Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi yang berkembang pesat menjadikan orang kurang peduli

terhadap perilaku hidup yang sehat dapat dilihat dari kebiasan mereka yang kurang

sadar akan kebersihan lingkungan terutama pengelolaan sampah, masalah ini dapat

dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah sebagai akibat

adanya sampah yang menumpuk di TPS (Tempat Pembuangan Sampah), sehingga

menyebabkan pencemaran lingkungan yang merupakan sumber penyebab gangguan

kesehatan pada masyarakat. Sampah menjadi persoalan yang cukup serius bagi

masyarakat terutama di wilayah perkotaan. Selama ini masyarakat membuang sampah

ke tempatnya dan kemudian menyerahkan urusan selanjutnya kepada petugas

kebersihan dan urusan selesai. Tetapi sesungguhnya permasalahan tidak selesai

sampai di situ. Timbunan sampah di tempat pembuangan akhir menjadi problem

tersendiri, problem kesehatan, pencemaran dan keindahan lingkungan (N.A &

Mulasari, 2017).

Sampah ialah bahan yang tidak terpakai dari hasil aktivitas manusia maupun

alam karena sudah digunakan atau diambil unsur utamanya. Sampah yang dihasilkan

akan sebanding dengan tingkat komsumtif (Sejati, 2009). Sampah perlu dikelola

dengan baik serta memanfaatkan daur ulang sehingga diharapkan mempunyai nilai

tambah. MDGs (Milenium Development Goals) mempunyai program 3R (Reduse, Reuse,

dan Recyle) dalam pengelolaan sampah yang akan menambah peran serta masyarakat

sebagai penghasil sampah (Sari & Mulasari, 2017). Pengelolaan sampah dilakukan

1
2

dengan 2 cara yaitu dengan cara mengurangi dari sumber penghasil sampah dan

menangani sampah yang ada. Adipura digunakan sebagai alat ukur untuk melihat

kemampuan daerah atau kota dalam penanggulangan sampah (Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017). Biasanya masyarakat hanya membuang

sampah selanjutnya diserahkan pada petugas kebersihan (Mifbakhuddin, 2010).

Direktur Jenderal Pengelolaan sampah, limbah dan bahan beracun berbahaya

(B3) mengatakan proyeksi volume sampah rumah tangga pada tahun 2017 mencapai

66,5 ton. Pemerintah menargetkan pengurangan produksi sampah pada tahun 2018

mencapai 15% dan pada 2025 mencapai 30 %. Di Jawa Timur pada tahun 2017

menghasilkan 17.498 ton/hari, jumlah terbesar di kota Surabaya sejumlah 1.717

ton/hari dan terkecil mojokerto dengan 63 ton/hari (Sektiawan et al, 2017). Di kota

Malang sendiri pada tahun 2017 Pemerintah Kota Malang menangani sebesar 55,58%

timbunan sampah (Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang 2017). Dan yang perlu

kita ketahui semakin banyak timbunan sampah akan semakin menurunkan derajat

kesehatan khususnya petugas sampah itu sendiri.

Peran petugas sampah sangat penting, setiap hari para petugas sampah

berupaya mengurangi pencemaran lingkungan. Mereka mengelola sampah mulai dari

pengumpulan, pengangkutan, hingga pembuangan ke TPA (Tempat Pembuangan

Akhir) (Arpan,2010). Petugas pengumpul sampah merupakan golongan yang rentan

terkena penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja. Kejadian ini dapat di perparah

ketika seorang pekerja sampah tidak sadar bahwa dirinya sedang berada di sumber

infeksi, maka seorang petugas sampah juga perlu mengetahui apa saja penyebab

infeksi tersebut. Infeksi dapat menyerang manusia karena tidak adanya perlindungan

dari manusia itu sendiri (Liswanti et al, 2014). APD (Alat Pelindung Diri) adalah yang
3

dipakai saat bekerja. APD adalah pakaian atau peralatan khusus yang dipakai oleh

petugas sampah untuk melindungi diri dari agen infeksius. (Apriluana et al, 2016).

Dampak penggunaan APD yang tidak tepat dapat menyebabkan peningkatan risiko

infeksi serta menurunkan derajat kesehatan seseorang (Hinkin, Gammon, & Cutter,

2008). APD adalah aspek pengendalian infeksi yang paling terlihat, APD harus

digunakan sebagai bagian dari strategi pencegahan dan pengendalian infeksi yang

berperan penting dalam pengendalian lingkungan.. Selain itu, antara daerah berisiko

tinggi atau rendah infeksi, APD tetap digunakan secara tepat untuk mengurangi risiko

paparan sumber infeksi. Suhu yang tinggi menyebabkan para pekerja berkeringat dan

akibat terkena paparan sinar matahari maka rata-rata seorang petugas akan

mneyentuh dan mengusap mata, bibir, dan lubang hidung mereka dengan kecepatan

15,7 kali per jam. Untuk menghindari hal itu dianjurkan para pekerja selalu memakai

APD, mencuci tangan sebagai langkah mengurangi potensi terkena penyakit akibat

kerja. (Fischer, Weber, & Wohl, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, DLH (Dinas

Lingkungan Hidup) Kota Malang mengatakan bahwa ketersediaan APD sudah

teranggarkan setiap tahunnya, dan jumlahnya juga mencukupi bagi semua anggota

petugas sampah bahkan jika ada kerusakan dari APD boleh meminta ganti. Namun

masalah yang ditemukan pada petugas sampah adalah pada waktu APD dibagikan

tidak digunakan dan dimanfaatkan dengan baik bahkan ada yang tidak memakainya

sama sekali. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri tentang

pengunaan APD ini karena di dasari oleh pengetahuan dan persepsi petugas sampah

mengenai pentingnya APD dalam mencegah berbagai masalah kesehatan hingga

kecelakaan kerja. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti pengetahuan, Self Awareness, ,

dan persepsi petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri).
4

Sehingga peneliti akan membahas Hubungan Antara pengetahuan, Self Awareness, dan

persepsi petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Petugas

Sampah.

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana Hubungan Antara pengetahuan, Self Awareness, dan persepsi

petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Petugas Sampah

Di Tpa Supit Urang Kota Malang?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis Hubungan Antara pengetahuan, Self Awareness, dan

persepsi petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)

Pada Petugas Sampah Di Tpa Supit Urang Kota Malang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan petugas sampah tentang pengunaan

APD (Alat Pelindung Diri).

2. Mengidentifikasi persepsi petugas sampah tentang pengunaan APD

(Alat Pelindung Diri).

3. Mengidentifikasi Self Awareness petugas sampah tentang pengunaan

APD (Alat Pelindung Diri).

4. Menidentifikasi kepatuhan petugas sampah dalam menggunakan

APD.

5. Menganalisis Hubungan Antara pengetahuan, Self Awareness, dan

persepsi petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)

Pada Petugas Sampah Di Tpa Supit Urang Kota Malang.


5

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi Partisipan

Partisipan dapat memahani tentang pentingnya pengetahuan, self

awareness, dan persepsi dengan kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung

Diri) pada petugas sampah dengan baik dan benar.

1.4.2. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Sebagai tambahan informasi yang dapat dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan di bidang Kesehatan Lingkungan atau Promosi Kesehatan

khususnya pada para petugas sampah yang masih kurang sadar akan pentingnya

APD (Alat Pelindung Diri) agar mampu memahaminya dengan cara pemberian

informasi seputar pentingnya pengunanaan APD (Alat Pelindung Diri) atau

penyuluhan terjadwal yang dapat dilakukan di puskesmas maupun kegiatan di

masyarakat.

1.4.3. Bagi perawat

Dengan adanya skripsi ini diharapkan perawat melibatkan masyarakat

dalam meningkatkan kesadaran petugas sampah untuk menggunakan APD.

Serta dapat memberikan arahan tentang Kesehatan Lingkungan yang tepat

sehingga menambah wawasan dan memberikan pelayanan yang lebih optimal

pada masyarakat terkhusus adalah petugas sampah.

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

positif dan menjadi sumber informasi terbaru tentang pentingnya Pengetahuan,

Self Awarness, Persepsi pada Petugas Sampah dalam Penggunaan APD (Alat

Pelindung Diri). Sehingga menjadi tambahan pengetahuan di bidang komunitas

terutama Kesehatan Lingkungan atau Promosi kesahatan.


6

1.5. Keaslian Penelitian

1. Menurut Novita Sari et al. 2017 Tentang Pengetahuan, Sikap Dan

Pendidikan Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Bener

Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta, menggunakan metode analitik

observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional, cara

pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan

sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel

penelitian berjumlah 81 responden, alat yang digunakan adalah

kuesioner untuk mengumpulkan data, tingkat pengetahuan, sikap dan

pendidikan terhadap perilaku pengelolaan sampah. Analisis data

menggunkan analisis univariat dan analisis bivariat denga uji statistic

Chi-kuadrat (X2). Analisis bivariat untuk tingkat pengetahuan diperoleh

nilai p=1,000 dengan α= 0,05 dengan nilai RP=1,022 ( 95% CI : 0,664-

1,573), untuk sikap dengan perilaku pengelolaan sampah di peroleh

nilai p= 0, 872 dengan α= 0,05 dengan nilai RP =1,063 (95% CI :

0,788-1,434) dan untuk pendidikan dengan perilaku pengelolaan

sampah diperoleh nilai p= 0,857 dengan niali RP= 1,219 (95% CI:

0,856- 1,736). Yang membedakan dengan penelitian saya adalah waktu

dan tempat serta jumlah responden yang digunakan.

2. Menurut Irfan Banda. 2015 tentang Hubungan Perilaku Perawat Dengan

Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri (Apd) Sesuai Standard

Operating Procedure (Sop) Di Ruang Rawat Inap Badan Layanan

Umum Daerah(Blud) Rumah Sakit Konawe Tahun 2015, Jenis

penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan metode

cross sectional study. Sampel pada penelitian ini berjumlah 52


7

responden yang bekerja pada ruang rawat inap. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan metode sampling

jenuh. Hasil penelitian menunjukkan hasil statistik pada tingkat

signifikan α < 0,05 diperoleh ada hubungan yang kuat antara

pengetahuan perawat dengan kepatuhan menggunakan APD sesuai

SOP (ρ value = 0,024), ada hubungan yang bermakna antara sikap

perawat dengan kepatuhan menggunakan APD sesuai SOP (ρ value

=0,027), dan tidak ada yang bermakna antara tindakan perawat dengan

kepatuhan menggunakan APD sesuai SOP (ρ value = 0,100), di ruang

rawat inap BLUD Rumah Sakit Kabupaten Konawe Tahun 2015. Yang

membedakan dengan penelitian saya adalah object yag digunakan

peneliti diatas adalah perawat sebagai responden.

3. Menurut Heryani Yunita Dewi. 2012 tentang Hubungan Tingkat

Pengetahuan Dan Sikap Dengan Praktik Petugas Kebersihan Pengelola

Sampah Medis Di Rsud Dr. M. Ashari Pemalang, penelitian ini

merupakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah petugas kebersihan

pengelola sampah medis RSUD dr. M. Ashari Pemalang, seluruh

populasi berjumlah 34 orang. Analisis data menggunakan uji korelasi

Kendall’s tau_b dengan taraf signifikansi 95% (α=5%). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar petugas medis yang memiliki

pengetahuan kurang adalah 52,9% (18 orang) dan sebagian besar dari

mereka yang memiliki sikap baik adalah 67,6% (23 orang), sedangkan

petugas limbah medis yang baik dan miskin dalam prakteknya memiliki

hasil yang sama, itu 50% (17 orang). Hasil uji statistik antara tingkat
8

pengetahuan dengan praktik, p = 0,020 (p <0,05), sedangkan hasil uji

statistik antara sikap terhadap praktik, p = 0,001 (p <0, 05). Yang

membedakan dari penelitian saya adalah analii data yang di gunakan.

Anda mungkin juga menyukai