Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang artinya berputar dan igo yang
artinya kondisi. Vertigo berarti ilusi gerakan berupa perasaan atau sensasi tubuh yang
berputar terhadap lingkungan atau bisa sebaliknya. Vertigo merupakan bagian dari
dizziness. Dizziness memiliki 4 subtipe yaitu vertigo, disekuilibrium tanpa vertigo
(perasaan tidak seimbang), presinkop (sensasi yang akan terjadi menjelang hilangnya
kesadaran), dan light headedness.

Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki epidemiologi dizziness, yang


meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dari keempat jenis dizziness vertigo merupakan
yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuahstudi mengemukakan vertigo lebih
banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1) dan sekitar 88% pasien
mengalami episode rekuren.

BAB II
BORANG PORTOFOLIO

A. Borang portofolio
Nama peserta : dr. Basri Hadi
Nama wahana : RS Marinir Cilandak
Topik : Vertigo Perifer
Tanggal kunjungan : 26 Juli 2018

1
Nama pasien : Ny. W, Pr, 56 th No RM : 40-97-XX
Tanggal presentasi : Nama pendamping : dr. Nursito
Tempat presentasi : RS Marinir Cilandak
Objektif presentasi
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah Istimewa
Neonatus  Bayi  Anak  Remaja Dewasa  Lansia
 Deskripsi : Pasien datang ke IGD RSMC pukul 12.00 dengan keluhan pusing berputar sejak 3
hari yang lalu, yaitu lingkungan sekeliling pasien tampak berputar. Pusing berputar muncul
mendadak muncul ketika pasien bangun tidur dan berlangsung terus menerus serta dipengaruhi
posisi. Diperburuk dengan menoleh ke kanan dan kiri dan membaik saat menutup mata dan
berbaring kea rah kiri. Pasien muntah sebanyak 3 – 4 kali berisi cairan. Pasien memiliki riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol. Dua hari SMRS pasien pergi ke klinik dan meminum obat
methampyrone 500 mg dan amlodipine.

Pada pemeriksaan fisik, pasien datang dengan keadaan kompos mentis (E3M6V5 = 14). Pasien
tampak sakit sedang dengan tanda-tanda vital seperti tekanan darah 140/80 mmHg, pernapasan
19x/menit dan nadi 94x/menit, suhu 36oC, dan SpO2 96%. Pemeriksaan generalis dalam batas
normal. Pada pemeriksaan saraf kranialis III ditemukan nistagmus horizontal sedangkan lainnya
dalam batas normal. Pemeriksaan saraf kranilais VIII ditemukan fungsi pendengaran dalam batas
normal, nistagmus horizontal kanan, dan hasil positif pada tes romberg dipertajam.

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium (darah rutin dan glukosa) dalam batas
normal.

 Tujuan : melakukan diagnosis, tatalaksana kasus vertigo perifer, menentukan


prognosis dan edukasi pasien serta keluarganya.

Bahan bahasan
 Tinjauan pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas
 Presentasi & diskusi  Diskusi  Email  Pos
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/ Gambaran klinis
Pasien datang ke IGD RSMC pukul 12.00 dengan keluhan pusing berputar sejak 3 hari
yang lalu, yaitu lingkungan sekeliling pasien tampak berputar. Keluhan ini mendadak muncul
ketika pasien bangun tidur dan berlangsung terus menerus. Pusing berputar memburuk saat
pasien membuka mata dan berpindah posisi, menoleh ke kanan dan kiri serta membaik ketika
pasien berbaring kearah kiri dan menutup mata.
Pasien muntah sebanyak 3 – 4 kali berupa cairan selama pusing berputar ini, Pasien
menyangkal adanya batuk, pilek, demam, kejang, nyeri kepala, sakit tenggorokan, telinga

2
berdenging, penurunan pendengaran, maupun pernah keluar cairan dari telinga.

2. Riwayat pengobatan
Dua hari SMRS, pasien pergi ke klinik dan diberi methampyrone 500 mg dan
amlodipine.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dulunya sudah pernah mengalami hal serupa. Pasien menderita hipertensi tidak
terkontrol dan tidak teratur meminum obat. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus,
kejang, riwayat gangguan telinga, riwayat operasi, riwayat trauma, atau riwayat alergi.

4. Riwayat keluarga
Ayah pasien menderita hipertensi.

5. Riwayat sosial
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal oleh pasien.

6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis (E3M6V5= 14)
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Pernapasan : 19 kali/menit, reguler.
Nadi : 94 kali per menit, reguler.
Suhu : 36oC
SpO2 : 96%
Kepala : Normosefal, bekas luka (-), massa (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
isokor 2 mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), nistagmus horizontal
kanan

Telinga : Simetris, lesi (-), cairan (-)

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Bibir sianosis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)

Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

7. Pemeriksaan Penunjang :

 Hemoglobin : 13,4 g/dL

 Hematokrit : 39 %

 Leukosit : 8,4 rb/uL

3
 Trombosit : 249 rb/uL

 Glukosa cito : 96 mg/dL


Assessment : Vertigo Perifer
Planning
A. Tatalaksana awal
Tatalaksana IGD :
 Betahistin mesilate 2 x 6 mg
 Inj. Ranitidin 50 mg
 Inj. Ondansentron 8 mg
B. Rencana diagnosis awal
Laboratorium : darah rutin dan glukosa
C. Rencana Terapi
Konsul DPJP (Sp.S)
D. Rencana Edukasi
Penjelasan mengenai penyakit dan rencana terapi yang akan di jalani pasien
E. Rencana Konsultasi
Konsultasi dilakukan oleh spesialis Syaraf.
Hasil pembelajaran
1. Mengetahui berbagai penyebab Vertigo Perifer
2. Memberikan penatalaksanaan pada kasus Vertigo Perifer
3. Mengenali manifestasi klinis yang timbul pada Vertigo Perifer
4. Mendiagnosis kasus Vertigo Perifer
5. Memberikan penatalaksanaan kasus Vertigo Perifer
6. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul pada kasus Vertigo Perifer

B. RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN Portofolio


Subjektif
Keluhan Utama : Pasien datang ke IGD RSMC pukul 12.00 dengan keluhan pusing berputar sejak
3 hari yang lalu, yaitu lingkungan sekeliling pasien tampak berputar
Riwayat Penyakit Sekarang :
- keluhan pusing berputar sejak 3 hari yang lalu, yaitu lingkungan sekeliling pasien tampak
berputar. Keluhan ini mendadak muncul ketika pasien bangun tidur dan berlangsung terus
menerus. Pusing berputar memburuk saat pasien membuka mata dan berpindah posisi,
menoleh ke kanan dan kiri serta membaik ketika pasien berbaring kearah kiri dan menutup
mata.
- Pasien muntah sebanyak 3 – 4 kali berupa cairan selama pusing berputar ini, Pasien
menyangkal adanya batuk, pilek, demam, kejang, nyeri kepala, sakit tenggorokan, telinga
berdenging, penurunan pendengaran, maupun pernah keluar cairan dari telinga.

4
Objektif
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis (E3M6V5= 14)
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Pernapasan : 19 kali/menit, reguler.
Nadi : 94 kali per menit, reguler.
Suhu : 36oC
SpO2 : 96%
Kepala : Normosefal, bekas luka (-), massa (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
isokor 2 mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), nistagmus horizontal
kanan

Telinga : Simetris, lesi (-), cairan (-)

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Bibir sianosis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)

Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

7. Pemeriksaan Penunjang :

 Hematokrit : 39 %

 Hemoglobin : 13,4 g/dL

 Leukosit : 8,4 rb/uL

 Trombosit : 249 rb/uL

 Glukosa cito : 96 mg/dL


Assessment : Vertigo Perifer

Planning
1. Tatalaksana awal
Tatalaksana IGD :
Betahistin mesilate 2 x 6 mg, Inj. Ranitidin 50 mg, Inj. Ondansentron 8 mg
2. Rencana Terapi
Konsul DPJP (Sp.S)

5
3. Rencana Edukasi
Penjelasan mengenai penyakit dan rencana terapi yang akan di jalani pasien
4. Rencana Konsultasi
Konsultasi dilakukan oleh spesialis syaraf

BAB III
PEMBAHASAN DAN TATALAKSANA

A. DIAGNOSIS
A.1. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien. Berdasarkan anamnesis
didapatkan pasien mengalami pusing berputar sejak 3 hari yang lalu dan muntah 3 – 4 kali
dengan muntahan berupa cairan. Pusing pasien bertambah parah saat pasien menoleh ke kanan
dan kiri, nistagmus fase cepat ke kanan, menunjukkan bahwa yang kena adalah kanalis
semisirkularis lateral kanan. Riwayat batuk, pilek, demam, kejang, nyeri kepala, sakit
tenggorokan, telinga berdenging, penurunan pendengaran, maupun pernah keluar cairan dari
telinga. Gejala vertigo yang berat, terdapat mual dan muntah, tidak ada defisit neurologis,
tidak ada tinnitus, tidak ada gangguan pendegaran, menunjukkan bahwa diagnosis adalah
vertigo perifer, bukan sentral. Gejala vertigo dipengaruhi posisi menunjukkan BPPV
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, maka diagnosis kerja adalah
vertigo perifer et causa BPPV.

6
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang artinya berputar dan igo yang artinya
kondisi. Vertigo berarti ilusi gerakan berupa perasaan atau sensasi tubuh yang berputar
terhadap lingkungan atau bisa sebaliknya. Vertigo merupakan bagian dari dizziness. Dizziness
memiliki 4 subtipe yaitu vertigo, disekuilibrium tanpa vertigo (perasaan tidak seimbang),
presinkop (sensasi yang akan terjadi menjelang hilangnya kesadaran), dan light headedness.
Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo
dan non vestibular dizziness. Dari keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering
yaitu sekitar 54%. Pada sebuahstudi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada
wanita dibanding pria (2 : 1) dan sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.

Adapun etiologi penyakit ini :

1. Penyebab Peripheral

- Labirintitis akut : Inflamasi organ labirin oleh virus atau bakteri


- Vestibular neuritis akut : Inflamasi nervus vestibularis, biasanya virus
- BPPV : Transient episodes vertigo yang disebabkan oleh “ear stones” yang lepas dan
bergerak bebas didalam kanalis semisirkularis
- Meniere’s disease : Vertigo berulang dengan gangguan pendengaran (tuli
sensorineural), tinnitus, aura fullness karena peningkatan volume endolimfe pada
kanalis semisrikularis

2. Penyebab Sentral

- Cerebellopontine angle tumor : Vertigo yang berlangsung terus meneru, disebabkan


akustikus neuroma, medulloblastoma
- Cerebrovascular disease (TIA atau stroke) : Iskemik atau infark pada daerah
vertebrobasilar system
- Migrain : Nyeri kepala episodik, unilateral, sensasi nyerinya ditusuk – tusuk, biasanya
disertai gejala lain seperti mual, muntah, photophobia, phonophobia

3. Penyebab Lain

- Drug – induced vertigo : Obat yang menginduksi terjadinya vertigo, seperti antimalaria
(mefloquine), anti-epilepsi (pregabalin, lacosamide)
- Psikologikal : Mood, anxiety, alcohol abuse disorder, somatisasi

A.II. PEMERIKSAAN FISIK


HINTS. HINTS digunakan untuk membantu diagnosis vertigo sentral atau perifer. HINTS
terdiri dari ‘head impulse testing’. ‘nystagmus’, dan ‘test of skew.

-
Head Impulse Test

7
Kemungkinan etiologi adalah perifer. Caranya adalah pasien dalam posisi duduk lalu
kepala digoyangkan kanan-kiri 10 derajat secara cepat dan tiba – tiba mata pasien
tertuju pada hidung pemeriksa. Jika terjadi gerakan cepat kedua mata, maka positif.
-
Nystagmus
pasien harus mengikuti pemeriksa saat bergerak dari kiri ke kanan dan sebaliknya.
-
Test of Skew
Kemungkinan etiologi adalah sentral pada batang otak. Caranya adalah pasien melihat
fokus ke satu benda lalu tutup dan buka setiap mata. Harusnya, saat mata yang satunya
ditutup, mata yang dibuka langsung menyesuaikan fokus ke benda tersebut.

A.III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Audiologik, tidak dibutuhkan untuk untuk setiap pasien dengan keluhan pusing,
tapi mungkin lebih tepat jika ada masalah pendengaran.
-
Audiogram, menilai pendengaran. Abnormalitas memberikan kesan vertigo
otologik. Sering cukup untuk penegakkan diagnosis. Upaya untuk memisahkan
otologik dari sumber vertigo lain.
-
Brainstem Auditory Evoked Potensial (BAEP). Test nurofisiologi ini dipergunakan
bila diduga adanya carebello pontine tumor, terutama neuroma akus tikus atau
multiple sklerosis. Kombinasi pemeriksaan BERA dan CT Scan dapat
menunjukkan konfirmasi diagnostik tumor.2
-
Otoacoustic Emission (OAE) menilai suara oleh telinga pasien sendiri. Caraini
cepat dan sederhana. OAE berguna dalam mendeteksi malingering, gangguan
pendengaran sentral dan orang- orang dengan neuropati auditorik. Dalam situasi
ini, OAE dapat dilakukan bahkan bila pendengaran subjektif berkurang. Ketika ada
potensi malingering, sering audiologist melakukan beberapa tes untuk uji
pendengaran objektif, tes dapat mendeteksi kehilangan pendengaran psikogenik.
OAE biasanya tidak membantu padang orang- orang usia > 60 tahun karena OAE
menurun dengan usia.
-
Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah potensi bangkitan yang menggunakan
electrode perekam yang diposisikan dalam gendang telinga. ECOG membutuhkan
frekuensi pendengaran yang tinggi. ECOG yang abnormal memberi kesan penyakit
Meniere. ECOG itu sulit dan interpretasi dari hasil harus memnuhi penilaian bentuk
gelombang.

2. Tes Vestibular tidak dibutuhkan untuk setiap pasien dengan keluhan pusing.
Penelitian primer- Tes Elektronystagmography (ENG), membantu bila diagnosis masih
belum jelas setelah anamnesis dan pemeriksaan. ENG secara bertahap digantikan
dengan tes VEMP.
-
ENG merupakan prosedur beruntun yang dapat mengidentifikasi vestibular
asimetris (seperti yang disebabkan oleh neuritis vestibular) dan membuktikan
nistagmus spontan dan posisi (seperti yang disebabkan oleh BPPV). ENG adalah

8
tes yang panjang dan sulit. Jika ada hasil yang abnormal dan tidak sesuai dengan
gejala klinis sebaiknya dikonfirmasi denga tes kursi putar dan dikombinasi dengan
tes VEMP.
-
VEMP merupakan tes vestibular dasar karena ini memberikan keseimbangan yang
baik untuk keperluan diagnostic dan toleransi pasien. Tes ini sensitifterhadap
sindrom dehiscence kanal superior. Kehilangan vestibular bilateral dan neuroma
kaustik. VEMP secara umum normal pada neuritis dan penyakit Menier.
-
Posturografi adalah sebuah instrument dari tes Romberg. Ini sangat berguna untuk
malingering dan juga mempunyai kegunaan melihat perkembangan orang- orang
yang menjalani pengobatan.

3. Pemeriksaan labor darah, dilakukan bila ada gejala spesifik kompleks dan tidak ada
pemeriksaan rutin untuk pasien denga keluhan pusing. Dalam faktanya pemeriksaan
kimia, hitung jenis , tes toleransi glukosa, tes alergi tidak secara rutin diperiksa.

4. Pemeriksaan Radiologi, foto tengkorak, foto vertebrae servikal, CT scan kepala dan
sinus tidak direkomendasikan secara rutin dalam evaluasi vertigo.
-
MRI kepala, mengevaluasi kesatuan struktural batang otak, serebelum,
periventrikuler substansia putih, dan kompleks nervus VIII. MRI tidak secara rutin
dibutuhkan untuk evaluasi vertigo tanpa penemuan neurologis yang lain berkaitan.
-
CT Scan tulang temporal memberikan resolusi tinggi dari struktur telinga daripada
MRI dan juga lebih baik untuk evaluasi lesi yang melibatkan tulang. CT tulang
temporal mutlak dibutuhkan untuk diagnosis dehiscence canal superior. Jenis
koronal langsung resolusi tinggi adalah yang terbaik untuk diagnosis ini. CT Scan
tulang temporal banyak memancarkan radiasi dan untuk alasan ini, tes VEMP
direkomendasikan sebagai tes awal untuk dehiscence canal superior.

5. Pemeriksaan lainnya
- Ambulatory Monitor atau Holter Monitoring digunakan untuk mendeteksi aritmia
atau sinus arrest.
- EEG digunakan untuk diagnosis kejang. Hasilnya sangat rendah untuk pasien dengan
keluhan pusing.

B. TATALAKSANA
Non – Farmakologi

1. Manuver Epley : kanalis semisirkularis posterior, kanalitiasis

- Tolehkan kepala ke sisi sakit sebesar 45 derajat.

- Pasien berbaring dengan kepala tergantung selama 1 – 2 menit.

9
- Kepala ditolehkan 90 derajat ke sisi sebaliknya dan posisi supinasi menjadi
lateral dekubitus serta dipertahankan selama 30 – 60 detik.

- Pasien mengistirahatkan dagu dan pundaknya serta kembali ke posisi duduk


secara perlahan.

2. Manuver Semont : kanalis semisirkularis posterior, kanalitiasis

- Duduk tegak, kepala miringkan 45 derajat ke sisi yang sehat, lalu secara cepat
bergerak ke posisi berbaring dan pertahankan selama 1 – 3 menit. Jika ada
nistagmus dan vertigo, bisa diobservasi.

- Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring disisi berlawanan tanpa kembali
ke posisi duduk lagi.

3. Manuver Lempert/ Barbecue : kanalis semisirkularis lateral

- Pasien diminta untuk berputar 360 derajat dalam posisi tidur, dimulai dengan
telinga sakit diposisi bawah, berputar 90 derajat sampai satu putaran lengkap
(360 derajat).

- Masing – masing gerakan dipertahankan selama 30 detik.

4. Forced Prolonged Position : kanalis semisirkularis lateral

- Pasien diminta untuk tidur miring dengan telinga sakit berada di posisi atas
selama 12 jam

- Posisi ini diharapkan bisa melepaskan “ear stones” yang melekat pada kupula
dan memasukkan “ear stones” ke utrikulus kembali dengan bantuan gravitasi

5. Brandt – Daroff Excersie

- Terdiri dari 4 gerakan, setiap gerakan dipertahankan selama 30 detik. Lakukan


5 set, 2 kali sehari

- Baring pada sisi kiri dengan kepala menghadap ke atas, pertahankan selama 30
detik

10
- Duduk tegak, lalu lihat kedepan selama 30 detik

- Baring ke sisi sebaliknya dengan kepala menghadap ke atas, pertahankan


selama 30 detik

- Duduk tegak, lalu lihat kedepan selama 30 detik

Farmakologi (Emergency)

1. Antihistamin

a. Promethazine 6.25 – 12.5 IV atau 12.25 – 25 mg IM/ PO/ PR setiap 6 jam

b. Dimenhydrinate 50 mg IV/ 4 – 6 jam

c. Betahistin mesilate 6 mg PO

2. Anti – emetik

a. Prochlorperazine 5 – 10 mg IV/IM setiap 3 – 4 jam

b. Ondansetron 4 mg IV/IM/PO setiap 6 jam

3. Anti – vertigo

a. Lorazepam 0.5 – 2 mg IV/IM/PO setiap 6 jam

b. Diazepam 2 mg IV atau 5 mg IM/PO setiap 6 jam

Farmakologi (Pasien rawat jalan)

1. Antiemetik

a. Ondansetron 4 mg IV/IM/PO setiap 6 jam

b. Metoclopramide 10 mg PO setiap 6 jam

2. Benzodiazepine

a. Diazepam 5 – 10 mg/ 6 jam PO

b. Lorazepam 0.5 – 2 mg/ 6 jam PO

3. Antihistaminik : supresif pada pusat muntah

Betahistin 24 mg/12 jam

11
4. Penyekat kanal Kalsium

Flunarizin 5 – 10 mg/12 jam

BPPV Tipe Kanalis Semisirkularis Lateral

-
BPPV tipe ini merupakan penyebab vertigo kedua tersering dibandingkan BPPV tipe kanalis
semisirkularis posterior
-
BPPV tipe ini terkadang bisa ditimbulkan oleh Dix-Hallpike maneuver. Namun cara untuk
mendiagnosis BPPV lateral adalah dengan supine roll test
-
Dua arah nistagmus
o Tipe geotropik
Rotasi ke sisi patologis menyebabkan nistagmus hosrisonal yang bergerak ke arah telinga
paling bawah (sakit). Ketika pasien dimiringkan ke sisi lain (sehat), nistagmus horisontal
muncul tapi tidak begitu kuat tapi tetap bergerak kearah telinga paling bawah  Tipe
paling banyak
o Tipe ageotropik
Nistagmus akan bergerak kearah telinga paling atas. Ketika kepala dimiringkan ke sisi
berlawanan, nistagmus tetap bergerak ke sisi telinga paling atas.
-
Terapi : Betahistin, Ondansetron, Omeprazole, Manuver Lempert, Forced prolonged
position, Brandt – Daroff exercise

C. KOMPLIKASI
Komplikasi vertigo adalah masalah vertigo pada seseorang yang terjadi akibat masalah
lain. Sehingga vertigo bukan penyakit utama, namun hanya berupa gejala yang terasa
pada kepala seseorang seperti seperti berputar dan mual yang mana vertigo terjadi bila ada
penyebabnya.

D. PROGNOSIS
Gejala yang dialami pasien mengarah kepada Beningn Paroximal Postitional Vertigo
(BPPV), dimana pada umumnya prognosis untuk BPPV adalah baik. Namun, BPPV
sering terjadi berulang.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang artinya berputar dan igo yang
artinya kondisi. Vertigo berarti ilusi gerakan berupa perasaan atau sensasi tubuh yang
berputar terhadap lingkungan atau bisa sebaliknya. Vertigo merupakan bagian dari
dizziness. %. Pada sebuahs tudi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada
wanita dibanding pria (2 : 1) dan sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.
Etiologi vertigo berupa : penyebab periperal, penyebab sentral, dan penyebab
lainnya seperti pengunaan obat dan psikologikal. Tujuan umum penatalaksanaan vertigo
adalah untuk mengeliminasi gejala vertigo, meningkatkan kompensasi sistem vestibuler
dan mengontrol gejala neurovegetatif dan psikoafektif yang menyertai vertigo.

13
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhattacharyya N, Baugh F R, Orvidas L. Clinical Practice Guideline: Benign Paroxysmal


Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Neck Surgery : 2008

2. Labuguen RH. Initial evaluation of vertigo. Am Fam Physician : 2006.

3. Newman-Toker DE, Kerber KA, Hsieh YH, Pula JH, Omron R, Saber Tehrani AS,
Mantokoudis G, Hanley DF, Zee DS, Kattah JC. HINTS Outperforms ABCD2 to Screen for
Stroke in Acute Continuous Vertigo and Dizziness. Acad Emerg Med : 2013.

4. Parnes et al. Diagnosis and Management of Benign Paroxysmal Positional Vertigo


(BPPV). CMAJ : 2003.

5. Sitorus F, Ariarini NNR, Maharani K. Chapter 19. Vertigo vestibular perifer. In: Aninditha
T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. 1st ed. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : 2017.

6. Teixeira L.J., Pollonio J.N., Machado. Maneuvers for the treatment of Benign Positional
Paroxysmal Vertigo: a systemic review. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology: 2006.

7. Thompson TL, AMedee R. Vertigo : a review of common peripheral and central vestibular
disorders. Ochsner J : 2009.

14

Anda mungkin juga menyukai