Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam pelajaran dasar-dasar evaluasi pendidikan itu mencakup salah satu tentang
kedudukan siswa dalam kelompok.Maksud kedudukan siswa dalam kelompok adalah letak
seseorang siswa di dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking, untuk
dapat di ketahui ranking dari siswa-siswa di suatu kelas maka harus di adakan pengurutan nilai
siswa-siswa tersebut dari yang paling atas sampai ke nilai yang paling bawah. Dengan
mengurutkan nilai-nilai maka dengan mudah dapat ditentukan nomor yang menunjukkan siswa
dalam tingkatannya.

Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui tentang pengertian KKM, ketuntasan
belajar siswa, ketuntasan belajar individu dan klasikal, kedudukan siswa dalam kelompok dan
cara-cara menetukan kedudukan siswa dalam kelompok, maka dibuatlah makalah ini yang
membahas itu semua.

B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kedudukan siswa dalam kelompok ?
b. Bagaimana cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok ?
c. Apa saja Fungsi Nilai Akhir ?
d. Bagaiamana Faktor-faktor yang Turut Dipertimbangan dalam Penilaian?
e. Bagaiamana Cara Menentukan Nilai Akhir ?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari kedudukan siswa dalam kelompok
b. Menjelaskan cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok
c. Mengetahui fungsi nilai akhir
d. Menjelaskan Faktor-faktor yang TurutDi Pertimbangan dalam Penilaian
e. Menjelaskan cara menentukan nilai akhir

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kedudukan Siswa Dalam Kelompok

1
Yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang siswa
dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking. Untuk dapat diketahui
ranking dari siswa-siswa disuatu kelas maka harus diadakan pengurutan nilai siswa-siswa
tersebut yang paling atas sampaiyang paling bawah. Sehinggadengan mudah dapat
ditentukan nomor yang menunjukan kedudukan siswa dalam tingkatannya.

B. Cara-cara Menetukan Kedudukan Siswa

Ada bermacam-macam cara untuk menentukan ranking atau kedudukan siswa dalam
kelompoknya. Akan tetapi di dalam uraian ini hanya akan diberikan 4 cara saja , yaitu:

a) Dengan ranking sederhana (simple rank)


b) Dengan ranking presentase (percentile rank)
c) Dengan standar deviasi
d) Dengan menggunakan z-score

1. Simple Rank

Simple rank: adalah urutan yang menunjukan letak/kedudukan seseorang dalam


kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor/ angka biasa.
Contoh :
Skor dari ulangan bahasa Indonesia bagi 20 orang siswa adalah sebagai berikut :
A = 45 F = 70 K = 75 P = 78
B = 50 G = 75 L = 75 Q = 74
C = 39 H = 69 M = 69 R = 65
D = 61 I = 60 N = 60 S = 49
E = 63 J = 73 O = 73 T = 60
Hanya dengan melihat deretan skor yang masih berserakan ini, kita belum dapat
menentukan ranking atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya, untuk maka skor-skor
tersebut terlebih dahulu harus kita susun, urut dari skor yang paling tinggi sampai ke skor yang
paling rendah, dengan urutan ke bawah.

Setelah itu kita tentukan urutan nomor dari atas, yaitu 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya sampai
seluruh siswa memperoleh nomor. Yang perlu diingat disini bahwa apa bila ada dua atau tiga
orang yang kebetulan memiliki skor yang sama, harus diberi nomor urut atau ranking yang sama
2
pula, yaitu rata-rata dari urutan orang-orang yang memiliki skor sama tersebut. Untuk memahami
bagaimana menentukan simple rank atau ranking sederhana marilah kita urutkan skor-skor A
sampai dengan T, dan terdapatlah seperti berikut ini :

TABLE SIMPLE RANK DARI 20 ORANG SISWA


Nama Siswa Skor Rangking
G 81 1
P 78 2
H 75 3
K 75 4 4 dari( 3+4+5 / 3)
L 75 5
Q 74 6
O 73 7
F 70 8
M 69 9
I 68 10
R 65 11
E 62 12
D 61 13
N 60 14
T 60 15 14,15 dari (14+15/2)
B 50 16
S 49 17
J 46 18
A 45 19
C 39 20
Perhatian :

a. Siswa yang mempunyai skor sama, juga mempunyai ranking sama. Sehingga ada
nomor-nomor yang tidak digunakan sebagai nomor urut.
b. Rank terakhir selalu sama dengan nomor urut siswa atau banyaknya siswa dapat di
kelompok, kecuali ada beberapa siswa yang mempunyai persamaan skor

2. Percentile Rank

Percentile Rank atau ranking persentase : Adalah kedudukan seseorang dalam kelompok, yang
menunjukkan banyaknya persentase yang berada di bawahnya. Jadi, dalam hal ini siswa
dibandingkan dengan siswa lain yang mempunyai skor sama atau lebih kecil dari padanya.

Contoh :

3
Jika seorang siswa memiliki PR ( percentile rank) 85 ini menunjukkan bahwa kecakapan siswa
tersebut sama atau melebihi 85 % dari seluruh kelompok.

Dengan ranking persentase atau percentile rank, lebih dapat di ketahui gambaran
kecakapan siswa, karena angka ranking menunjukkan besarnya persentase siswa dalam
kelompok yang berhasil dilampaui.Apabila hanya dengan simple rank hanya diketahui nomor,
tanpa menunjukkan banyaknya individu yang masuk dalam kelompok.Mungkin A mempunyai
ranking 15. Tampaknya nomor kecil, tetapi siapa tahu bahwa seluruh kelompok memang hanya
terdiri dari 15 orang, hingga A termasuk juru kunci.

Cara menentukan PR adalah demikian :

a.Menentukan dahulu SR (Simple Rank)-nya.


b. Mencari dengan 100, setelah dibagi dengan kelompok itu, yang ada di bawahnya.
c.Mengalikan dengan 100, setelah dibagi dengan kelompok.

Contoh :

Dengan kelompok yang terdapat pada "Tabel Simple Rank untuk 20 orang".Siswa F mendahului
ranking 8 dalam simple rank (SR). Maka banyak siswa yang ada di bawahnya adalah (20-8)
orang atau 12 orang,

12
PR untuk F adalah x 100 atau 60
20

Ini berarti bahwa siswa F itu letak dalam kelompok mengalahkan sebanyak 60% untuk prestasi
yang bersangkutan.Dengan contoh di atas dapat dikatakan bahwa untuk menentukan PR kita
tidak boleh menentukan SR terlebih dahulu.

Rumus untuk menentukan PR adalah :

N −SR
PR = x 100
N

Di dalam kelompok, maka PR hanya berkisar antara 1 sampai 100.Tidak pernah ada PR 100
karena tidak ada siswa yang mengalahkan dirinya sendiri.

3. Standar Deviasi

4
Yang dimaksud dengan penentuan siswa dengan standar deviasi adalah penentuan
kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-kelompok.Tiap kelompok dibatasi oleh suatu
standar deviasi tertentu.

Penentuan kedudukan dengan standar deviasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Pengelompokan atas 3 ranking

Prestasi siswa dalam satu kelas dapat tergambar sebagai sebuah karya normal. Sebagian besar
dari siswa-siswa ini terletak di tengah-tengah kurva sebagai kelompok "sedang" (68,27%)
sebagian kecil terletak di daerah "atas" dan sebagian lain lagi akan terletak di daerah " bawah"
(masing-masing 15,86 %).

Dengan demikian maka dalam menentukan seseorang siswa, terlebih dahulu kelas dibagi
menjadi 3 kelompok kemudian dari pengelompokan itu dapat diketahui dia termasuk kelompok
mana.

Langkah-langkah menentukan kedudukan siswa dalam 3 ranking

a) Menjumlah skor semua siswa.


b) Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Deviasi standar atau standar
deviasi).
c) Menentukan batas-batas kelompok.
 Kelompok atas

Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi ke atas.

 Kelompok sedang

Semua siswa yang mempunyai skor antara -1 SD & 1 SD.

 Kelompok kurang

Semua siswa yang mempunyai skor -1 SD dan yang kurang dari itu.

5
Contoh :
Skor 30 orang siswa adalah :
8 6 6 7 6 8 7 5 6
4 7 8 6 7 5 4 7 6
8 6 6 7 5 4 7 7 6

Untuk menghitung Mean dan Standar Deviasi (SD) dapat digunakan rumusrumus dan dapat
dihitung melalui tabel berikut :
Skor f fx fx²
8 4 32 256
7 9 63 441
6 11 66 396
5 3 15 75
4 3 12 48
N = 30 188 1,216
( ∑fx ) ( ∑fx )
2

Apa bila dilalui tabel ini, maka digunakan rumus-rumus yang lain :

6
Sedangkan rumus Standar Deviasi adalah :

Batas kelompok bawah sedang adalah : 6, 27 - 1,12 = 5,15

Batas kelompok sedang atas adalah :6,27 + 1,12 = 7,39

Jadi :

- Kelompok atas

Semua siswa yang mempunyai skor 7,39 ke atas yaitu skor 8 ada 4 orang.

- Kelompok sedang

Semua siswa yang mempunyai skor antara 5.15 dan 7,39 ada 20 orang.

- Kelompok bawah

Semua siswa yang mempunyai skor 5.15 ke bawah ada 6 orang.

b. Pengelompokan atas 11 ranking

Sebenarnya pengelompokan berdasarkan Standar Deviasi (SD) dapat dilakukan dengan


mengambil 3 ranking dan 11 ranking saja. Mean dan Standar Deviasi yaitu menghitung ke skala
1 - 10. selanjutnya akan terdapat 11 ranking (tingkat) yaitu :

Rangking 1 : kelompok siswa dengan nilai 10

Rangking 2 : kelompok siswa dengan nilai 9

Rangking 3 : kelompok siswa dengan nilai 8

Rangking 4 : kelompok siswa dengan nilai 7

7
Untuk standar mengingatkan kembali batas-batas setiap ranking.Di bawah ini dideretkan lagi
Standar Deviasi untuk tiap skala.

Skala nilai 10 : Mean + (2,25) SD

Skala nilai 9 : Mean + (1,75) SD

Skala nilai 8 : Mean + (1,25) SD

Skala nilai 7 : Mean + (0,75) SD

Skala nilai 6 : Mean + (0,25) SD

Skala nilai 5 : Mean + (0,25) SD

Skala nilai 4 : Mean - (0,75) SD

Skala nilai 3 : Mean - (1,25) SD

Skala nilai 2 : Mean - (1,75) SD

Skala nilai 1 : Mean - (2,25) SD

Untuk ranking ke-11, dengan skala angka 0, dalam siswa yang memiliki skor lebih kecil dari
-2,25 SD.

4. Standar Score atau Z-Score

Adalah angka yang menunjukkan perbandingan perbedaan score seseorang dari mean dengan
standar deviasi. Standar score ini lebih mempunyai arti dibandingkan dengan score itu sendiri
karena telah dibandingkan dengan suatu standar yang sama.

Untuk menentukan Z-Score, harus diketahui :

- Rata-rata skor dari kelompok.

- Standar Deviasi dari skor-skor tersebut

Rumus :

8
Z = nilai baku

Dari 10 orang siswa tercatat skornya sebagai berikut :

50 55 63 60 37

45 70 30 40 50

500
Rata-rata skor = = 50
10

Dengan rumus

Maka, SD = √ 263,8−2.500 = √ 130

- Siswa ke dua yakni Tini mempunyai skor 55

55−50
Z-Score untuk Tini =
11,75

- Siswa ke tiga, yakni Suryo mempunyai skor 63

63−50
Z-Score untuk Suryo =
11,75

- Siswa ke lima, yakni Mita mempunyai skor 37

35−50
Z-Score untuk Mita =
11,75

Pengetrapan dari Z-Score ini banyak digunakan di dalam menentukan kejuaraan seseorang apa
bila kebetulan jumlah nilainya sama. Untuk ini dapat dibantu dengan menghitung Z-Score
terlebih dahulu.

9
Dibawah ini terdapat 5 orang siswa yang mempunyai variasi nilai yang unik tetapi
jumlahnya sama. Hanya dengan melihat jumlah nilai saja, dapatkah ditentukan siapa yang
menduduki tempat tertinggi?
Nilai untuk bidang studi dari 5 orang siswa
Nama Matematik IPA IPS Bhs. Bhs.Ingg. Jumlah Nomer
a Ind
Arif 90 30 40 45
48 253 I
Agus 70 40 45 47
49 231 II
Reza 50 50 50 50
50 250 III
Galih 30 60 55 53
51 249 IV
Kaka 10 70 60 55
52 247 V
Standar 31,84 14,14 7,07 3,69
1,41
Deviasi
Melihat keadan nilai kelima siswa tersebut, nampaknya Arif adalah yang menduduki
tempat teratas karena memiliki jumlah nilai paling banyak.Sebaliknya Kaka memiliki nilai paling
sedikit sehingga diperkirakan menduduki tempat paling bawah.

Apakah ketentuan ini adil? Dengan menggunakan z-skor,ketentuannya dapat lain bahkan dapat
sebaliknya.

Contoh: Nilai Matematika Tini adalah 90.

Rata-rata nilai matematika tersebut 50, dengan Standar deviasi 31,84.

90−50
Maka z-skor Tini adalah: z = = + 1, 26
31,48

Dengan cara yang sama akan dapat dicari z-skor masing-masing siswa untuk seluruh bidang
studi, dan akan terdapat sebagai berikut:

Nama Mtk IPA IPS Bhs.Ind Bhs.Ingg. Jml No


Arif 1,26 -1,41 -1,41 -1,36 -1,42 -4,34 V
Agus 0,03 -0,71 -0,71 -0,81 -0,71 -2,31 IV
Reza 0,00 -0,00 -0,00 -0,00 -0,00 -0,00 III
Galih 0,03 0,71 0,71 0,81 0,71 2,31 II
Kaka 1,26 1,41 1,41 1,36 1,42 4,34 I
Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Catatan:tanda plus berarti diatas mean dan tanda minus berarti dibawah mean.

10
Terbuktilah disini bahwa Arif yang semula kita perkirakan menduduki tempat yang
paling atas dan Kaka yang paling bawah, setelah dihitung dengan z-score, kedudukanya menjadi
terbalik.Kaka lah kenyataanya yang menduduki tempat paling atas. Dengan menggunakan z-
score kita tidak akan dipengaruhi oleh jumlah nilai.Untuk menentukan kedudukan siswa-siswa
yang memiliki jumlah nilai yang sama, caranya juga seperti yang telah dicontohkan.

Dengan angka-angka z-score yang diperoleh, maka kita bekerja dengan angka-angka
tidak bulat, dan tanda-tanda plus minus maka untuk mempermudahnya kita bisa menggunakan T-
score.

T-score adalah angka skala yang menggunakan mean = 50 dan SD =10.Skala T-score
dapat dicari dengan cara mengalikan z-score dengan 10 kemudian ditambah 50.

10 (X−M )
T = 10z + 50 atau T-50+
SD

Contoh:
Z-score +1,20 = T-score 62
Z-score -0.80 = T-Score 42
Dengan demikian maka table Z-score untuk lima bidang studi dari lima siswa dpat
diganti menjadi table T-score sebagai berikut
Nama Mtk IPA IPS Bhs.Indo. Bhs.Ingg. Jumlah No
Arif 63 36 36 36 36 207 V
Agus 56 43 43 42 43 237 IV
Reza 50 50 50 50 50 250 III
Galih 44 57 57 58 57 273 II
Kaka 37 64 64 64 64 289 I
Jumlah 250 250 250 250 250
Urutan nomornya tetap seperti jika menggunakan z- score

C. Fungsi Nilai Akhir

Bagi seorang siswa, nilai merupakan sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan
cermin dari keberhasilan belajar.Namun, bukan hanya siswa sendiri saja yang memerlukan
cermin keberhasilan belajar ini; guru dan orang lainpun, memer-lukannya.

Secara garis besar, nilai mempunyai 4 fungsi sebagai berikut:


1. Fungsi Instruksional

11
Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar mengajar kecuali
mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal. Pemberian nilai
merupakan salah satu cara dalam usaha ke arah tujuan itu, asal dilakukan dengan hati-hati dan
bijaksana.

Pemberian nilai merupakan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan suatu
balikan (feed back / umpan balik) yang mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran atau system instruksional.

Apabila pemberian nilai dapat dilakukan dengan cermat dan terperinci, maka akan lebih
mudah diketahui pula keberhasilan dan kegagalan siswa disetiap bagian tujuan. Oleh karena itu,
penggabungan nilai dari berbagai nilai sehingga menjadi nilai akhir, kadang-kadang dapat
menghilangkan arti dari petunjuk yang semula telah disajikan secara teliti.

Nilai rendah yang diperoleh seorang atau beberapa siswa, jika disajikan dalam keadaan
yang terperinci akan membantu siswa dalam usaha memperbaiki dan memberi motivasi
peningkatan prestasi berikutnya. Bagi pengelola pengajaran, sajian terperinci nilai siswa dapat
berfungsi menunjukan begian-bagian proses mana yang perlu diperbaiki.

2. Fungsi Informatif

Memberikan nilai siswa kepada orang tuanya mempunyai arti bahwa orang tua tersebut
menjadi tahu akan kemajuan dan prestasi putranya di sekolah. Catatan ini akan sangat
berpengaruh, terutama bagi orang tua yang ikut serta menyadari tujuan sekolah dan
perkembangan putranya. Dengan catatan ini orang tua akan:

 Sadar terhadap keadaan putranya, untuk kemudian lebih baik memberi bantuan
berupa perhatian, dorongan ataupun bimbingan, dan
 Hubungan orang tua dengan sekolah semakin lebih baik.
3. Fungsi Bimbingan

Pemberian nilai kepada siswa akan mempunyai arti besar bagi pekerjaan bimbingan. Dengan
perincian gambaran nilai siswa, petugas bimbingan akan segera tahu bagian-bagian mana dari
usaha siswa disekolah yang masih memerlukan bantuan. Catatan lengkap yang juga mencakup

12
tingkat (rating) dalam kepribadian siswa serta sifat-sifat yang berhubungan denga rasa sosial
akan sangat membantu siswa dalam mengarahkannya sebagai pribadi yang seutuhnya.

4. Fungsi Administratif

Secara administratif pemberian nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya itu
memiliki fungsi sebagai berikut:

 Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa.


 Memindahkan atau menempatkan siswa.
 Memberikan beasiswa.
 Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar.
 Memberi gambaran tentang prestasi siswa/lulusan kepada para calon pemakai tenaga
kerja.
D. Faktor-faktor yang Turut Di Pertimbangan dalam Penilaian

Walaupun hal yang dinilai tidak sama bagi setiap sekolah, namun secara garis besar dapat
ditentukan unsur umum dalam penilaian yang menyangkutnya faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan. Unsur-unsur umum tersebut adalah:

1. Prestasi/ Pencapaian

Nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi.Simbol yang digunakan untuk
menyatakan nilai, bail huruf maupun angka, hendaknya hanya merupakan gambaran tentang
prestasi saja.Unsur pertimbangan atau kebijaksanaan guru tentang usaha dan tingkah laku siswa
tidak boleh ikut berbicara pada nilai tersebut.

2. Usaha

Disamping nilai-nilai hasil belajar yang diacapai oleh peserta didik, faktor usaha yang
telah mereka lakukan juga perlu mendapat pertimbangan dalam rangka penentuan nilai akhir.
Sekalipun misalnya seorang peserta didik hanya dapat mencapai nilai-nilai hasil belajar yang
minimal (prestasinya rendah), namun apabila pendidik dengan secara cermat dapat mengamati –
sehingga dapat diperoleh bukti bahwa dengan nilai-nilai hasil test, hasil belajar yang rendah itu
sebenarnya sudah merupakan hasil usaha yang sungguh-sungguh (sangat rajin dalam mengikuti
pelajaran, tekun didalam belajar dan sebagainya), maka sudah selayaknya kepada peserta didik

13
tersebut dapat diberikan nilai penunjuang sebagai penghargaan atas usaha sungguh-sungguh dari
peserta didik itu, tanpa mengenal rasa putus asa.

Sebaliknya bagi peserta didik yang memiliki nilai-nilai hasil tes hasil belajar yang rendah
tetapi dengan nilai-nilai yang rendah itu peserta didik tadi tidak tampak adanya usaha yang
sungguh-sungguh untuk memperbaiki prsetasinya (malas dalam mengikuti pelajaran, sering
membolos, belajar setengah-setengah dan sebagainya), maka adalah cukup beralasan bagi
pendidik untuk memberikan nilai akhir menurut apa adanya.

3. Aspek pribadi dan sosial

Unsur ini juga perlu dilaporkan terutama yang berhubungan denganberlangsungnya proses
belajar-mengajar, misahnya. Mentaati tata tertib sekolah.Dalam memberikan nilai pribadi ini
harus hati-hati sekali.Rentangan nilai sebaiknya tidak usah lebar-lebar (lebih baik 6 – 10).Lebih
baik lagi jika diterangkan dengan khusus dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh guru
pembimbing dan siapa saja.

Seorang peserta didik yang sekalipun prestasi belajarnya tergolong menonjol namun akhlaknya
tidak baik, indisipliner, sering berbuat curang atau berbuat onar dan sebagainya perlu
mendapatkan ”hukuman” seimbang berupa pengurangan nilai akhir.

4. Kebiasaan bekerja

Yang dimaksud dengan kebiasaan kerja disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kebiasaan melakukan tugas. Misalnya: tepat waktu atau tidaknya dalam menyerahkan pekerjaan
rumah (PR), rapih tidaknya hasil pekerjaan rumah tersebut, ketelitiannya dalam menghitung dan
sebagainya. Dapat juga dimasukan disini: kebersihan badan, kerapian berpakaian dan
sebagainya.

E. Cara Menentukan Nilai Akhir

14
Tiap guru mempunyai pendapat sendiri tentang cara menentukan nilai akhir. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap penting dan tidaknya bagian yang dilakukan
siswa. Yang dimaksudkan dengan kegiatan-kegiatan siswa misalnya: menyelesaikan tugas,
mengikuti diskusi, menempuh tes formatif, menempuh tes tengah semester, tes semester, rajin
dalam mengikuti proses KBM, dan sebagainya.

Sementara guru berpendapat bahwa menghadiri pelajaran dan mengikuti diskusi sudah
merupakan kegiatan yang sangat menunjang prestasi sehingga absensi siswa perlu
dipertimbangkan dalam menentukan nilai akhir. Guru lain berpendapat sebaliknya, karena
walaupun hadir dalam kuliah/pembelajaran, mungkin saja hanya raganya saja. Dengan demikian
tidak ada gunanya memperhitungkan absensi.

Penentuan nilai akhir dilakukan terutama pada waktu guru akan mengisi raport atau
STTB. Biasanya dalam menentukan nilai akhir ini guru sudah dibimbing oleh suatu peraturan
atau pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah atau kantor/badan yang membawahinya

Dibawah ini terdapat beberapa rumus untuk menetukan nilai akhir yaitu sebagai berikut:

a. Memperoleh nilai akhir dengan mempertimbangkan nilai tes formatif dan tes sumatif dengan
rumus :

(F1 + F2 + ......Fn)
___________________
n
NA= ______________________+ 2S

3
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
F : Nilai Tes Formatif
S : Nilai Tes Sumatif

Jadi nilai akhir diperoleh dari rata-rata nilai tes formatif (diberi bobot satu) dijumlahkan dengan
nilai tes sumatif ( diberi bobot dua) kemudian dibagi 3.

15
b. Nilai akhir diperoleh dengan jalan menjumlahkan nilai tugas (T), nilai ulangan harian (tes
formatif) dan nilai ulangan umum (U) / tes sumatif, yang masing- masing diberi bobot 2, 3
dan 5. Jadi jika dituliskan dalam rumus menjadi
2 T + 3 H +5 U
NA=
10
Keterangan
T = nilai tugas
H = nilai ulangan harian (rata-ratanya)
U = nilai ulangan umum
c. Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian (diberi bobot 1) dan nilai
EBTA (diberi bobot 2), kemudian dibagi 3.
∑ H +2E
NA =
(nH +2)

Keterangan:
∑ H : Jumlah nilai ulangan harian
E : Nilai EBTA
nH : Frekuensi ulangan harian

Di dalam buku Pedoman Penilaian III B Seri Kurikulum SMA Tahun 1975 disebutkan
demikian. Selanjutnya di dalam kurikulum SMA tahun 1984 disebutkan cara menentukan nilai
akhir bukan hanya didasarkan atas hasil kegiatan kurukuler saja, tetapi juga kokurikuler,
rumusnya adalah :

2 p+2 q+r
NA =
5

Keterangan:

p = nilai tes sub sumatif


q = nilai tes sumatif
r = nilai kokurikuler
Merata-ratakan hasil penilaian sumatif dengan hasil penilaian formatif

Setelah hasil-hasil penilaian formatif diubah ke dalam nilai berskala 1 – 0 , kemudian setiap
siswa dicari rata-rata hasil penilaian formatif dalam semester yang bersangkutan.Nilai rata-rata

16
ini selanjutnya dijumlahkan dengan nilai tes sumatif dan kemudian hasil penjumlahan dibagi dua
, hasil yang terakhir merupakan nilai akhir bagi setiap siswa yang kemudian dijadikan nilai rapor.

Contoh:

Rata-rata nilai formatif : 7

Nilai akhir 7,5

Nilai Sumatif : 8

Perlu dikemukakan disini bahwa apabila pada nilai akhir terdapat pecahan kurang dari setengah,
maka nilai itu dibulatkan kebawah.Kalau pecahan itu setengah, nilai akhir tetap seperti
itu.Sedangkan dalam pecahan lebih dari setengah, maka nilai itu dibulatkan keatas. Kecuali
untuk nilai 5,5 itu dibulatkan menjadi 6.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang siswa dalam urutan
tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking.

Ada empat cara menentukan Kedudukan Siswa :

1. Dengan ranking sederhana (simple rank)


2. Dengan ranking presentase (percentile rank)
3. Dengan standar deviasi
4. Dengan menggunakan z-score

17
5. Nilai akhir ini merupakan kesimpulan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam ujian
akhir dan rangkaian kegiatan yang telah dilakukannya.Nilai akhir yang diberikan
kepada siswa ditentukan berdasar nilai akhir tersebut, sehingga nilai akhir ini
merupakan kesimpulan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam ujian akhir dan
rangkaian kegiatan yang telah dilakukannya.Nilai akhir melambangkan tingkat
keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti program pendidikan pada
jenjang pendidikan tertentu, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
6. Fungsi nilai akhir meliputi: fungsi intruksional, fungsi informatif, fungsi bimbingan
dan fungsi administratif.
7. Faktor-faktor pertimbangan dalam menentukan nilai akhir adalah:
prestasi/pencapaian, usaha, aspek pribadi dan sosial, dan kebiasaan bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Tanpa tahun. Kedudukan Siswa Dalam Kelompok

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/BAB+16+KEDUDUKAN+SISW
A+DALAM+KELOMPOK.pdf

Anonim. 2013. Cara Menentukan Nilai Akhir.

https://efoelmath89.wordpress.com/2013/03/31/cara-menentukan-nilai-akhir/

Arikunto. S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.PT Bumi Aksara. Jakarta

Nofijanti Lilik, Dkk. 2008 Evaluasi Pembelajaran. PGMI Lapis

18
.

19

Anda mungkin juga menyukai