Anda di halaman 1dari 23

USAHA dan PRODUKSI

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

OLEH:

Hesti Ayu Ningtiyas (14030174006)


Marinda Rosita Sari (14030174059)
Lailatul Hikmiyah (14030174076)
Putri Intan Permatasari (14030174083)
Galuh Fauzih (14030174093)
Khusuma Mawardhiyah (14030174097)

KELOMPOK 1/MATEMATIKA 2014 C

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2016
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan


rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Usaha dan Produksi”. Makalah ini disusun sebagai tugas mata
kuliah Kewirausahaan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Surabaya.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan makalah ini tidak


terlepas dari bantuan semua pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada :

1. Dwi Nur Yunianti S.si., M.Sc. selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan yang
telah membimbing penulis dalam penulisan makalah ini.
2. Serta teman-teman atas dukungan serta semangat yang telah diberikan.
Makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik serta saran
sangat diharapkan. Akhirnya semoga makalah ini memberikan manfaat bagi
pembaca.
Surabaya, 24 Agustus 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Jenis Usaha ................................................................................................ 3
2.2 Langkah-langkah Memulai Jenis Usaha .................................................... 9
2.3 Bidang Usaha ........................................................................................... 11
2.4 Produksi ................................................................................................... 15
2.5 Tujuan Produksi ....................................................................................... 15
2.6 Hal-hal yang di Perhatikan Produksi ....................................................... 16
2.7 Tahapan Produksi .................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 19
3.2 Saran ........................................................................................................ 19
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat dalam melakukan kegiatan usaha di bidang ekonomi dapat
digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu Industri Barang (manufaktur) dan
Industri Jasa (services). Dalam industri barang, kegiatan utamanya adalah
memproses bahan baku/mentah menjadi barang jadi yang di perlukan oleh
konsumen. Seperti misalnya: televisi, mobil, dan barang-barang lainnya. Sedang
industri jasa, kegiatan utamanya adalah hanya memberikan jasa saja, dan umumnya
tidak memproses bahan mentah, seperti misalnya: jasa angkutan, jasa penginapan,
dan jasa-jasa lainnya. Kedua jenis usaha ini berbeda dalam manajemennya terutama
yang menyangkut manajemen pemasaran dan manajemen produksi.
Apapun jenis usaha suatu organisasi usaha (perusahaan), dapat berjalan baik
dan dapat berkembang bila dapat memberikan kepuasan kepada konsumennya.
Konsumen selalu membutuhkan produknya, dan perusahaan selalu beroperasi
untuk membuat produk yang dibutuhkan tersebut, dan memperoleh laba yang dapat
menjamin kelangsungan hidup usaha dan bahkan berkembang bila ia dapat
meningkatkan produk yang terjual. Oleh karena itu sempat ada motto yang
mengatakan “konsumen adalah raja”, ini artinya raja adalah suatu sosok yang harus
dilayani dengan sebaik-baiknya.

Sesuatu yang dapat memuaskan konsumen dapat berupa fisik (physical)atau


dapat berupa abstrak/tanwujud (intangible), yang dalam hal ini di sebut sebagai
“produk”. Jadi, industri barang dan industri jasa masing-masing tentunya
menghasilkan “produk” tersebut, yang dapat di pakai sebagai tolok ukur kepuasan
konsumen.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jenis-jenis usaha apa sajakah dalam kewirausahaan?
2. Bagaimana langkah-langkah memulai jenis usaha dalam kewirausahaan?
3. Jenis-jenis bidang usaha apa sajakah dalam kewirausahaan?

1
4. Bagaimana produksi dalam kewirausahaan?
5. Bagaimana tujuan produksi dalam kewirausahaan?
6. Hal-hal apa sajakah yang perlu di perhatikan produksi dalam
kewirausahaaan?
7. Bagaimana langkah produksi dalam kewirausahaan?

1.3. Tujuan
1. Ingin mengetahui cara memulai jenis usaha dalam kewirausahaan.
2. Ingin mengetahui langkah-langkah memulai jenis usaha dalam
kewirausahaan.
3. Ingin mengetahui jenis-jenis bidang usaha dalam kewirausahaan.
4. Ingin mengetahui produksi dalam kewirausahaan.
5. Ingin mengetahui tujuan produksi dalam kewirausahaan.
6. Ingin mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan produksi dalam
kewirausahaan.
7. Ingin mengetahui langkah produksi dalam kewirausahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Usaha


Badan usaha adalah payung hukum yang membawahi usaha yang akan
dijalankan. Payung hukum ini penting agar perusahaan tidak melanggar hukum dan
menjalankan aktivitasnya, artinya di mata hukum perusahaan yang dijalankan sah.
Jika suatu hari terdapat tuntutan hukum, usaha tersebut dapat dilindungi.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis badan hukum yang dapat dipilih.
Masing-masing badan hukum memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun badan
hukum yang ada adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan perseorangan;
2. Firma (Fa);
3. Perseroan komanditer (CV);
4. Koperasi;
5. Yayasan;
6. Perseroan terbatas (PT).
Berikut ini akan dijelaskan pengertian, syarat-syarat pendirian, modal,
tujuan perusahaan, bidang usaha, dan sebagainya
1. Perseorangan
Perusahaan perseorangan merupakan usaha milik pribadi. artinya modal
dimiliki oleh perorangan. Pendirian perusahaan perseorangan sangatlah sederhana,
tidak memerlukan persyaratan khusus dan relatif tidak memerlukan modal besar.
Perusahaan perseorangan biasanya dipimpin oleh pemilik usaha yang
sekaligus menjadi penanggung jawab atas segala aktivitas perusahaan, termasuk
kewajibannya terhadap pihak luar. Bila terjadi masalah dengan pihak lain, misalnya
kewajiban membayar hutang, sepenuhnya hal itu menjadi tanggung jawab pemilik.
Kelebihan perusahaan jenis ini, di samping pendiriannya mudah dan
modalnya relatif kecil, adalah tidak diperlukan organisasi yang besar. Organisasi
dan manejemen yang diperlukan cukup sederhana. Kelebihan lain adalah semua
wewenang keputusan manajemen ada di tangan pemilik dan keuntungan
sepenuhnya menjadi hak pemilik usaha.

3
Kelemahan perusahaan perseorangan ini adalah relatif sulit berkembang
karena biasanya menggunakan manajemen keluarga. Kelanjutan usaha sering kali
menjadi masalah. Banyak perusahaan jenis ini yang hanya hidup sesaat. Begitu
pemilik utamanya meninggal, usahanya pun bubar. Selain itu, penanaman modal
juga relatif sulit, apalagi untuk memperoleh modal yang besar dari pihak luar
perusahaan, sementara modal dari pemilik sangat terbatas.
Contoh perusahaan perseorangan yang banyak dilakukan masyarakat adalah
usaha dagang (UD) atau toko bangunan (TB). Misalnya perusahaan perseorangan
UD Makmur Abadi yang bergerak dalam produksi batu bata dan genteng atau TB
Empat Sekawan yang bergerak dalam jual beli bahan-bahan bangunan.
2. Firma (Fa)
Firma merupakan perusahaan yang pendiriannya dilakukan oleh dua orang
atau lebih dan menjalankan perusahaan atas nama perusahaan. Pendirian firma
dapat dilakuka dengan dua cara , yaitu pertama melalui akte notaris resmi, proses
selanjutnya dari notaris harus sampai pengadilan negeri dan diberitakan di berita
negara. Namun, jika memilih akte di bawah tangan, proses tersebut tidak perlu,
cukup melalui kesepakatan pihak-pihak terlibat.
Kepemimpinan dan tanggung jawab firma berada sepenuhnya ditangan
pemilik firma. Pemilik sekaligus bertanggung jawab terhadap segala risiko yang
mungkin timbul, seperti masalah utang piutang.
Modal firma diperoleh dari mereka yang terlibat dalam pendirian firma.
Kelebihan firma dibandingkan perusahaan perseorangan adalah manajemen lebih
baik dan perolehan dana dari pihak luar relatif lebih mudah. Pendirian firma juga
bertujuan untuk mencari keuntungan semata.
Kelemahan firma adalah jika salah satu pemilik firma tidak ada, akibatnya
kelanjutan usahanya menjadi tidak menentu. Contoh firma adalah Fa. Amir
Mahmud yang bergerak dalam bidang perdagangan rempah-rempah.
3. Perseroan Komanditer (Comanditer Vennotschap)
Perseroan komanditer merupakan persekutuan yang didirikan atas dasar
kepercayaan. Perusahaan ini sering disingkat dengan CV. Dalam perseroan
komanditer terdapat beberapa orang yang bersekutu untuk menjalankan usaha.
Sekutu dalam perseroan komanditer terbagi menjadi dua, yaitu pertama sekutu yang

4
secara penuh bertanggung jawab atas sekutu lainnya dan kedua, satu atau lebih
sekutu yang hanya bertindak sebagai pemberi modal.
Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada sejumlah modal
yang ditanamkan dalam perusahaan. Tujuan pendirian perseroan komanditer adalah
memberikan peluang bagi perseorangan untuk ikut menanamkan modalnya dengan
tanggung jawab terbatas.
Perusahaan perseroan komanditer dijalankan oleh seorang sekutu aktif dan
bertanggung jawab atas semua risiko atau kewajiban kepada pihak ketiga.
Tanggung jawab ini juga samai pada penggunaan harta pribadi apabila harta
perusahaan tidak cukup untuk menutupi kewajibannya.
Kelebihan perusahaan jenis ini adalah dalam hal tanggung jawab terutama
bagi sekutu aktif dan pasif. Kebutuhan akan modal dan pengembangan usaha juga
relatif lebih mudah.
4. Koperasi
Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan beberapa orang.
Artinya koperasi merupakan kumpulan orang yang secara bersama-sama
melakukan usaha. Badan hukum koperasi melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi. Koperasi dianggap sebagai kegiatan ekonomi gerakan ekonomi
rakyat berdasarkan asas kekeluargaan.
Koperasi didirikan berdasarkan akte pendirian setelah memperoleh
pengesahan pemerintah dan di umumkan dalam berita negara. Koperasi dibentuk
melalui rapat anggota minimal dua puluh orang yang masing-masing memenuhi
tiga syarat berikut:
a. Mampu melaksanakan tindakan hukum;
b. Menerima landasan idiil, asas, dan sendi dasar koperasi;
c. Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban dan hak sebagai anggota
koperasi.
Berikut ini beberapa jenis koperasi yang dapat kita dirikan yaitu:
a. Koperasi produksi;
b. Koperasi konsumsi;
c. Koperasi jasa;
d. Koperasi serbaguna usaha;

5
e. Koperasi fungsional dan golongan masyarakat tertentu.

Pengelolaan koperasi dilakukan oleh penggurus yang diangkat oleh rapat


anggota. Sementara itu, pembagian hasil usaha berdasarkan pada jasa atau
partisipasi masing-masing anggota. Prinsip koperasi adalah anggota koperasi
merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Koperasi memiliki dua jenis modal, yaitu modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana
cadangan, atau hibah. Sementara itu, modal pinjaman berasal dari anggota koperasi,
bank, dan lembaga keuangan lainnya, atau dari penerbitan obligasi serta surat
hutang lainnya.

Tujuan utama pendirian koperasi adalah membangun dan mengembangkan


potensi ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
5. Yayasan
Yayasan merupakan badan usaha yang tidak bertujuan mencari keuntungan,
tetapi lebih menekankan usahanya pada tujuan sosial. Modal yayasan diperoleh dari
sumbangan, wakaf, hibah, atau sumbangan lainnya. Yayasan memiliki dewan
pengurus yang mengurusi kegiatan yayasan tersebut.
Pendiirian yayasan dilakukan untuk bidang pendidikan, kesehatan, panti
sosial, atau lembaga swadaya masyarakat. Dewasa ini pendirian yayasan sudah
banyak diselewengkan dari cita-cita awal, yaitu dari usaha sosial menjadi usaha
komersial.
6. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan terbatas atau yang lebih dikenal dengn nama PT adalah badan
hukum yang memiliki tanggung jawab terbatas. Terbatas artinya terbatas tanggung
jawabnya hanya sebatas modal yang disetorkan. Perusahaan jenis ini paling banyak
digunakan dan diminati para pengusaha, terutama untuk usaha yang memiliki
modal dan kapasitas besar serta jangkauan luas.
Kelebihannya antara lain tanggung jawab masing-masing pihak tergantung
dari jumlah modal yang disetor, luasnya bidang usaha yang dimiliki, dan
kemudahan untuk memperoleh modal atau ekspansi.
Dalam undang-undang dijelaskan sebagai berikut.

6
a. Peseroan terbatas merupakan suatu badan hukum perusahaan untuk
melakukan suatu kegiatan.
b. Pendirian perseroan terbatas dilakukan atas dasar suatu perjanjian antara
pihak-pihak yang ikut terlibat di dalamnya.
c. Pendirian perseroan terbatas didasarkan atas kegiatan atau ada usaha
tertentu yang akan dijalalankan.
d. Pendirian perseroan terbatas menggunakan modal yang terbagi dalam
bentuk saham.
e. Perseroan terbatas harus mematuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam undang-undang serta peraturan pemerintah lainnya.

Jenis perseroan terbatas di Indonesia dapat dilihat dari dua segi berikut.
a. Dilihat dari segi kepemilikan, perseroan terbatas terdiri dari tiga jenis.
1) Perseroan Terbatas Biasa
Perseroan Terbatas Biasa adalah PT yang para pendiri, pemegang saham,
dan pengurusnya WNI dan badan hukum Indonesia (dalam pengertian tidak
ada modal asing).
2) Perseroan Terbatas Terbuka
Perseroan Terbatas Terbuka merupakan PT yang didirikan dalam rangka
penanaman modal dan dimungkinkan WNA atau badan hukum asing
menjadi pendiri, pemegang saham, dan pengurusnya.
3) Perseroan Terbatas (Persero)
Perseroan terbatas (perseroan) merupakan PT yang dimiliki oleh pemerintah
melalui BUMN. Perseroan terbatas jenis ini sebagian besar pengaturannya
tunduk pada ketentuan tentang Badan Usaha Milik Negara. Kata persero
pada perusahaan ini biasanya ditulis di belakang nama Perseroan Terbatas.
Contohnya, PT Bank Mandiri (Persero), PT PLN (Persero), PT Telkom
(Persero). Namun, kata persero jarang dicantumkan di belakang nama
perusahaan tersebut kecuali untuk kegiatan resmi.

b. Dilihat dari segi status perseroan terbatas dibagi dalam dua jenis.
1) Perseroan Tertutup

7
Perseroan tertutup merumpakan perseroan terbatas yang modal dan jumlah
pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertenu dan tidak melakukan
penawaran umum.
2) Perseroan Terbuka
Perseroan terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan
penawaran umum, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal. Pemberian nama PT jenis ini biasanya disertai denan singkatan
“Tbk” di belakang nama PT tersebut. Sebagai contoh PT Timah Tbk. dan
PT Telkom Tbk.
Untuk mendirikan perseroan terbatas dipersyaratkan memiliki modal
tertentu yang besarnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Modal perseroan
terbatas terdiri dari tiga jenis berikut.
a. Modal dasar (authorized capital)
Modal dasar merupakan modal yang diperlukan pertama kali perusahaan
didirikan dan model tersebut tertera dalam akte notaris. Misalnya PT Sungailiat
Tbk. didirikan dengan modal dasar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) yang
berbentuk saham.
b. Modal ditempatkan atau dikeluarkan (issued capital)
Modal ditempatkan merupakan modal yang telah ditempatkan atau
dikeluarkan para pemeang saham. Dengan kata lain, modal yang sudah dijual.
Besarnya modal ditempatkan minimal 25 persen dari modal dasar. Dari contoh di
atas, modal ditempatkan adalah 25 persen dikalikan modal dasar
(Rp1.000.000.000,00) sama dengan dasar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
c. Modal setor (paid-up capital)
Modal setor merupakan modal yang harus sudah disetor oleh pemegang
saham yang jumlahnya sebesar 50 persen dari modal ditempatkan. Dari contoh di
atas besarnya modal setor adalah sebesar 50 persen dikalikan modal ditempatkan
(Rp250.000.000,00) sama dengan Rp125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta
rupiah).

8
Sama seperti badan usaha lainnya, untuk mendirikan PT juga diperlukan
persyaratan tertentu, bahkan persyaratannya lebih banyak dibandingkan dengan
jenis badan usaha lainya. Persyaratan dan tata cara untuk mendirikan perseroan
terbatas yang harus dipenuhi adalah:
a) PT didirikan sekurang-kurangnya oleh 2 orang;
b) Pendirian PT dituangkan dalam Akte Notaris;
c) Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia;
d) Mencantumkan perkataan “PT” dalam Akte Notaris;
e) Disahkan oleh Menteri Kehakiman;
f) Didaftarkan berdasarkan Undang-undang Wajib Daftar Perusahaan;
g) Diumumkan dalam Berita Negara;
h) Memiliki modal dasar sekurang-kurangnya Rp20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah);
i) Modal ditempatkan sekurang-kurangnya 25 persen ( dua puluh lima persen)
dari modal dasar;
j) Menyetor modal setor 50 persen (lima puluh persen) dari modal ditempatkan
pada saat perusahaa didirikan.

Bagi perseroan terbatas yang mengalami atau yang akan membuat


perubahan dipersyaratkan untuk:
a) Mencantumkan nama, maksud, dan tujuan kegiatan perseroan;
b) Memperpanjang jangka waktu perseroan;
c) Meningkatkan atau menurunkan modal;
d) Mengubah status perseroan terbatas dari tertutup menjadi terbuka atau
sebaliknya.

2.2 Langkah-langkah Memulai Jenis Usaha


Dari hasil penelitian di lapangan, terdapat beragam cara dan sebab untuk
memulai usaha.
1. Faktor keluarga pengusaha
Pengusaha yang memulai usaha karena keluarga mereka sudah memiliki
usaha sebelumnya. Orang tua atau saudara pengusaha tersebut menganjurkan
keluarga lainnya untuk membuka usaha sendiri. Keluarga sengaja mengader

9
anggota keluarga lain untuk meneruskan usaha atau membuka cabang atau usaha
baru. Dengan demikian, mulai dari modal, suplai bahan-bahan sampai manajemen
sang pengusaha pemula tinggal mengikuti yang sudah ada.
2. Sengaja terjun menjadi pengusaha
Seseorang sengaja terjun mendirikan usaha. Biasanya mereka belajar dari
kesuksesan orang lain. Mereka mengkuti contoh dari pengusaha yang ada dengan
mencari modal atau bermitra dengan orang lain. Model ini, biasanya dilakukan oleh
mereka yang berstatus pegawai namun memiliki naluri bisnis.
3. Kerja sampingan atau iseng
Usaha ini biasanya dilakukan oleh mereka yang mencoba menjual atau
memproduksi sesuatu skala kecil untuk mengisi waktu luang. Meningkatnya
pesanan atau permintaan ini direspon oleh pemilik dengan menambah modal dan
kapasitas produksinya. Maka kegiatan yang semula dilakukan hanya untuk mengisi
waktu senggang menjadi kegiatan yang memberikan hasil yang luar biasa.
4. Coba-coba
Usaha ini biasanya dilakukan oleh mereka yang belum memiliki
pengalaman. Mereka yang kesulitan mencari pekerjaan, atau mereka yang baru
terkena PHK.
5. Terpaksa
Usaha ini biasanya dilakukan oleh mereka yang kehilangan pekerjaan atau
pengangguran. Sebagai contoh, setelah lulus sarjana bang Aras mengajukan ratusan
lamaran kerja ke berbagai perusahaan, namun tidak pernah diterima menjadi
pegawai. Kemudian dia memutuskan untuk berwirausaha. Langkah melakukan
wirausaha dijalankannya dengan setengah hati. Namun, kenyataan bahwa usahanya
memberikan hasil yang lumayan dalam waktu yang relatif singkat membuatnya
bersemangat. Hal itu menjadi motivasi yang kuat untuk memajukan usahanya.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memulai usaha
baik secara berkelompok maupun perorangan.
1. Mendirikan usaha baru
Seseorang memulai usaha dengan mendirikan perusaah yang baru. Dalam
hal ini, yang harus dilakukan adalah mengurus segala sesuatu yang berhubungan
dengan badan usaha, mulai dari akte notaris sampai ke pengadilan negeri atau

10
Departemen Kehakiman, kemudian mengurus izin-izin yang dibutuhkan. Di
samping itu, tugas lain adalah mencari lokasi yang tepat dan menyediakan peralatan
atau mesin yang sesuai dengan usahanya.
2. Membeli perusahaan
Usaha ini dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada atau
sudah berjalan sebelumnya. Pembelian usaha dapat dilakukan terhadap perusahaan
yang sedah berjalan atau perusahaan yang tidak aktif tetapi masih memiliki badan
usaha. Pembelian meliputi saham berikut aset perusahaan yang dimiliki.
3. Kerjasama manajemen dengan sistem waralaba (Franchising)
Model ini dikembangkan dengan memakai nama dan manajemen
perusahaan lain. Perusahaan pemilik nama disebut sebagai perusahaan induk
(Franchisor) dan perusahaan yang menggunakan disebut franchise. Dukungan
manajemen diberikan oleh perusahaan induk berupa :
a. Pemilihan lokasi usaha
b. Bentuk bangunan
c. Layout gedung dan ruangan
d. Peralatan yang diperlukan
e. Pemilihan karyawan
f. Penyediaan bahan baku atau produk
g. Iklan bersama
4. Mengembangkan usaha yang sudah ada
Pengusaha melakukan pengembangan atau usaha yang sudah ada
sebelumnya, baik pengembangan berupa cabang ataupun penambahan kapasitas
yang lebih besar. Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan keluarga.

2.3 Bidang Usaha


Sebelum memulai usaha, terlebih dahulu memilih bidang yang ingin
ditekuni. Pemilihan bidang usaha ini harus disesuaikan dengan minat atau bakat
seseorang yang merupakan faktor penentu dalam menjalankan usaha. Selain itu
faktor penentu lainnya adalah modal dimiliki. Faktor modal dapat dicari dari
berbagai sumber, baik dari kantong pribadi, para sanak famili, rekan-rekan sejawat,
atau pinjaman.

11
Faktor lainnya adalah jangka waktu memperoleh penghasilan atau
keuntungan. Usaha jangka pendek adalah jangka waktu yang diperlukan di bawah
satu tahun, misalnya untuk produk pertanian sayur mayur dan usaha ternak ayam.
Usaha jangka menengah berkisar antara 1 hingga 3 tahun, misalnya bidang industri
dan perdagangan. Sedangkan, usaha jangka panjang di atas 3 tahun, seperti
perkebunan kelapa sawit.
Pengalaman dalam bidang tertentu seperti pernah melakukan job training
atau praktek kerja, sangat berguna bagi pengusaha dalam rangka memilih usaha
yang akan dimasukinya. Di samping itu, pengalaman dapat pula diperoleh dari
pengalaman orang lain dalam bidang yang diinginkan.
Jadi, untuk menentukan bidang usaha yang akan digeluti tergantung 4 faktor
berikut.
1. Minat dan Bakat
Ketertarikan pada suatu bidang sudah tertanam dalam dirinya, minat juga
dapat tumbuh setelah dipelajari dari berbagai cara.
2. Modal
Modal secara luas dapat diartikan uang. Dalam arti sempit modal dapat
diartikan sebagai keahlian seseorang.
3. Waktu
Waktu adalah masa seseorang untuk menikmati hasil usahanya. Setiap
usaha memiliki masa yang berbeda-beda. Ada yang dalam jangka waktu pendek,
menengah dan panjang.
4. Laba
Dalam hal laba, yang perlu dipertimbangkan adalah jangka waktu
memperoleh laba tersebut. Margin laba maksudnya jumlah laba yang akan
diperoleh (dalam persentase tertentu), sedangkan jangka waktu adalah lama
tidaknya memperoleh laba, sesaat atau terus menerus.
5. Pengalaman
Pengalaman maksudnya pengalaman pribadi pengusaha tersebut atau
pengalaman orang lain yang telah berhasil melakukan usaha. Pengalaman ini
merupakan pedoman atau guru agar tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan
usahanya nanti.

12
Bidang-bidang usaha, yang dapat digeluti untuk pengusaha pemula sesuai
dengan minat dan bakat, terutama untuk usaha kecil dan menengah antara lain
sebagai berikut.
1. Sektor Kecantikan
Usaha di sektor kecantikan contohnya membuka usaha salon dan SPA atau
kecantikan lainnya. Sebelum membuka usaha ini, sebaiknya calon pengusaha
terlebih dahulu memahami seluk-beluk kecantikan, misalnya dengan cara
mengikuti kursus kecantikan. Dengan demikian, pengusaha tersebutlebih mudah
mengelola usahanya dan tidak tergantung kepada anak buah jika terjadi suatu
masalah.
2. Sektor Keterampilan
Contoh usaha di sektor keterampilan antara lain sektor jasa perbaikan
(service), seperti service elektronik (televisi, radio, kulkas, AC), kendaraan
bermotor (sepeda motor atau mobil), atau service mesin-mesin. Seperti halnya
dengan sektor kecantikan, calon pengusaha di sektor keterampilan jasa perbaikan
juga perlu mengikuti kursus keterampilan sesuai dengan bidang yang dimilikinya.
3. Sektor Konsultan
Usaha di bidang konsultan adalah menjadi penasihat untuk berbagai bidang
usaha. Misalnya, konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan psikiater,
konsultan teknik, konsultan bisnis dan konsultan lainnya. Pendirian konsultan jelas
harus memiliki latar belakang bidang ilmu yang akan mendukung usahanya.
Sebagai contoh, konsultan manajemen bagi mereka yang berlatar belakang
ekonomi, konsultan hukum bagi mereka yang berlatar belakang hukum, dan
seterusnya.
4. Sektor Industri
Sektor industri sangatlah luas dan beragam. Sektor ini akan menghasilkan
suatu produk olahan. Untuk usaha kecil dan menengah misalnya membuka pabrik
makanan yang dapat dilakukan dengan skala kecil terlebih dahulu seperti tempe,
tahu, kerupuk, roti, atau usaha industri batu bara, genteng, dan garment.
5. Sektor Tambang
Sektor tambang juga dapat dilakukan untuk usaha kecil dan menengah,
seperti membuka usaha penambangan pasir, kaolin, timah, emas, atau batubara .

13
6. Sektor Kelautan
Usaha yang dapat dilakukan di sektor kelautan adalah usaha penangkapan
ikan dengan menyediakan kapal-kapal penangkapan ikan bagi para nelayan, baik
untuk untuk skala kecil maupun menengah
7. Sektor Perikanan
Usaha di sektor perikanan antara lain membuka usaha tambak ikan atau
udang, baik di air tawar maupun air laut. Usaha perikanan di air tawar misalnya
budidaya ikan lele. Emas, gurami, bawal, dan lainnya. Sedangkan di air laut
misalnya budidaya rumput laut dan mutiara. Selain itu juga dapat dibuka usaha
pemancingan ikan atau budidaya ikan hias.
8. Sektor Agribisnis
Usaha di sektor agribisnis dapat dilakukan dengan menerapkan pertanian
jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya
usaha penanaman sayur mayur, jangka menengah misalnya penanaman jeruk,
pisang, nanas, cokelat, dan untuk jangka panjang misalnya penanaman karet,
cengkeh, lada, dan kelapa sawit.
9. Sektor Perdagangan
Usaha di sektor perdagangan dapat dilakukan dengan membuka toko atau
kios, membuka usaha seperti bakso, mie ayam, es teler, martabak, nasi goreng,
restoran, rumah makan, wartel, dan sektor perdagangan lainnya.
10. Sektor Pendidikan
Usaha di sektor pendidikan yang dapat dilakukan adalah mebuka lembaga
pelatihan atau kursus-kursus, mendirikan sekolah taman kanak-kanak (TK),
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas
(SMA), atau perguruan tinggi (akademi, sekolah tinggi, atau universitas).
11. Sektor Percetakan
Usaha di sektor percetakan dapat dilakukan dengan membuka usaha
fotokopi, sablon, percetakan buku, majalah, koran atau percetakan lainnya.
12. Sektor Seni
Bagi mereka yang memiliki bakat seni, usaha yang dapat dilakukan antara
lain mengerjakan seni lukis, musik, ukir, atau menjadi penulis cerita-cerita, baik
yang berlatar keseharian maupun dongeng.

14
13. Sektor Kesehatan
Meskipun sektor ini sebaiknya dilakukan oleh mereka yang memiliki latar
belakang kesehatan, orang umum juga bisa melakukannya, misalnya membuka
klinik-klinik kesehatan, praktik dokter bersama, rumah sakit dan apotik.
14. Sektor Pariwisata
Usaha di sektor pariwisata yang dapat dijalankan antara lain membuka biro
perjalanan, usaha wisata, membuka tempat penginapan, motel, atau hotel. Selain itu
juga dapat didirikan tempat-tempat karaoke dan bar.

2.4 Produksi
Produksi yang dalam bahasa inggris di sebut production ialah suatu kegiatan
mengenai pembuatan produk baik berwujud fisik (tangible products) maupun
berwujud jasa (intangible products). Pengertian diatas menjelaskan bahwa produksi
adalah proses yang berkenaan dengan pengubahan (conversion) asupan (input)
menjadi barang atau jasa. Istilah production berasal dari bahasa Latin producere
yang bermakna to lead forward yaitu membimbing ke depan. Pada masa kini,
produksi merupakan salah satu fungsi dasar yang paling penting di masyarakat
industri modern dan telah di pandang sebagai sebuah aktivitas budaya (Seikh, K,
2001).

2.5 Tujuan Produksi


Ada tiga sasaran pokok yang sekaligus menjadi barometer keberhasilan
produksi, yaitu:
1. Tercapainya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya order
terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat mutu.
2. Tercapainya tingkat utilitas sumber daya produksi yang maksimum melalui
minimisasi waktu setup, transportasi, waktu menunggu dan waktu untuk
pengerjaan ulang (rework).
3. Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush order dan persediaan yang
berlebihan.

15
2.6 Hal-hal yang di Perhatikan Produksi
Dalam produksi terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan.
Berdasarkan motifnya, kegiatan produksi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu
motif produksi (production motive), motif laba (profit motive), dan motif pelanggan
(customer motive). Motif produksi ialah suatu keadaan dimana kegiatan produksi
dimotivasi terutama karena ketersediaan sumber daya produksi baik berupa bahan
baku maupun tenaga terampil dan kapital. Misalnya, jika seseorang memiliki atau
menguasai sumber bahan baku maka dia akan berupaya melakukan aktiviitas
ekonomi terhadap sumber daya tersebut misalnya mengolah atau menjualnya untuk
mendapatkan penghasilan. Pada umumnya, kegiatan ekonomi yang demikian
dilakukan hanya sebatas ketersediaan sumber daya tersebut dan pasar masih
menginginkan. Jika bahan sudah habis atau pasar sudah tidak membutuhkan lagi
maka kegiatan ekonomi pun terhenti. Upaya untuk mengganti sumber bahan atau
beralih kegiatan ekonomi sangat jarang dilakukan.
Kegiatan produksi dengan motif laba sedikit lebih maju dari motif produksi.
Kegiatan produksi dengan motif laba lebih ditentukan oleh adanya kesempatan
untuk memperoleh laba dan kegiatan produksi dipandang sebagai balas jasa atas
risiko kapital yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi. Besarnya
ekspektasi laba menjadi dasar penentuan besarnya aktivitas produksi. Kapital yang
digunakan tidak selalu harus dimiliki sendiri tetapi dapat berupa milik pihak lain.
Bila peluang laba tidak atau belum terlihat maka upaya untuk melakukan kegiatan
produksi sangat lemah.
Masalah yang terkait dengan kedua pandangan diatas ialah faktor laba
dianggap akan selalu terjamin (taken for granted) dan bukan untuk diciptakan.
Dalam sistem ekonomi klasik dimana kegiatan ekonomi masih kurang bersaing,
pendekatan-pendekatan diatas mungkin masih berjalan. Tetapi dalam sistem
ekonomi modern terlebih dalam era globalisasi yang sekarang berjalan semakin
cepat yang di tandai dari suasana persaingan berjalan semakin tajam, kedua
pendekatan diatas jelas telah usang. Persaingan antar pelaku bisnis mau tak mau
harus semakin mengarah kepada pemenangan konsumen (consumer’s favour
competition). Sehubungan dengan situasi persaingan ini, Peter F. Drucker

16
mengatakan bahwa hanya bisnis yang berorientasi kepada pelanggan (customer
motive) yang akan memenangkan persaingan.
Customer motive production di tandai dari penetapan tujuan utama produksi
yaitu memberikan kepuasan kepada pelanggan (customer’s satisfaction). Tiga pilar
pendukung terciptanya kepuasan pelanggan ialah:
1. Ketepatan waktu pengiriman produk kepada pelanggan (timeliness of
deliveries)
2. Mutu produk yang sesuai dengan harapan pelanggan (acceptable product
quality)
3. Harga jual produk yang bersaing (reasonable products’prices).

Apabila para pelanggan dapat dipuaskan maka permintaan pelanggan


terhadap produk-produk atau jasa yang dihasilkan akan terus meningkat. Apabila
dalam suasana permintaan yang meningkat, kegiatan produksi dilakukan secara
efisien dan produktivitas yang tinggi maka laba yang wajar akan dapat di peroleh.
Terlihat jelas bahwa kegiatan produksi dengan motif konsumen menempatkan
perolehan laba sepenuhnya berdasarkan kinerja atau prestasi kerja yang tinggi
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Hal ini mengindikasikan bahwa
keterlibatan pelanggan dalam perencanaan produksi dan keterintegrasian semua
unsur perencanaan dan eksekusi rencana produksi dalam sistem merupakan
keharusan.

2.7 Tahapan Produksi


Tahapan produksi mencakup perencanaan produksi, perencanaan
persediaan, perencanaan kapasitas, otorisasi produksi dan pengadaan, pengendalian
produksi dan penyimpanan bahan.
1. Perencanan produksi meliputi:
a. Mempersiapkan rencana produksi mulai dari tingkat agregat untuk seluruh
pabrik yang meliputi perkiraan permintaan pasar, dan proyeksi penjualan.
b. Membuat jadwal penyelesaian setiap produk.
c. Merencanakan produksi dan pengadaan komponen yang dibutuhkan dari
luar (bought-out items) dan bahan baku.
d. Menjadwalkan proses operasi setiap order pada stasiun kerja terkait

17
e. Menyampaikan jadwal penyelesaian setiap order kepada pemesan
2. Perencanaan persediaan meliputi;
a. Mempersiapkan rencana persediaan bahan pada tingkat agregat yang
meliputi bahan baku, work in progress dan produk akhir.
b. Merencanakan persediaan untuk masing-masing item dengan
memperhatikan faktor skala ekonomis, waktu ancang-ancang pengadaan,
ketidakpastian permintaan dan tingkat pelayanan kepada pelanggan.
3. Perencanaan kapasitas meliputi:
a. Menyusun rencana kapasitas jangka panjang, menengah dan pendek untuk
mendapatkan rencana jadwal produksi termasuk rencana jadwal kebutuhan
fasilitas produksi.
4. Otorisasi produksi dan pengadaan meliputi:
a. Otorisasi produksi melalui pengeluaran perintah kerja.
b. Otorisasi pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan dari luar pabrik.
5. Pengendalian produksi meliputi:
a. Memantau, mencatat dan membuat laporan secara terus-menerus tentang
kemajuan pengerjaan order-order pelanggan, tingkat persediaan dan
kapasitas produksi.
6. Membandingkan hasil yang di peroleh dengan hasil yang di rencanakan
meliputi:
a. Mengoreksi penyimpangan terhadap rencana, memecahkan masalah yang
dihadapi.
7. Penyimpanan dan pemindahan bahan meliputi:
a. Menerima bahan dari vendor, menguji kesesuaian (spesifikasi, jumlah,
harga) dengan order yang di sampaikan.
b. Meletakkan bahan yang di terima dalam store room.
c. Memelihara catatan persediaan ( inventory records).
d. Mengeluarkan bahan dari store room sesuai permintaan dari lantai pabrik
atau pengguna lainnya.
e. Pengiriman produk akhir kepada pelanggan.
f. Mengendalikan aliran bahan di lantai pabrik.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Badan usaha adalah payung hukum yang membawahi usaha yang akan
dijalankan. Adapun langkah-langkah memulai usaha yaitu mendirikan usaha baru,
membeli perusahaan, kerjasama manajemen dengan sistem waralaba
(Franchising), mengembangkan usaha yang sudah ada. Sebelum memulai usaha,
terlebih dahulu memilih bidang yang ingin ditekuni.
Produksi adalah proses yang berkenaan dengan pengubahan (conversion)
asupan (input) menjadi barang atau jasa. Ada tiga sasaran pokok dalam produksi
yaitu tercapainya kepuasan pelanggan, tercapainya tingkat utilitas sumber daya
produksi yang maksimum, dan terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush
order. Dalam produksi terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan. Berdasarkan
motifnya, kegiatan produksi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu motif
produksi (production motive), motif laba (profit motive), dan motif pelanggan
(customer motive).

3.2 Saran
Dengan adanya penjabaran yang telah dikemukakan di awal, penulis
mengharapkan pembaca agar lebih memahami berbagai hal yang perlu diperhatikan
apabila pembaca ingin memulai usaha, karena tanpa adanya pemahaman yang benar
mengenai seluk-beluk dan hal-hal penting yang berkaitan dengan kewirausahaan
tentu tidak akan bisa membangun dan menjalankan usaha yang diinginkan dengan
baik sehingga hasil yang didapatkan tentunya tidak optimal sesuai yang diharapkan.

19
Daftar Pustaka

Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi. Jakarta: PT Pradnya


Paramita.

Kasmir. 2011. Kewirausahaan edisi revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

20

Anda mungkin juga menyukai