI.
Pemantauan KIPI pada dasarnya terdiri dari penemuan, pengobatan pelacakan, analisis
kejadian, tindak lanjut, pelaporan dan evaluasi.
Pelaporan KIPI dibedakan atas pelaporan KIPI serius dan KIPI Non serius.
KIPI serius kejadiannya jarang, tetapi diantisipasi dan diminimalisasi dengan melakukan KIPI non
serius. Pemantauan KIPI serius dan non serius dilakukan dengan surveilans KIPI.
KIPI setelah pemberian imunisasi rutin pada dasarnya relatif ringan. KIPI serius jarang
terjadi. KIPI non serius dengan reaksi ringan yang sering ditemui adalah :
• Nyeri, kemerahan dan bengkak di daerah bekas suntikan
• Demam, lesu, nyeri otot, nyeri kepala dan menggigil
Penanganan yang dapat dilakukan adalah kompres hangat dan diberikan
Parasetamol.Apabila keluhan tidak membaik maka harus segera dirujuk ke Puskesmas terdekat.
Apabila ditemukan KIPIserius seperti syok anafilaktik, abses, dan lain lain maka harus
segera dilaporkan kepada petugas kesehatan untuk dilakukan pengobatan perawatan serta
kajian oleh Komite Independen (Komda dan Komnas PP KIPI).
POKOK BAHASAN 4.
PEMANFAATAN BUKU KIA (KESEHATAN IBU)

A. PENGERTIAN
Buku KIA merupakan satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan
anak sejak ibu hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 6
tahun(prasekolah). Buku KIA berisi informasi penting tentang kesehatan ibu dan anak
yang berguna bagi ibu/keluarga, kader dan petugas kesehatan,antara lain mengenai
kesehatan ibu, kesehatan anak, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang anak, sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan terhadap tanda bahaya serta kewaspadaan keluarga
dan masyarakat akan kesakitan dan masalah kegawatdaruratan pada ibu hamil, bayi baru
lahir dan balita. Setiap ibu hamil mendapat 1 (satu) Buku KIA, jika ibu melahirkan bayi
kembar, maka ibu memerlukan tambahan buku KIA lagi.Buku KIA tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes/Poskesdes, Pustu, Puskesmas, bidan, dokter
praktik, rumah bersalin, dan rumah sakit).
Panduan dalam Buku KIA antara lain:
1. Buku ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga lain karena berisi
informasi yang sangat berguna untuk kesehatan ibu dan anak.

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 23
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

2. Buku ini dibawa oleh ibu atau keluarga setiap kali ke fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Buku ini disimpan, jangan sampai hilang karena berisi informasi dan catatan
kesehatan ibu dan anak. Catatan yang ada di dalam buku ini akan sangat bermanfaat
bagi ibu, anak dan petugas kesehatan.
4. Tanya ke dokter, dokter gigi, bidan, perawat, petugas gizi, dan petugas kesehatan
lainnya jika ada hal-hal yang ingin diketahui atau ada masalah kesehatan ibu dan
anak. Jangan malu dan ragu untuk bertanya.

Isi dari Buku KIA merupakan Informasi tentang kesehatan ibu dan anak yang
sederhana dan mudah dimengerti, sehingga bisa membantu ibu untuk memantau status
kesehatan ibu serta anak. Buku ini juga berisi petunjuk praktis untuk menjaga kesehatan
ibu dan anak.
Pada topik kesehatan ibu berisi informasi tentangIbu Hamil terdapat pada halaman
1-9, Ibu bersalin halaman 10-12, ibu nifas halaman 13-17, keluarga berencana halaman
18, catatan kesehatan ibu hamil halaman 19-23, catatan kesehatan ibu bersalin, ibu nifas
dan bayi baru lahir halaman 24 -27, Cuci tangan pakai sabun halaman 28, Keterangan
Lahir halaman 29-31. Sedangkan topik kesehatan anak berisi informasi tentangbayi baru
lahir /neonatus (0-28 hari) halaman 32 - 37, catatan imunisasi anak halaman 38 - 39, dan
anak usia 29 hari - 6 tahun halaman 40-49.

B. MANFAAT BUKU KIA


1. Umum
Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai
anak berumur enam tahun
2. Khusus
a. Untuk mencatat dan memantau kesehatan Ibu dan Anak
b. Alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi
Ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak
c. Alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan Ibu
dan Anak
d. Catatan pelayanan gizi dan kesehatan Ibu dan Anak termasuk rujukanny

Integrasi penggunaan Buku KIA dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:


1. Kemudahan dalam mendapatkan Akte Kelahiran,
2. PAUD (Buku KIA sebagai pemantauan tumbuh kembang),

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 24
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di Keluarga

3. Beberapa daerah menggunakan sebagai persyaratan untuk masuk TK/SD,


4. Program Keluarga Harapan,
5. Jaminan Kesehatan Nasional,
6. Indikator Keluarga Sehat
POKOK BAHASAN 5.
INSTRUMENPENDATAAN PELAYANAN KIA
B.GANGGUAN KESEHATAN

BerlakuuntukAnggotaKeluargawanita berstatus menikah (usia 10-54 tahun) dan tidak hamil atau
anggota keluarga Laki-laki berstatus menikah (usia >10tahun)
11.
ApakahSaudaramenggunakan alat kontrasepsi atau ikut program Keluarga Berencana? 1. Ya 2. Tidak

BerlakuuntukIbu yang memiliki Anggota Keluarga berumur < 12 bulan

12. Apakah saat ibu melahirkan (NAMA).................................................... bersalin di fasilitas pelayanan?

1. Ya 2. Tidak

BerlakuuntukAnggota Keluarga berumur 12-23 bulan

14.
Apakah selama bayi usia 0 - 11 bulan diberikan imunisasi lengkap? (HB0, BCG, DPT-HB1. PT-HB2, DPT-HB3, Polio
1, Polio 2, Polio 3, Polio 4, Campak)
1. Ya 2. Tidak

Adapun pengertian atau Definisi Operasional dari Indikator yang menyangkut


pelayanan KIA adalah 3 Indikator antara lain:
1. Keluarga mengikuti program KB adalah jika keluarga merupakan pasanganusia subur,
suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara resmisebagai peserta/akseptor KB dan
atau menggunakan alat kontrasepsi
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan adalah jika di keluarga terdapat ibu pasca
bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan persalinan ibu tersebut, dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, bidan praktek swasta).
3. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah jika di keluarga terdapat bayi (usia 12-23
bulan), bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi HB0, BCG, DPT-HB1, DPT-HB2, DPT-
HB3, Polio1, Polio2, Polio3, Polio4, Campak.
REFERENSI

• PP 61 Th 2014 tentang Kesehatan Reproduksi


• PMK 25 Th 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
• PMK 97 Th 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Melahirkan,

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 25
Materi Inti 1 PeCayanan KIA di KeCuarga

Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi Serta Pelayanan


Kesehatan Seksual
• Permenkes No. 42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi tahun 2013
• Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2016 Kementerian Kesehatan RI
• Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, 2015 Kementerian Kesehatan RI
• Paket Kelas Ibu Hamil, 2015 Kementerian Kesehatan RI
• Pedoman Pelayanan Neonatal Esensial, 2014 Kementerian Kesehatan
• Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012
• Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan, Kemenkes
2012
• Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan
Stiker

Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan


Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 HaC 26

Anda mungkin juga menyukai