Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik
Dosen Maris,
oleh:
NIKO JOUSIKA WANDIRA SEMBIRING
NPP 29.0152
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Partisipasi Masyarakat Dalam Politik Pemilihan Sebagai Implementasi Nilai
Demokrasi Yang Ada Di Indonesia”.
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian
makalah ini dapat diperbaiki semakin lebih baik lagi.
Demikian makalah ini diperbuat semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Dan disadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik
ke depannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
3 Contact Specialist Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan nasional dalam masalah-masalah tertentu.
4 Communicators Mengikuti informasi-informasi politik, terlibat dalam diskusi-diskusi, menulis surat pada editor surat
kabar, mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin-pemimpin politik.
5 Party and campign workers Bekerja untuk partai politik atau kandidat, meyakinkan orang lain tentang bagaimana memilih,
menghadiri pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai politik atau kandidat, bergabung dan
mendukung partai politik, dipilih jadi kandidat partai politik.
6 Community activitis Bekerja dengan orang lain berkaitan dengan masalah-masalah lokal, membentuk kelompok untuk
menangani problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam organisasi-organisasi kemasyara-katan,
melakukan kontak terhadap pejabat-pejabat berkenan dengan isu-isu sosial.
7 Protesters Bergabung dengan demonstrasi-demonstrasi publik di jalanan, melakukan kerusuhan bila perlu,
melakukan protes keras bila pemerintah melakukan sesuatu yang salah, menghadapi pertemuan-
pertemuan protes, menolak mematuhi aturan-aturan.
Dari berbagai aktivitas-aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman
aktivitas dalam partisipasi politik. Dari hal yang paling sederhana hingga yang
kompleks, dari bentuk-bentuk yang mengedepankan kondisi damai sampai
tindakan-tindakan kekerasan. Namun seluruh aktivitas ini termasuk dalam
kerangka partisipasi politik, setiap tindakan yang berhadapan dengan pembuat
dan pelaksana kebijakan, dan partisipan terlibat untuk mempengaruhi jalannya
proses tersebut agar sesuai kepentingan dan aspirasinya[6]
Selain itu juga jika dilihat dari Undang-undang tahun 1945 memang
seharusnya indonesia mempunyai sistem kekuasaan yang terdiri dari Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif. Bahkan menurut Prof. Prayudi Atmosudirdjo kekuasaan
yang ada di Indonesia didistribusikan ke dalam enam kekuasaan, yaitu :
1. Kekuasaan konsitutif,
2. Legislatif,
3. Yudikatif,
4. Eksekutif,
5. Konsultatif
6. Inspektif.
Prosentase Golput pada pemilu 2014 (sumber: kompasiana, diolah dari data KPU)
Jika dilihat dari data-data yang telah disajikan diatas terlihat bahwa
partisipasi masyarakat dalam pemilu dari waktu ke waktu cenderung mengalami
penurunan, hal ini terlihat dari banyaknya pemilih yang Golput dalam pemilu.
Dengan banyaknya warga masyarakat yang golput menimbulkan pertanyaan,
sebenarnya apa sih faktor-faktor yang mempengaruhi mereka?
Ada beberapa alasan mengapa tingkat status sosial-ekonomi
berkorelasi dengan kehadiran atau ketidakhadiran pemilih pada saat Pemilu, yaitu
:
1. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih mengahargai partisipasi warga. Para
pemilih yang bekerja di lembaga-lembaga sektor-sektor yang berkaitan langsung
dengan kebijakan pemerintah cenderung lebih tinggi tingkat kehadiran dalam
pemilu dibanding para pemilih yang bekerja pada lembaga-lembaga atau sektor-
sektor yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah. Para pegawai negeri atau pensiunan, menunjukkan tingkat kehadiran
memilih lebih tinggi dibanding dengan yang lain. Sebab, mereka sering terkena
langsung dengan kebijakan pemerintah, seperti misalnya kenaikan gaji,
pemutusan hubungan kerja, dan sebagainya. Begitu pula para pensiunan yang
sangat berkepentingan langsung dengan berbagai kebijakan pemerintah,
khususnya tentang besarnya tunjangan pensiun kesehatan, kesejahteraan atau
tunjangan-tunjangan lainnya.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat dikatakan turut mempengaruhi perilaku pemilih
masyarakat di Kecamatan Medan Amplas. Faktor pendidikan merupakan hal
yang sangat penting untuk diperhatikan, sebab pendidikan sebagai suatu kegiatan
yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam menganalisa teori serta
mampu untuk menentukan keputusan dalam persoalan-persoalan untuk mencapai
tujuan menjadi faktor yang penting bagi masyarakat sebagai pelaku partisipasi
aktif dalam pemilihan. Karena semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
ketajaman dalam menganalisa informasi tentang politik dan persoalan-persoalan
sosial yang diterima semakin meningkat dan menciptakan minat dan
kemampuannya dalam berpolitik.
3. Pengaruh Keluarga
Keluarga juga memberikan pengaruh yang cukup besar pada masyarakat
dalam hal tidak ikut memilih pada Pemilu Legislatif, kuatnya pengaruh pimpinan
keluarga (ayah) dalam menentukan pilihan politik keluarga. Secara umum apabila
kepala keluarga (ayah) tidak ikut memilih akan memberikan pengaruh kepada
anggota keluarga lainnya untuk tidak ikut memilih.
Banyaknya warga masyarakat yang golput sangat disayangkan, padahal
yang seharusnya masyarakat seharusnya memilih para wakilnya yang duduk
diparlemen agar aspirasi mereka dapat tersalurkan, akan tetapi faktanya justru
banyak masyarakat yang tidak percaya lagi terhadap para calon legislatif yang
awalnya pada saat kampanye mereka beraspirasi akan mementingkan
kepentingan masyarakat, tapi pada saat telah terpilih justru banyak dari anggota
legislatif yang mementingkan kepentingan sendiri dan akhirnya banyak yang
melakukan korupsi. Oleh sebab itu agar partisipasi masyarakat kembali
meningkat lagi, maka perlu ada kerjasama antara pihak pemerintah dan
masyarakat. Dan pemerintah harus benar-benar mengusut berbagai kasus korupsi
yang ada diindonesia agar masyarakat kembali percaya terhadap para anggota
legislatif.
Sebenarnya upaya untuk mengatasi minimnya partisipasi masyarakat
(golput) sudah dilakukan oleh KPU. Salah satunya yakni dengan menggunakan
sistem input data online dan sosialisasi yang dilakukan secara gencar yang
dilakukan oleh KPU baik KPU pusat maupun KPU daerah. Selain itu juga KPU
melakukan sosialisasi tentang Daftar Pemilih Sementara (DPS) sebelum menjadi
Daftar Pemilih Tetap (DPT), tindakan yang dilakukan KPU tersebut perlu
diapresiasi oleh semua pihak karena KPU telah memperlihatkan Upayanya untuk
melakukan perbaikan keadaan. Sebenarnya sudah banyak pendapat yang
diberikan oleh banyak ahli guna memperoleh data yang bersih, valid dan reliable,
akan tetapi hal ini sangat sulit dilakukan. Penelitian yang terkait untuk
memperoleh data yang bersih, valid dan reliable sebenarnya dapat dilakukan dan
ditelusuri apabila pemerintah punya catatan kematian dari penduduk yang tercatat
dalam Single Identity Number (SIN) atau Nomor Induk Kependudukan (NIK)
sebagai acuan untuk memperoleh data yang bersih, valid dan reliable.
Akan tetapi Upaya yang dilakukan sia-sia, pemerintah harusnya
melakukan pendekatan secara persuasi (tidak bisa memaksa) agar masyarakat
aktif untuk mempelototi daftar pemilih.
Dalam pelaksanaan pemilu yang demokratis haruslah sesuai dengan asas
dari pemilu itu sendiri diantaranya adalah :
1. Jujur
Penyelenggara/pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu,
pengawas, dan pemantau Pemilu dan pemilih bersikap dan bertindak jujur.
2. Adil
Penyelenggaraan Pemilu setiap pemilih dan Parpol peserta Pemilu mendapat
perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
3. Langsung
Rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya
sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
4. Umum
Semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia, yaitu
sudah berumur 17 tahun atau telah pernah kawin, berhak ikut memilih dalam
Pemilu.
5. Bebas
Setiap warga negara yang memilih menentukan pilihannya tanpa tekanan dan
paksaan dari siapapun.
6. Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan
diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu implementasi dari nilai demokrasi adalah partisipasi dari
masyarakat dalam politik pemilihan, Budiardjo (2009:367) menyatakan bahwa
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut
serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih
pimpinan Negara dan secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
kebijakan pemerintah. Selain itu juga bentuk lain dari partisipasi masyarakat
dalam politik antara lain adalah partisipasi dalam pemilihan umum baik ditingkat
nasional maupun ditingkat daerah.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya dari kurun waktu 1999 sampai dengan
pemilu tahun 2014 partisipasi masyarakat dalam pemilu cenderung mengalami
penurunan, hal ini disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah ketidak
percayaan masyarakat terhadap para calon legislatif yang ada dikarenakan
kebanyakan dari para anggota legislatif yang telah terpilih cenderung hanya
mementingkan kepentingan sendiri dan banyak dari mereka bukannya membela
kepentingan masyarakat justru banyak dari mereka yang melakukan korupsi.
4.2 Saran
Agar tingkat partisipasi tidak terus mengalami penurunan maka
perlu ada tindakan dari pemerintah agar tingkat partisipasi masyarakat kembali
meningkat. Selain dengan usaha pemerintah masyarakat juga harus ikut andil
dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilu. Jadi agar partisipasi
mengalami peningkatan perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat.
Daftar Pustaka