Asuhan Keperawatan Hipertensi
Asuhan Keperawatan Hipertensi
F
DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI
DI RUANG BOUGENVILE
RSUD UNGARAN
Di Susun Oleh :
Candra Stefanus 1711269
A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah parsisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg
(Smeltzer,2001)
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka watu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang – kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya
tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi
adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progrsif, sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani,2008).
B. ETIOLOGI
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder). (Smeltzer,2001).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi Primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya
penyakit lain. (Smeltzer,2001).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor – tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat – obtan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
g. Kayu manis(dalam jumla snagat besar)
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbale akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagia besar penderita, hipertensi idak menimbulkan gejala : meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berbuhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala,perdarahan dari hidung,pusing,wajah kemerahan dan kelelahan ; yang bisa saja
terjadi baik pada pebderita hpetensi,maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. (Price,2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,biasa timbul gejal berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata,jantung,dan ginjal. (Price,2005)
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bakan koma
karena terjadi pembengkaan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. (Price,2005).
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang menontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
sarafsimpatis,yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls Yng bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron preganglion melepaskan asetilkolin,yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin,meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
(Smeltzer,2009).
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh dadrah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasookonstriktor pembuluh darah. Vaokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,mengakibatkan pelepasan
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laborat
1.Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
2.BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3.Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4.Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
danada DM.
b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan
ginjal.
e. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran
jantung.
G. KOMPLIKASI
Efek pada organ :
a. Otak
Pemekaran pembuluh darah
Pendarahan
Kematian sel otak : struk
b. Ginjal
Malam banyak kencing
Kerusakan sel ginjal
gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah
Gagal jantung
H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat
konversi rennin angitensin.
I. FOKUS PENGKAJIAN
PengkajianinidilakukanhariRabu, 25 Juli 2018 pukul 20.30 WIB di Ruang Dahlia
RSUD UNGARAN.
1. DATA IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.F
Alamat : Gebungan Rt 05/02 ,Bergas
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku/Bangsa :Jawa / Indonesia
JenisKelamin :Laki-Laki
TanggalMasuk : 25 Juli 2018
DiagnosaMedis :Hipertensi Urgency
No.CM : 548429
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
A. Keluhan Utama
Nyeri
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri kepala sejak tanggal 22 Juli 2018.Kemudian oleh
keluarga pasen dibawa ke Klinik. Setelah 2 hari tidak ada perubahan pada pasien.
Kemudian keluarga membawa pasien ke IGD RSUD UNGARAN pada tanggal 25
Juli 2018 dan oleh dokter IGD, pasien diminta opname. Kemudian pasien dibawa
ke Ruang Dahlia dan diberikan penanganan medis agar nyeri berkurang. Dengan
kualitas nyeri.
P : Nyeri timbul saa tberaktivitas dan hilang saat dibawa tiduran
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Kepala
S :4
T : Hilang timbul selama 5 menit
Mendapat terapi IGD Infus RL 30 tpm
2. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Pasien tampak lemas
B. Tanda-Tanda Vital
- TD : 210/120 mmhg
- S : 37’C
- HR : 88 x/menit
- RR : 24 x/menit
- SpO2 :96 %
C. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala : Bersih, tidak terdapat lesi, rambut berwarna hitam
2. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak buta,
cekung
3. Telinga : Simetris antara kanan dan kiri, ada sedikit serumen, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran
4. Hidung : Bersih, tidakada secret, tidak ada polip
5. Mulut : Bersih, mukosa bibir kering
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
7. Dada danParu :
Inspeksi : Simetris, tidakadalesi,pengembangan dada bagian kanan dan kiri
sama
Palpasi : Taktil fremitus antara kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara vesikuler diseluruh lapang paru
8. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordistidak nampak
Palpasi : Tidak teraba masa, ictus cordis teraba di intercostal ke V
Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : Suara normal ( lubdub ), tidakterdengar suara tambahan
9. Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada lesi
Auskultasi : Peristaltik usus 15 x/menit
Palpasi : Tidakada hepatomegaly, tidak ada nyer itekan
Perkusi : Tympani
10. Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter
11. Kulit : Kulit bersih, tidak ada lesi, turgor kulit baik
5. TERAPI OBAT
B.ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen injury biology
2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan efek hospitalisasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA KEPERAWATAN
HASIL
1. Nyeri Setelah dilakukan 1. Atur pasien posisi 1. Dengan
berhubungan tindakan semi fowler mengatur
dengan agen injury keperawatan 2. Berika istirahat posisi semi
biology selama 3 x 24 jam yang cukup fowler,pasien
diharapkan nyeri 3. Anjurkan pasien diharapkan
dapat teratasi untuk menghindari merasa
makanan yang nyaman.
mengandung garam 2. Dengan
4. Kolaborasi dengan memberikan
dokter dalam istirahat yang
pemberian obat cukup
5. Ajarkan tehnik non diharapkan
farmakologi : rasa nyeri
relaksasi nafas pasien
dalam berkurang.
3. Dengan
menghindari
makanan yang
mengandung
garam
diharapkan
dapat
menghindari
peningkatan
tekanan darah.
4. Dengan
berkolaborasi
dengan dokter
diharapkan
pasien
mendapat
penanganan
lebih lanjut.
2. Gangguan istirahat Setelah dilakukan 1. Berikan pasien 1. Dengan
tidur berhubungan tindakan ruangan yang memberikan
dengan efek keperawatan nyaman pasien ruangan
hospitalisasi selama 3 x 24 jam 2. Batasi jam yang nyaman
diharapkan berkunjung pasien : diharapkan
Pagi : 10.00 – 12.00 pasien merasa
Sore : 16.00 – myaman.
17.00 2. Dengan
Malam : 19.00 – membatasi jam
20.00 berkunjung
3. Batasi jumlah diaharapkan
pengunjung pasien dapat
4. Hindari keributan istirahat.
5. Rapikan tempat 3. Dengan
tidur pasien membatasi
jumlah
pngunjung
agar pasien
merasa
nyaman.
4. Dengan
menghindari
keributan
diharapkan
pasien dapat
beristirahat
dengan
nyaman.
5. Dengan
merapikan
temat tidur
pasien setiap
hari
diharapkan
dapat
meningkatkan
kenyamanan
pasien setiap
hari.
E. IMPLEMENTASI
Hari NO IMPLEMENTASI RESPON PARAF
Tanggal / Jam DX.
Rabu 1 1. Mengkaji tingkat nyeri DS : Pasien mengatakan masih
25 Juli 2018 nyeri
16.30 WIB P : Nyeri tobul saat
aktivitas
Q : Seperti tertusuk – tusuk
R : Kepala
S : 4
T : Hilan timbul selama 5
menit
DO : Pasien tampak meringis
O : TD : 140 / 90 mmHg
S : 36,8 C
HR : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
Dari materi yang kami angkat yaitu kasus HIPERTENSI yang aslinya memiliki diagnose
keperawatan 8 tetapi kami baru melakukan tindakan dengan 2 diagnosa untuk ke 6 diagnosa
yang lainya kami Delegasikan ke perawat ruangan karena kami belum bisa melakukan tindakan
karena :
1.keterbatasannya waktu untuk melakukan tindakan
2.minimnya pengetahuan kami untuk menindak lanjuti ke 6 diagnosa tersebut
3.kurangnya skill kami untuk melakukan tindakan keperawatan
B. Saran
Saran kami dari kelompok 1 untuk lebih giat lagi dalam belajar dan untuk selalu
menambah wawasan karena yang kita hadapi adalah manusia yang mempunyai akal dan pikiran
apabila pengetahuan dan skill kita kurang maka akan mendapatkan banyak sekali masalah. Dan
kita harus berhati-hati dalam melakukan setiap tindakan keperawatan utamakan adalah etika kita
agar mempermudah kita menjalin kepercayaan kepada pasien supaya mempermudah kita untuk
melakukan setiap tindakan.
DAFTAR PUSTAKA