Anda di halaman 1dari 9

HALAMAN PENGESAHA N

Laporan lengkap paktikum Kimia Analitik II dengan judul percobaan


“Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatografi, TLC) “ disusun oleh:
Kelompok : V (Lima)
Kelas : Pendidikan Kimia
Anggota Kelompok : 1. Alfi Syahar Arrozani R.
2. Syahrul
3. Ulben Syarifuddin
4. Damayanti
5. Dwi Reski Putri
6. Iin Indriani
7. Nurfiani Irmalia
8. Reskianti
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Kordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Juni 2015


Kordinator Asisten Asisten

I Wayan Putra Ariwirawan Diana Londong Salu


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Maryono, S.Si, Apt, MM,M.Si


NIP. 19760307 2005 01 2002
I. JUDUL PERCOBAAN
Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatografi, TLC)

II. TUJUAN PERCOBAAN


Pemisahan asam-asam amino dalam suatu campuran dengan cara kromatografi
lapis tipis.

III. LANDASAN TEORI

Kromatografi adalah metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia


dengan absorpsi memilih pada penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat
penyerap, misalnya kapur, alumina, dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah
menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-
warnanya atau kromatografi (chromatografi). Kromatografi lapis tipis adalah proses
kromatografi dengan menempatkan zat aktif pada selaput tipis pada lempeng,
dikeringkan dan kemudian kromatografi dijalankan dalam satu arah atau lebih pada
lempeng atau thin layer chromatography (Amiruddin dkk, 1993: 129).
Kromatografi lapis tipis atau KLT, kromatografi jenis ini mirip dengan
kromatografi kertas. Bedanya kertas digantikan dengan lembaran kaca atau plastik
yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silica gel, selulosa dan
materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reprodusibel (bersifat boleh
ulang) dari pada kromatografi kertas. Kromatografi ini merupakan bidang khusus
kromatografi cair-cair. Fasa diam berupa lapisan tipis air terserap oleh kertas. Selain
air, dapat juga dipakai cairan lain. Pengerjaannya sangat sederhana. penempatan satu
tetes larutan cuplikan pada ujung kertas dan kemudian mencelupkannya ke dalam
pelarut (eluen) sudah cukup memisahkan komponen-komponen cuplikan
(Soebagio dkk, 2002: 59).
Kalsifikasi metode kromatografi, relative lebih sederhana. Fasa gerak dapat
berupa gas atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa zat cair atau padat. Metode-
metode kromatografi tidak dapat dikelompokkan dengan hanya meninjau satu macam
sifat. Artinya kita dapat mengatakan teknik-teknik kolom seperti destilasi, ekstraksi
pelarut, penukar ion ke dalam satu kelas, tetapi teknik itu dapat juga diklasifikasikan
dengan berdasarkan metode-metode differensial migration, pemisahan berbagai
komponen campuran yang bermigrasi pada berbagai medium tergantung pada
karakteristik laju individual komponen-komponennya sehingga dapat dikatakan bahwa
dalam klasifikasi, sesungguhnya terjadi tidak hanya satu sifat fisi saja yang ditinjau
tetapi gabungan-gabungan yang digunakan dalam teknik pemisahan
(Khopkar, 2010: 136).
Berdasarkan mekanisme pemisahannya dikenal 4 macam kromatografi yaitu (a)
kromatografi adsorpsi, (b) kromatografi partisi, (c) kromatografi penukar ion, (d) dan
kromatografi eksklusi. Pada kromatografi adsorpsi, fasa diam berupa padatan dan fasa
geraknya dapat berupa cairan atau gas. Zat terlarut diadsorpsi oleh permukaan partikel
padat. Contoh jenis kromatografi ini ialah kromatografi lapis tipis atau KLT
(Soebagio dkk, 2002: 57).
Kromatografi dapat dilukiskan dengan berbagai istila. Istilah yang paling sering
dijumpai adalah nilai RF juga dikenal sebagai faktor retardasi atau dinyatakan sebagai
volume retensi (VR) atau waktu retensi (tr). Semua ini adalah suatu besaran yang
menyatakan berapa lama fraksi waktu molekul zat terlarut tinggal dalam fasa bergerak.
Masing-masing senyawa mempunyai nilai R atau VR yang berbeda dengan berubanya
kombinasi pelarut penyerap (Khopkar, 2010: 139).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan sebagai
berikut: (a) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan,
(b) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan
padatan halus (adsorpsi = penyerapan), (c) kecenderungan molekul-molekul komponen
untuk bereaksi secara kimia (penukar ion). Komponen yang dipisahkan harus larut
dalam fasa gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa
diam dengan cara melarut didalamnya, teradsorpsi atau bereaksi secara kimia (penukar
ion). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu
sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan identifikasi atau analisis
kualitatif (Soebagio dkk, 2002: 55).
Kromatografi lapis tipis atau biasa disingkat KLT mempunyai prinsip yang
sama dengan kromatografi kertas kecuali fasa stasionernya (fasa diam) adalah satu
lapisan tipis dari adsorben penyangga yang halus diatas suatu lempeng gelas atau
aluminium. Zat yang paling umum digunakan sebagai adsorben adalah alumina, silica
gel atau bubuk silika. Zat-zat tersebut dibuat bubuk tepung yang selanjutnya disebar di
atas lempeng dan dibuat sedemikian rupa hingga ketebalannya merata
(Tim Dosen Kimia Analitik II, 2015: 13).
Metode kromatografi lapis tipis (KLT) densitometry merupakan salah satu
metode yang diharapkan dapat digunakan untuk penentuaan kadar kolkisin dalam infus
karena relatif sederhana tidak mahal, dan bila menggunakan fasa gerak yang cocok
akan dapat memisahkan kolkisin dari senyawa lain yang terdapat dalam penelitian ini
dilakukan validasi metode KLT (Hilmi dkk, 2013: 2).
Identifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
KLT merupakan cara cepat dan mudah untuk melihat kemurnian suatu sampel maupun
karakterisasi sampel dengan menggunakan standar. Cara ini praktis untuk analisis skala
kecil karena hanya memerlukan bahan yang sangat sedikit dan waktu yang dibutuhkan
singkat. Kemurnian suatu senyawa bisa dilihat dari jumlah bercak yang terjadi pada
plat KLT atau jumlah puncak pada kromatografi KLT. Uji kualitatif dengan KLT dapat
dilakukan dengan membandingkan waktu retensi kromatografi sampel dengan
kromatografi senyawa standar (Handayani dkk, 2005: 55).

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat:
1. Gelas ukur 50 mL 1 buah
2. Gelas kimia 500 mL 1 buah
3. Penyemprot 1 buah
4. Pinset 1 buah
5. Pensil 2 buah
6. Penggaris 2 buah
7. Pipet tetes 2 buah
8. Chamber 2 buah
9. Botol semprot 1 buah
10. Lap kasar 1 buah
11. Lap halus 2 buah
12. Pipa kapiler 5 buah
13. Gelas ukur 25 mL 1 buah
14. Hot plate 1 buah
15. Gunting 1 buah
B. Bahan
1. Plat KLT
2. Ninhidrin
3. Aquades (H2O)
4. Larutan n-butanol (CH3CH2CH2CH2-OH)
5. Larutan n-propanol (CH3CH2CH2-OH)
6. Campuran X
7. Larutan asam asetat (CH3COOH)
O
H C
3 OH
NH
8. Alanin ( 2 )
O
N OH
NH
N 2
9. Histidin ( H )
10. Aluminium foil
O O

HO OH
NH2
11. Asam glutamat ( )
O

OH
NH2
12. Tyrosin ( HO )
V. PROSEDUR KERJA
A. Menyiapkan larutan asam-asam amino standar.
B. Menotolkan ± 1 tets dari masing-masing asam amino pada 2 lempeng plat KLT
yang berbeda dengan jarak 3 cm dari ujung bawah plat.
C. Membiarkan totolan sampai kering.
D. Memasukkan larutan pengelusi A ke dalam chamber yaitu (butanol: asam asetat:
air = 80: 20: 20).
E. Memasukkan larutan pengelusi B ke dalam chamber yang berbeda yaitu (propanol:
air = 70: 30).
F. Meletakkan masing-masing lempeng plat KLT dalam chamber yang berisi
pengelusi A dan B. Totolan tidak boleh tercelup. Membiarkan sampai larutan
pengelusi sampai puncak atas plat KLT (garis atas plat KLT).
G. Mengambil plat dalam chamber dan mengeringkannya.
H. Menyemprot plat dengan larutan ninhidrin.
I. Membiarkan beberapa menit, jika tidak timbul warna, memanaskan dengan hati-
hati di atas hot plate sampai muncul noda.
J. Mengukur jarak noda.
K. Menghitung Rf nya dari asam-asam amino dan sampul.

VI. HASIL PENGAMATAN

VII. ANALISIS DATA


𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
𝑉=
3
(14,8 + 6,3 + 3,8)𝑚𝐿
𝑉=
3

𝑉 = 8,3𝑚𝐿
VIII.PEMBAHASAN
Percobaan ini adalah kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi adalah suatu
teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen
dalam medium tetrtentu. Komponen utama kromatografi adalah fasa diam dan fasa
gerak. Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dengan menggunakan zat penyerap
berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Kromatografi jenis
ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kertas digantikan lembaran kaca atau
plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silika gel, selulosa
atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reprodusibel (bersifat boleh
ulang) dari pada

IX. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Harga tetapan kesetimbangan (Kc) ion triodida yang diperoleh adalah 90,5 M-1
dalam reaksi kesetimbangan:
I-(aq) + I2(aq) ↔ I3-(aq)
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih teliti dan hati-hati baik
dalam proses pengocokan maupun titrasi agar diperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Asip, F dan Okta, T. 2013. Adsorbsi H2S pada Gas Alam Menggunakan Membran
Keramik dengan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal Teknik Kimia. Vol.19, No.
14.

Day dan Underwood. 1989. Analisis Kimia Kualitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Ibnu, Shodiq; Budiasih, E; Widarti, H.R dan Munzil. 2004. Kimia Analitik I. Malang:
JICA.

Rahmah, Ramlawati dan Side, Sumiati. 2011. Kapasitas Adsorpsi Tanah Diatomeae
(Diatomaceous Earth) Terhadap Ion Kromium (VI). Jurnal Chemica. Vol.12,
No.1.

Soebagio, Budiasih; Shodiq, Ibnu; Widiarti, H.R; Hayuni, R.W dan Munzil. 2002.
Kimia Analitik II. Malang: JICA.

Svehla,G. 1989. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro
Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar:
Laboratorium Kimia, FMIPA UNM.

Winarto, dwi. 2013. Kesetimbangan Dinamis. http://www.Ilmu


Kimia.org/2013/02/Kesetimbangan Dinamis.html. Diakses pada tanggal 19
Mei 2015.

Anda mungkin juga menyukai