BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah yang dihasilkan dari proses laundry mempunyai komposisi dan
pakaian, komposisi dan jumlah deterjen yang digunakan serta teknologi yang
dipakai. Selain itu terdapat perbedaan konsentrasi antara air limbah laundry yang
dihasilkan dari rumah tangga dengan jasa laundry. Untuk jasa laundry, kandungan
pelunakan air. Karakteristik dari air limbah laundry yang diperoleh dari beberapa
Tabel 2.1.
Karakteristik air limbah laundry
Sumber
Parameter Eriksson et al. Hoinkis Ge et al. Savitri
(2002) (2008) (2004) (2007)
Suhu (°𝐶) 28-32 15-30 27
Konduktivitas (𝜇S/cm) 190-1400 1900 786-1904 1256-1335
pH 9.3-10 9-11 7.83-9.56 8.29-8.87
Kekeruhan (NTU) 50-210 - 471-583 -
Surfaktan (mg/L) - 72.3-64.5 210.6
COD (mg/L) 725 1050 785-1090 1815
BOD (mg/L) 150-380 - - 1087
TSS (mg/L) 120-280 - - -
Fosfat (mg/L) 4-15 5 - 7.64
Total N (mg/L) 6-21 40 - -
7
8
yang signifikan, yaitu sekitar 22% dari total kebutuhan air bersih (Woodwell et
al., 1995). Menurut Smulders (2002) penggunaan air untuk kegiatan laundry
sekitar 17 L atau 13% dari kebutuhan air bersih atau sekitar 8% dari air yang
masuk ke sistem air buangan. Selain kontribusi volume air, air limbah laundry
beberapa faktor fisik dan kimiawi. Pada proses ini kotoran yang melekat pada
terjadi pada proses ini adalah kotoran yang melekat pada pakaian akan dilepaskan
oleh larutan deterjen dan dilanjutkan dengan stabilisasi air yang berisi kotoran
tergantung pada beberapa faktor seperti jenis bahan pakaian, jenis kotoran,
deterjen.
Air pada proses laundry berfungsi sebagai pelarut bagi deterjen dan
kotoran yang menempel di pakaian. Air juga berfungsi sebagai media perpindahan
9
untuk komponen tanah yang terlarut maupun terdispersi. Proses laundry dimulai
dengan membasahi dan penetrasi larutan deterjen pada pakaian yang kotor. Air
proses pembasahan pakaian dapat berjalan lebih cepat dan efektif jika tegangan
menimbulkan masalah pada mesin cuci. Ion kalsium dan magnesium yang
endapan. Endapan ini disebabkan oleh terbentuknya residu pada proses laundry
dan dapat membentuk kerak pada mesin cuci sehingga berakibat pada
terganggunya fungsi dari elemen pemanas dan komponen mesin cuci yang lain.
menghilangkan partikel tanah pada kotoran yang melekat pada pakaian. Selain itu,
keberadaan ion logam seperti besi, tembaga dan mangan dapat merugikan proses
laundry. Ion-ion tersebut dapat menjadi katalis dari dekomposisi agen pemutih
Kotoran yang melekat pada pakaian dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
debu dari udara, kotoran yang dihasilkan badan (misalnya keringat), pengotor
yang berasal dari aktifitas domestik, komersial dan industri. Menurut Smulders
a. Bahan yang mudah larut, seperti : garam, gula, urea, dan keringat
minyak dan logam mineral, dan lemak yang berasal dari serangga
d. Protein yang berasal dari : darah, telur, susu dan keratin dari kulit
Sebagai bahan aktif detergen, surfaktan yang juga disebut zat aktif
pengemulsi dalam industri dan rumah tangga. Secara struktur, surfaktan memiliki
polaritas lipofilik dan hidrofilik. Kutub lipofilik terletak pada rantai alkil yang
bersifat larut dalam minyak atau lemak, sedangkan kutub hidrofilik terletak pada
udara, sedangkan kutub hidrofilik menghadap ke fase air, yaitu tempat ion-ion
bermigrasi menuju batas antara air-udara yang bekerja mengurangi energi bebas
Pada konsentrasi surfaktan yang cukup tinggi di air, gugus lipofilik saling
tarik menarik dan membentuk agregat atau micelle, sedangkan gugus hidrofilik
terdapat disebelah luar micelle. Dengan demikian zat yang lipofil dapat tertimbun
dalam inti lipofilik dari micelle dan dengan cara inilah kotoran dilarutkan
11
sebagai pembersih kotoran. Proses pembersihan oleh surfaktan terdiri atas tiga
tahap, yaitu :
cm2/detik) atau juga terjadi pada kondisi surfaktan berbetuk agregat atau
akan menyelimuti tanah yang akan dipisahkan dalam satu lapisan atau pada
tahapan ini surfaktan dapat mendorong padatan tanah menjadi lunak dan
berbentuk cairan. Tahapan ini merupakan tahapan yang kritis untuk menuju
tahapan ini tanah yang mengandung minyak dengan massa jenis yang lebih
permukaan.
Secara umum istilah dari deterjen digunakan untuk bahan atau produk
permukaan benda, misalnya kotoran dari pakaian, sisa makanan dari piring atau
buih sabun dari permukaan benda serta mendispersi dan menstabilisasi dalam
matriks seperti suspensi butiran minyak dalam fase seperti air (Showell, 2006).
dibersihkan, sifat dari bahan yang akan dipisahkan. Oleh karena itu, penentuan
menjadi efektif.
13
menggunakan formula yang sangat kompleks yaitu lebih dari 25 bahan. Namun
larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Setelah surfaktan, kandungan
surfaktan. Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat
baik. Selain itu, builders juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang
tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung dengan lebih baik serta
Senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau
bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat yang digunakan oleh semua merk
Formulasi yang tepat antara kompleks fosfat dengan surfaktan menjadi kunci
1. Surfaktan anionik
Jenis ini memiliki sisi permukaan aktif negatif. Secara umum gugusnya adalah
sulfat dan sulfonat yang dapat larut dalam air. Surfaktan yang tergolong ke
peralatan rumah tangga, serta produk pembersih pribadi. Surfaktan jenis ini
2. Surfaktan kationik
Jenis ini memiliki sisi permukaan positif. Senyawa utamanya yaitu alkil dengan
gugus utama ammonium. Surfaktan yang tergolong jenis ini adalah dialkyl
3. Surfaktan nonionik
Jenis ini merupakan produk kondensasi alkilfenol atau alkohol lemak dengan
pembersih pakaian.
deterjen yaitu dari jenis BAS (Branched Alkylbenzene Sulphonate) yang memiliki
rantai karbon bercabang. BAS ini dikenal sebagai hard detergent karena sifatnya
yang tahan penguraian biologis. Rantai cabang BAS inilah yang membuat BAS
tidak terurai sehingga peningkatan konsentrasinya berjalan cepat. Oleh karena itu
BAS dikenal sebagai senyawa pencemar yang toksik terhadap biota perairan
Para ahli terus berusaha menemukan bahan aktif deterjen sintesis baru
yang mudah terurai, akhirnya pada tahun 1965 mulai dikenal LAS (Linear
Alkylbenzene Sulphonate). Seperti halnya BAS, senyawa ini pun dibuat dari
kriteria surfaktan anionik yang memiliki rantai alkil lurus. Dengan struktur
demikian LAS ini bila tidak segera terurai seluruhnya akibat akumulasi yang
Struktur rantai alkilnya yang lurus membuat senyawa LAS ini lebih
membran sel. Sebagai surfaktan, LAS dapat menurunkan tegangan permukaan dan
protein. Dengan sifat ini LAS berpotensi merusak membran sel organisme dan
2.2.1 Biofiltrasi
terutama senyawa organik yang sangat efektif dan tidak membahayakan perairan
biofiltrasi relatif murah, tanaman untuk biofiltrasi cepat tumbuh dan mudah
media filtrasi. Akar tanaman akan memberikan lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhan mikroba. Mikroba tertentu dalam jumlah banyak sering kali ditemui
disekitar akar. Interaksi antara mikroba dengan akar tanaman dapat mencukupi
kebutuhan unsur hara yang penting baik untuk tanaman maupun mikrobanya
bahan padat yang ada di air dan kandungan lumpur. Umumnya, air kotor yang
akan disaring oleh pasir mengandung bahan padat dan endapan lumpur. Ukuran
akan disaring. Semakin besar bahan padat yang perlu disaring, semakin besar
Saringan pasir hanya mampu untuk menahan bahan padat terapung dan
tidak bisa menyaring virus dan bakteri pembawa penyakit. Untuk itu air yang
melewati saringan pasir masih harus disaring lagi oleh media lain. Saringan pasir
ini harus dibersihkan secara teratur pada waktu tertentu (Untung, 1995).
17
dalam air limbah terjadi melalui proses secara fisik, kimia dan biologi yang cukup
komplek yang terdapat dalam asosiasi antara media, tumbuhan makrophyta dan
• Transformasi kimia
maupun tanaman
Unit pengolahan filtrasi berlapis dari pasir dan bebatuan yang dipadukan
dengan penyerapan tanaman maupun degradasi oleh mikroba pada risosfir akar
akan memberikan hasil efektif bagi pemamfaatan kembali air limbah. (Suyasa dan
Dwijani, 2007)
2.2.2 Rhizodegradasi
organik yang terdapat dalam bahan-bahan seperti minyak dan larutan berbahaya
18
lainnya oleh beberapa jenis mikroorganisme dapat diuraikan dan diubah menjadi
berupa senyawa-senyawa alami seperti zat gula, alkohol dan asam memiliki fungsi
ditransportasikan ke dalam daerah akar. Bantuan oleh ragi, fungi, dan zat-zat
keluaran akar tumbuhan (eksudat) yaitu gula, alkohol, asam meningkatkan peran
polutan maupun biota tanah lainnya. Proses ini adalah tepat untuk dekontaminasi
zat organik. Spesies tumbuhan yang bisa digunakan adalah berbagai jenis rumput
2.2.3 Biofilm
terlekat pada matriks polimer (materi polimer ekstraseluler) yang dibuat oleh
mikroorganisme itu sendiri, dengan ketebalan lapisan biofilm berkisar antara 100
μm-10 mm yang secara fisik dan mikrobiologis sangat kompleks (Barros, 2000).
Lapisan biofilm yang sudah matang atau terbentuk sempurna akan tersusun
dalam tiga lapisan kelompok bakteri. Lapisan paling luar adalah sebagian besar
19
berupa jamur, lapisan tengah adalah jamur dan algae, dan lapisan paling dalam
Biofilm dapat tumbuh dengan tersedianya unsur karbon (C), nitrogen (N),
dan fosfor (P). Unsur tersebut merupakan nutrient utama yang dibutuhkan
tersebut. Agar lapisan biofilter lebih cepat tumbuh, perlu kondisi yang memadai
pada biofilter, dan langkah yang diambil adalah dengan penambahan zat yang
kaya akan unsur karbon. Pertumbuhan lapisan biofilm dapat mencapai ketebalan
yang berkisar antara 100 mikro meter sampai 10 mm tergantung pada kondisi
cukup dalam laju penanganan biologic yang tinggi adalah 100:10:1. Manfaatnya
adalah untuk memperoleh kadar nitrogen dan fosfor yang rendah dalam efluen
Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup pada BAB III
limbah ke lingkungan wajib mentaati baku mutu lingkungan hidup dan kriteria
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. Baku mutu air limbah diatur pada
lampiran XXVI. A Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku
memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan Peraturan Gubernur Bali Nomor
menuju suasana air tersebut bereaksi asam/basa (Pescod, 1973). Baku mutu
dalam perairan seperti reaksi dalam kondisi asam atau basa. Derajat keasaman
menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan
penting dan praktis, karena banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia yang penting
terjadi pada tingkat pH yang khusus atau pada lingkungan pH yang sangat sempit.
Perairan yang netral memiliki nilai pH yaitu 7, perairan yang bersifat asam pH < 7
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem
pencemar di dalam air yang disebabkan oleh limbah organik (Muljadi dan
Widjaja, 2005).
dalam air lingkungan tersebut. Menurut Lee et al. (2002), mikroorganisme yang
dengan bakteri anaerobik. Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat
organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena
yang akan dihabiskan dalam waktu 5 (lima) hari oleh organisme pengurai aerobik
dalam suatu volume limbah yang disebut dengan BOD5 (Lee et al., 2002).
Hasilnya dinyatakan dalam satuan ppm, misalnya BOD sebesar 200 ppm berarti
bahwa 200 mg oksigen akan dihabiskan oleh contoh limbah sebanyak satu liter
dalam waktu lima hari pada suhu 20 ºC (Ibeh dan Omoruyi, 2011).
dalam air (Fardiaz, 1992). BOD merupakan suatu nilai empiris yang mendekati
secara global terjadinya proses penguraian bahan-bahan yang terdapat dalam air
dan sebagai hasil dari proses oksidasi tersebut akan terbentuk 𝐶𝑂2, air, dan 𝑁𝐻3
(Alaert dan Santik, 1987). BOD merupakan parameter utama dalam menentukan
Tabel 2.2.
Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai BOD
200-350 Sedang
350-750 Berat
Sumber: Winarno et al. (1974) Baku mutu limbah cair domestik untuk
parameter BOD adalah maksimum 50 mg/l.
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air,
kebutuhan oksigen dalam air limbah (Chitnis et al., 2004). Metode ini lebih
singkat waktuya dibandingkan dengan analisis BOD. Uji COD sebagai alternatif
uji penguraian beberapa komponen yang stabil terhadap reaksi biologi atau tidak
(Alamsyah, 2007).
jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan
dioksidasi oleh Kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion
oleh bahan oksidan (misal: Kalium Dikromat) untuk menguraikan bahan organik
(Fardiaz, 1992). Uji COD sebagai alternatif uji penguraian beberapa komponen
yang stabil terhadap reaksi biologi atau tidak dapat diurai/dioksidasi oleh
pencemaran perairan selain BOD, dan tingkat pencemaran berdasarkan nilai COD
Tabel 2.3.
Tingkat Pencemaran Berdasar Nilai COD
400-700 Sedang
700-1500 Berat
Sumber: Winarno et al. (1974) Baku mutu limbah cair domestik untuk parameter
COD adalah maksimum 80 mg/L.
24
d. Fosfat
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah pertanian
ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau
melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui
air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan detergen yang
mengandung fosfat, seperti industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat
dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula
terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri
keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg
Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang
tidak terbatas lagi (keadaaan eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen
terlarut air. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan.
e. Logam berat
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat
manusia melalui makanan, air minum dan udara. Logam berat seperti tembaga,
metabolisme tubuh. Akan tetapi, berbahaya jika konsentrasi dalam tubuh berlebih.