Anda di halaman 1dari 3

Memulai program studi doctoral

Oleh : Imam Muttaqin


Jenis : Kontemplasi

Yang akan diuraikan;


Urgensi belajar dan Pendidikan
Demand, kebutuhan khusus dan umum
Fakta dan realitas sekarang
Tuntutan agama dalam hal menuntut ilmu
Melewati fase Pendidikan hingga jenjang pascasarjana
Motivasi dan interest
Capaian yang diharapkan

Belajar saat ini menjadi trand negara maju, jepang dengan aktifitas baca tulis, jerman
dengan frungkfrutnya dan milyaran buku, amerika memiliki sumbangsih besar dalam
keilmuan, inggris dengan universitas-universitasnya yang kuno dan eksis, membaca sebagai
salah satu kegiatan belajar menjadi trand dan style dimana tempat itu berkembang pesatlah
pengetahuan dan tekhnologi. Pendidikan nomer satu di Finlandia dengan keistimewaan
yang luar biasa karena relevansinya pada tiap jenjang perkembangan anak, Pendidikan di
India menjadi tolok ukur bagi banyak warganya meskipun disana-sini terlihat begitu jauh
soal ekonomi, cina dengan pendidikannya yang menawarkan banyak hal baru menjadi
tranding topik saat ini, ditambah dengan kekuasaan ekonomi yang telah melampaui
amiraka, dan mulai saat ini atau sebelumnya banyak kerjasama-kerjasama yang dilakukan
antar suatu Lembaga bahkan Lembaga Pendidikan tingkat tinggi. Realita ini adalah tanda-
tanda yang perlu diperhatikan dan dimaknai sebagai hal yang lazim adanya, namun bagi kita
menghadirkan satu tafsiran baru atas hal-hal yang terjadi adalah wajib, karena dengannya
kita bisa menempatkan suatu hal pada posisi atau kedudukan yang tepat. Sejalan dengan
realita ini banyak para ahli sudah mengutarakan tentang urgensi Pendidikan, bahwa;
Pendidikan sebagai tonggak kemajuan bangsa, Pendidikan sebagai benteng dari kebodohan,
Pendidikan sebagai pilar utama tegaknya suatu bangsa, Pendidikan sebagai jalan insyaf,
Pendidikan sebagai satu alternative yang tepat untuk mengentaskan sifat amoral,
Pendidikan sebagai proses mengadabkan manusia dan membuatnya tidak biadab. Salah satu
praktisi Pendidikan mengatakan; Pendidikan adalah apa yang kamu lihat, apa yang kamu
dengar dan apa yang kamu rasakan (pen; semua hal itu mencakup kebaikan-kebaikan yang
tepat). Dan belajar sendiri sebagai salah satu sisi yang ada dalam Pendidikan, iapun sebagai
kegiatan mengambil peran penting, seolah tanpa belajar Pendidikan ini tidak ada, satu bait
sya’ir indah mengatakan; belajarah di waktu kecil dan amalkan di waktu besar, seseoarang
yang tidak pernah merasakan susah payahnya belajar maka niscaya ia akan menikmati susah
payahnya kebodohan. Inilah penting dan kepentingan dalam belajar dan Pendidikan yang
tentunya kedudukannya urgen sekali bagi kita semua.
Berbicara tentang hubungan belajar (pembelajaran) dan Pendidikan ini terkait dengan
kebutuhan, yakni kebutuhan personal (pribadi, individu) dan komunal (masyarakat), bisa
dilihat dari fenomena-fenomena yang terjadi tentang social budaya masyarakat itu sendiri,
sedang personal sebagai bagian terkecilnya sangatlah heterogen, namun di dimensi
komunal atau masyarakat maka homogenitasnya bisa terserap. Soal kebutuhan sendiri bisa
dimaknai sebagai demand, atau need, yakni; butuh apa masyarakat itu kepada lulusan
sebuah program Pendidikan, apa yang dinginkan oleh masyarakat, oleh pribadi, atau bisa
dikatakan masyarakat menghajatkan apa dari para lulusan program Pendidikan. Saat ini, hal
ini bisa dilihat dari dominasi masyarakat sendiri, Indonesia khususnya sebagai negara
dengan dominasi muslim terbesar dunia memiliki cara pandang yang tentunya sama dengan
muslim di negara lain, yakni; Pendidikan sebagai program adalah cara dimana anak-anak
mereka dibentuk menjadi hamba yang ‘alim dan sholeh. Sebagai sebuah kebutuhan
tentunya, kehadiran sautu Lembaga Pendidikan yang memfasilitasi hal ini sangatlah penting,
pondok-pondoklah permisalannya, sebagai suatu Lembaga Pendidikan yang lengkap,
menyeluruh, mengena, tepat, disiplin, kuat, ia adalah tempat yang sangat tepat. Ini kondisi
bagi masyarakat mayoritasnya, adapun minoritas masyarakat lainnya tentunya berbeda,
dengan perbedaan agamanya tentunya, dan sebagaimana dimengerti tiap agama punya
cara pandang tersendiri, inipun terkait dengan kebutuhan tiap orang yang beragama
tersebut. Bila dilihat dari segi kondisi ekonomi, maka bisa dilihat dari beberapa hirarki;
miskin, cukup, menengah, kaya, konglomerat, atau bawah, tengah dan atas. Tingkatan taraf
ekonomi inipun bisa menjadi basis, akan tetapi ini bisa saja berbeda tiap individu. Tingkatan
ekonomi bawah, biasanya dengan Pendidikan yang diambil, mengharapkan kenaikan taraf
ekonominya bahkan hingga atas, tingkatan menengah mengharapkan dengan Pendidikan
bisa survive dan tidak jatuh menjadi kelas ekonomi bawah, dan ia berharap bisa
meningkatkan hingga taraf ekonomi atas, adapun kelas atas atau taraf ekonomi atas,
dengan Pendidikan menghendaki akan bisa bertahan atau mempertahankan dirinya dari
kejatuhan. Di sisi lainnya, bisa juga dilihat dari segi general atau parsialnya, bisa juga dilihat
dari segi materi atau imateri, bisa juga dilihat dari segi moral atau amoral. Tentunya,
pembicaraan soal demand masyarakat sejalan dengan animo mereka, apa yang mereka
katakana soal kebutuhan mereka sejalan dengan apa yang mereka inginkan.
Fakta saat ini mengatakan bahwa kebutuhan masyarakat akan Pendidikan yang terbaik
sudah mencapai tingkatan mendesak. Sejalan dengan kondisi negara yang masih masuk
dunia ke tiga, dan masih masuk dalam negara berkembang. Jadi, kondisi negara yang belum
majupun menjadi fakta yang tarikat kuat akan kenyataan pada masyarakat dan Pendidikan
yang diingininya. Adapun soal Pendidikan sendiri, banyak sudah role model yang digunakan
oleh kementerian, sebagai penerimaan atas dinamika Pendidikan itu sendiri, maka yang
terjadi adalah shifting Pendidikan, bahkan hingga trend perubahan yang agresif bukan
progresif, dengan begitu jelas bahwa Pendidikan ini dibangun atas cerminan negara lain.
Dan tentunya suatu kebajikan bila para pengambil kebijakan melihat realitas di dalam negeri
sendiri sebelum bertolak ke luar negeri, karena dalam hal penerapan suatu hal tidak
mungkin bisa dilakukan dengan mengkonfirmasi kompetibelitas hal tersebut. Beberapa hari
lalupun mencuat isu tentang, “jalan-jalan anggota dewan di luar negeri”, tulisan tentang ini
nyatanya seolah mengkonfirmasikan bahwa misi itu tidak bisa bahkan imposible. Kembali
pada jangkauan yang bisa dijangkau, maka kita bisa menitik posibelitas kita atau negeri ini
sendiri; apa potensi-potensi Pendidikan yang dipunyai, kemudian apa potensi-potensi
Pendidikan yang cocok diluar negeri, apa kekurangan dan kelebihannya, apa yang perlu
untuk ditambal, dan apa pengaruh-pengaruh yang perlu direspon, akhirnya apa yang terbaik
bagi masyarakt Indonesia.
Dalam islam sendiri, soal Pendidikan sudah banyak dibahas, Al-Qur’an telah menyebut
banyak sekali, bahkan hadits, hingga riwayat-riwayat dari sahabat yang terabadikan dalam
bait sya’ir. Kearifan-kearifan ini sangatlah banyak jumlahnya, kalaupun dijadikan tanda,
maka sudah milyaran butir jumlahnya, bila ia manjadi pamphlet-pamflet di pinggiran trotoar
atau jalan maka mungkin sudah sesak dan penuh oleh pamphlet-pamflet itu. Hal ini bisa
juga menjadi pengertian bahwa Pendidikan sebagai sautu poin penting yang sangat
diperhatikan, dan sebagai suatu hal penting, maka kepentingan ini perlu didalami dan
dimaknai lebih lanjut sehingga dapat dicapai maksud-maksud yang telah terpatri dalam
penjelasan-penjelasan itu.

Anda mungkin juga menyukai