Anda di halaman 1dari 5

Mekanisme reaksi pada logam

Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi


elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron
merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui
reaksi elektrokimia melibatkan reaksi anodik. Reaksi anodik (oksidasi)
diindikasikan melalui peningkatan valensi atau produk elektron-elektron. Reaksi
anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu:
M → Mn+ + ne
n = jumlah elektron yang dihasilkan dan nilainya sama dengan valensi ion
logam yang terkorosi.
Contoh reaksi anodik :
Zn → Zn2+ + 2e- (zinc corrosion)
Fe → Fe2+ + 2e- (iron corrosion)
Al → Al3+ + 3e- (aluminium corrosion)
Fe2+→ Fe3+ + e- (ferrous ion oxidation)
H2→ 2H+ + 2e- (hydrogen oxidation)
2H2O → O2 + 4H+ + 4e- (oxygen evolution)
Reaksi katodik dalam setiap reaksi korosi merupakan reaksi reduksi yang
ditandai dengan penurunan valensi atau penyerapan elektron. Ada beberapa reaksi
katodik yang berbeda yang sering dijumpai dalam korosi logam, yaitu :
Lingkungan asam (pH < 7) :
a) Tanpa oksigen
2 H+ + 2 e → H2
b) Dengan oksigen
4 H+ + O2 + 4 e → 2 H2O
c) Reduksi oksigen (larutan netral / basa, Ph ≥ 7 )
O2 + 2H2O + 4e¯ → 4OH¯
d) Evolusi Hidrogen
2H+ + 2e¯ → H2
e) Reduksi ion logam
Fe3+ + e¯ → Fe2+
f) Deposisi (pengendapan) logam
Cu2+ + 2e¯ → Cu
Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan
berawal dari logam yang teroksidasi di dalam larutan, dan melepaskan elektron
untuk membentuk ion logam yang bermuatan positif. Larutan akan bertindak
sebagai katoda dengan reaksi yang umum terjadi adalah pelepasan H2 dan reduksi
O2, akibat ion H+ dan H2O yang tereduksi. Reaksi ini terjadi dipermukaan logam
yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan logam ke dalam larutan
secara berulang-ulang

Gambar 1. Mekanisme korosi


Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut :
Fe (s) + H2O (l) + ½ O2(g) → Fe(OH)2 (s)
Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat
teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi ferri hidroksida [Fe(OH)3],
sehingga mekanisme reaksi selanjutnya adalah :
4 Fe(OH)2(s) + O2 (g) + 2H2O(l) → 4Fe(OH)3 (s)
Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna
merah kecoklatan yang biasa kita sebut karat. Reaksinya adalah:
2Fe(OH)3 → Fe2O3 + 3H2O

Contoh lain dari mekanisme reaksi adalah pada logam seng yang direndam dalam
larutan asam yang mengandung ion H+. Pada beberapa daerah pada permukaan
logam, seng akan mengalami oksidasi atau korosi seperti yang digambarkan pada
Gambar 11 dan sesuai dengan reaksi :
Gambar 2. Reaksi elektrokimia yang terkait dengan korosi seng dalam larutan
asam

Karena seng adalah logam, dan merupakan konduktor listrik yang baik,
elektron ini dapat ditransfer ke daerah yang berdekatan di mana ion H+ tereduksi
sesuai dengan reaksi :

Jika tidak ada reaksi oksidasi atau reduksi yang terjadi, reaksi elektrokimia total
hanyalah jumlah dari kedua reaksi tersebut

Dry and Wet Corrosion


Korosi dapat terjadi di lingungan yang berair dan lingkungan yang tidak
ada air atau kering. Selain itu, korosi dapat terjadi di udara karena kandungan uap
air, serta bahan-bahan ionik cukup untuk menyebabkan korosi seperti bila logam
direndam dalam air. Keberadaan air dan bahan ionik saling menunjang: arus
hanya dapat diangkut melalui air oleh ion-ion bebas, sementara air menyebabkan
terurainya padatan ionik menjadi ion-ion bebas yang dibutuhkan. Sebagai contoh
untuk menunjukan bahwa arus listrik mengalir dalam larutan hanya bila larutan itu
mengandung ion-ion, misalnya larutan natrium klorida berpelarut air, seandainya
ion-ion tidak ada, seperti pada spiritus putih, atau hanya sedikit sekali pada air
murni, aliran arus tidak ada dan karena itu aliran listrik tidak terbentuk.
Wet corrosion terjadi ketika ada fasa cair yang terlibat dalam proses
korosi. Korosi ini biasanya melibatkan larutan berair atau elektrolit. Contoh yang
sering dijumpai adalah korosi besi karena berada dilingkungan berair.
Korosi basah terjadi ketika adanya kantung air atau lapisan air yang tidak
terlihat yang terbentuk pada permukaan logam karena cipratan air laut, hujan atau
embun. Reksi yang dapat terjadi dalam keadaan basah, adalah sebagai berikut:

Dry corrosion terjadi karena tidak adanya fasa cair atau fasa diatas titik
embun dari lingkungan. Penyebab dari korosi ini adalah uap air dan gas-gas yang
ada di lingkungan sekitarnya. Dry corrosion juga dikaitkan dengan korosi yang
terjadi dalam medium kering dengan media elektrolitnya tanah. Sebagai contoh
korosi yang berlangsung di dalam medium kering adalah penyerangan logam besi
oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2). Selain itu, korosi
jenis ini juga ini paling sering dikaitkan dengan suhu yang tinggi. Sebagai contoh
serangan korosi pada baja akibat dimasukan di dalam tungku pembakaran.
Korosi kering atau korosi yang terjadi tanpa kehadiran air, dimana
penyebab terjadinya korosi adalah temperatur tinggi dan gas penyebab korosi
(karbondioksida dan sulfurdioksida). Proses korosi kering yang paling nyata
adalah reaksi logam dengan oksigen di udara. Walaupun nitrogen menjadi unsur
utama yang membentuk udara, perannya tidak penting ketika logam dipanaskan di
udara, karena pengaruh oksigen lebih dominan. Pada temperatur tinggi, nitrogen
memang bereaksi dengan kromium, aluminium, titanium, molybdenum, dan
tungsten. Reaksi yang terjadi pada besi dalam keadaan kering dengan keadaan
temperature tinggi, sekitar 600OC, adalah sebagai berikut:

Oksigen mudah bereaksi dengan kebanyakan logam, meskipun energi


termal yang dibutuhkan untuk menghasilkan laju oksidasi yang bermakna bagi
perekayasa mungkin sangat bervariasi untuk logam-logam yang berbeda pada
temperature yang sama.

Al Hakim, Alfin. 2011. “Pengaruh Inhibitor Korosi Berbasis Senyawa Fenolik


Untuk Proteksi Pipa Baja Karbon Pada Lingkungan 0.5, 1.5, 2.5, 3.5 % NaCl
Yang Mengandung Gas CO2”, Skripsi, Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai