PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi yang berkembang pesat menjadikan orang kurang peduli
terhadap perilaku hidup yang sehat dapat dilihat dari kebiasan mereka yang kurang
sadar akan kebersihan lingkungan terutama pengelolaan sampah, masalah ini dapat
dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah sebagai akibat
kesehatan pada masyarakat. Sampah menjadi persoalan yang cukup serius bagi
Mulasari, 2017).
Sampah ialah bahan yang tidak terpakai dari hasil aktivitas manusia maupun
alam karena sudah digunakan atau diambil unsur utamanya. Sampah yang dihasilkan
akan sebanding dengan tingkat komsumtif (Sejati, 2009). Sampah perlu dikelola
dengan baik serta memanfaatkan daur ulang sehingga diharapkan mempunyai nilai
dan Recyle) dalam pengelolaan sampah yang akan menambah peran serta masyarakat
sebagai penghasil sampah (Sari & Mulasari, 2017). Pengelolaan sampah dilakukan
1
2
dengan 2 cara yaitu dengan cara mengurangi dari sumber penghasil sampah dan
menangani sampah yang ada. Adipura digunakan sebagai alat ukur untuk melihat
(B3) mengatakan proyeksi volume sampah rumah tangga pada tahun 2017 mencapai
66,5 ton. Pemerintah menargetkan pengurangan produksi sampah pada tahun 2018
mencapai 15% dan pada 2025 mencapai 30 %. Di Jawa Timur pada tahun 2017
ton/hari dan terkecil mojokerto dengan 63 ton/hari (Sektiawan et al, 2017). Di kota
Malang sendiri pada tahun 2017 Pemerintah Kota Malang menangani sebesar 55,58%
timbunan sampah (Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang 2017). Dan yang perlu
kita ketahui semakin banyak timbunan sampah akan semakin menurunkan derajat
Peran petugas sampah sangat penting, setiap hari para petugas sampah
terkena penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja. Kejadian ini dapat di perparah
ketika seorang pekerja sampah tidak sadar bahwa dirinya sedang berada di sumber
infeksi, maka seorang petugas sampah juga perlu mengetahui apa saja penyebab
infeksi tersebut. Infeksi dapat menyerang manusia karena tidak adanya perlindungan
dari manusia itu sendiri (Liswanti et al, 2014). APD (Alat Pelindung Diri) adalah yang
3
dipakai saat bekerja. APD adalah pakaian atau peralatan khusus yang dipakai oleh
petugas sampah untuk melindungi diri dari agen infeksius. (Apriluana et al, 2016).
Dampak penggunaan APD yang tidak tepat dapat menyebabkan peningkatan risiko
infeksi serta menurunkan derajat kesehatan seseorang (Hinkin, Gammon, & Cutter,
2008). APD adalah aspek pengendalian infeksi yang paling terlihat, APD harus
digunakan sebagai bagian dari strategi pencegahan dan pengendalian infeksi yang
berperan penting dalam pengendalian lingkungan.. Selain itu, antara daerah berisiko
tinggi atau rendah infeksi, APD tetap digunakan secara tepat untuk mengurangi risiko
paparan sumber infeksi. Suhu yang tinggi menyebabkan para pekerja berkeringat dan
akibat terkena paparan sinar matahari maka rata-rata seorang petugas akan
mneyentuh dan mengusap mata, bibir, dan lubang hidung mereka dengan kecepatan
15,7 kali per jam. Untuk menghindari hal itu dianjurkan para pekerja selalu memakai
APD, mencuci tangan sebagai langkah mengurangi potensi terkena penyakit akibat
teranggarkan setiap tahunnya, dan jumlahnya juga mencukupi bagi semua anggota
petugas sampah bahkan jika ada kerusakan dari APD boleh meminta ganti. Namun
masalah yang ditemukan pada petugas sampah adalah pada waktu APD dibagikan
tidak digunakan dan dimanfaatkan dengan baik bahkan ada yang tidak memakainya
sama sekali. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri tentang
pengunaan APD ini karena di dasari oleh pengetahuan dan persepsi petugas sampah
kecelakaan kerja. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti pengetahuan, Self Awareness, ,
dan persepsi petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri).
4
Sehingga peneliti akan membahas Hubungan Antara pengetahuan, Self Awareness, dan
persepsi petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Petugas
Sampah.
petugas sampah dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Pada Petugas Sampah
APD.
khususnya pada para petugas sampah yang masih kurang sadar akan pentingnya
APD (Alat Pelindung Diri) agar mampu memahaminya dengan cara pemberian
masyarakat.
Self Awarness, Persepsi pada Petugas Sampah dalam Penggunaan APD (Alat
sampah diperoleh nilai p= 0,857 dengan niali RP= 1,219 (95% CI:
=0,027), dan tidak ada yang bermakna antara tindakan perawat dengan
rawat inap BLUD Rumah Sakit Kabupaten Konawe Tahun 2015. Yang
pengetahuan kurang adalah 52,9% (18 orang) dan sebagian besar dari
mereka yang memiliki sikap baik adalah 67,6% (23 orang), sedangkan
petugas limbah medis yang baik dan miskin dalam prakteknya memiliki
hasil yang sama, itu 50% (17 orang). Hasil uji statistik antara tingkat
8