Anda di halaman 1dari 14

ARSITEKTUR TROPIS

GENAP 2019/2020

TUGAS II
SOLUSI DESAIN BANGUNAN DI DAERAH TROPIS
HANGAT-LEMBAB

KELOMPOK 1
NI MADE SUMIATI SRIASIH
F22119039

PRODI S1 ARSITEKTUR
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TADULAKO

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Iklim tropis merupakan sebutan untuk iklim di daerah yang berada dekat
ekuator. Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang dominan
yang pada hampir keseluruhan waktu dalam satu tahun bangunan “bertugas”
mendinginkan pemakai, dari pada menghangatkan dan suhu rata-rata pertahun tidak
kurang dari 200C (Koenigsberger. 1975:3). Iklim tropis memiliki pembagiannya
tersendiri, yaitu :

1) Iklim Tropis Hangat dan Lembab (Tropical Warm and Humid Region)
2) Iklim Tropis Savana-Lembab (Tropical Humid Savana Area)
3) Iklim Tropis Savana-Kering (Tropical Dry Savana Area)
4) Iklim Tropis Panas-Kering (Tropical Hot and Dry Area)
5) Iklim Arsitektur Tropis Pantai Hangat-Lembab (Warm Humid Island
Climate/Trade Wind Climate)
6) Iklim Arsitektur Dataran Tinggi Tropis (Tropical Upland Climate/Equatorial
Upland Climate)

Setiap pembagian iklim memiliki ciri khas dan permasalahannya masing-


masing. Keadaan iklim yang berbeda antar satu wilayah dengan wilayah lain dapat
mempengaruhi bentukan dari bangunannya, meskipun berada pada satu iklim tropis.
Dengan adanya kondisi iklim yang berbeda ini membuat bangunan harus mampu
merespon keadaan iklim yang ada, sehingga membuat perbedaan solusi bangunan
pada masing-masing wilayah. Penting untuk mengetahui keadaan iklim masing
masing wilayah sehingga dapat menentukan solusi terhadap iklim tropis di wilayah
tersebut. Salah satunya adalah iklim tropis hangat-lembab, yang memiliki ciri
bangunan tersendiri akibat respon akan permasalahan iklim.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa saja permasalahan akibat iklim tropis-hangat lembab?

2
2. Bagaimana contoh desain bangunan yang tepat dalam merespon iklim tropis
hangat-lembab?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui permasalahan akibat iklim tropis-hangat lembab.
2. Mengetahui contoh desain bangunan yang tepat dalam merespon iklim tropis
hangat-lembab.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Iklim Tropis Hangat-Lembab


Menurut Lippsmiere, iklim tropis Indonesia mempunyai kelembaban relatif
(RH) yang sangat tinggi (kadang-kadang mencapai 90%), curah hujan yang cukup
banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya berkisar 230C dan dapat naik sampai
380C pada musim “panas”. Pada iklim ini terjadi sedikit sekali perubahan “musim”
dalam satu tahun, satu-satunya tanda terjadi pergantian musim adalah banyak atau
sedikitnya hujan, dan terjadinya angin besar.

B. Karakterisitik Iklim Tropis Hangat-Lembab


Karakteristik Warm Humid Climate (iklim hangat-lembab) adalah sebagai
berikut (Lippsmiere. 1980:28)
 Landscape, rain forest (hutan hujan) terdapat sepanjang pesisir pantai dan
dataran rendah daerah ekuator.
 Kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang tertutup rumput.
 Tumbuhan, zona ini tumbuhan sangat bervariasi dan lebat sepanjang tahun.
Tumbuhan tumbuh dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan
suhu udara yang panas.
 Terjadi sedikit perbedaan musim. Pada bulan “panas” kondisi panas dan lembab
sampai basah. Pada belahan utara, bulan “dingin” terjadi pada Desember-
Januari, bulan”panas” terjadi pada Mei sampai Agustus. Pada belahan selatan
bulan “dingin” terjadi pada April sampai Juli, bulan “panas” terjadi pada
Oktober sampai Februari.
 Kondisi langit, hampir sepanjang tahun keadaan langit berawan. Lingkungan
awan berkisar 60%-90%. Luminance (lumansi) maksimal bisa mencapai 7000
cd/m2 sedangkan luminasi minimal 850cd/m2.
 Radiasi dan panas matahari, pada daerah tropis radiasi matahari dikategorikan
tinggi. Sebagian dipantulkan dan sebagian disebarkan oleh selimut awan
meskipun demikian sebagian radiasi yang mencapai permukaan bumi
mempunyai dampak yang besar dalam mempengaruhi suhu udara.

4
 Temperatur udara, terjadi fluktuasi perbedaan temperatur harian dan tahunan.
Rata-rata temperatur maksimum tahunan adalah 30,500C. Temperatur rata-rata
tahunan untuk malam hari adalah 250C tetapi umumnya berkisar antara 21-270C,
sedangkan selama siang hari berkisar 27-320C kadang-kadang lebih dari 320C.
 Curah hujan sangat tinggi selama satu tahun, umumnya menjadi sangat tinggi
dalam beberapa tahun tertentu. Tinggi curah hujan tahunan berkisar antara 2000-
5000 mm, pada musim hujan dapat bertambah. Sampai 500 mm dalam sebulan.
Bahkan pada saat badai bisa mencapai 100 mm per jam.
 Kelembaban, dikenal sebagai RH (Relative humidity), umumnya rata-rata
tingkat kelembaban adalah sekitar 75%, tetapi kisaran kelembabannya adalah
55% sampai hampir 100%. Absolute humidity antara 25-30 mb.
 Pergerakan udara, umumnya kecepatan angin rendah, tetapi angin kencang dapat
terjadi selama musim hujan. Arah angin biasanya hanya satu atau dua.
 Karakteristik khusus, tingginya kelembaban mempercepat pertumbuhan alga dan
lumut, bahan bangunan organik membusuk dengan cepat dan banyaknya
serangga. Evaporasi tubuh terjadi dalam jumlah kecil karena tingginya
kelembaban dan kurangnya pergerakan udara (angin). Rata-rata badai adalah
120-140 kali dalam satu tahun.

C. Pengertian Arsitektur Tropis


Arsitektur tropis menurut Lippsmeier (1980), merupakan suatu rancangan
bangunan yang dirancang untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terdapat di daerah tropis.
Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah
beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan. Kondisi iklim seperti
temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan,
mempengaruhi terhadap desain. Masyarakat pada zaman dahulu dalam membangun
rumahnya atau mendesain berusaha untuk menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna
mendapatkan desain rumah yang nyaman dan aman menurut (Ahmad nidlom, 2001).
Arsitektur Tropis meliputi berbagai macam hal yang menyangkut desain
bangunan atau kawasan yang berkarakter bangunan tropis, dengan pengaruh atau
dampak terhadap lingkungannya Menurut (M.Syarif, Hidayat: 2014).

5
D. Prinsip Desain Arsitektur Tropis
Prinsip Desain Bioklimatik Pada Daerah Tropika Basah (Warm- Humid Climate
Region) meliputi :
1) Meminimalkan pemanasan matahari (heat gain) pada bangunan (Yeang, 1994);
2) Mencegah masuknya serangga ketika jendela terbuka untuk ventilasi;
3) Meminimalkan risiko dari badai tropis,
4) Menyediakan ventilasi alami yang efektif;
5) Memaksimalkan laju pendinginan di malam hari;
6) Mencegah penetrasi hujan
(Givoni, 1998; Lippsmeier, 1980; Olgyay, 1963; Evan, 1980)

Menyediakan ruang untuk kegiatan semi outdoor sebagai bagian integral dari
ruang tamu (Givoni, 1998; Olgyay, 1963),
Penggunaan konstruksi ringan dan terbuka, dinding merupakan bagian yang
paling diutamakan dibandingkan wilayah suhu lainnya dan segala jenis penyerap
panas dihindarkan, selain itu penggunaan peneduhan dan permukaan yang dapat
memantulkan cahaya (Lippsmeier ,1980; Olgyay, 1963),
Bangunan harus teduh struktur yang mendorong gerakan udara pendingin
dengan cross ventilasi, perlindungan naungan harus di semua sisi yang terkena sinar
matahari, untuk menghindari silau baik di dalam maupun di luar, atap harus kedap
air, terisolasi, dan memantulkan sinar matahari dan melindungi dari hujan dan
mengurangi langit silau. (Olgyay, 1963; Yeang 1994).
Selain itu juga perlu ruang transisional di tengah dan disekeliling bangunan
sebagai ruang udara dan atrium, insolator panas yang baik pada kulit bangunan dapat
mengurangi pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang berasal dari
dalam bangunan, Hubungan terhadap Lansekap, lantai dasar bangunan tropis
seharusnya lebih terbuka dan menggunakan ventilasi alami dan pertimbangan
orientasi bangunan (Yeang, 1994).

6
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PERMASALAHAN IKLIM TROPIS HANGAT-LEMBAB

Iklim tropis hangat-lembab dan pada umumnya memiliki masalah yang dihadapi
seperti dikatakan oleh Lippsmeier, 1994: 18. Yaitu :
1. Panas yang tidak menyenangkan
2. Gerakan udara lambat jadi penguapan sedikit
3. Perlunya perlindungan terhadap matahari
4. Perlunya perlindungan terhadap hujan
5. Perlunya perlindungan terhadap seranga
6. Perlunya perlindungan terhadap angin keras

B. LOKASI CONTOH BANGUNAN IKLIM TROPIS HANGAT-LEMBAB

Contoh Bangunan yang diambil ; Distort House, Jakarta, Indonesia

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta terletak pada posisi 6°LS
dan 106°BT dan beriklim tropis lembab. DR. Ir. RM Sugiyanto, mengatakan bahwa
ciri-ciri iklim tropis lembab sebagaimana ada di Indonesia adalah “kelembapan udara
yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun”. Bila
disesuaikan dengan ciri daerah beriklim tropis lembab menurut Lippsmeier (1994)
adalah:
1. Suhu udara relatif tinggi dengan amplitudo suhu siang-malam kecil (24ºC-
32ºC) dengan suhu maksimum rata-rata adalah antara 27ºC–32ºC, minimum
rata-rata adalah antara 20ºC-23ºC.
2. Radiasi matahari relatif tinggi, 1500-2500/m²/tahun. (Jakarta ± 1800
kwh/m2/tahun).
3. Curah hujan sekitar 2000-3000 mm/tahun (Jakarta ± 2000 mm/tahun).
4. Kelembapan udara tinggi (Jakarta 60-95%).
5. Kecepatan angin relatif rendah (Jakarta 5 m/s).

7
C. CONTOH DESAIN BANGUNAN HANGAT-LEMBAB

Distort House, Jakarta, Indonesia

Gambar 1: Bagian Depan Distort House Gambar 2: Lantai Dasar Distort House

Penerapan Solusi Desain Bangunan Iklim Tropis Hangat-Lembab pada Distort


House :

1. Sumbu bangunan dibuat miring 150 tujuannya untuk memaksimalkan lahan


sehingga terdapat lebih banyak tempat untuk menjamin sirkulasi udara yang
baik. Hal ini menjadi penting agar perputaran udara dapat berlangsung dan tidak
menyebabkan pengap.
2. Ruang sekitar bangunan diberi peneduh seperti vegetasi, tanpa mengganggu
sirkulasi udara. Pohon memberikan nuansa sejuk yang tak ada habisnya,
menghasilkan udara segar dan sehat. Area hijau pada bagian depan rumah,
samping, dalam hingga belakang rumah memberikan nuansa sejuk karena
menurunkan temperature udara pada area luar bangunan. Area ini pun juga
menjadikan udara lebih leluasa masuk ke dalam dan ke luar rumah . Pemberian
ruang hijau ini juga membantu mengurangi radiasi matahari yang dipantulkan
dengan menggunakan rumput untuk menutupi tanah.

8
3. Penggunaan Pitch Roof, atap miring juga berfungsi mengalirkan air hujan
dengan cepat untuk menghindari tampias ke dalam bangunan. Serta membuat
teritisan yang lebar pada atap untuk menghindari sinar matahari berlebih,
sehingga menjadi pembayang pada siang hari. Atap dengan teritisan yang besar
memberikan perlindungan pada semua sisi bangunan dan menghindari silau.

Gambar 3: Pembayangan atap pada siang hari

4. Bukaan pada bangunan ini cukup unik dengan menggunakan daur ulang kayu
pada jendela untuk bukaan udara, dan beberapa jendela tetap dengan
material Louver atau kaca bening untuk memasukkan cahaya ke dalam
bangunan. Mereka menggunakan berbagai bentuk yang menciptakan pola
tambal sulam pada fasad tangga. Penggunaan pola ini memberikan bukaan yang
baik untuk udara maupun cahaya. Louver digunakan sebagai sun shading untuk
mengatasi cahaya matarahari berlebihan.

9
Gambar 4 : Bukaan pada bagian fasad tangga

Gambar 5: Bukaan Jendela pada Lantai 2

10
Gambar 6: Bagian Dalam Bangunan

Karena pemberian bukaan yang tepat bangunan tersebut dapat memanfaatkan


cahaya matahri sebagai penerangan pada siang hari.

5. Bukaan dibuat dengan memakai orientasi sesuai arah angin, bukaan-bukaan


yang dibuat dapat melakukan ventilasi silang di dalam bangunan sehingga
perputaran udara dapat berlangsung. Pada bangunan juga terdapat ruang tamu
yang bersifat terbuka dapat memberikan udara alami yang sejuk dan sehat.
Raung-ruang yang bersifat publik juga dibuat dengan banyak bukaan sehingga
perputaran udara dapat berlangsung dengan baik.

11
Gambar 7: Ruang Tamu pada Distort House

6. Material bangunan yang digunakan dapat mendinginkan temperature udara,


bangunan ringan serta material dengan daya serap yang rendah. Seperti
penggunaan batu bata, keramik, kayu, dan genteng tanah liat

12
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa arsitektur tropis hangat-lembab adalah bangunan yang
mampu merespon kondisi dan permasalahan pada daerah iklim hangat-lembab. Adapun
solusi desain bangunan pada arsitektur tropis hangat-lembab, yaitu :
1. Memberikan ruang pada bangunan untuk sirkulasi udara.
2. Adanya area hijau sebagai penurun temperatur udara dan memberkan kesejukan
tanpa menggangu sirkulasi udara.
3. Penggunaan atap miring dan teritisan yang lebar sebagai solusi dari curah hujan
yang tinggi dan radiasi matahari.
4. Bukaan dibuat agar ventilasi silang dapat berlangsung.
5. Matahari berlebih dapat diatasi dengan pengguna sun shading, teritisan dan
dibantu dengan adanya pohon.
6. Material bangunan tipis dan memiliki daya serap rendah.

13
DAFTAR PUSTAKA
Cyntia, Ratri. 2016. Bangunan Iklim Tropis. Diakses dari :
http://ratricynthia.blogspot.com/2016/11/bangunan-iklim-tropis.html
(Pada 16 Maret)

Arsitur Studio. 2020. Pengertian Arsitektur Tropis, Ciri, Prinsip dan Contohnya.
Diakses dari :https://www.arsitur.com/2017/03/pengertian-arsitektur-
tropis-dan-ciri.html (Pada 16 Maret)

Zurnalis, dkk. 2017. Arsitektur Tropis Sebagai Pendekatan Redesain Perpustakaan Dan
Kearsipan Kabupaten Indragiri Hilir. Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2.

Handoko ,Jarwa Prasetya Sih. 2019. Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik Pada Iklim
Tropis. Jurnal Arsitektur, Vol. 6, No. 2.

Anonim. Diakses dari:


http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2011201127ARB
ab2001/page16.html (Pada 16 Maret)

14

Anda mungkin juga menyukai