Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TENTANG GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. ARIF GUNAWAN NPM : 1801003p


2. ERWIN ARIWIJAYA NPM : 1801010p
3. HENI NOVITARIA NPM : 1801018p
4. IMRAN HANIF NPM ; 1801022p
5. MELDAWATI NPM : 1801024p
6. NURHAYATI HASANAH NPM : 1801027p
7. SELVIASARI NPM : 1801056p
8. SITI CHOTIJAH NPM : 1801037p
9. SITI NURWATIAH NPM : 1801038p
10. TRIMUNAH NPM : 1801043p
11. TRIYUNI MASTUTI NPM : 1801044p

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha esa
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “gangguan saluran pencernaan dan penatalaksanaannya” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Bedah pada semester genap.

Penulis menyadari dalam penyusunan Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
baik teknik penulisan maupun isinya.Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima
semua masukan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dan perbaikan
laporan tugas akhir ini di masa yang akan dating. Penulis harap, dengan membaca makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat menambah wawasan kita ,

Pringsewu, Juli 2019

Kelompok III
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan


mempersiapkannya untuk diproses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang
dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh
bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau energi. Selama dalam proses pencernaan
makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan dapat diserap oleh usus, kemudian
digunakan oleh jaringan tubuh.

Sistem pencernaan adalah organ yang seringkali mudah terkena gangguan sehinggatimbul
berbagai masalah tumor pencernaan. Tumor pencernaan adalah semua tumor yangterjadi
pada saluran pencernaan. Tumor ini merupakan golongan besar dari tumor padaorgan
esofagus, lambung, duodenum bagian pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum,
kolon,kolon sigmoid, dan rektum. Tumor pencernaan yang mulanya ringan dapat
berdampak fatalapabila kita tidak mengerti diagnosa tumor dan cara penanganan yang
tepat. Oleh karena itusangat penting bagi kita untuk mengetahui berbagai seluk beluk
hingga penanganan tumor pencernaan.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja tumor yang ada disistem pencernaan?


2. Bagaimana penatalaksanaannya ?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tumor yang ada disistem pencernaan


2. Untuk mengetahui penatalaksanaannya
BAB II
Tinjauan Teori

2.1 PENGERTIAN

Sistem pencernaan adalah system yang berfungsi melakukan penyerdehanaan dan


pemilihan bahan makanan menjadi zat makanan yang dapat diserap oleh tubuh kit,
sehingga zat makanan tersebut dapat digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisik
maupun kimia

Organ Pencernaan meliputi :


a. Mulut (oris)
b. Tekak (Faring)
c. Kerongkongan (Esophagus)
d. Lambung (Vetrikulus)
e. Usus halus (intestinum minor)
f. Usus dua belas jari (Duodenum)
g. Usus Penyerapan (ileum)
h. Kelenjar Pankreas
i. Hati (hepar)
j. Usus Besar (intestinum mayor)
k. Rectum
l. Anus

Tumor merupakan terbentuknya neoplasma yang disebabkan oleh pertumbuhan atau


regenerasi sel ditubuh yang tidak normal.
Tumor Saluran Pencernaan adalah tumor yang tumbuh di organ pencernaan
2.2 KLASIFIKASI TUMOR
Tumor dibagi dalam dua jenis :
1. Tumor JInak
Tumor dikatakan sebagai Tumor jinak jika dia tumbuh disatu bagian tubuh saja dan
tidak menyebar ke organ tubuh yang lain. Biasanya Tumor jinak tidak akan tumbuh
kembali jika telah diangkat melalui prosedur operasi.
2. Tumor Ganas
Tumor dikategorikan sebagai tumor ganas jika tumor tersebut menyerang organ
disekitarnya, masuk ke pembuluh darah dan menyebar kebagian tubuh yang lain.
Tumor ganas inilah yang disebut sebagai kanker
2.3 STADIUM KANKER
KOndisi Kanker berdasarkan stadium
 Stadium 0
Pada stadium 0, kanker baru tumbuh. Sel kanker ini beradaditempat pertama kali
tumbuh atau belum menyebar ke jaringan-jaringan tubuh lain disekitarnya.
Kanker pada stadium ini bisa diatasi melalui operasi pengangkatan jaringan sel
kanker dan memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang cukup tinggi.
 Stadium I
Pada Stadium I, jaringan masih berupa kanker berukuran kecil,sehingga disebut
sebagai kanker stadium awal. Kanker pada stadium awal seringkali memberikan
gejala yang khas sehingga banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mereka
mengalami kanker. Sel kanker juga belum tumbuh sampai ke dalam jaringan
tubuh serta belum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ada beberapa pilihan
pengobatan untuk kanker stadium I. Misalnya pada penderita kanker payudara
stadium I, pengobatan bisa dilakukan melalui operasi, radioterapi, kemoterapi,
atau terapi hormon.
 Stadium II
Pada stadium II sel kanker sudah berkembang dan tumbuh lebih besar
dibandingkan dengan stadium I. Sel kanker pada stadium ini masih bertahan di
tempat awal muncul dan belum menyebar ke bagian tubuh lainnya.
 Stadium III
Pada stadium III kondisi sel kanker hampir sama dengan sel kanker stadium II.
Namun, sel-sel tersebut sudah tumbuh lebih dalam ke jaringan tubuh. Ada yang
sudah mulai menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Meskipun
demikian, sel kanker belum sampai menyebar ke bagian tubuh lain.
 Stadium IV
Pada stadium ini, sel kanker yang semula berada di satu tempat sudah menyebar,
setidaknya sampai ke 1 jaringan organ tubuh lain. Penyebaran sel kanker ini
dikenal dengan istilah metastasis sel kanker. Ketika kanker sudah menyebar,
maka akan semakin sulit untuk mengendalikannya. Tujuan utama
penatalaksanaan bagi kanker stadium IV, umumnya adalah untuk menghentikan,
setidaknya menghambat pertumbuhan sel kanker, dan mengurangi keluhan yang
diderita.

2.4 CONTOH TUMOR DI SALURAN PENCERNAAN


1. TUMOR ESOFAGUS
A. Pengertian
Tumor Esofagus adalah benjolan yang terdapat pada esophagus..

B. Etiologi :
 Minum alcohol
 Merokok
 Obesitas
 Diet
 Makanan atau minuman panas
 Terapi radiasi
 Refluk empedu
 Tumor refluk gastro esophagus (GERD)
 Esofagus Barret
 Achalasia
 Sindrom Peterson Vrown Kelly
 Tylosis
C. Tanda Dan Gejala
- Disfalgia
Gejala utama dari kanker esophagus adalah masalah menelan,sering
dirasakan oleh pasien seperti ada makanan yang tersngkut ditenggorokan
atau dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka biasanya pasien mengganti
makann dan kebiasaan makannya secara tidak sadar,
- Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan
- Nyeri pada Dada
Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbakar
diddada, gejadengan organ lain seperti jantung.la ini seringkali diartikan
dengan gejala berkaitan
- Kehilangan nerat badan
- Hal ini disebabkan karena masalah menelan sehingga pasien mendapat
masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya.
- Perdarahan
Sel tumor mampu tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya
nekrosis dan ulserasi pada mukosa dan menghasilkan perdarahan
didaerah gastrointestinal.
D. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan
pengelompokan stadium tumor. Penatalaksanaan yang lazim dilakukan adalah
intervensi non operasi dan intervensi operasi.
1. Intervensi non operasi
a. Radiasi
Karsinoma esofagus bersifat radiosensitif. Pada kebanyakan pasien,
radiasi eksternal memberikan efek penyusutan tumor. Komplikasi akibat
radiasi sering berupa striktura, fistula dan perdarahan, selain itu
terkadang juga dijumpai komplikasi kardiopulmunal (Enzinger,2003)
b. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai pelengkap terapi operasi dan terapi
radiasi. Biasanya digunakan kemoterapi kombinasi Sisplatin bersama
Paclitaxel dan 5 fluorouracil (Le Prise,1994)
c. Terapi Laser
Pemberian intervensi terapi laser dapat membantu menurunkan secara
sementara kondisi disfagia pada 70% pasien kanker esofagus.
Pelaksanaan secara multipel yang dibagi pada beberapa sesi dapat
meningkatkan kepatenan lumen esofagus (Wang,2008)
d. Photodynamic therapy (PDT)
PDT dapat dilakukan pada pasien dengan keganasan jaringan displatik.
Fotosintesis mentransfer energi ke substrat kimia jaringan abnormal.
Beberapa studi PDT atau terapi laser dengan kombinasi penghambat
asam jangka panjang, menghasilkan terapi endoskopik yang efektif pada
displasia mukosa Barret dan mengeliminasi mukosa Barret
(Fisichella,2009)
2. Intervensi Bedah
Esofagotomi dilakukan memulai insisi abdominal dan sevikal melewati
hiatus esofagus/ THE (transhiatal esophagectomy) atau dengan cara insisi
abdominal dan toraks kanan/ TTE (transhorakcic esophagectomy). Pada
THE rongga dada tidak dibuka. Ahli bedah melakukan manuver transhiatal
dengan mengangkat esofagus secara manual dari rongga thoraks. Pada TTE
bagian tengah dan bawah esofagus diangkat melalui rongga toraks yang
dibuka. Pembukaan abdomen dilakukan agar dapat memobilisasi lambung
untuk memudahkan reseksi (Mackenzezie, 2004)
E. Pencegahan
Tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam pengembangan sel
skuamosa kanker esophagus, penghentian tembakau dan alkohol secara
signifikan dapat mengurangi resiko terjadinya kanker ini. Buah buahan dan
sayur sayuran yang segar dibandingkan dengan asupan makanan tinggi
nitrosamine atau yang terkontaminasi dengan racun bakteri atau jamur dapat
menurunkan risiko sekitar 50%.
2. TUMOR GASTER
A. Pengertian
Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dibagi
atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non
epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot
polos. Perangai tumor ini sulit diramalkan, dan sulit dibedakan antara
tumor ganas dan jinak berdasarkan kriteria histologis. Salah satu gambaran
yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas
mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis (Underwood, 2000 :
439).
B. Etiologi
Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1078) penyebab tumor gaster
dimulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal
sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor
gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H.
pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan
atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut
Underwood (2000 : 440) yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet
tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat
meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang
berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi
lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori,
keturunan dan golongan darah A
C. Tanda dan Gejala
Menurut Soeparman (1998 : 114) menyatakan gejala klinis yang
ditemukan tidak khas, dapat dalam bentuk keluhan nyeri epigastrium atau
bila didapatkan komplikasi seperti perdarahan sukar di bedakan dengan
perdarahan yang bersumber dari ulkus peptik. Gejala lain yang akan
didapatkan adalah dalam bentuk akut abdomen, perdarahan saluran cerna
bagian bawah atau gejala obstruksi. Menurut Brunner and Suddart (2002 :
1078) gejala awal dari tumor dan kanker lambung sering tidak pasti karena
kebanyakan tumor ini dimulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit
menyebabkan gangguan fungsi lambung. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan antasida
dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna. Gejala tumor
progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dispepsia,
penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta
muntah.
D. Pemeriksaan penunjang
Menurut Hadi (1999 : 271) pemeriksaan tumor gaster meliputi :

1. Pemeriksaan fisik : berat badan, anemia, adanya massa.


2. Perdarahan tersembunyi dalam tinja (occult blood) : tes benzidin.
3. Sitologi dengan gastrofiberskop.
4. Rontgenologik : posisi (terlentang, tengkurap dan oblik, serta
kompresi).
5. Gastroskopi : pemotretan isi lambung.
6. Gastrobiopsi : pengambilan jaringan secara visual pada lesi.
7. Fosfor radio aktif dan CT scanning.

E. Penatalaksanaan
Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1081) tidak ada pengobatan yang
berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya.
Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah,
penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling
efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan
reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung
lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk
ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di
perbaiki dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar,
pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal.
Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan
disfagia. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak
menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat
memberikan kontrol lanjut terhadap tumor dan paliasi.
3. TUMOR DUODENUM
A. Pengertian
Tumor duodenum merupakan suatu pertumbuhan sel neoplastik pada
duodenum yang dapat bersifat maligna atau benigna
B. Etiologi
Etiologi dari tumor duodenal masih belum diketahui secara pasti (Al-Khouri,
2005).
Faktor yang dapat menyebabkan malignansi pada intestinal adalah inflamasi
kronis, seperti crohn’s disease dan coeliac disease, riwayat merokok,
konsumsi alkohol (Wright et al, 2005).

C. Klasifikasi
1. Benigna :
Epithelial:

 Adenoma (tubular, villous, tubulovillous)

 Brunner’s Gland Adenoma

Mesenchymal:

 Leiomyoma

 Leiomyoblastoma

 Lipoma

 Vascular

 Fibroma

 Neurogenic

Lainnya:

 Familial Adenomatosis Polyposis

 Gardner’s Syndrome

 Peutz-Jeghers Syndrome

 Duodenal Gangliocytic Paraganglioma

2. Maligna
D. Tanda dan gejala
 Kebanyakan pasien dengan lambung dan duodenum tumor jinak masih
tanpa gejala untuk jangka waktu yang lama. Ketika Gejala yang muncul,
ini tergantung pada ukuran tumor, lokasi dan komplikasi yang timbul dari
tumor (misalnya: perdarahan dan ulserasi). Gejala yang muncul paling
umum adalah pendarahan (akut atau kronis), sakit perut dan
ketidaknyamanan, mual, penurunan berat badan, obstruksi usus dan
sebagai untuk tumor periampula, seperti adenoma di papilla dari Vater,
komplikasi pancreaticobiliary berulang termasuk tumor kuning,
kolangitis, dan pankreatitis mungkin terjadi (Goh & Lenzi, 2001).
 Tumor ganas duodenum memiliki tanda dan gejala spesifik. Gejala
utama adalah: nyeri perut (15 sampai 60% dari pasien), penurunan berat
badan (30-59%), mual dan muntah (25-30%), sakit kuning (20 sampai
30%), perdarahan (10-38%) . Massa abdomen teraba ditemukan dalam
waktu kurang dari 5% dari pasien (Fagniez & Rotman, 2001).

E. PEMERIKSAAN FISIK dan PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG


1. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memeriksa tanda kesehatan umum, termasuk
pemeriksaan benjolan yang tidak biasa, nyeri perrut bagian epigastrium, hematemesis,
melena. (NIH, 2015).
Pemeriksaan fisik juga melihat gejala yang nampak pada pasien sepeti mual, muntah,
nyeri, jaundice, tana-tanda anemia seperti pucat, teraba massa, penurunan berat badan,
intusepsi, cholangitis (Al-khouri, 2005).
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut NIH 2015
 Pemeriksan darah lengkap seperti pemeriksaan RBC, WBC, dan PLT.
Pemeriksaan kimia darah untuk menilai adanya tanda malignansi menyebar pada
hati.
 Pemeriksaan Barium X-ray
Pemeriksaan ini menggunakan barium (cairan kontras) yang ditelan yang
berfungsi untuk melapisi daerah usus atau perut, kemudian foto sinar-x diambil.
Barium ini membantu melihat adanya kelainan garis di kerongkongan, lambung,
dan usus. Metode ii paling sering digunakan untuk melihat sistme pencernaan
atas atau bawah dan membantu menemukan adanya tumor. Barium digunakan
jika endoskopi tidak tersedia.
 Computed tomography (CT Scan)
CT Scan biasaanya digunakan pada orang yang mempunyai asalah pada nyeri
abdomen. Tumor pada usus mungkin tidak dapat dilihat dengan baik melalui CT
scan, namun dapat memperlihatkan beberapa permasalahan yang disebabkan oleh
tumor tersebut, seperti obstruksi atau perforasi. CT Scan juga membantu untuk
melihat penyebaran kanker. CT Scan juga dijadikan penuntun untuk biopsi agar
pengambilan sampel dapat dilakukan dengan tepat pada daerah yang dicurigai
adanya kanker.

 Upper Endoskopi
Metode yang digunakan untuk melihat bagian dalam kerongkongan, lambung,
dan duodenum. Endoskopi dimasukkan melalui mulut, lambung , dan
duodenum. Endoskopi memiliki isntrumen dengan cahaya dan lenca kamera
untuk melihat kelaianan pada saluran pencernaan atas, dan memungkinkan
digunakan untuk mengambil jaringan dan diperiksa untuk tanda-tanda kanker.
 Biopsi
Prosedur seperti endoskopi dan pencitraan tes dapat menemukan daerah yang
terlihat seperti kanker, tetapi satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti
adalah dengan melakukan biopsi. Dalam biopsi, sepotong daerah yang
abnormal dihapus dan diperiksa di bawah mikroskop.Ada beberapa cara untuk
mengambil sampel dari suatu tumor usus. Salah satu cara adalah melalui
endoskopi. Ketika tumor ditemukan, tang biopsi (penjepit atau penjepit)
melalui tabung untuk mengambil sampel kecil dari tumor. Pendarahan setelah
biopsi adalah masalah yang jarang namun berpotensi serius. Jika perdarahan
menjadi masalah, dokter kadang-kadang dapat menyuntikkan obat yang
menyempitkan pembuluh darah melalui endoskopi ke dalam tumor untuk
menghentikan pendarahan.Pada beberapa pasien, operasi diperlukan untuk
biopsi tumor di usus. Hal ini dapat dilakukan jika tumor tidak dapat dicapai
dengan endoskopi.
 Laparotomi
Laparotomi adalah prosedur yang digunakan untuk melihat bagian abdomen.
Prosedur laparotomi adalah dengan menyayat dinding abdomen utnuk melihat
tanda-tanda tumor. Kadang-kadang organ kelenjar getah bening atau jaringan
diambil untuk diperiksa dan melihat tanda-tanda tumor.
 MRI
MRI digunakan untuk melihat adanya gambaran gangguan pada duodenum
dengan metoda magnetik, dan memberikan gambarang yang lebih detail padam
tubuh bagian dalam.
F. PENATALAKSANAAN
Insiden yang sangat rendah menyebabkan belum banyak penelitian mengenai
pengobatan yang paling efektif. Reseksi bedah lengkap merupakan terapi pilihan
jika karcinoma telah ditegakkan sebagai diagnosis. Dua jenis reseksi bedah yaitu
pancreatoduodectomy terkait dengan lymphadenectomies atau reseksi segmental,
metode ini memungkinkan kelenkar getah bening direseksi. Radioterapi dan
kemoterapi digunakan untuk kasus pasca operassi sebagai terapi adjuvan (Fagniez
& Rotman, 2001)
4. TUMOR PANKREAS
A. Pengertian
 Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama, yaitu: Menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian
posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (Sylvia,
2006).
 Kanker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel
yang melapisi saluran pankreas. Sekitar 95% tumor ganas pankreas
merupakan Adenokarsinoma. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi
pada laki-laki dan agak lebih sering menyerang orang kulit hitam.
Tumor ini jarang terjadi sebelum usia 50 tahun dan rata-rata tumor ini
terdiagnosis pada penderita yang berumur 55 tahun. (Brunner &
Suddarth, 2001).

B. Etiologi

Adapun etiologi dari Kanker Pankreas yaitu :


a. Faktor Resiko Eksogen
Merupakan adenoma yang jinak dan adenokarsinoma yang ganas
yang berasal dari sel parenkim (asiner atau sel duktal) dan tumor
kistik. Yang termasuk factor resiko eksogen adalah makanan
tinggi lemak dan kolesterol, pecandu alkohol, perokok, orang
yang suka mengkonsumsi kopi, dan beberapa zat karsinogen.
b. Faktor Resiko Endogen
Contohnya : Tumor DM, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas
Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke organ di sekitarnya
atau melalui pembuluh darah kelenjar getah bening. Lebih sering
ke hati, peritoneum, dan paru. Tapi agak jarang pada adrenal,
Lambung, duodenum, limpa. Kolestasis Ekstrahepatal. Kanker di
kaput pankreas lebih banyak menimbulkan sumbatan pada saluran
empedu disebut Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum
sehingga terjadi perdarahan di duodenum. Kanker yang letaknya
di korpus dan kauda akan lebih sering mengalami metastasis ke
hati, bisa juga ke limpa. (Setyono, 2001).
C. Klasifikasi
 Tumor pada kaput pankreas : Tumor ini menyebabkan obstruksi duktus
koledokus tempat saluran yang berjalan melalui kaput pankreas untuk
bersatu dengan duktus pankreatikus dan berjalan pada ampula fater ke
dalam duodenum.Obstruksi aliran getah empedu akan menimbulakn gejala
ikterusb yaitu feses yang berwarna pekat dan urine yang berwarna gelap.
 Tumor pulau langerhans pankreas : Pankreas terdiri dari pulau-pulau
langerhans yaitu kumpulan kecil sel-sel yang mengeksresikan produknya
langsung ke dalam darah dan dengan demikian merupakan bagian dari
sistem endokrin.Paling tidak ada 2 tipe tumor sel pulau langerhans yang
telah diketahui yaitu tumor yang meneksrisikan insulin dan tumor yang
tidak meningkatkan sekresi insulin.
 Tumor ulserogenik : Sebagian tumor pulau langerhans berhubungan
dengan hipersekresi asam lambung yang menimbulkan ulkus pada
lambung,duodenum,dan bahkan jejuneum.Hipersekresi tersebut bisa
terjadi begitu hebat sehingga sekalipun rekseksi parsial lambung sudah
dilakukan tapi masih tersisa cukup banyak asam yang menimbulkan
ulserasi lebih lanjut.Apabila terjadi kecendrungan untuk terjadinya ulkus
lambung atau duodenum kemungkinan adanya tumor ulserugenik

D. Tanda dan Gejala

Sejumlah tanda dan gejala kanker pankreas tak muncul dalam tahap awal.
Tapi setelah tumbuh dan menyebar, nyeri sering berkembang pada perut bagian
bawah dan kadang-kadang menyebar ke punggung. Rasa sakit bisa menjadi lebih
buruk setelah orang makan atau berbaring. Dan gejala lain yang mungkin muncul
antara lain:
 Berat badan menurun drastis akibat kehilangan nafsu makan
 Anoreksia dan kembung
 Diare dengan kandungan lemak dalam feses (steatorrhea)
 Diabetes ( pada penderita ini disertai berat badan yang menurun drastis, mual,
serta kulit, mata, atau selaput lendir menguning.)
 Warna urin lebih gelap, biasanya berwarna kehitaman menyerupai warna tanah
 Mengalami kelelahan berkepanjangan
 Terjadi pembekuan darah
 Gangguan sistem pencernaan yang mengarah pada menurunnya metabolisme
tubuh
 Depresi berkepanjangan
 Gangguan pada organ hati atau liver

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
 Masalah Metabolisme Glukosa
Tumor dapat mempengaruhi kemampuan pankreas untuk memproduksi
insulin sehingga dapat mendorong permasalahan di metabolisme glukosa,
termasuk diabetes.
 Ikterus atau Jaundice
Terkadang diikuti dengan rasa gatal yang hebat. Menguningnya kulit dan
bagian putih mata dapat terjadi jika tumor pankreas menyumbat saluran empedu,
yaitu semacam pipa tipis yang membawa empedu dari liver ke usus dua belas jari.
Warna kuning berasal dari kelebihan bilirubin. Asam empedu dapat menyebabkan
rasa gatal jika kelebihan bilirubin tersebut mengendap di kulit.
 Nyeri
Tumor pankreas yang besar akan menekan lingkungan sekitar saraf,
menimbulkan rasa sakit di punggung atau perut yang terkadang bisa menjadi
hebat
 Metastasis.
Metastasis adalah komplikasi paling serius dari kanker atau tumor ganas
pankreas. Pankreas dikelilingi oleh sejumlah organ vital, termasuk juga perut,
limpa kecil, liver, paru-paru dan usus. Karena kanker pankreas jarang terdeteksi
pada stadium awal, kanker ini seringkali menyebar ke organ-organ tersebut atau
ke dekat ujung limpa.
F. Pemeriksaan diagnostic
 .USG
USG abdomen merupakan pilihan metode survei dan diagnosis
kanker pankreas. Yang ditandai dengan sederhana, non-invasif, non-
radioaktif, dapat multi-sumbu pengamatan permukaan, dan lebih jelas
melihat struktur pancreas dengan internal saluran empedu atau tanpa
obstruksi dan lokasi obstruksi. Keterbatasan USG adalah bidang
pandang kecil yang rentan terhadap perut, gas usus, dan somatotip.
Selain itu, USG juga bergantungan dengan pengalaman dokter yang
memeriksa dan peralatan yang digunakan, subjektivitas tertentu, jika
perlu, mengingat kombinasi dari pencitraan maka dapat ditambahkan
dengan pemeriksaan resonansi CT dan magnetik (MRI) serta tes
laboratorium.
 CT
CT saat ini menjadi metode alat pemeriksa yang terbaik untuk pankreas dengan
pemeriksaan noninvasif, terutama digunakan untuk diagnosis kanker pankreas dan
pementasan. Dapat melihat ukuran dan lokasi lesi secara luas, tetapi diagnosis
kualitatif tidak akurat, tidak kondusif untuk menampilkan hubungan antara tumor
dan struktur sekitarnya. CT dapat dengan akurat menentukan apakah sudah ada
metastasis pada hati dan kelenjar getah bening. CT menjadi banyak digunakan
dalam beberapa tahun terakhir bidang diagnosis tumor dan sebagai sarana untuk
menentukan langkah pengobatan, anda dapat lebih akurat menilai sifat dan tingkat
lesi stadium tumor ganas dan pilihan pengobatan dengan nilai yang lebih tinggi.

 Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan resonansi magnetik


Kolangiopankreatografi (MRCP) : Bukan sebagai metode pilihan untuk
diagnosis kanker pankreas, tetapi ketika pasien alergi dengan kontras
ketingkatkan CT maka dapat dilakukan pemeriksaan scan MRI,tetapi tidak untuk
mendeteksi tingkatan stadiumnya. Selain itu, beberapa lesi sulit untuk
dikarakterisasi, berdasarkan pemeriksaan CT dapat digantikan dengan
melakukan MRI, untuk melengkapi kekurangan dari gambar CT. MRCP
dilakukan untuk menentukan perbandingan tanpa obstruksi bilier dan tempat
obstruksi, penyebab obstruktif memiliki keuntungan jelas, dan Endoscopic
Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP), empedu transhepatik saluran
pencitraan alat invasif, dan lebih aman.

G.Penatalaksanaan
Tindakan bedah yang harus dilakukan biasanya cukup luas jika ingin
mengangkat tumor terlokalisir yang masih dapat direseksi. Namun demikian,
terapi bedah yaitu Definitive (eksisi total lesi), Tidak dapat dilakukan karena
pertumbuhan yang sudah begitu luas. Tindakan bedah tersebut sering terbatas
pada tindakan paliatif.
Meskipun tumor pankreas mungkin resisten terhadap terapi radiasi standar,
pasien dapat diterapi dengan radioterapi dan kemoterapi (Fluorourasil, 5-FU) .
jika pasien menjalani pembedahan, terapi radiasi introperatif (IORT =
Intraoperatif Radiation Theraphy) dapat dilakukan untuk memberikan radiasi
dosis tinggi pada jaringan tumor dengan cedera yang minimal pada jaringan
lain serta dapat mengurangi nyeri pada terapi radiasi tersebut. (Brunner &
Suddarth, 2002)
5. TUMOR REKTUM
A. Pengertian
Karsinoma rektum adalah karsinoma saluran cerna yang sering
didapatkan di Indonesia terutama di kota besar. Sekitar 60% dari semua
kanker usus terjadi pada bagian rektosigmoid, sehingga dapat teraba pada
pemeriksaan rektum atau terlihat pada pemeriksaan sigmoidoskopi (Price
dan Wilson, 2006).

B. Etiologi
 Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal belum diketahui, tetapi
faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat kanker kolon atau
polip dalam keluarga, riwayat tumor usus inflamasi kronis dan diet
tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat (Smeltzer dan Bare,
2002).
 Faktor – faktor risiko (Anonymous, 2011)
1. Usia > 50 thn
2. Riwayat tumor-tumor premalignan (Kolitis Ulseratif, Crohn’s
Disease, Poliposis Familial, polip juvenil, semua jenis polip asli,
Lynch Syndrome / Gardner Syndrome).
3. Familial colon cancer
4. Sebelumnya sudah ada karsinoma kolon
5. Infeksi kolon yang berlangsung lama (10-20 tahun)
6. Pemakan lemak hewani / kurang konsumsi makanan berserat tinggi

C. Tanda dan gejala


Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap tumor dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat
juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan
berat badan dan keletihan. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah
evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian
serta feses berdarah (Smeltzer dan Bare, 2002).

D. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok (Smeltzer dan Bare,
2002).
E. Pemeriksaan Penunjang
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling
penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium,
proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal
dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi
(Smeltzer dan Bare, 2002).

1. Pemeriksaan Daerah Rektum


a. Colok Dubur
• Harus dilakukan pada setiap kelainan kolorektal atau abdomen
• Mendeteksi tumor sejauh kurang lebih 10 cm dari anal verge
• Tumor → konsistensi keras, permukaan ¹ rata, mudah berdarah
• Harus dinilai ukuran tumor, terfiksasi / tidak, ulserasi / tidak.
• Dengan pemeriksaan colok dubur yang baik dan benar, dapat mendiagnosis
hampir 40 % tumor-tumor kolorektal
b. Proktosigmoidoskopi Rigid → dapat menentukan dengan tepat lokasi tumor
c. Endorectal Ultrasound (Eus) → dapat menentukan dalamnya invasi tumor ke
dinding usus.
2. Kolonoskopi→ disertai biopsi
Untuk melihat tumor daerah kolon, mendiagnosis hampir 100% karsinoma
kolorektal
3. Barium Enema kontras ganda
Gambaran malignansi pada foto kolon dapat berupa : Arrest (Stopping),
Stenosis, Filling Defect (Napking Ring deformitas Apple
core lesion, Shoulder sign), Deviasi. Mendiagnosis hampir 90 % karsinoma
kolorektal..

F. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada tahap tumor dan komplikasi yang berhubungan.
Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam
pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang
dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke(Smeltzer dan Bare, 2002):
1. Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa
2. Kelas B – penetrasi melalui dinding usus
3. Kelas C – Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
4. Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
Untuk penanganan karsinoma rektum dikenal “RULE OF THIRD” yaitu
(Anonymous, 2011):
a) Tumor dg jarak > 12 cm dari anal verge (1/3 proksimal) → Reseksi anterior
b) Tumor dg jarak < 12 cm dari anal verge, T1, terjangkau, derajat diferensiasi
baik → Dilakukan eksisi local
c) Tumor dengan jarak 6 – 12 cm dari anal verge (1/3 Tengah):
Stadium I : Reseksi Anterior Rendah + TME (Total Mesorectal Excisison)
Stadium II/III: Terapi kombinasi multiple (MCT)+Reseksi Anterior
Rendah+TME
d) Tumor dengan jarak < 6 cm dari anus (1/3 Distal):
Stadium I, derajat diferensiasi baik → Reseksi Abdominoperineal (APR) +
TME
Stadium II / III : MCT + APR + TME
Terapi Kuratif → Prosedur lebih radikal, tumor diangkat secara en block bersama pedikel
vascular dan struktur limfatik, batas reseksi usus harus adekuat, 10 cm di proksimal tumor , 5
cm di distal tumor.
Terapi Paliatif → Untuk karsinoma kolon / rectum yang inoperable :
• Kolostomi pada bagian proksimal dari tumor
• Pintasan ileo-kolostomi
Terapi Adjuvant
a) Radiasi → Diberikan pada karsinoma rekti
b) Kemoterapi
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Tumor pencernaan adalah semua tumor yang terjadi pada saluran pencernaan.Tumor ini
merupakan golongan besar dari tumor pada organ mulut, esofagus, usus halus, usus besar,
rektum, anus, bahkan hati, pankreas dan empedu.
Tumor pencernaan bervariasi dari tumor ringan hingga berat yang dapat menyebabkan kematian.
Namun, walaupun terkadang terasa ringan tumor pada sistem pencernaan
ini dapatmengakibatkan dampak yang berat bahkan fatal apabila dibiarkan tanpa penanganan
yang dapatdan intensif.Sebagian tumor dari sistem pencernaan dapat dijadikan ciri atau dampak
dari tumorlain sebagai tumor permulaan atau sampingan. Tentu saja hal ini tidak dapat
diremehkan bagitu saja mulai dari penyebab maupun cara pencegahannya.

2. Saran
Kita harus lebih mengenali dan mengetahui macam-macam tumor pencernaan mulai
dari penyebab hingga penanganan dan terapi yang tepat. Serta menjaga pola makan, kebersihan
diri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari tumor-tumor tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

A.Sylvia, Price. 2003. Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 1997. FisiologiKedokteran. Ed.9 – Jakarta : EGC
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Faunci, Kasper. 1994. Harisson’s Principles Of
Internal Medicine 13/E. Terjemahan: Asdie, H. Ahmad. 1995. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam Vol I.E/13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price,Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit Vulome 1, Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Taylor, Chandrasoma. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. 2005. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-diagnosis-kanker-pankreas/ (diakses tanggal 2 April
2014)
http://www.totalkesehatananda.com/pankreas4.html (diakses tanggal 2 April 2014)
http://dinkes.sumbarprov.go.id/berita-56-penyebab-dan-gejala-kanker-pankreas-.html(diakses
tanggal 2 April 2014)
http://health.liputan6.com/read/515101/kanker-pankreas-penyakit-diam-yang-merenggut-
nyawa (diakses tanggal 2 April 2014)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35612/4/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 6
April 2014)
Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 1997. FisiologiKedokteran. Ed.9 – Jakarta : EGC
Sumber gambar http://nisaunnuruluyun.blogspot.com/2013/06/kmb.html (diakses tanggal 6
April 2014)
http://pencernaan-medis.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai