Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

SEBAGAI SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN


KONSEP MATEMATIS PADA POKOK BAHASAN OPERASI
BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 14 PALU

Dosen Pengampu :

Dr. H. Muh Rizal, M.Si

Dr. H. Sudarman, M.Pd

Penulis :

Ni Luh Saren Dartiasih

(A 231 17 021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru matematika
di SMP Negeri 14 Palu, guru menyatakan bahwa pendidikan bukan hanya
sekedar memberi pelajaran berupa ilmu tetapi pendidikan itu juga bersifat
mendidik sebagai bentuk usaha membangun karakter peserta didik tetapi dalam
pembangunan karakter tergantung dari peserta didiknya karena setiap peserta
didik memiliki karakter yang berbeda-beda. Pendidikan itu adalah ujung tombak
bagi pembangunan indonesia. Dengan pedidikanlah, generasi muda dapat
dibangun dan difasilitasi untuk mendorong kemajuan suatu negara.
Matematika merupakan mata pelajaran wajib yang harus dipelajari
mulai dari TK, SD, SMP, SMA. Hal ini dikarenakan begitu pentingnya peran
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sayangnya pelajaran
matematika menjadi salah satu pelajaran yang paling tidak diminati peserta
didik. Karena, kebanyakan peserta didik menganggap bahwa matematika itu
sulit. Dari pola pikir yang seperti ini maka peserta didik kurang minat terhadap
hal yang berhubungan dengan hitung-hitungan. Kemudian kurang adanya respon
dari peserta didik karena selama pembelajaran matematika peserta didik pasif
dikelas serta kurang kondusif. Salah satu aspek pembelajaran matematika adalah
aljabar. Di dalam Permendikbud No. 21 Tahun 2016 dijelaskan bahwa aljabar
mulai dikenalkan pada jenjang pendidikan SMP atau sederajat. Hal ini berarti,
aljabar benar-benar materi baru yang dipelajari peserta didik SMP, terutama bagi
peserta didik Kelas VII. Aljabar sebagai materi baru dirasa penting untuk
dikuasai peserta didik karena sebagai dasar pembelajaran matematika di tingkat
yang lebih tinggi. Namun kenyataannya, menurut guru matematika kelas VII
SMPN 14 Palu kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik pada
materi operasi hitung bentuk aljabar masih rendah. Sehingga guru tersebut
mengalami masalah ketika akan mengajarkan materi tentang operasi hitung
bentuk aljabar. Sebagian besar dari peserta didik sulit memahami materi
tersebut. Hal ini juga dikarenakan kurangnya pemahaman dasar dari mereka
yang seharusnya sudah di dapatkan di Sekolah Dasar. Selain itu, ketika guru
menjelaskan masih banyak peserta didik yang kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Setiap guru memberikan soal yang sedikit berbeda dari contoh,
peserta didik merasa kesulitan untuk menjawab dan malu bertanya ketika
mendapatkan kesulitan dalam penyelesaiannya. Peserta didik juga mudah lupa
dengan materi yang sudah diajarkan, karena peserta didik cenderung menghafal
materi yang diajarkan. Akibatnya, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan operasi hitung bentuk aljabar.
Beberapa usaha untuk meningkatkan pemahaman dan aktivitas belajar
peserta didik yang sudah pernah di lakukan guru yaitu dengan metode ceramah,
tanya jawab serta ice breaking. Ice breaking dilakukan untuk memberikan
semangat kepada peserta didik terutama di jam terakhir. Dimana peserta didik
sudah mulai lelah, bosan dan mengantuk. Gurunya juga memberikan motivasi
atau dukungan kepada peserta didiknya agar lebih giat dalam belajar
matematika, serta suka memberi penghargaan berupa hadiah bagi peserta didik
yang nilainya bagus. Tetapi peserta didik-peserta didiknya kurang aktif dalam
merespon pembelajaran yang diberikan.
Dari berbagai usaha yang telah dilakukan guru, ternyata masih terjadi
kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik dalam mempelajari materi
operasi bentuk aljabar yaitu berupa kendala dalam pemahaman konsep
matematis. Hal ini tentunya sangat mendesak untuk segera di atasi karena
konsep operasi hitung bentuk aljabar akan terus digunakan pada materi yang
lebih lanjut. Oleh karena itu perlu adanya proses perbaikan pembelajaran di
kelas. Alternatif tindakan yang dapat digunakan untuk perbaikan pemahaman
konsep matematis tersebut dengan menerapkan model pembelajaran dan media
pembelajaran yang tepat. Penulis memberi solusi dengan menggunakan Model
Pembelajaran Discovery Learning yang dapat meningkatkan pemahaman
konsep matematis dalam pokok bahasan materi Operasi Bentuk Aljabar di Kelas
VII SMPN 14 Palu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
“Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Sebagai
Solusi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Pada pokok
bahasan Operasi Bentuk Aljabar di Kelas VII SMP Negeri 14 Palu”

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning Sebagai Solusi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematis Pada Pokok bahasan Operasi Bentuk Aljabar di Kelas VII SMPN
14 Palu.

D. Definisi Istilah
1. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran yang tergambar dari
awal hingga akhir kegiatan pembelajaran yang tersusun secara sistematis
dan digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelejaran yang telah ditetapkan.
Ciri utama dari model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks
pembelajaran

2. Model Discovery Learning


Penemuan (discovery) merupakan suatu model yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014:
64) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila materi pembelajaran tidak dsajikan dalam benuk finalnya, tetapi
diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri. Model Discovery
learning merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman
langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan peserta didik secara aktif
dalam pembelajaran.
Jadi, model Pembelajaran Discovery learning adalah suatu proses
pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap
dan menuntut peserta didik terlibat secara aktif untuk menemuka sendiri
suatu konsep yang belum diketahuinya.

3. Pemahaman Konsep Matematis


Pemahaman konsep adalah salah satu aspek penilaian dalam pembelajaran.
Penilaian pada aspek pemahaman kosnep bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan peserta didik menerima dan memahami konsep
dasar matematika yang telah diterima peserta didik dalam pembelajaran.
Menurut Anderson (2001), peserta didik dikatakan memiliki kemampuan
pemahaman matematis jika peserta didik tersebut mampu mengkonstruksi
makna dari pesan-pesan yang timbul dalam pengajaran seperti komunikasi
lisan, tulis, dan grafik. Peserta didik dikatakan memahami suatu konsep
matematis, antara lain ketika membangun hubungan antara pengetahuan
baru yang diperoleh dan pengetahuan sebelumnya.

4. Bentuk Aljabar dan Operasi Hitung Bentuk Aljabar


Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya
memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui
nilainya. Bentuk aljabar terdapat unsur-unsur aljabar, meliputi variabel,
koefisien, konstanta, faktor, suku sejenis dan suku tidak sejenis. Operasi
Hitung Bentuk aljabar meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, dan perpangkatan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian Ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
karena Penelitian ini melibatkan penulis secara langsung mulai dari observasi,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan penyusunan laporan hasil
Penelitian. Jenis Penelitian ini digunakan dengan alasan untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas, kemudian melakukan
tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta menentukan atau
menemukan model pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang terjadi di
kelas guna mengatasi permasalahan yang di hadapi peserta didik di kelas.

B. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian


Subyek Penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMPN 14 Palu.
Waktu Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan September
2019 bertempat di kelas VII SMP Negeri 14 Palu.

C. Desain Penelitian
Desain Penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh
kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2007:16), pada setiap siklus yang dilaksanakan
terdiri dari empat komponen yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan),
observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). Diagram alur desain penelitian
tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alur Desain Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart

Keterangan :
1. Planning (perencanaan tindakan)
Perencanaan tindakan dimulai dengan proses identifikasi masalah yang akan
diteliti, termasuk hasil penelitian. Kemudian merencanakan tindakan yang
akan dilakukan,termasuk menyusun perangkat pembelajaran.
2. Acting (pelaksanaan tindakan)
Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaraan di kelas dengan
menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan
inti, hingga kegitan akhir sesuai dengan RPP.
3. Observing ( observasi)
Observasi adalah pengamatan selama berlangsungnya kegitan
pembelajaran.
4. Reflecting (refleksi)
Refleksi adalah kegitan mengevasulasi hasil analisis data yang akan
direkomendasikan tentang hasil tindakan suatu tindakan yang diadakan
demi mencapai keberhasilan penelitian.

D. Jenis Data
Jenis data dalam Penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. .
Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
catatan lapangan selama pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif berupa data
dari setiap hasil pekerjaan peserta didik dalam menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan Operasi Bentuk Aljabar selama mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tes Tertulis
Tes yang diberikan setelah tindakan. Tujuan pemberian tes ini untuk
memperoleh data dan memberikan gambaran sejauh mana perkembangan
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran Operasi bentuk Aljabar dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning yang diukur dari hasil belajar peserta
didik dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Operasi Bentuk
Aljabar.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada saat pengumpulan data wawancara ini
dilakukan pada guru mata pelajaran matematika kelas VII SMPN 14 Palu
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tertentu yang berkaitan dengan
permasalahan guru tersebut dalam proses pembelajaran. Wawancara ini
bertujuan untuk menemukan permasalahan yang dihadapi guru pada materi
Operasi Bentuk Aljabar
3. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui aktivitas guru dan peserta didik selama pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Data diambil pada saat pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan lembar observasi, yaitu lembar observasi untuk guru
dan peserta didik. Pada lembar observasi yang telah disediakan, terdapat
indikator-indikator yang digunakan oleh pengamat untuk mengukur
kategori tindakan. Observasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran
matematika di SMPN 14 Palu.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang tidak
terangkum dalam lembar observasi maupun wawancara dan dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung yang memuat aktivitas penulis
sebagai guru dan peserta didik.

F. Teknik Analisis Data


Data yang akan dianalisis berasal dari data hasil pekerjaan peserta didik,
wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Menurut Moleong Suharsaputra
(2012:216), analisis data yang dilakukan meliputi mereduksi data, menyajikan data,
dan menarik kesimpulan atau melaksanakan verifikasi.
Langkah-langkah analisis data berdasarkan alur di atas, dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna yang dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai dengan
penyusunan laporan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Penyajian data adalah proses pengumpulan dari hasil reduksi yang disajikan
dalam dua bentuk, yaitu data kualitatif akan disajikan secara naratif dan data
kuantitatif akan disajikan dalam bentuk table. Data yang telah disajikan tersebut
selanjutnya dianalisis dan dievaluasi untuk memberikan kesimpulan hasil
pembelajaran.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan yang
diberikan. Setelah data hasil reduksi disajikan secara naratif dan table yang telah
dianalisis maka ditarik suatu kesimpulan terhadap tindakan yang telah
dilakukan.

G. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pra tindakan dan tahap
pelaksanaan tindakan. Rincian dari tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
a) Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika untuk
mengetahui masalah yang dialami guru dan kesulitan yang dihadapi peserta
didik pada proses pembelajaran mengenai Operasi Bentuk Aljabar.
b) Menentukan subjek Penelitian.
c) Menentukan informan berdasarkan hasil konsultasi dengan guru mata
pelajaran matematika di kelas tersebut.
d) Menentukan kelompok belajar peserta didik.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan direncanakan dalam dua siklus, dimana kegiatan yang
dilaksanakan pada setiap siklus mengacu pada model yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Siklus I
a. Perencanaan
1. Penulis dan guru mitra secara kolaboratif menyusun tujuan
pembelajaran khusus berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
untuk pembelajaran klasikal dengan sub pokok bahasan Operasi Bentuk
Aljabar.
2. Penulis dan guru mitra secara kolaboratif menyusun skenario model
pembelajaran “Discovery Learning“.
3. Penulis dan guru mitra secara kolaboratif menyusun soal tes akhir 1
untuk sub pokok bahasan Operasi Bentuk Aljabar.
4. Penulis dan guru mitra secara kolaboratif menyusun lembar kerja
peserta didik berupa masalah-masalah konseptual yang berkaitan
dengan sub pokok bahasan Operasi Bentuk Aljabar.
5. Penulis dan guru mitra secara kolaboratif mendesain pedoman
pengamatan siklus 1 bagi kerja guru dan bagi peserta didik.
6. Penulis dan guru mitra secara kolaboratif merancang pembentukan
kelompok heterogen dengan rekomendasi guru berdasarkan tingkat
kemampuan peserta didik. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 peserta didik. Berdasarkan
rekomendasi guru, 6 peserta didik yang tingkat kemampuannya diatas
rata-rata disebar ke dalam 6 kelompok, demikian pula peserta didik
dengan tingkat kemampuan di bawahnya.

b. Tindakan
1. Penulis melaksanakan skenario yang sudah direncanakan yaitu,
memberi informasi tentang materi ajar dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai pada sub pokok bahasan Operasi
Bentuk Aljabar serta memberikan motivasi kepada peserta didik.
2. Penulis besama-sama dengan peserta didik membentuk kelompok
heterogen. Terdapat 6 kelompok dengan anggota masing-masing
kelompok sebanyak 4 atau 5 orang peserta didik.
3. Penulis memberikan lembar kerja peserta didik (LKPD) berupa
masalah-masalah konseptual tentang sub pokok bahasan Operasi
Bentuk Aljabar untuk masing-masing kelompok
4. Penulis memberikan arahan kepada peserta didik untuk mengamati
berbagai masalah-masalah yang di tampilkan di slide powerpoint dan
permasalahan yang ada dalam LKPD, kemudian peserta didik diminta
untuk membuat dan merumuskan pertanyaan dari masalah yang telah
diberikan.
5. Penulis memberi pengarahan kepada peserta didik untuk menggali
informasi berdasarkan prosedur dalam LKPD terkait pemecahan
masalah dengan mencari berbagai sumber belajar yang ada untuk
menyelesaikan soal dalam LKPD.
6. Penulis memilih perwakilan beberapa kelompok untuk memaparkan
hasil kerjanya dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
menanggapi serta meluruskan hal yang masih keliru dan sudah
maksimal dalam menyajikan jawaban.
7. Setelah skenario pembelajaran dilaksanakan, penulis memberikan tes
akhir untuk mengetahui perkembangan peserta didik.

c. Pengamatan

1. Guru mitra berkolaborasi mengamati aktivitas peserta didik dan


keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan tugas.
2. Secara kolaboratif dan partisipatif mengamati jalannya proses
pembelajaran.
3. Mengamati aktivitas peserta didik saat mengerjakan dan berusaha
menemukan solusi pemecahan masalah dalam LKPD.
4. Mengamati dan mencatat peserta didik yang aktif berpartisipasi dalam
kelompok, berani mengambil keputusan dalam menyelesaikan soal, dan
dapat memberikan tanggapannya kepada hasil kerja kelompok lain.

d. Refleksi
1. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara
terhadap pengajaran pada siklus I.
2. Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada
pelaksanaan kegiatan Penelitian dalam siklus II.

Siklus II

Pada prinspnya, semua kegiatan siklus II hampir sama dengan kegiatan pada
siklus I. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil
refleksi pada siklus I.

a. Tahapannya tetap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.


b. Materi pelajaran penerapan Operasi Bentuk Aljabar.
c. Diharapkan, Pemahaman konsep matematis peserta didik pada operasi
bentuk aljbar harus semakin tinggi daripada siklus I.
d. Diakhir kegiatan/siklus penulis memberikan tes formatif yang sesuai
dengan pokok bahasan yang diberikan .
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A. Solusi dan Pembahasan


Permasalahan pada penelitian (PTK) ini adalah rendahnya pemahaman
konsep matematis peserta didik pada materi operasi bentuk aljabar di kelas VII
SMP Negeri 14 Palu. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat peserta didik
dalam belajar matematika sehingga peserta didik tidak berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman
konsep matematis peserta didik pada materi operasi bentuk aljabar ini maka
penulis menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
Model Discovery Learning adalah suatu proses pembelajaran yang
penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut peserta
didik terlibat aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip
yang belum diketahuinya. Dengan kondisi peserta didik yang kurang mampu
memahami konsep matematis pada operasi bentuk aljabar, maka model
pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada peserta
didik dalam memahami dan dapat mempermudah peserta didik belajar
matematika. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model Dicovery
Learning yaitu (1) memberikan stimulus atau rangsangan kepada peserta didik,
(2) mengidentifikasi permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran,
merumuskan masalah kemudian menentukan jawaban sementara, (3) membagi
peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi, (4)
memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan pengumpulan data, kemudian
mengolahnya untuk membuktikan jawaban sementara, (5) mengarahkan
peserta didik untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatannya, dan
(6) mengarahkan peserta didik untuk mengomunikasikan hasil temuannya.
Model Discovery Learning menurut Suryosubroto (2001 : 192)
diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain sebelum sampai kepada
generalisasi.
Model Discovery Learning merupakan komponen dan praktik
pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,
berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
Menurut Ensyclopedia of Education Research , penemuan merupakan strategi
yang unik dan dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk
mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat
bagi peserta didik untuk mencapai tujuan penyelidikannya.
Bruner (dalam Ratna Wilis Dahar, 2010) mengatakan bahwa peserta
didik hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan
prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-
eksperimen untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Pengetahuan yang
diperoleh dengan belajar penemuan (discovery learning) akan lebih bertahan
lama karena menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna sehingga
hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil
belajar lainnya.
Hal ini juga diperkuat oleh Karim dari penelitiannya pada tahun 2011
yang menginformasikan bahwa pembelajaran discovery berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan konsep matematis siswa. Pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi daripada
rata-rata peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Cahyani tahun 2015 pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 4 sambi
Boyolali menunjukkan pula bahwa penerapan model discovery learning dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan pemecahan masalah matematika. Selain
itu, penelitian yang dilakukan Arisanti tahun 2016 di kelas VIII F SMP Negeri
2 Gatak Sukoharjo menujukkan bahwa dengan menerapkan model discovery
learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pelajaran
matematika.
Penerapan discovery learning dinilai efektif untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis peserta didik, sebagaimana penelitian
yang telah dilakukan oleh Asmar Bani (2011). Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa penggunaan pembelajaran penemuan telah meningkatkan kemampuan
pemahaman dan penalaran matematis peserta didik kelas VII salah satu SMP
di Ternate.
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014: 282) bahwa
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan,
siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri
masalah yang dihadapi. Wilcox (dalam Hosnan, 2014: 281) menyatakan bahwa
dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian
besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-
prinsip untuk diri mereka sendiri.
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau
permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan
yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui
penemuan sendiri. Bruner (dalam Kemendikbud, 2013b: 4) mengemukakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya. Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar
yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa
menemukan informasi sendiri. Sardiman (dalam Kemendikbud, 2013b: 4)
mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning
guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Hosnan (2014: 287-288) mengemukakan beberapa kelebihan dari
model discovery learning yakni sebagai berikut.
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.
e. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
f. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
g. Melatih siswa belajar mandiri.
h. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Kurniasih & Sani (2014: 66-67) juga mengemukakan beberapa
kelebihan dari model discovery learning, yaitu sebagai berikut.
a. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
b. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
c. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
d. Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Menurut Marzano (dalam Hosnan, 2014: 288), selain kelebihan yang
telah diuraikan, masih ditemukan beberapa kelebihan dari model discovery
learning, yaitu sebagai berikut.
a. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry.
b. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
c. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik.
d. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir bebas.
e. Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Kelebihan model Discovery Learning yaitu (1) Membantu peserta
didik mengembangkan dan memperbanyak persediaannya dan penugasan
keterampilan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif peserta didik,
(2) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sifatnya sangat pribadi dan mungkin
merupakan pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari
pengertian retensi dan transfer, (3) Strategi penemuan membangkitkan gairah
belajar peserta didik, (4) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bergerak maju sesuai dengan kemampuannya, (5) Peserta didik dapat
mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga lebih merasa terlibat dan
bermotivasi dalam belajar, (6) Membantu memperkuat pribadi peserta didik
dengan bertambahnya kepercayaan diri pada peserta didik, (7) Berpusat pada
peserta didik, (8) Membantu peserta didik menuju skeptisme yang sehat untuk
menemukan kebenaran sihir yang mutlak.
Pengaplikasian model Discovery Learning dalam pembelajaran,
terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014 :
68-71) mengemukakan langkah-langkah operasional model Discovery
Learning yaitu sebagai berikut :
a. Langkah persiapan model discovery learning
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara
induktif
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.

b. Prosedur aplikasi model discovery learning


1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada tahap ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungan, kemudia dilanjutkan untuk tidak
memberikan generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
2) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis.
3) Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
4) Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh peserta didik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi, sehingga peserta didik akan mendapatkan pengetahuan
baru dan alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian logis.
5) Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan solusi dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembbelajaran discovery learning dapat membantu meningkatkan
pemahaman konsep matematis pada materi operasi bentuk aljabar di kelas VII
SMPN 14 Palu dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran pada model
Dicovery Learning yaitu (1) stimulation/memberikan stimulus atau rangsangan
kepada peserta didik, (2) problem statement/mengidentifikasi permasalahan
yang relevan dengan bahan pelajaran, merumuskan masalah kemudian
menentukan jawaban sementara (hipotesis). Yaitu dengan menggunakan
LKPD yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta
didik antusias dalam mengidentifikasi masalah, (3) data collection membagi
peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi yang
melibatkan peserta didik dalam mengumpulkan data dan menggali infromasi
dari berbagai sumber yang ada sehingga peserta didik aktif dalam
pembelajaran, (4) data processing memberikan LKPD dan memfasilitasi
peserta didik dalam kegiatan pengumpulan data, kemudian mengolahnya untuk
membuktikan jawaban sementara (hipotesis), (5) verification,
mengisntruksikan peserta didik untuk menganalisis dan memeriksa dengan
cermat hasil kerja kelompok peserta didik, dan (6) generalization
mengarahkan peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatannya. Kegiatan
pembelajaran ditutup dengan memberi reward kepada kelompok terbaik.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, maka beberapa
saran yang dapat diajukan kepada guru dan peneliti selanjutnya yaitu :
1. Bagi guru
Model pembelajaran discovery learning agar dapat menjadi bahan alternatif
dalam memilih model pembelajaran yang dapat menunjang dalam upaya
meningkatkan pemahaman peserta didik pada pelajaran matematika,
khususnya pada operasi hitung bentuk aljabar.
2. Bagi peneliti
Calon peneliti selanjutnya dapat mencoba penerapan model pembelajaran
discovery learning pada pokok bahasan matematika yang lain, dapat juga
dipadukan dengan media pembelajaran matematika yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Ali.M.H., Muhlisrarini.(2014). Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran


Matematika.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Fathani, Abdul Halim.(2016). Matematika:Hakikat & Logika. Jogjakarta: AR-


RUZZ MEDIA.

Tampubolon, Saur.(2014). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan


Profesi Pendidik dan Keilmuan. Jakarta: Penerbit Eerlangga

Tatang.,Mahmud.(2012). Ilmu pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Nasution, S. M. A. (1988). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar


Mengajar.Jakarta: Bina Aksara.

Sondi, A. Dwiyanto. (2018). Penerapan Metode Drill Dalam Model pemeblajaran


Discovery learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar di Kelas VII A SMP Labschool
Untad Palu. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 7 Nomor 1, Maret 2018.
[Online] Tersedia : https://jurnal.untad.ac.id [diakses pada 06 September
2019]

Irsyad, Yofa Muhammad. (2019). Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis


Siswa Kelas VII G Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Question
Cards di SMPN 22 Semarang. Prisma 2019, Vol 2, 466-472. [Online]
Tersedia: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma [diakses pada 06
September 2019]

Anda mungkin juga menyukai