Anda di halaman 1dari 3

PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

DI SMK NEGERI I PANGKAJENE

I. LATAR BELAKANG

Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah


mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-
24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10-24 tahun.
Masa Remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan,
dan seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan peningkatan
pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru
dunia. Dipacu rekomendasi dari hasil International Conference on Population and
Development (ICPD) tahun 1994 atau yang disebut dengan Konperensi Internasional mengenai
Kependudukan dan Pembangunan (lihat kotak, halaman 2), banyak organisasi di berbagai
Negara telah menciptakan berbagai program agar dapat lebih memenuhi kebutuhan para remaja
di bidang kesehatan reproduksi. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan global, program remaja
yang ada masih sangat sedikit dan terbatas serta evaluasinya masih belum memadai, namun
ternyata banyak pelajaran yang dapat dipetik dari proyek perintis/percontohan dan upaya
inovatif yang telah dilakukan di berbagai wilayah mengenai jenis kegiatan remaja, baik yang
dapat menghasilkan perubahan yang bermakna maupun yang tidak. Sekitar 1 milyar manusia
— hampir 1 di antara 6 manusia di bumi ini — adalah remaja; 85% di antaranya hidup di
negara berkembang.1 Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual (meski tidak selalu
atas pilihan sendiri), dan di berbagai daerah atau wilayah, kira-kira separuh dari mereka sudah
menikah.2 Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai
masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun
melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual
(PMS) yang dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada
kaum muda yang berusia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah, setiap hari ada 7.000 remaja
terinfeksi HIV.3 Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, misalnya tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan, ketidak- setaraan gender, kekerasan seksual dan pengaruh media
massa maupun gaya hidup yang populer.

II. PERMASALAHAN MASYARAKAT

Remaja seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi,


keterampilan menegosiasikan hubungan seksual, dan akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang terjangkau serta terjamin kerahasiaannya. Keprihatinan akan jaminan
kerahasiaan (privacy) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja
terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin
membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada.
Di samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian
pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja. Banyak di antara remaja yang kurang atau
tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orangtuanya maupun dengan orang dewasa
lainnya, dengan siapa seyogianya remaja dapat berbicara tentang masalah-masalah kesehatan
reproduksiyang memprihatinkan atau yang menjadi perhatian mereka.

III. PEMILIHAN INTERVENSI

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas maka dilakukan penyuluhan mengenai


“Kesehatan Reproduksi Remaja ”. Pada penyuluhan tersebut diuraikan mulai dari definisi dan
prevalensi remaja baik secara global maupun lokal, tumbuh kembang remaja mulai dari
perubahan fisik dan psikis yang dialami pada usia remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi
atau risiko terhadap kesehatan remaja, masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu perilaku
menyimpang remaja seperti sex bebas, kekerasan seksual,dan penyalahgunaan Narkotika dan
zat adiksi lainnya, dampak dari perilaku menyimpang tersebut seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi, penyakit menular seksual, gangguan mental, psikis, emosional, kepribadian
hingga kematian, pencegahan yang dilakukan seperti edukasi seks dini, melakukan kegiatan
positif di sekolah dan lingkungan social lainnya, menjamin nutrisi yang sehat dan seimbang.
Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya tentang
kesehatan reproduksi remaja dapat mencegah terjadinya masalah kesehatan seperti perilaku sex
bebas, kekerasan seksual, penyalahgunaan narkoba, penyakit menular seksual dan perilaku
menimpang lainnya.

IV. PELAKSANAAN

Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja ini diadakan di sekolah SMK Negeri I


Pangkajene pada tanggal 05 Februari 2013 pukul 09.00 WITA, materi dibawakan dengan
menggunakan media slide power point yang ditampilkan lewat LCD. Penyuluhan ini
dirangkaikan dengan diskusi tanya jawab antara pemateri dengan audiens. Audiens terdiri dari
perwakilan siswa tiap kelas.

V. EVALUASI
 Evaluasi Struktur
Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan satu minggu sebelumnya Persuratan untuk
pelaksanaan peyuluhan dibuat dan dikirim langsung ke Sekolah SMK Negeri I Pangkajene
yang bersangkutan 3 hari sebelum kegiatan penyuluhan.
 Evaluasi Proses
Peserta yang hadir kurang lebih70 orang dalam 2 hari yang terdiri perwakilan dari setiap
kelas. Pelaksanaan penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan dimana peserta
antusias menjawab pertanyaan yang diajukan pemateri dan hampir sebagian besar peserta
aktif melontarkan pertanyaan.
 Evaluasi Hasil
Lebih dari 75% dari peserta yang hadir mampu menjawab pertanyaan dari Dokter tentang
materi yang disampaikan. Hal ini membuktikan bahwa peserta memperhatikan materi yang
disampaikan.

PESERTA PENDAMPING

dr. Muh. Farfidia Hatala dr.Hj. Eny Nuraeni

Anda mungkin juga menyukai