Anda di halaman 1dari 1

Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2011 menetapkan cemaran mikroba pada susu segar

mempunyai batas maksimum cemaran Enterobacteriaceae 1x103 cfu/ml dan Staphylococcus aureus
1x102 cfu/ml dengan total mikroorganisme (TPC) maksimal 1x10 6 cfu/ml.

Kontaminasi Staphylococcus aureus yang tinggi pada semua sampel susu

dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi yang berasal dari pekerja sehingga

bakteri ini bertambah jumlahnya dan menimbulkan pencemaran pada susu.

Menurut Cretenet et al. (2011), keberadaan Staphylococcus aureus pada susu dan

produk susu menunjukkan praktek higiene personal yang tidak baik dari pekerja

saat pemerahan dan buruknya kebersihan lingkungan sekitar kandang serta adanya

penanganan yang tidak tepat oleh pekerja.

Staphylococcus aureus secara normal hidup pada manusia dan hewan.

Bakteri yang hidup secara fakultatif anaerobik ini, 30-50% hidup pada saluran

hidung, tenggorokan, kulit manusia serta merupakan sumber kontaminasi terbesar

ke dalam susu, produk olahan susu dan bahan pangan lainnya (James et al. 2003).

Menurut Soriano et al. (2002), manusia merupakan salah satu pembawa utama

bakteri Staphylococcus aureus karena bakteri ini dapat bertahan hidup di

lingkungan yang hangat dan basah seperti membran hidung manusia. Karena itu,

kontaminasi Staphylococcus aureus pada sampel susu dapat berasal dari pekerja

melalui saluran pernapasan dan kulit manusia.

Sumber pencemaran Staphylococcus aureus pada sampel susu dapat juga

berasal dari intramamari karena Staphylococcus aureus merupakan

mikroorganisme yang dapat menginfeksi intramamari. Menurut James et al.

(2003), kontaminasi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus secara umum berasal dari ambing
yang mengalami mastitis klinis atau mastitis subklinis. Susu

yang berasal dari ternak yang mengalami mastitis

Anda mungkin juga menyukai