Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan sarana yang diajarkan pada berbagai jenjang

pendidikan. Oleh sebabnya, penguasaan matematika sangat diperlukan karena

merupakan kunci bagi bidang pengetahuan lainnya. Pembelajaran matematika

sebaiknya tidak hanya menitik beratkan kepada dosen sebagai pengajar, tetapi

juga diperlukan media serta metode yang mendukung pembelajaran guna untuk

menanamkan cinta matematika, karena matematika merupakan pintu bagi segala

ilmu.

Matematika bukan hanya mengajarkan keterampilan berhitung dan

mengerjakan soal, melainkan mengajarkan aspek-aspek lain berupa kecermatan,

ketelitian, berpikir logis, bertanggung jawab, disiplin, hingga pemahaman bahwa

matematika sebagai ilmu dasar. Pemilihan pendekatan, metode, teknik, serta

strategi yang ditinjau dari segi materi dan karakteristik mahasiswa merupakan hal

yang sangat penting dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Pembelajaran matematika yang digunakan oleh dosen hanya berfokus pada

pemberian informasi, penyampaian materi yang sesuai dengan langkah pada buku

ajar, pengerjaan soal-soal latihan, dan pemberian tugas. Pembelajaran seperti ini

cenderung monoton dan tidak bervariasi, sehingga menyebabkan mahasiswa

merasa bosan dan berakibat tidak maksimalnya hasil belajar. Kegiatan belajar

yang cenderung berpusat kepada dosen mengakibatkan pembelajaran yang

dilakukan menjadi tidak bermakna dan kurang maksimal.


Menurut Lerner dalam Delphie (2009: 2) , matematika disebut sebagai

bahasa universal karena matematika merupakan bahasa simbolis yang mampu

melakukan pencatatan serta mengkomunikasikan ide-ide berkaitan dengan

elemen-elemen dan hubungan-hubungan kuantitas. Ruang lingkup matematika

meliputi pengoprasian perhitungan, pengukuran, aritmetika, kalkulasi, geometri

dan aljabar. Istilah matematika tidak hanya sekedar istilah aritmetika karena

sesungguhnya matematika merupakan kajian ilmu dari seluruh susunan angka dan

hubungannya, sedangkan aritmetika merupakan pengoperasian perhitungan yang

diajarkan di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sundayana (2015 : 2) bahwa

matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran

yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan

salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Saat ini, banyak yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang

sulit, tidak menyenangkan, bahkan momok yang menakutkan. Hal ini dikarenakan

masih banyak yang merasakan serta mengalami kesulitan-kesulitan dalam

mengerjakan soal-soal matematika.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan saat dilaksanakannya

Praktik Inovasi Pembelajaran Matematika (PIPM) pada mahasiswa pendidikan

matematika Universitas Bengkulu permasalahan yang dihadapi dalam proses

pembelajaran matematika pada mahasiswa antara lain: selama proses

pembelajaran mahasiswa tidak berani mengeluarkan pendapat baik dalam proses

pembelajaran pada perkuliahan maupun dalam proses diskusi kelas, masih

banyak mahasiswa yang merasa acuh di dalam perkuliahan, mahasiswa kurang

memiliki banyak referensi dalam belajar, pelaksanaan diskusi kelompok tidak


efektif karena mahasiswa bekerja sendiri-sendiri dan terdapat mahasiswa yang

mengandalkan salah satu anggota untuk mengerjakan tugas kelompok,

keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran kurang optimal sehingga

aktivitas belajar mahasiswa masih rendah (diartikan dosen sebagai pusat pada

pembelajaran), dan kurangnya inovasi latihan dalam pembelajaran yang

dilakukan dosen.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, menunjukan

bahwa diperlukan suatu perubahan cara mengajar yang dilakukan oleh dosen.

Perubahan dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang

berbeda dari biasanya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan

untuk mengatasi masalah tersebut ialah model pembelajaran Creative Problem

Solving. Menurut Aris (2014: 57) pada model pembelajaran Creative Problem

Solving ini memiliki kelebihan diantaranya adalah melatih siswa untuk

mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah

yang dihadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,

menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan

kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan

tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan

khususnya dunia kerja. Dari permasalahan-permasalahan yang mendasari di atas,

Creative Problem Solving ini dapat membantu mahasiswa untuk lebih aktif

berdiskusi , menuntut mahasiswa untuk lebih kreatif, membantu mahasiswa

untuk out of the box (membuka cara berfikir seluas-luasnya dalam menyelesaikan

permasalahan/soal yang diberikan), dan sebagai salah satu cara agar

pembelajaran menjadi lebih bermakna.


Menurut Karen dalam Rosalin (2008:57), model Creative Problem

Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang berpusat pada

keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas.

Guru hendaknya dapat merangsang siswa dalam memecahkan masalah sehingga

dapat meningkatkan keterampilan proses dan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran. CPS terdiri dari problem solving yaitu bagian dari pemikiran

analitis (analytical thinking) dan kreativitas siswa.

Penggunaan model pembelajaran CPS ini dapat meningkatkan

penguasaan materi mahasiswa. Peningkatan terjadi karena menggunakan metode

pembelajaran berbasis masalah sehingga mahasiswa dapat mencari cara yang

berbeda dalam menemukan solusi yang tepat pada mata kuliah kapita selekta.

Penggunaan metode ini juga akan menumbuhkan ide, kreatifitas serta lebih

mementingkan proses dari pada hasil sehingga mahasiswa akan aktif dalam

proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di muka maka peneliti termotivasi

untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis melalui pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS) pada mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif matematis melalui pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada

mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Memotivasi mahasiswa dan memberikan pengalaman belajar agar aktif

dalam pembelajaran matematika serta lebih tertarik sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

2. Bagi Dosen

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan mengenai penggunaan model

pembelajaran pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).

3. Bagi Perguruan Tinggi

Memberikan informasi apakah penerapan model pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif matematis mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai sasaran serta untuk

menghindari kesalahpahaman, peneliti membatasi istilah yang harus didefinisikan

secara jelas dalam penelitian ini, adapun berberapa istilah tersebut antara lain :
1. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu

model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan

keterampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan

keterampilan (Karen dalam Cahyono, 2009: 3).

2. Kemampuan Berpikir kreatif adalah kemampuan yang memuat empat

komponen utama yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian dan elaborasi.

(Hendriana,2017:112).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berpikir, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang

baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan

yang lain (Somakim & Azhari, 2013). Bagi orang-orang atau kelompok,

suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan

banyak masalah memerlukan pemecahan baru. Sedangkan menurut

B.Clark dalam Munandar (2009) berpikir adalah keadaan berpikir rasional

yang dapat diukur dan dapat dikembangkan dengan latihan sadar dan

sengaja. Maka tujuan berpikir adalah untuk menemukan pemahaman atau

pengertian yang dikehendaki. Ruggiero (Siswono ,2005) berpendapat

bahwa berpikir merupakan aktivitas mental untuk membantu

memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu

keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan. Hal ini menunjukkan

bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan

masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu

aktivitas berpikir.

Munandar (1987) dan Supriadi (1994) mengidentifikasi orang yang

kreatif adalah mereka yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, kaya

akan ide, imajinatif, percaya diri, non-konfromis, bertahan mencapai

keinginannya, bekerja keras, optimistik, sensitif terhadap masalah,berfikir

positif, memiliki rasa kemampuan diri, berorinetasi pada masa datang,

menyukai masalah yang kompleks dan menantang.


Hampir serupa dengan munandar (1987) dan Supriadi (1994),

Puccio dan Murdock (Costa, 2001) mengemukakan perilaku afektif yang

termuat dalam berpikir kreatif antara lain : merasakan masalah dan

peluang toleran terhadap ketidakpastian, memahami lingkungan dan

kekreatifan orang lain, bersifat terbuka, berani mengambil resiko,

membangun rasa percaya diri, emosi dan mengantisipasi sesuatu yang

tidak diketahui. Selain dari itu, dalam berfikir kreatif memuat kemampuan

metakognitif antara lain: merancang strategi, menetapkan tujuan dan

keputusan, memprediksi dari data yang tidak lengkap, memahami

kekreatifan dan sesuatu yang tidak dipahami oleh orang lain, mendiagnosa

informasi yang tidak lengkap, membuat pertimbangan multipel, mengatur

emosi, dan memajukan elaborasi solusi masalah dan rencana.

Terdapat bermacam-macam cara berpikir, diantaranya berpikir

vertikal, lateral, kritis, analitis, kreatif dan strategis. Menurut Huda (2011),

berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan

gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat juga diartikan sebagai suatu

kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau

pemikiran yang baru. Sedangkan Pehkonen (1997) memandang bahwa

berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir

divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.

Berpikir divergen sendiri adalah memberikan bermacam-macam

kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Sementara itu

Munandar (1999) menjelaskan pengertian berpikir kreatif adalah

kemampuan yang berdasarkan pada data atau informasi yang tersedia


untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,

dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman

jawaban. Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan

jawaban pada suatu masalah. Tentu saja semua jawaban itu harus sesuai

dengan masalah. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat

diberikan yang menentukan kemampuan berpikir kreatif seseorang, tetapi

kualitas atau mutu dari jawabannya. Selain itu jawabannya harus

bervariasi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka berpikir kreatif

dapat diartikan sebagai berpikir secara logis dan divergen untuk

menghasilkan ide atau gagasan yang baru.

Adapun kemampuan berpikir kreatif matematis yang dimaksud

adalah kemampuan mengemukakan ide-ide dalam menyelesaikan soal-

soal matematika. Munandar (2019: 192) mendefinisikan kemampuan

berpikir kreatif matematis adalah kemampuan dalam matematika yang

meliputi empat kriteria, antara lain kelancaran, kelenturan (fleksibilitas),

keaslian (orisinalitas) dan kerincian (elaborasi). Kelancaran menjawab

adalah kemampuan peserta didik dalam mencetuskan penyelesaian

masalah, atau pertanyaan matematika secara tepat. Kelenturan menjawab

adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan gagasan, jawaban,

atau pertanyaan yang bervariasi namun harus tetap mengacu pada masalah

yang diberikan. Keaslian adalah kemampuan menjawab masalah

matematika menggunakan bahasa, cara atau idenya sendiri sehingga ide

tersebut tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Elaborasi adalah


kemampuan mengembangkan jawaban masalah, gagasan sendiri ataupun

gagasan orang lain.

Berdasarkan penjelesan diatas, kemampuan berpikir kreatis sangat

penting dalam menunjang pembelajara. siswa memerlukan dorongan untuk

mewujudkan potensi keratifnya, siswa harus diberi kesempatan untuk

terlibat aktif dalam proses pemecahan masalah secara kreatif. oleh karena

itu dosen harus dapat memfasilitasi suatu pembelajaran yang dapat

membantu siswa untuk berpikir kreatif.

B. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Berbagai masalah pembelajaran matematika yang masih rendah

sebagai akibat kesulitan siswa dalam melaksanakan pembelajaran,

pengelolaan guru dalam proses pembelajaran, maka dibutuhkan model

pembelajaran yang tepat untuk mengatasinya. Salah satu model

pembelajaran adalah model pembelajaran problem solving merupakan

model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam

berpikir tinggi (Wiederhold dalam Suyitno, 2004:37) Hal tersebut terjadi

karena model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika

dengan strateginya sendiri. Salah satu pengembangan dari model

pembelajaran ini adalah metode pembelajaran CPS.

Creative Problem Solving berasal dari kata creative, problem , dan

solving. Creative artinya banyak ide baru dan unik dalam mengkreasi

solusi serta mempunyai nilai dan relevan, problem artinya suatu situasi
yang memberikan tantangan, kesempatan, yang saling berkaitan;

sementara solving, artinya merencanakan suatu cara untuk menjawab atau

menemukan jawaban dari suatu problem (Mitchell dan Kowalik, 1999).

Gambar 2.1 Alur Model Pembelajaran Creative Problem Solving (Isaksen

and Treffinger dalam Isrok’atun & Tiurlina, 2014)

Menurut Isrok’atun & Tiurlina (2014) bahwa situasi matematika

kreatif merupakan syarat dalam mengemukakan masalah matematika

dalam menyelesaikan masalah matematika dalam tujuan. Sementara itu,

menerapkan matematika adalah penerapan proses pembelajaran dengan

situasi baru.

Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) awalnya

dikembangkan oleh Alex Osborn dan Sidney Parnes pada tahun 1960-an,

yang model CPS adalah mapan dan metode yang diterapkan untuk
mengajarkan ketrampilan mengajar kritis dan strategi metakognitif,

khususnya di bidang pendidikan berbakat (Chant, Moes dan Ross, 2009).

Treffinger, Isaksen, dan Dorval (2003) menyatakan bahwa pemecahan

masalah secara kreatif adalah model bantuan memecahkan masalah dan

mengelola perubahan kreatif.

Model pembelajaran Creative Problem Solving menurut Pepkin

(2004) adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada

pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan

ketrampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat

melalukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan

mengembangkan tanggapannya. Manoy (2014) mengatakan bahwa

Creative Problem Solving (CPS) adalah kemampuan untuk merencanakan

jalan/baru dan ide unik untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hasil

penelitian Cahyono dan Sugianto (2013) menunjukkan bahwa model CPS

adalah model yang efektif, student centered, proses ketrampilan dan

kegiatan mahasiswa memberikan positif berpengaruh terhadap hasil

belajar.

Proses CPS mempunyai 6 aspek kemampuan, setiap aspek dimulai

dari aktivitas divergen dan diakhiri dengan aktivitas konvergen, Aspek

kemampuan dalam proses CPS adalah sebagai berikut Osborn (dalam

Proctor, 2005)

a. Objective Finding

Upaya mengidentifikasi situasi ke dalam bentuk yang menantang.

b. Fact Finding
Upaya mengidentifikasi semua data-data yang masih berkaitan dengan

konteks situasi, mencari dan mengidentifikasi informasi yang tidak

terdapat pada situasi tetapi penting.

c. Problem Finding

Upaya mengidentifikasi semua statement problem yang mungkin,

kemudian memilah-milah mana yang penting

d. Idea Finding

Upaya mengidentifikasi beberapa solusi dan statement problem, yang

mungkin

e. Solution Finding

Menggunakan daftar solusi yang telah dipilih pada tahap idea finding.

Memilih solusi yang terbaik untuk menyelesaikan problem.

f. Acceptence Finding

Upaya meningkatkan daya dukung, melalukan rencana aksi, dan

mengimplementasikan solusi.

Kemampuan siswa diukur dengan menggunakan prosedur

gabungan yang dikembangkan oleh Van Oech dan Osborn yang

dikemukakan oleh Pepkin dalam Isrok’atun (2012) terdiri dari langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Klarifikasi masalah, meliputi pemberian penjelasan kepada siswa

tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang

penyelesuaiannya yang diharapkan.

2. Pengungkapan masalah, siswa dibebaskan untuk mengungkapkan

gagasan tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.


3. Evaluasi dan seleksi, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-

pendapat atau strategi-strategi yang cocok untuk menyelesaikan

masalah.

4. Implementasi, siswa menentukan strategi yang dapat diambil untuk

menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya hingga

menemukan penyelesaian dari masalah tersebut.

C. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis melalui Model

Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).

Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan di atas jelas sekali bahwa

model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) menurut K.L Pepkin dalam

Zaharah (2012: 204) adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada

pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan

ketrampilan. Pembelajaran dengan model Creative Problem Solving (CPS)

mengenalkan pada masalah terbuka. Siswa dihadapkan dengan masalah terbuka

yang membutuhkan jawaban dengan banyak penyelesaian. Dengan menggunakan

Creative Problem Solving (CPS) , diharapkan pada saat menyelesaikan masalah,

pemikiran siswa bisa lebih kreatif, kritis, terampil dan termotivasi tidak hanya

pada sampel pertanyaan contoh yang diberikan oleh guru tetapi pada siswa

bermanfaat maksimal dalam proses berpikir dan hasil belajar (Janet T. Manoy,

2014). Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) memberikan

kesempatan kepada mahasiswa dalam proses pemecahan masalah dengan

harapan dapat melatih mahasiswa dalam kreatifitas matematis.


Khusus dalam matematika, Balka (Mann, 2005) menyatakan bahwa

kemampuan berfikir kreatif matematis meliputi kemampuan berpikir konvergen

dan berpikir divergen, yang dirinci menjadi : a) kemampuan memformulasi

hipotesis matematika yang difokuskan pada sebabdan akibat dari suatu situasi

masalah matematis; b) kemampuan menentukan pola-pola yang ada dalam situasi-

situasi masalah matematis; c) kemampuan memecahkan kebuntuan pikiran dengan

mengajukan solusi-solusi baru dari masalah-masalah matematis; d) kemampuan

mengemukakan ide-ide matematika yang tidak biasa dan dapat mengevaluasi

konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya; e) kemampuan mengidentifikasi

informasi matematis yang hilang dari masalah yang diberikan, dan f) kemampuan

merinci masalah matematis yang umum ke dalam sub-sub masalah yang lebih

spesifik.

D. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Pujiadi (2012) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Matematika Creative Problem Solving (CPS) Berbantuan CD Interaktif

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah”. Hasilnya terdapat

perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah siswa antar

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) dan siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional.

2) Kurniasari, Anis (2015) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Penalaran


Analogi Matematik Siswa di SMA Negeri 66 Jakarta. Hasil penelitian ini

adalah pembelajaran matematika pada pokok bahasan barisan dan deret

dengan menggunakan model Creative Problem Solving (CPS)

berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan penalaran analogi

matematik siswa dibandingkan dengan yang menggunakan model

konvensional.

3) Hasil penelitian Sri Sundari (2016) yang berjudul Pengaruh Creative

Problem Solving dan kemampuan komunikasi matematis terhadap

pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh pembelajaran Creative Problem Solving terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematika dengan Fobs = 5.043 > 𝐹𝛼 =

4,04; terdapat pengaruh kemampuan pemahaman konsep terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematika dengan Fobs = 4,961 > 𝐹𝛼 =

3,19.

4) Sugianto (2015) penelitian yang berjudul Humanistic Mathematics

Learning With Creative Problem Solving Assisted Thinking Ability. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi untuk perangkat yang

dikembangkan adalah valid. Hal ini juga praktis meningkatkan

kemampuan berfikir kreatif dengan menunjukkan siswa dan guru

tanggapan yang positif. Selain itu, perusahaan juga mencapai batas

minimum kriteria penguasaan pembelajaran pengambilan keputusan dan

propesional kerja bahkan lebih baik daripada kelas kontrol. Sikap dan

ketrampilan proses memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan

berpikir kreatif mereka, dan ada kemampuan berpikir kreatif siswa


meningkat untuk kelas eksperimen. Berdasarkan pencapaian empat

indikator tersebut, pembelajaran yang diaplikasikan secara efektif.

5) Penelitian Janet Trineke Manoy (2014) yang berjudul Creative Problem

Solving with Higher Order Thinking Probleming Learning Mathematics.

Makalah ini telah dipresentasikan pada Seminar Internasional tentang

Inovasi di matematika dan pendidikan matematika 1 ISIM-MED 2014

“Inovasi dan Teknologi untuk Matematika dan Pendidikan Matematika”

Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta,

November 26-30, 2014. Creative Problem Solving (CPS) berasal dari

kreatif, masalah, dan pemecahan. Kreatif adalah ide yang memiliki unsur

nilai kebaruan atau keunikan dan memiliki dan relevansi. Masalah atau

isu adalah situasi yang menantang, peluang sementara memecahkan

berarti menemukan cara untuk memecahkan masalah. Berdasarkan

penelitian ini disimpulkan bahwa sebelum penerapan CPS terdapat 100%

siswa yang tidak kreatif dalam pembelajaran matematika. Siswa

menjawab soal matematika dengan menggunakan prosedur rutin yang

membuatnya tidak kreatif. Setelah dilakukan penerapan CPS dalam

pembelajaran matematika, kemampuan siswa melakukan kreativitas

matematisnya meningkat dan meningkatkan kemampuan pemahaman

matematika.

E. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran matematika kurang optimal

sehingga tidak semua mahasiswa paham akan materi yang dijelaskan. Selain itu
pembelajaran yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok tidak berjalan efektif

dikarenakan masih terdapat mahasiswa yang mengandalakan teman

sekelompoknya untuk mengerjakan soal pada diskusi. Pada pembelajaran, dosen

kurang melakukan inovasi terlihat pada soal yang digunakan bersumber hanya

dari satu buku dan penyelesaiannya terpaku pada aturan dibuku. Hal ini,

membuat kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa menurun karena

mahasiswa tidak paham akan materi. Oleh sebab itu, perlu diterapkan suatu

pembelajaran yang dapat membuat mahasiswa paham akan materi yang

dijelaskan dan pelaksanaan diskusi efektif serta dapat meningkatkan aktivitas

mahasiswa dalam belajar.

Salah satu model pembelajaran yang tepat mengatasi masalah kurang

efektifnya pelaksaan diskusi adalah model pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS). Model pembelajaran ini melakukan pemusatan pengajaran dan

ketrampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan ketrampilan.

Ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan ketrampilan

memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak

hanya dengan cara menghafal tanpa berfikir, ketrampilan memecahkan masalah

memperluas proses berpikir. Oleh karena itu peneliti akan menerapkan model

pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Adapun kerangka pemikiran

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.


Kondisi Awal Proses
Mahasiswa yang aktivitas dan 1. Klarifikasi masalah,
hasil belajarnya rendah karena : meliputi pemberian
1. Pembelajaran matematika penjelasan kepada siswa
hanya menitik beratkan tentang masalah yang
kepada dosen sebagai diajukan agar siswa dapat
pengajar memahami tentang
2. Kegiatan belajar yang penyelesuaiannya yang
cenderung berpusat kepada diharapkan.
dosen. 2. Pengungkapan masalah,
3. Mahasiswa tidak berani siswa dibebaskan untuk
mengelurakan pendapat Kondisi Akhir
mengungkapkan gagasan
4. Mahasiswa kurang tentang berbagai macam
memiliki banyak referensi strategi penyelesaian Kemampuan Berpikir Kreatif
dalam belajar, masalah.
5. Pelaksanaan diskusi Matematis meningkat.
3. Evaluasi dan seleksi, setiap
kelompok tidak efektif kelompok mendiskusikan
6. Keterlibatan mahasiswa pendapat-pendapat atau
dalam proses pembelajaran strategi-strategi yang cocok
kurang optimal untuk menyelesaikan
masalah.
4. Implementasi, siswa
menentukan strategi yang
dapat diambil untuk
menyelesaikan masalah,
kemudian menerapkannya
hingga menemukan
penyelesaian dari masalah
tersebut.

Gambar 2.2 Kerangka pemikiran penelitian pembelajaran Creative Problem


Solving (CPS)

F. HIPOTESIS TINDAKAN

Jika diterapkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Matematis

mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Sanjaya (2013:149) PTK

(penelitian tindak kelas) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas

melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai

tindakan yang terancana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan

tersebut. Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematis yang dilaksanakan oleh

pelaksana program dalam kegiatannya sendiri, dalam mengumpulkan data tentang

pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi untuk menyusun rencana

dan melakukan kegiatan penyempurnaan (Sukmadinata, 2005:140).

Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Kunandar (2011:71-75) Penelitin tindakan

kelas dilakukan melalui empat proses yaitu penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan

refleksi. Adapun penjelasan masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penyusunan rencana, perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis

tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat

mengidentifikasi aspek dan hasil PBM, sekaligus mengungkap faktor pendukung

dan penghambat pelaksanaan tindakan.

2. Tindakan, pada tahap ini tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali serta

tindakan yang diberikan diamati. Tindakan digunakan sebagai pijakan bagi

pengembangan tindakan berikutnya.

3. Observasi, berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Objek

observasi adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya, keadaan dan kendala
tindakan direncana dan pengaruhnya, serta persoalan yang timbul dalam konteks

terkait.

4. Refleksi,merupakan mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang

telah dicatat dalam observasi. Peneliti berusaha memahami proses, masalah,

persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis.

B. SASARAN PENELITIAN

B. 1 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah mahasiswa FKIP Matematika

Universitas Bengkulu tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah 32 mahasiswa . Peneliti

memilih mahasiswa semseter IVB sebagai subjek penelitian karena berdasarkan penempatan

PIPM dan atas saran dosen.

B. 2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Bengkulu yang beralamatkan Jl. Wr.

Supratman, Kandang Limun, Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu, Bengkulu 38371.

Adapun lama penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan

C. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) yang akan dilaksanakan dalam beberapa Siklus. Setiap Siklus pada penelitian

tindakan kelas terdiri dari empat tahap, yaitu 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan

tindakan, 3) tahap pengamatan, 4) tahap refleksi. Prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan

penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Perencanaan

Refleksi
SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan
Gambar 3.1 Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto,2010:137)

Sebelum melaksanakan Siklus I, terlebih dahulu diaksanakan tes awal (pretest). Tes

ini dilakukan sebelum dimulainya proses pembelajaran berfungsi untuk mengetahui

pengetahuan awal mahasiswa. Tes bisa diganti dengan mencermati rata-rata nilai harian atau

nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh mahasiswa dan hasilnya digunakan untuk

membentuk kelompok mahasiswa.

C. 1 Pelaksanaan Tindakan

C.1.a Siklus I

Langkah- langkah yang dilakukan dalam Siklus I adalah

a) Perencanaan

Perencanan pembelajaran Siklus I yaitu:

a. Menyiapkan dan menelaah silabus pada pokok bahasan yang dipelajari.


b. Menyusun Rencanan Pembelajaran Semester (RPS) menggunakan pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS)

c. Menyusun tugas Mahasiswa

d. Menyusun lembar pengamatan

e. Membuat soal evaluasi (tes) Siklus I

f. Membuat kunci jawaban soal evaluasi (Tes) Siklus I

b) Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai dosen

dimana dalam proses pembelajaran yang berlangsung menggunakan model pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS). Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) , yaitu:

a. Pendahuluan

Dosen membuka pelajaran dan mengorganisasikan kelas. Selanjutnya, dosen

menyampaikan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Dosen memotivasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dengan

mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi lain dan kehidupan sehari-

hari. Pada langkah ini dosen juga mengenalkan kepada mahasiswa bagaimana

pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Kegiatan inti.

1. Dosen membentuk kelompok mahasiswa sesuai dengan hasil dari Pre-test

yang telah dilakukan atau nilai mahasiswa sebelumnya.

2. Dosen memberikan materi singkat mengenai materi yang akan dipelajari.

3. Dosen memberikan tugas kepada mahasiswa berupa tugas berisi lembar

kegiatan dan soal latihan dimana diharapkan untuk memberikan penjelasan


kepada mahasiswa tentang masalah yang diajukan agar mahasiswa dapat

memahami tentang penyelesuaiannya yang diharapkan, serta mahasiswa dapat

mengerucutkan masalah dari lembar kegiatan dan soal latihan yang diberikan.

(klarifikasi masalah)

4. Setiap mahasiswa belajar kelompok dengan teman kelompoknya. Adapun

kegiatan mahasiswa dalam kelompok yaitu (Belajar Kelompok) :

a. Mahasiswa mengerjakan tahap pertama persoalan lembar kerja pada

tugas, pada tahap ini mahasiswa bisa bertanya dan berdiskusi dengan

teman satu kelompoknya. Dosen pada tahap ini membantu mahasiswa jika

mahasiswa mengalami kesulitan. (pengungkapan masalah)

b. Jika dalam Pada tahap ini mahasiswa selesai berdiskusi, maka setiap

mahasiswa diberikan waktu untuk mengerjakan persoalan lembar kerja

secara individual (Evaluasi dan seleksi)

c. Pengerjaan tugas sudah selesai mahasiswa akan melanjutkan dengan tahap

kedua menjawab soal latihan yang terdapat pada tugas secara individual

dan dilanjutkan dengan proses pengecekan. (implementasi)

5. Dosen mengumumkan nilai setiap kelompok dan nilai individu setiap

mahasiswa.

c. Penutup

Dosen membahas materi yang kurang dipahami dan bersama-sama menarik

kesimpulan tentang apa yang dipelajari pada saat itu

d. Mengadakan tes Siklus I

c) Observasi

Dalam hal ini kegiatan observasi dilakukan oleh pengamat dosen model dengan

menggunakan lembar observasi. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui


kesesuaian pelaksanaan dengan rencana tindakan tersebut. Selain itu akan dicatat hal-

hal yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

d) Refleksi

Tahap ini dilakukan suatu analisis terhadap hasil yang diperoleh di Siklus I untuk

mengetahui kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran

yang telah dilakukan. Dari hasil analisis tersebut, ditentukan tindakan yang tepat pada

Siklus berikutnya. Atas dasar analisis ini selanjutnya diukur tingkat keberhasilan dan

dicari penyebabnya, namun jika hasil negatif, maka perlu dicari solusi perbaikan

untuk ditindaklanjuti pada Siklus II

C.1.b Siklus II

Siklus ini merupakan perbaikan dari Siklus sebelumnya, tahapan dari Siklus ini sama

seperti Siklus I yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Tahapan pada Siklus

II disusun dengan rencana yang matang dengan memperlajari hasil refleksi pada Siklus I.

Jika masih ditemui masalah yang belum terselesaikan maka diperbaiki pada Siklus III.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian (Sanjaya, 2013:247). Data yang didinginkan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan berpikir kreatif matematis..

D. 1 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes kemampuan berpikir kreatif merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur

penguasaan mahasiswa dalam menyelesaikan soal dengan berpikir kreatif terhadap materi

yang diajarkan oleh dosen atau dipelajari oleh mahasiswa (Purwanto, 2009:66). Tes yang
digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis berupa tes Siklus pada akhir Siklus pada

akhir pertemuan , untuk mengukur perkembangan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa.

D.2 Lembar Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengamati terhadap

fenomena-fenomena yang teradi di lokasi penelitian. Melalui teknik ini diharapkan akan

mendapatkan Gambaran yang lebih lengkap dan menyeluruh mengenai objek yang diamati.

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pemberdayaan mahasiswa dan dosen di kelas

dalam kegiatan pembelajaran.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh dosen model dan pengamat selama

proses pembelajaran pada penelitian ini , yaitu :

a. Tes

Menurut Jihad dan Haris (2013:67) tes adalah himpunan pertanyaan yang harus

dijawab, harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan mahasiswa dapat meningkatkan kreatifitas matematis dengan penerapan

model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Hasil tes pada penelitian ini

diperoleh melalui tes tertulis pada setiap akhir Siklus yang diselesaikan mahasiswa

pada setiap pertemuan.

b. Observasi

Obsevasi juga merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan sekaligus pencatatan secara teliti. Observasi ini dilakukan untuk


mengamati aktivitas dosen dan mahasiswa, dan hasil pengamatan dicatat pada lembar

observasi dosen.

F. TEKNIK ANALISA DATA

Analisis data bertujuan untuk menjawab masalah penelitian. Adapun analisis data

dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan tes

a. Analisis data observasi

Data hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi dosen. Untuk setiap

aspek yang diamati akan diukur dengan ketentuan pemberian skor seperti di bawah

ini :
𝑇𝑆
N = 𝑆𝑀 𝑥 100

Keterangan :

N = nilai

TS = total skor yang diperoleh

SM = total skor maksimum

Tabel 3.1 Kriteria penilaian lembar observasi

Tingkat Kriteria
No Skor
Keberhasilan
1 5 81-100 Sangat baik

2 4 61-80 Baik

3 3 41-60 Cukup baik

4 2 21-40 Kurang baik

5 1 10-20 Sangat baik

(Aqib, 2009 : 41)

b. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis

Untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis.

𝐽𝑆
𝑆𝑀𝑖 = 𝑥 100
𝑇𝑀
Keterangan :

S𝑀𝑖 = Skor mahasiswa ke-i

𝐽𝑆 = Jumlah skor mahasiswa

SM = Total skor

Untuk data nilai latihan siswa perlu dilakukan pengkonversian nilai menjadi skor

dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.2 Konversi Nilai Menjadi Skor

Rentang Nilai Keterangan Skor Kriteria

p > 80 Tuntas Sangat Baik

60 < p ≤ 80 Tuntas Baik

40 < p ≤ 60 Tidak Tuntas Cukup

20 < p ≤ 40 Tidak Tuntas Kurang

p ≤ 20 Tidak Tuntas Sangat Kurang

Sumber dari Widyoko ( 2009 :242)

Peningkatan kreatif matematis mahasiswa dilihat dari hasil tes/kuis. Untuk


menentukan persentase ketuntasan mahasiswa digunakan rumus perhitungan persen (%)
ketuntasan sebagai berikut :

Persen ketuntasan = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠


𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑚𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Untuk menggambarkan peningkatan persentase ketuntasan mahasiswa dapat


dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.3 Kualifikasi Kreatifitas Matematis Mahasiswa

No Persentase Kriteria
1. 75% < P ≤ 100% Tinggi
2. 50% < P ≤ 75% Cukup
3. 25% < P ≤ 50% Rendah
4. 0% < P ≤ 25% Sangat Rendah
(Sugiyono: 2012)

G. INDIKATOR KEBERHASILAN TINDAKAN


Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan

ketuntasan belajar yang ditetapkan dan pertimbangan peneliti. Tindakan dihentikan ketika

Hasil tes kemampuan berpikir kreatif memiliki nilai rata-rata ≥ 80 dan meningkat dari

Siklus sebelumnya. Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3.4 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Nomor Indikator Berpikir Kreatif Matematis

1 Menyusun masalah berdasarkan situasi yang diberikan dan


menyelesaikannya. (Keluwesan/Flexibility)

2 Menuliskan persamaan dan perbedaan suatu konsep matematika


(Kelancaran/Fluency)

3 Mengajukan ide-ide baru berdasarkan situasi yang diberikan


(Keaslian/Orginality)

4 Menemukan beberapa cara menyelesaikan suatu masalah


(Kelenturan/Flexibility)

5 Menemukan titik pembentuk kurva pada suatu persamaan dan


menjelaskan cara memeprolehnya (Kelancaran/Fluency)

6 MengGambarkan garis sesuai dengan karakteristik yang telah


ditentukan dan dapat menentukan persamaan garis
(Elaborasi/elaboration)

7 Menggambar kurva dan menentukan persamaanya.


(Keluwesan/flexibility)

8 Melengkapi data untuk menyusun suatau masalah dan


menyelesaikannya (Keaslian/orginality)

9 Menyusun Kemungkinan penyelesaian suatu masalah


(Keluwesan/Flexibility)

Modifikasi rohaeti (Hendriana, 2017)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa FKIP

Matematika Universitas Bengkulu yaitu: 1) Refleksi Awal, 2) Perencanaan, 3) Pelaksanaan,

4) Observasi. Masing-masing tahap akan diuraikan sebagai berikut.

A.1 Refleksi Awal

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi dan

wawancara dengan dosen matematika yang mengajar Kapita Selekta Pendidikan Dasar di

Semester 4. Adapun Gambaran umum permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan belajar

mengajar Mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu semester 4 adalah sebagai

berikut :

1. Selama proses pembelajaran mahasiswa tidak berani mengelurakan pendapat dalam

menyelesaikan masalah

2. Pelaksanaan diskusi kelompok tidak efektif karena mahasiswa bekerja sendiri-sendiri

dan terdapat mahasiswa yang mengandalkan salah satu anggota untuk mengerjakan tugas

kelompok.

3. Keterlibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran kurang optimal sehingga aktivitas

belajar mahasiswa masih rendah.

4. Kurangnya sumber belajar pada mahasiswa, kebanyakan siswa hanya menerima materi

dari dosen dan buku pegangan dosen tanpa sumber bacaan lainnya.

5. Kurangnya inovasi latihan dalam pembelajaran yang dilakukan dosen.

Sebelum dilaksanakan penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) pada pokok bahasan persamaan persamaan kuadrat dan lingkaran kepada mahasiswa

semester IV A Universitas Bengkulu, terlebih dahulu dilakukan observasi awal berupa

melaksanakan tes awal/UTS (pretest) dengan 5 butir soal essay. Berdasarkan tes awal
(pretest) yang dilaksanakan sebagai tindakan tolak ukur penelitian, diperoleh hasil pada tes

awal (pretest) rata-rata skor mahasiswa hanya mencapai 59,125 dengan skor tertingi siswa

yaitu 77. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal dan kemampuan ketrampilan

matematis mahasiswa yang dilihat dari soal tes awal (pretest) pada pokok bahasan persamaan

persamaan kuadrat masih kurang, dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil tas awal (pretest)

No Nama Mahasiswa Pretest


1 Lisa Novita Sari 40
2 Erika Brilliantini 55
3 Fitri Novianti 55
4 Fenrtiriani Fauzi 55
5 Dwi Agusantia 55
6 Darna Dwi Yuliani 55
7 Nur Latifah Ainun 55
8 Yusron Hanif 55
9 Bella Sinthya 55
10 Youla Siscasari Ruphaiddah 60
11 Jesica Angela Fitri 60
12 Benny Antari 60
13 Topan Agung Pinilih R.I 60
14 Dwi Lestari 60
Abdur Rouf Mahfudz
15
Anwar
60
16 Holilaturrosyidah 60
17 Andriany Fitriza Ussandi 60
18 Imelda Verina 60
19 Mira Ainun Sari 60
20 Lestari Fathan Asri 60
21 Andika Rahmansyah 60
22 Kurlisa 60
23 Rahma Nia Juita 60
24 Nenny Novita Sari 60
25 Fatikhah Nur Sella 60
26 Aditiya Rahmawati 60
27 Atthiyah Nur Herlita 60
28 Selly Selvia 60
29 Rati Ismidiah Yustiara 65
30 Rezki Ainun Sari 65
31 Romadhon Adji Pangestu 65
32 Tri Wahyuni 77
Total 1892
Rata-rata 59,125

Pada hasil pretest di atas dapat dihitung menjadi rekap penilaian seperti dilihat pada

tabel 4.2 di bawah ini

Tabel 4.2 Rekap Hasil Tes Awal (pretest)

Hasil yang didapat


Skor rata- Jumlah Mahasiswa Ket
rata x≤ 60 60 ≤ 𝑥 ≤ 80 𝑥 > 80
Tidak
59,125 28 4 0
tuntas

Persen ketuntasan = 4
𝑥 100%=12,5 % (sangat rendah)
32

Persentase ketuntasan kreatifitas matematis mahasiswa adalah 12,5 % (sangat rendah)

A.2 Siklus 1

Penelitian tindakan kelas dengan menerapan Penerapan Model Pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa FKIP

Matematika Universitas Bengkulu pada Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, mulai

30 Januari 2019 sampai 27 Februari 2019 Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal

30 januari 2019 yaitu tentang mencari akar-akar pada Persamaan Kuadrat dengan alokasi

waktu 3 x 50 menit untuk setiap pertemuan. Pertemuan kedua dialksanakan tanggal 6 februari

2019 yaitu tentang kurva persamaan kuadrat dengan alokasi waktu 3 x 50 menit untuk setiap

pertemuan. Petemuan ketiga dilaksanakan 20 Februari 2019 yaitu tentang penyelesaian dalam

permasalahan persamaan kuadrat dengan alokasi waktu 3 x 50 menit.. Pertemuan keempat

adalah tes Siklus I dengan alokasi waktu 3 x 50 menit.

A.2.a Perencanaan Siklus I


Berdasarkan hasil refleksi awal, maka perencanaan tindakan Siklus I dirancang

sebagai berikut.

a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan saat pelaksanaan tindakan

Siklus I.

a) Menentukan pokok bahasan yaitu Persamaan Kuadrat.

b) Menyusun soal untuk Siklus I.

c) Membuat lembar observasi Siklus I

b. Membuat kelompok pembelajaran dengan membagi 32 mahasiswa kedalam 6 kelompok

yang beranggotakan 5 atau 6 orang dengan setiap kelompok memiliki kemampuan

akademik yang heterogen.

c. Tindakan pada Siklus I yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ditemui

pada refleksi awal

Tabel 4.3 Tindakan Siklus I

Masalah Awal Tindakan Siklus I

Selama proses pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran


mahasiswa tidak berani Creative Problem Solving (CPS)
mengelurakan pendapat dalam untuk Meningkatkan Kemampuan
menyelesaikan masalah Berpikir Kreatif Mahasiswa FKIP
Matematika Universitas Bengkulu
yaitu pembelajaran yang menuntut
siswa aktif untuk menemukan
konsep yang telah ada serta
melakukan pendekatan individual
dan membimbing siswa dalam
pembelajaran.

Pelaksanaan diskusi kelompok tidak Penerapan Model Pembelajaran


efektif karena mahasiswa bekerja Creative Problem Solving (CPS)
sendiri-sendiri dan terdapat yaitu dengan memberikan soal yang
mahasiswa yang mengandalkan salah tipenya berbeda sehingga siswa
satu anggota untuk mengerjakan tidak mencontek. Memberikan
tugas kelompok. bimbingan kepada siswa yang
mengalami kesulitan dalam
pembelajaran.

Keterlibatan mahasiswa dalam proses Meningkatkan keaktifan siswa


pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) dimana siswa akan
saling mengeluarkan ide untuk
menemukan konsep yang ada di
dalam kelompok dan saling
mengoreksi jawaban anggota
kelompok.

Kurangnya sumber belajar pada Penerapan model pembelajaran


mahasiswa Creative Problem Solving (CPS)
memberikan ruang kepada
mahasiswa untuk mencari sumber
materi pada pembelajaran di internet
maupun pada buku pendukung.

Kurangnya inovasi latihan dalam Penerapan model pembelajaran


pembelajaran yang dilakukan dosen. Creative Problem Solving (CPS)
melalui pemberian latihan soal
bervariasi kepada siswa dan
memberikan bimbingan yang lebih
intensif kepada siswa yang
memperoleh nilai dibawah rata-rata.

A.2.b Pelaksanaan Siklus I

Materi yang dipelajari pada Siklus I adalah Persamaan Kuadrat dengan sub pokok

bahasan yakni pemfaktoran, melengkapi kuadrat sempurna, rumus kuadratik, kurva

persamaan kuadrat dan memecahkan permasalahan persamaan kuadrat . Pada pertemuan 1,

dilaksanakan 30 Januari 2019 dengan materi yang dipelajari adalah pemfaktoran, melengkapi

kuadrat sempurna dan rumus kuadratik. Peneliti bertindak sebagai Dosen membuka kegiatan

pembelajaran dengan diawali salam, mengecek kehadiran mahasiswa dan meminta

mahasiswa untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan. Pada kegiatan

pembuka, Dosen menyampaikan materi pembelajaran yang akan dibahas yaitu persamaan

kuadrat (pemfaktoran, melengkapi kuadrat sempurna dan rumus kuadratik) kemudian


menjelaskan manfaat mempelajari materi tersebut pada kehidupan sehari-hari serta

menjelasakan bahwa akan menerapkan pembelajaran model Creative Problem Solving (CPS)

pada materi persamaan kuadrat.

Pada kegiatan inti Dosen menjelaskan konsep persamaan kuadrat dengan

menggunakan media power point. Dosen mengawali pembelajaran mengajukan pertanyaan

“Apakah masih ingat bagaimana bentuk persamaan kuadrat?” kemudian beberapa mahasiswa

sudah bisa menjawab dan menyebutkan apa yang mereka ingat dan ketahui tentang

persamaan kuadrat. Kemudian Dosen menjelaskan kepada mahasiswa tentang persamaan

kuadrat dimana akar-akarnya dapat dicari menggunakan tiga cara yaitu pemfaktoran,

melengkapi kuadrat sempurna dan rumus kuadratik.

Selanjutnya, Dosen membagikan kedalam kelompok yang telah disusun oleh Dosen

yang terdiri dari 6 kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari 5/6 anggota. Pada tahap

pembentukan kelompok , dosen telah merancang anggota-anggota untuk setiap kelompok

dengan tujuan pembentukan kelompok ini agar siswa lebih nyaman belajar dan dapat

mengajak teman lain untuk belajar kelompok. Dosen meminta masing-masing kelompok

untuk membuka dan membaca LKM yang telah diberikan. Pada pembelajaran awal Dosen

meminta salah satu anggota setiap kelompok untuk mencari informasi seluas-luasnya dengan

berbagai sumber mengenai materi yang telah dijelaskan tadi untuk kemudian setiap kelompok

menjelaskan materi yang telah diketahui kepada anggota lain. Pada tahap ini 5 kelompok

yang menjelaskan dengan anggotanya sedangkan kelompok yang lain menjelasakan materi

yang lain bahkan bercerita. Dosen mengkondisikan kelas dengan meminta mahasiswa untuk

belajar menjelaskan dengan anggota kelompoknya dan mengawasi kelompok yang tidak

menjelaskan materi dengan baik.

Masing-masing kelompok dibagikan lembar kerja mahasiswa (LKM) Siklus I

pertemuan pertama dengan sub pokok pemfaktoran, melengkapi kuadrat sempurna dan
rumus kuadratik. Lembar Kerja yang diberikan merupakan perangkat pembelajaran yang

disusun berdasarkan tahap Creative Problem Solving (CPS) adapun tediri dari klarifikasi

masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan pemilihan serta implementasi. Dalam

pembagian ini, Dosen menjelaskan bagian-bagian pada lembar tugas serta tindakan yang

harus dilakukan mahasiswa. Tetapi ketika Dosen menjelaskan tidak seluruh mahasiswa

memperhatikan penjelasan langkah pengerjakaan seperti kelompok yang duduk dibagian

belakang masih melakukan kegiatan yang tidak mendukung belajar. Hal ini terlihat ketika

Dosen mempersilahkan mahasiswa memulai mengerjakan lembar tugas masih terdapat

mahasiswa meminta penjelasan ulang serta kebingungan dengan maksud tahap-tahap pada

LKM yang diberikan.

Tahap pertama pengerjaan lembar tugas Siklus I pertemuan pertama bagian klarifikasi

masalah. Mahasiswa diberikan ilustrasi berbagai untuk mencari koefisien dan konstanta pada

persamaan-persamaan yang berbeda. Pada saat diskusi dalam kelompok ada beberapa

anggota tidak ikut serta berdiskusi sibuk mengobrol dengan teman kelompok lain. Dosen

mengkondisikan kelas dengan memberikan isyarat untuk semua kelompok berdiskusi

mengerjakan bersama-sama serta apabila ada kesulitan bisa bertanya kepada dosen. Dalam

tahap klarifikasi masalah, ada 1 kelompok yang mengalami kesulitan dalam mencari

konstanta dan koefisien karena pada materi ini karena tidak mengingat kembali materi yang

telah mereka pelajari.

Dalam kegiatan mengungkapkan pendapat, soal ini menunjang dan mendorong siswa

untuk memberikan pendapat dari yang mereka ketahui tentang persamaan kuadrat dalam

mencari nilai y dari nilai x yang diketahui. Pada bagian ini, setiap anggota pada kelompok

harus berdiskusi untuk menemukan jawaban sehingga menemukan jawaban yang final untuk

setiap kelompok. Namun, pada bagian ini masih ada kelompok yang didalam kelompoknya

terdapat anggota yang masih sibuk dengan kegiatan sendiri, diluar kegiatan kelompok. Di
sini, dosen mengkondisikan dan mengingatkan kembali pada bagian ini setiap anggota

diharuskan untuk mengungkapkan pendapatnya untuk mendapatkan jawaban final.

Kegiatan selanjutnya adalah bagian evaluasi dan pemilihan, pada tahap ini

mahasiswa diberikan permasalahan dimana mahasiswa dituntut untuk mengevaluasi dan

memberikan jawaban pada permasalahan tersebut serta memilih cara termudah dari semua

kemungkinan cara yang didapat dari anggota-anggota pada kelompoknya. Pada bagian ini,

siswa diminta untuk memilih cara termudah dan tersingkat dan termudah dari berbagai cara

yang didapat dalam mengerjakan soal. Dalam pengerjaan menjawab soal ini , terdapat 1

kelompok yang mengalami kesulitan, karena menyebutkan titik-titik koordinat dan

mengaplikasikannya pada sebuah bidang kartesius yang sebelumnya telah mereka pelajari.

Pada bagian pengaplikasi dibidang kartesius masih terdapat 3 orang mahasiswa yang lupa

pada peletakan titik x dan y pada kartesius. Dosen mengkondisikan kelas dengan cara

memberikan sedikit penjelasan langkah pengerjaan soal kepada mahasiswa serta memantau

pengerjaan mahasiswa dengan berkeliling antar kelompok.

Pada pengerjaan lembar kerja, terdapat tahap implementasi. Pada tahap ini,

mahasiswa diberikan berbagai model soal yang mendorong mahasiswa untuk memecahkan

permasalahan tersebut. Pada tahap ini , mahasiswa mengimplementasikan apa yang mereka

ketahui dan pelajari untuk memecahkan permasalahan tersebut. Masih terdapat beberapa

kelompok yang kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan , karena sedikit sulit dan

diharuskan untuk memahami materi agar dapat mengerjakan soal tersebut.

Selanjutnya, proses pengoreksian mahasiswa akan diperintahkan. Dosen untuk

mengumpulkan lembar tugas di meja. Lembar kerja yang telah dikumpulkan selanjutnya

dibagikan kembali kepada kelompok yang berbeda untuk dikoreksi. Dosen memanggil salah

satu kelompok untuk mengerjakan dan menjelaskan jawaban dari nomor 1. Terdapat 5

kelompok yang mendengarkan dan memperhartikan penjelasan. Namun, pada proses ini
masih terdapat beberapa mahasiswa yang mengobrol diluar dari yang sedang didiskusikan.

Dosen memberikan pengarahan untuk memperhatikan kelompok yang sedang menjelaskan

dan memberikan nasehat harus menghargai sesama mereka. Kelompok yang mendengarkan

bertugs untuk mengoreksi kelompok yang menjelaskan ke depan, memberi tanggapan serta

berdiskusi jika terdapat jawaban yang bertentangan dan mengoreksi Lembar Kerja dari

kelompok lain yang mereka dapatkan. Begitupun selanjutnya, dosen memanggil kelompok

lain secara acak untuk menjelaskan jawaban dari nomor berikutnya. Kelompok yang tidak

menjelaskan ke depan bertugas sebagai pengamat, pemberi tanggapan, dan pengoreksi,

sedangkan dosen sebagai pengamat jalannya diskusi.

Di akhir pembelajaran dosen dan mahasiswa bersama-sama mengulang kembali materi yang

telah dipelajari hari ini dan meminta mahasiswa untuk mengulang materi dirumah.

Pada pertemuan kedua Siklus I, dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2019 dengan

materi grafik fungsi kuadrat/parabola. Pertemuan kedua berlangsung pada jam pertama

mahasiswa, dosen memulai pelajaran dengan mengulas materi pada pertemuan sebelumnya

dengan meminta salah satu mahasiswa menyebutkan unsur-unsur pada persamaan

kuadrat/parabola dan mahasiswa dapat menjawab dengan tepat. Dosen menyampaikan

kepada mahasiswa bahwa pada hari ini mereka akan mempelajari mengenai grafik fungsi

kuadrat serta menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi

mahasiswa.

Pada kegiatan ini Dosen menjelaskan unsur-unsur pada Parabola dengan

menggunakan power point. Mahasiswa memperhatikan penjelasan Dosen dengan baik dan

antusias menyebutkan kembali unsur-unsur Parabola secara bersama. Dosen bertanya kepada

mahasiswa apakah terdapat hal yang tidak mengerti namun mahasiswa masih malu untuk

bertanya. Dosen mengatasi dengan bertanya kepada salah satu mahasiswa mengenai unsur-

unsur Parabola namun, mahasiswa masih ragu menjawab pertanyaan Dosen.


Mahasiswa diperintahkan untuk duduk dengan kelompok yang sama dengan

kelompok pada pertemuan pertama. Ada beberapa orang mahasiswa yang lupa dengan

kelompok sebelumnya, sehingga dosen mengingatkan kembali kelompok untuk setiap

mahasiswa. Pada pertemuan kedua dosen masih menjelaskan bahwa pembelajaran

menggunakan model Creative Problem Solving (CPS). Dosen meminta mahasiswa bersama-

sama dalam kelompok mengulang kembali materi yang dijelaskan dosen dan meminta salah

satu anggota kelompok menjelaskan dengan anggota yang lain. Pada saat tahap menjelaskan

masih terdapat 1 kelompok yang tidak dapat dengan jelas menjelaskan materi Parabola.

Dosen membagikan lembar tugas/kerja kepada masing-masing kelompok lalu menjelaskan

kepada mahasiswa apa saja langkah-langkah pengerjaan lembar tugas. Dosen bertanya

kepada mahasiswa “apakah ada yang ingin bertanya?” mahasiswa lebih berani

mengungkapkan pendapat dan bertanya pada pertemuan kedua hal ini mungkin dikarenakan

mahasiswa lebih mengenal dosen.

Tahap pertama pengerjaan lembar tugas/kerja Siklus I pertemuan kedua bagian

klarifikasi masalah. Mahasiswa ditugaskan untuk berdiskusi terlebih dahulu mengenai

persamaan parabola serta unsur-unsur yang terdapat didalamnya seperti cara mencari sumbu

simetri dan titik puncak. Kemudian, mahasiswa menyelesaikan permasalahan yang terdapat

pada LKM yang telah diberikan. Masih terdapat beberapa mahasiswa yang tidak dapat

mengerjakannya, di disinilah peran dosen untuk menunjang dan mendorong kelompok-

kelompok untuk saling berdiskusi dengan anggota dan mengajari bagi ada anggota yang

masih kesulitan dalam mengerjakan soal.

Tahap kedua yaitu pengungkapan pendapat, disini mahasiswa dalam kelompok

diminta untuk mengungkapkan pendapatnya berapa nilai y dari x yang diketahui pada

persamaan. Mahasiswa juga diminta untuk mencari dan mengungkapkan pendapatnya dalam

menemukan sumbu direktrik dan titik fokus parabola dari rumus yang diberikan. Pada saat
diskusi masih terdapat mahasiswa yang hanya mengerjakan sendiri dalam kelompok hal ini

dikarenakan lembar tugas hanya 1 buah dan posisi duduk mahasiswa tidak sama maka

mahasiswa malas untuk mengerjakan lembar tugas karena mahasiswa harus berganti posisi

tempat duduk. Dosen mengingatkan kepada mahasiswa bahwa dengan mengerjakan lembar

tugas maka mahasiswa akan lebih mudah mengerjakan soal pada tahap berikutnya maka

dengan dibimbing dosen model mahasiswa mulai berdiskusi dengan kelompoknya.

Pada tahap selanjutnya yaitu evaluasi dan pemilihan, mahasiswa diminta untuk

mengerjakan lembar tugas/kerja pada bagian belajar kelompok mahasiswa diberikan latihan

soal menentukan gambar Parabola yang terbentuk dari persamaan yang diberikan. Pada saat

menentukan kemungkinan nilai koordinat semua kelompok sudah bisa mencari kemungkinan

dengar benar dan baik. Mahasiswa pun aktif bertanya apakah kemungkinan yang mereka tulis

benar atau salah kepada Dosen. Selanjutnya, mahasiswa menentukan gambar Parabola

terdapat 1 kelompok yang tidak mencari jawaban secara beurut namun langsung menuliskan

jawaban akhir.

Tahap selanjutnya, mahasiswa diberikan soal untuk dikerjakan pada tahap

implementasi di lembar kerja kelompok. Pada tahap ini, mahasiswa dibimbing untuk

mengimplementasikan ilmu yang diketahuinya untuk mengerjakan permasalahan yang

diberikan. Mahasiswa diberikan beberapa soal untuk mencari persamaan garis singgung. Pada

tahap ini, banyak mahasiswa yang bertanya kepada dosen tentang langkah penyelesaian

namun, dosen hanya membimbing tanpa memberikan jawaban. Mahasiswa saling

mengerjakan soal tapi masih terdapat mahasiswa yang kebingungan dan bertanya dengan

anggota satu kelompok. Setelah pengerjaan, dosen memerintahkan mahasiswa untuk

mengoreksi sesuai dengan ketentuan namun, masih terdapat 1 kelompok yang tidak

mengerjakan malah langsung menyalin jawaban. Dosen menjelaskan bahwa tujuan

pemberian jawaban agar mahasiswa mengetahui kesalahan dan saling mengoreksi antar
kelompok. Fungsi soal yang diberikan disalahgunakan mahasiswa bahkan salah satu

mahasiswa membantu teman dengan menuliskan jawaban hal ini menyebabkan diskusi

kelompok tidak berjalan efektif mahasiswa berharap jawaban bukan mengerti jalan mencari

jawaban soal.

Selanjutnya, proses pengoreksian mahasiswa akan diperintahkan. Dosen untuk

mengumpulkan lembar tugas di meja. Lembar kerja yang telah dikumpulkan selanjutnya

dibagikan kembali kepada kelompok yang berbeda untuk dikoreksi. Dosen memanggil salah

satu kelompok untuk mengerjakan dan menjelaskan jawaban dari nomor 1. Terdapat 5

kelompok yang mendengarkan dan memperhartikan penjelasan. Namun, pada proses ini

masih terdapat beberapa mahasiswa yang mengobrol diluar dari yang sedang didiskusikan.

Dosen memberikan pengarahan untuk memperhatikan kelompok yang sedang menjelaskan

dan memberikan nasehat harus menghargai sesama mereka. Kelompok yang mendengarkan

bertugas untuk mengoreksi kelompok yang menjelaskan ke depan, memberi tanggapan serta

berdiskusi jika terdapat jawaban yang bertentangan dan mengoreksi Lembar Kerja dari

kelompok lain yang mereka dapatkan. Begitupun selanjutnya, dosen memanggil kelompok

lain secara acak untuk menjelaskan jawaban dari nomor berikutnya. Kelompok yang tidak

menjelaskan ke depan bertugas sebagai pengamat, pemberi tanggapan, dan pengoreksi,

sedangkan dosen sebagai pengamat jalannya diskusi. Diakhir pembelajaran mahasiswa

bersama-sama dengan dosen menyimpulkan dan mengulang materi tentang Parabola serta

mengingatkan mahasiswa untuk terus belajar.

Pada pertemuan ketiga Siklus I, dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2019 dengan

materi permasalahan fungsi kuadrat. Dosen memulai pelajaran dengan mengulas materi pada

pertemuan sebelumnya dengan meminta salah satu mahasiswa menyebutkan unsur-unsur

pada persamaan dan grafik kuadrat/parabola dan mahasiswa dapat menjawab dengan tepat.

Dosen menyampaikan kepada mahasiswa bahwa pada hari ini mereka akan mempelajari
mengenai permasalahan–permasalahan berkaitan dengan fungsi kuadrat serta menjelaskan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi mahasiswa.

Pada kegiatan ini Dosen mengingatkan kembali unsur-unsur pada persamaan kuadrat

karena sebagian mahasiswa ada yang tidak lagi mengingatnya. Mahasiswa memperhatikan

penjelasan Dosen dengan baik dan antusias menyebutkan kembali unsur-unsur Persamaan

kuadrat secara bersama.

Mahasiswa diperintahkan untuk duduk dengan kelompok yang sama dengan kelompok pada

pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan kedua dosen masih menjelaskan bahwa

pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving (CPS). Dosen meminta

mahasiswa bersama-sama dalam kelompok mengulang kembali materi yang dijelaskan dosen

dan meminta salah satu anggota kelompok menjelaskan dengan anggota yang lain. Dosen

membagikan lembar tugas/kerja kepada masing-masing kelompok lalu menjelaskan kepada

mahasiswa apa saja langkah-langkah pengerjaan lembar tugas. Dosen bertanya kepada

mahasiswa “apakah ada yang ingin bertanya?” mahasiswa lebih berani mengungkapkan

pendapat dan bertanya pada pertemuan kedua hal ini mungkin dikarenakan mahasiswa lebih

mengenal dosen.

Tahap pertama pengerjaan lembar tugas/kerja Siklus I pertemuan ketiga bagian

klarifikasi masalah. Mahasiswa ditugaskan mengklarifikasi masalah dengan cara

menggambarkan ilustrasi berupa gambar pada soal cerita yang akan diberikan. Pada saat

diskusi masih terdapat mahasiswa yang hanya mengerjakan sendiri dalam kelompok hal ini

dikarenakan lembar tugas hanya 1 buah dan posisi duduk mahasiswa tidak sama maka

mahasiswa malas untuk mengerjakan lembar tugas karena mahasiswa harus berganti posisi

tempat duduk. Dosen mengingatkan kepada mahasiswa bahwa dengan mengerjakan lembar

tugas maka mahasiswa akan lebih mudah mengerjakan soal pada tahap berikutnya maka

dengan dibimbing dosen model mahasiswa mulai berdiskusi dengan kelompoknya.


Tahap kedua yaitu pengungkapan pendapat, disini mahasiswa dalam kelompok

diminta untuk mengungkapkan dan ditugaskan untuk berdiskusi terlebih dahulu mengenai

persamaan disini mahasiswa dalam kelompok diminta untuk mengungkapkan pendapatnya

berapa persamaan dari y dan x yang diketahui pada soal cerita yang akan dibentuk

persamaan.. Kemudian, mahasiswa menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada LKM

yang telah diberikan. Masih terdapat beberapa mahasiswa yang tidak dapat mengerjakannya,

di disinilah peran dosen untuk menunjang dan mendorong kelompok-kelompok untuk saling

berdiskusi dengan anggota dan mengajari bagi ada anggota yang masih kesulitan dalam

mengerjakan soal.

Pada tahap selanjutnya yaitu evaluasi dan pemilihan, mahasiswa diminta untuk

membuat grafik persamaan kuadrat untuk menentukan gambar Persamaa kuadrat yang

terbentuk dari persamaan yang dibentuk. Pada saat menentukan kemungkinan nilai koordinat

semua kelompok sudah bisa mencari kemungkinan dengar benar dan baik. Mahasiswa pun

aktif bertanya apakah kemungkinan yang mereka tulis benar atau salah kepada Dosen.

Tahap selanjutnya, mahasiswa diberikan soal untuk dikerjakan pada tahap

implementasi di lembar kerja kelompok. Pada tahap ini, mahasiswa dibimbing untuk

mengimplementasikan ilmu yang diketahuinya untuk mengerjakan permasalahan yang

diberikan. Mahasiswa diberikan beberapa soal pada permasalahan yang diberikan. Pada tahap

ini banyak mahasiswa yang bertanya kepada dosen tentang langkah penyelesaian namun,

dosen hanya membimbing tanpa memberikan jawaban. Mahasiswa saling mengerjakan soal

tapi masih terdapat mahasiswa yang kebingungan dan bertanya dengan anggota satu

kelompok. Setelah pengerjaan, dosen memerintahkan mahasiswa untuk mengoreksi sesuai

dengan ketentuan namun, masih terdapat beberapa kelompok yang tidak mengerjakan malah

langsung menyalin jawaban. Dosen menjelaskan bahwa tujuan pemberian jawaban agar

mahasiswa mengetahui kesalahan dan saling mengoreksi antar kelompok. Fungsi soal yang
diberikan disalahgunakan mahasiswa bahkan salah satu mahasiswa membantu teman dengan

menuliskan jawaban hal ini menyebabkan diskusi kelompok tidak berjalan efektif mahasiswa

berharap jawaban bukan mengerti jalan mencari jawaban soal.

Selanjutnya, proses pengoreksian mahasiswa akan diperintahkan. Dosen untuk

mengumpulkan lembar tugas di meja. Lembar kerja yang telah dikumpulkan selanjutnya

dibagikan kembali kepada kelompok yang berbeda untuk dikoreksi. Dosen memanggil salah

satu kelompok untuk mengerjakan dan menjelaskan jawaban dari nomor 1. Terdapat 5

kelompok yang mendengarkan dan memperhartikan penjelasan. Namun, pada proses ini

masih terdapat beberapa mahasiswa yang mengobrol diluar dari yang sedang didiskusikan.

Dosen memberikan pengarahan untuk memperhatikan kelompok yang sedang menjelaskan

dan memberikan nasehat harus menghargai sesama mereka. Kelompok yang mendengarkan

bertugas untuk mengoreksi kelompok yang menjelaskan ke depan, memberi tanggapan serta

berdiskusi jika terdapat jawaban yang bertentangan dan mengoreksi Lembar Kerja dari

kelompok lain yang mereka dapatkan. Begitupun selanjutnya, dosen memanggil kelompok

lain secara acak untuk menjelaskan jawaban dari nomor berikutnya. Kelompok yang tidak

menjelaskan ke depan bertugas sebagai pengamat, pemberi tanggapan, dan pengoreksi,

sedangkan dosen sebagai pengamat jalannya diskusi. Diakhir pembelajaran mahasiswa

bersama-sama dengan dosen menyimpulkan dan mengulang materi tentang Parabola serta

mengingatkan mahasiswa untuk terus belajar.

Setelah 3 pertemuan dilakukan pada siklus 1, dosen meminta mahasiswa untuk memahami

dan mengingat materi yang telah dosen berikan untuk dipelajari kembali di rumah ,

pertemuan selanjutnya dosen membagikan soal tes Siklus yang berisi 5 soal.

A.2.c Observasi Siklus I

A.2.c.1 Lembar Obervasi


Observasi yang dilakukan berupa penilaian dalam proses pembelajaran melalui

penerapkan pembelajaran model Creative Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu

melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh dosen lain. Adapun Hasil pengamatan

yaitu :

Tabel 4.4 Hasil analisis data observasi aktivitas dosen siklus I (pertemuan 1, 2, dan 3)

̅̅̅̅ ̅̅̅̅ Rata-


No Aspek yang diamati 𝑷𝟏 𝑷𝟐 Kategori
rata
1. Kesiapan mahasiswa untuk mengikuti Baik
4 4 4
pembelajaran
2 Antusiasme mahasiswa dalam Kurang
mempersiapkan pembelajaran 2 2 2
Baik
3 Aktivitas mahasiswa dalam proses Kurang
pembelajaran mengamati 2 2 2
Baik
4 Aktivitas mahasiswa dalam proses Baik
3 4 3,5
pembelajaran klarifikasi masalah
5 Aktivitas mahasiswa dalam proses Kurang
pembelajaran mengungkapkan pendapat 2 3 2,5
Baik
6 Aktivitas mahasiswa dalam proses Kurang
pembelajaran evaluasi dan pemilihan 2 2 2
Baik
7 Aktivitas mahasiswa dalam proses
3 4 3,5 Cukup
pembelajaran implementasi
8 Aktivitas mahasiswa dalam proses Kurang
pembelajaran menyimpulkan 2 2 2
Baik
9 Aktivitas mahasiswa dalam proses Kurang
pembelajaran untuk menjelaskan sesama 2 3 2,5
Baik
anggota pada kelompok
10 Meningkatkan efektivitas diskusi
Kurang
2 3 2,5
Baik
11 Meningkatkan daya kompetisi antar
kelompok Kurang
2 2 2
Baik

12 Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti Cukup


3 4 3,5
kegiatan pembelajaran
13 Cara Mahasiswa menanggapi stimulus
3 4 3,5 Cukup
dosen
14 Merespon pernyataan mahasiswa lain
4 4 4 Baik
15 Menguasai materi belajar Kurang
3 2 2,5
Baik
16 Meningkatkan keterampilan matematis
3 4 3,5 Cukup
17 Kemampuan mahasiswa untuk
4 3 3,5 Cukup
menemukan sendiri dan menarik
kesimpulan tentang konsep/ prinsip/
definisi/teorema /rumus/prosedur
matematika
18 Kemampuan mahasiswa untuk mau
bertanya, mengeluarkan pendapat atau 4 3 3,5 Cukup
menjawab pertanyaan
19 Antusiasme mahasiswa dalam
4 3 3,5 Cukup
mengungkapkan kesimpulan
20 Kemampuan dosen mengelolah waktu
3 3 3 Cukup
21 Antusiasme mahasiswa dalam menerima
judul sub materi berikutnya/diberikan PR 3 3 3 Cukup
dari dosen/menutup pelajaran
Jumlah Skor 60 64 3 Cukup
Rata-rata 3
Kategori Cukup

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa secara umum aktivitas dosen dalam

proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada

pokok bahasan persamaan kuadrat berada dalam kategori cukup dengan skor rata-rata 3

yang berarti dosen sudah cukup berperan aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Dalam hasil lembar observasi aktivitas dosen ini peran dosen terlihat lebih menonjol

dibandingkan mahasiswa sehingga mahasiswa terlihat pasif, untuk itu dosen harus lebih

memprioritaskan keaktifkan mahasiswa supaya peran dosen dan mahasiswa bisa saling

menunjang dalam pembelajaran.

A.2.c.2 Tes Kemampuan Kreatifitas Matematis Mahasiswa

Dari hasil tes kemampuan kreatifitas matematis mahasiswa siklus I dapat dilihat pada

tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Nilai tes siklus 1 Mahasiswa

No Nama siklus 1
1 Lisa Novita Sari 55
2 Nur Latifah Ainun 55
3 Yusron Hanif 55
4 Imelda Verina 58
5 Kurlisa 58
6 Andika Rahmansyah 58
7 Fatikhah Nur Sella 60
8 Erika Brilliantini 60
9 Darna Dwi Yuliani 60
10 Dwi Lestari 60
11 Mira Ainun Sari 60
12 Lestari Fathan Asri 65
13 Nenny Novita Sari 65
14 Aditiya Rahmawati 68
15 Romadhon Adji Pangestu 68
16 Bella Sinthya 69
17 Jesica Angela Fitri 69
18 Fitri Novianti 70
19 Dwi Agusantia 70
20 Benny Antari 70
Abdur Rouf Mahfudz
21
Anwar
70
22 Holilaturrosyidah 70
23 Rahma Nia Juita 70
24 Atthiyah Nur Herlita 70
25 Rati Ismidiah Yustiara 70
26 Rezki Ainun Sari 70
Youla Siscasari
27
Ruphaiddah
73
28 Topan Agung Pinilih R.I 75
29 Andriany Fitriza Ussandi 75
30 Selly Selvia 75
31 Fenrtiriani Fauzi 78
32 Tri Wahyuni 90
Total 2139
Rata-rata 66,84375

Pada tabel di atas dapat diubah menjadi rekap penilaian sebagai berikut :

Tabel 4.6 Rekap Hasil Tes Siklus 1

Hasil yang didapat


Skor rata- Jumlah Mahasiswa Ket
rata x≤ 60 60 < 𝑥 ≤ 80 𝑥 > 80
68,312 11 20 1 Baik

Persen ketuntasan = 21 𝑥 100%=65,625% (cukup)


32
Persentase ketuntasan kreatifitas matematis mahasiswa adalah 65,625% (cukup)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat mahasiswa yang mendapat skor x ≤ 60,00

ada 11 mahasiswa yang dikategorikan cukup , siswa yang mendapat skor 60,00 < 𝑥 ≤

80,00 ada 20 yang dikategorikan baik dan yang mendapat skor 𝑥 > 80,00 ada 1 mahasiswa

yang dikategorikan sangat baik, sedangkan untuk skor rata-rata keseluruhan 66,843 yang

berada dalam kriteria baik. Dalam hal ini dapat dikatakan ada peningkatan dan perbaikan

kemampuan kreatifitas matematis mahasiswa dari tes awal (pretest) ke posttest I. Namun

hasil yang diperoleh dari tes kemampuan kreatifitas matematis mahasiswa siklus I ini belum

mencapai kriteria keberhasilan.

A.2.d Refleksi Siklus I

Refleksi Siklus I dilakukan setelah peneliti melaksanakan beberapa pertemuan

pembelajaran melalui penerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematis Mahasiswa Semester IVA

Pendidikan Matematika Universitas Bengkulu. Pada Siklus I ini telah dicapai beberapa hal

dan masih terdapat banyak hal yang belum dicapai.

1. Hal-hal yang telah tercapai pada Siklus I.

a) Ada beberapa mahasiswa yang memperhatikan dan merespon pembelajaran

dosen dengan baik

b) Ada beberapa mahasiswa yang aktif bertanya pada dosen saat mengerjakan LKM

yang diberikan

c) Ada 5 kelompok yang sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan

d) Ada mahasiswa yang antusias bertanya jika terdapat materi yang belum

dimengerti.

e) Pada akhir pembelajaran terdapat mahasiswa yang antusias bersama-sama

menyimpulkan hasil pembelajaran.


f) Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat, aktivitas belajar mahasiswa berada

pada kategori aktif dan dosen model menjalankan model dengan baik.

2. Hal-hal yang belum tercapai pada Siklus I

a) Saat mengerjakan tugas kelompok, masih ada beberapa mahasiswa yang

mencontek pekerjaan kelompok lain .

b) Terdapat beberapa mahasiswa yang duduk dibarisan belakang kurang serius

memperhatikan penjelasan dosen model dan mengerjakan lembar tugas,

mahasiswa tersebut mengerjakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan

pelajaran.

c) Terdapat 2 kelompok yang belum mampu menjelaskan materi kepada anggota

kelompoknya pada tahap implementasi

d) Terdapat 1 kelompok yang belum berdiskusi dengan baik dalam mengerjakan

lembar, hal ini dikarenakan anggota masih mengandalkan salah satu anggota

untuk mengerjakan lembar tugas.

e) Pada Siklus I belum mencapai ketuntasan belajar, rata-rata tes kemampuan

berpikir kreatif matematis mahasiswa 66,843

A.3 Siklus II
Penelitian tindakan kelas dengan menerapan model pembelajaran Creative Problem

Solving (CPS) pada Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, mulai 6 Maret 2019

sampai 27 Maret 2019 Pertemuan pertama 6 Maret 2019 yaitu tentang unsur-unsur, keliling

dan luas lingkaran dengan alokasi waktu 3 x 50 menit. Pertemuan kedua dilaksanakan 13

Maret 2019 yaitu tentang hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. dengan

alokasi waktu 3 x 50 menit serta pertemuan ketiga yaitu tentang garis singgung lingkaran 20

Maret 2019 dengan alokasi waktu 3 x 50 menit, dan tes siklus II pada tanggal 7 Maret 2019
A.3.a Perencanaan Siklus II

Perencanaan tindakan pada Siklus II merupakan lanjutan kegiatan yang dilaksanakan

pada Siklus I dengan melakukan beberapa perbaikan. Adapun rencana pada Siklus II adalah

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran :

Pada tahap ini dosen model menyiapkan perangkat pembelajaran untuk Siklus II

,menyusun Lembar tugas Siklus II, membuat tes Siklus II dan rubrik penilaiannya serta

membuat lembar observasi Siklus II

b. Membuat kelompok pembelajaran dengan membagi 32 mahasiswa kedalam 6 kelompok

yang beranggotakan 5/6 orang dengan setiap kelompok memiliki kemampuan akademik

yang heterogen.

c. Mengatasi masalah dan hal-hal yang belum tercapai pada Siklus I, maka diberikan

tindakan yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Tindakan Siklus II

Masalah Awal Tindakan Siklus II

Saat mengerjakan tugas kelompok, Dosen model memberikan teguran


masih ada beberapa mahasiswa yang serta nasehat agar tugas tersebut
diberikan untuk mengetahui
mencontek pekerjaan kelompok lain .
seberapa paham mereka tentang
materi tersebut, jika mereka
mencontek maka pembelajaran yang
dilakukan akan terasa sia-sia saja.

Beberapa mahasiswa yang duduk Dosen Model memberikan teguran


dibarisan belakang kurang serius kepada mahasiswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dosen mendengarkan penjelasan Dosen
model dan mengerjakan lembar modek serta meminta mahasiswa
tugas, mahasiswa tersebut tersebut mengulang penjelasan dari
mengerjakan hal-hal yang tidak dosen model serta dosen model
berhubungan dengan pelajaran. lebih sering memantau proses
diskusi dan betanya kepada
mahasiswa tentang jawaban yang
dituliskan mahasiswa.

Terdapat 2 kelompok yang belum Memberikan kepada kelompok yang


mampu menjelaskan materi kepada kesulitan dan memberikan arahan
anggota kelompoknya pada tahap tentang pengerjaan soal tersebut.
implementasi.
Terdapat 1 kelompok yang belum Mengatur kelompok baru dengan
berdiskusi dengan baik dalam berdasarkan nilai Siklus I serta
mengerjakan lembar, hal ini memantau jalannya diskusi dengan
dikarenakan anggota masih lebih baik dan memberikan arahan
mengandalkan salah satu anggota kepada mahasiswa yang hanya
untuk mengerjakan lembar tugas. mengandalkan salah satu anggota
kelompok yang mengerjakan lembar
tugas.

Pada Siklus I belum mencapai Mengingatkan mahasiswa untuk


ketuntasan belajar sehingga lebih serius dalam mengerjakan
ketuntasan belajar klasikal yang rata- lembar tugas dan memberikan
rata hasil belajar mahasiswa 66,843 bimbingan kepada mahasiswa yang
belum tuntas pada Siklus I saat
mengerjakan lembar tugas

A.3. b Pelaksanaan Siklus II

Materi yang dipelajari pada Siklus II adalah lingkaran. Pada pertemuan pertama

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2019 dengan materi unsur-unsur, keliling dan

luas lingkaran. Peneliti bertindak sebagai dosen model memulai pembelajaran dengan salam

dan bedoa bersama-sama mahasiswa. Dosen model mengecek kehadiran seluruh mahasiswa

dan meminta mahasiswa menyiapkan peralatan belajar. Dosen model menyampaikan materi

yang akan dipelajari adalah unsur-unsur, keliling dan luas lingkaran, kemudian menjelaskan

manfaat mempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan motivasi

kepada mahasiswa.

Dosen model menjelaskan materi unsur-unsur, keliling dan luas lingkaran dengan

meminta siswa memperhatikan materi pada power point. Dosen model membentuk kelompok

baru yang beranggotakan 5/6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Serta meminta
anggota menentukan ketua dalam kelompok. dosen model meminta mahasiswa dalam

kelompok membaca materi mengenai unsur-unsur, keliling dan luas lingkaran. Dosen model

meminta kepada ketua kelompok untuk menjelaskan kembali apa yang yang diperoleh dari

proses membaca kepada teman satu kelompoknya. Dosen Model membagikan lembar tugas

mengenai unsur-unsur, keliling dan luas lingkaran kepada setiap kelompok serta menjelaskan

langkah-langkah pengerjaan lembar tugas tersebut.

Tahap pertama pengerjaan lembar tugas adalah mengungkapkan pendapat disini

kelompok akan mencari apa itu pengertian lingkaran, dan pengertian serta menggambarkan

unsur-unsur lingkaran (seperti : jari-jari, diameter, juring, busur, tali busur, tembereng, dan

apotema lingkaran). Pada saat pengerjaan mahasiswa lebih tenang dalam mengerjakan dan

membaca teliti petunjuk kegiatan pada lembar tugas. Pada tahap ini berjalan lancar,

mahasiswa mengerjakan dan menjalankan diskusi kelompok dengan baik.

Tahap selanjutnya pengerjaan adalah klarifikasi masalah, dimana setiap kelompok

mengumpulkan berbagai jenis koin yang memiliki diameter yang berbeda-beda. mahasiswa

diminta mencari kemungkinan diameter pada koin-koin yang telah mereka kumpulkan.

Mahasiswa mengerjakan kelompok dengan baik dan aktif bertanya kepada dosen model.

Mahasiswa dalam kelompok lebih antusias dalam menyebutkan kemungkinan-kemungkinan

diameter-diameter lingkaran yang mereka temui.

Pada selanjutnya yaitu evaluasi dan pemilihan, mahasiswa didorong untuk

menemukan keterkaitan dalam menemukan luas lingkaran dari keliling dan diameter logam

dengan berbagai ukuran yang telah diukur. Mahasiswa diberikan waktu untuk mengerjakan

dan mahasiswa boleh berdiskusi dengan teman satu kelompok namun dengan tidak

mengganggu teman dalam mengerjakan soal. Pada pengerjaan kelompok lebih antusias dalam

anggotanya saling berlomba-lomba dalam menyelesaikan soal. Pada tahap ini, dosen hanya

memantau jalannya diskusi kelompok.


Pada tahap selanjutnya adalah tahap implementasi. Pada tahap ini mahasiswa

diberikan persoalan tentang jika jari-jari lingkaran adalah n berapakah luas dan keliling

lingkaran tersebut, serta mahasiswa diberikan soal luas dan keliling lingkaran untuk

mengetahui seberapa menguasai mahasiswa tentang menemui materi keliling dan luas

lingkaran. Pada akhir pembelajaran dosen model meminta mahasiswa bersama-sama menarik

kesimpulan tentang apa yang dipelajari pada pertemuan ini. Dosen model mengingatkan

mahasiswa bahwa untuk pertemuan selanjutnya akan membahas cara hubungan sudut pusat,

panjang busur, dan luas juring dengan meminta mahasiswa membawa persiapan alat untuk

menggambar. Dosen model mengucapkan salam mengakhiri pelajaran.

Pertemuan kedua Siklus II, dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2019 dengan materi

cara hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Dosen model mempersiapkan

mahasiswa serta mengecek kehadiran mahasiswa. Dosen model meminta mahasiswa untuk

menyiapkan perlengkapan serta mengulas materi sebelumnya. Dosen model meminta salah

satu mahasiswa untuk menyebutkan pengertian sudut pusat, panjang busur, dan luas juring

namun mahasiswa belum bisa menjawab dengan tepat tindakan ini diberikan dosen model

untuk mengetahui apakah mahasiswa membaca materi sebelum belajar. Dosen model

menyampaikan kepada mahasiswa bahwa hari ini akan mempelajari mengenai hubungan

sudut pusat, panjang busur, dan luas juring, serta menjelaskan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai dan memberikan motivasi mahasiswa.

Pada kegiatan inti dosen model mengingatkan kembali hubungan sudut pusat, panjang

busur, dan luas juring. Dosen model meminta mahasiswa untuk membaca dan mencari

informasi sebanyak-banyaknya tentang hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring.

Selanjutnya dosen model meminta mahasiswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan

pertemuan sebelumnya. Setelah mahasiswa duduk di kelompok masing-masing dosen model

meminta salah satu anggota kelompok untuk menjelaskan apa yang dibaca dan didapat pada
hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring dalam modul dan dosen model

membimbing mahasiswa jika tedapat hal yang tidak dimengerti.

Mahasiswa dalam kelompok dibagikan lembar tugas mengenai hubungan sudut pusat,

panjang busur, dan luas juring oleh dosen model. Dosen model menjelaskan langkah

pengerjaan lembar tugas dan memberitahu mahasiswa jika terdapat hal yang tidak mengerti

bisa bertanya kepada dosen model. Tahap pertama dalam pengerjaan lembar tugas adalah

mengungkapkan pendapat mahasiswa bersama-sama dalam kelompok mencari tahu panjang


1
busur dan banyak bagian yang dipotong dalam permasalahan membagi lingkaran menjadi 9

bagian. Pada tahap ini mahasiswa mencari panjang busur lingkaran yang dipotong.

Mahasiswa dapat menyebutkan dan berdiskusi bersama kelompok dengan baik .

Kegiatan selanjutnya adalah tahap mengungkapkan pendapat, mahasiswa belajar

kelompok untuk menjawab soal mengenai cara menemukan rumus luas juring dan panjang

busur lingkaran. Mahasiswa bersama-sama dengan kelompok cara menemukan rumus luas

juring dan panjang busur lingkaran. Setiap kelompok aktif bertanya kepada dosen model

mengenai langkah serta jawaban yang diperoleh mahasiswa benar atau tidak. Pada tahap ini

kelompok lain dapat menjawab dengan benar serta berurutan dengan baik.

Tahap selanjutnya adalah evaluasi dan pemilihan, mahasiswa didorogn untuk memilih

cara untuk menemukan berapa luas juring dan panjang busur lingkaran yang diketahui. Dosen

model kembali mengingatkan mahasiswa untuk mengerjakan soal sesuai dengan langkah

yang diberikan. Pada tahap pengerjaan ini mahasiswa mengoreksi jawaban teman dalam satu

kelompoknya. Mahasiswa lebih aktif bertanya jika terdapat jawaban mahasiswa yang tidak

terdapat dalam lembar jawaban yang diberikan dosen model serta mahasiswa.

Tahap terakhir adalah implementasi, mahasiswa diminta dan dibimbing untuk

menemukan panjang busur dan luas juring lingkaran dari soal yang diberikan dosen.

Mahasiswa ditugaskan untuk saling bertukar fikiran dalam mengerjakan tahap ini dan
mahasiswa didorong untuk berdiskusi, dan Dosen model memerintahkan ketua kelompok

untuk mengumpulkan lembar tugas jika kelompoknya selesai mengerjakan lembar kerja yang

telah dikerjakan serta meminta mahasiswa kembali dalam bangku masing-masing.

Selanjutnya, proses pengoreksian mahasiswa akan diperintahkan. Dosen untuk

mengumpulkan lembar tugas di meja. Lembar kerja yang telah dikumpulkan selanjutnya

dibagikan kembali kepada kelompok yang berbeda untuk dikoreksi. Dosen memanggil salah

satu kelompok untuk mengerjakan dan menjelaskan jawaban dari nomor 1. Terdapat 5

kelompok yang mendengarkan dan memperhartikan penjelasan. Namun, pada proses ini

masih terdapat beberapa mahasiswa yang mengobrol diluar dari yang sedang didiskusikan.

Dosen memberikan pengarahan untuk memperhatikan kelompok yang sedang menjelaskan

dan memberikan nasehat harus menghargai sesama mereka.

Kelompok yang mendengarkan bertugas untuk mengoreksi kelompok yang

menjelaskan ke depan, memberi tanggapan serta berdiskusi jika terdapat jawaban yang

bertentangan dan mengoreksi Lembar Kerja dari kelompok lain yang mereka dapatkan.

Begitupun selanjutnya, dosen memanggil kelompok lain secara acak untuk menjelaskan

jawaban dari nomor berikutnya. Kelompok yang tidak menjelaskan ke depan bertugas

sebagai pengamat, pemberi tanggapan, dan pengoreksi, sedangkan dosen sebagai pengamat

jalannya diskusi. Diakhir pembelajaran mahasiswa bersama-sama dengan dosen

menyimpulkan dan mengulang materi tentang cara hubungan sudut pusat, panjang busur, dan

luas juring serta mengingatkan mahasiswa untuk terus belajar.

Diakhir pembelajaran dosen model mengulas kembali materi serta bersama-sama dengan

mahasiswa menyebutkan cara hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. Dosen

model memberitahu mahasiswa bahwa untuk pertemuan selanjutnya akan diadakan tes Siklus

II.
Pada pertemuan ketiga Siklus II, dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2019 dengan

materi tentang garis singgung lingkaran. Dosen memulai pelajaran dengan mengulas materi

pada pertemuan sebelumnya dengan meminta salah satu mahasiswa menyebutkan tentang

garis singgung lingkaran dan mahasiswa dapat menjawab dengan tepat. Dosen

menyampaikan kepada mahasiswa bahwa pada hari ini mereka akan mempelajari mengenai

permasalahan–permasalahan berkaitan tentang garis singgung lingkaran serta menjelaskan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi mahasiswa.

Pada kegiatan ini, Dosen mengingatkan kembali unsur-unsur pada lingkaran karena

sebagian mahasiswa ada yang tidak lagi mengingatnya. Mahasiswa memperhatikan

penjelasan Dosen dengan baik dan antusias menyebutkan kembali unsur-unsur lingkaran

secara bersama.

Mahasiswa diperintahkan untuk duduk dengan kelompok yang sama dengan kelompok pada

pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan ketiga dosen masih menjelaskan bahwa

pembelajaran menggunakan model Creative Problem Solving (CPS). Dosen meminta

mahasiswa bersama-sama dalam kelompok mengulang kembali materi yang dijelaskan dosen

dan meminta salah satu anggota kelompok menjelaskan dengan anggota yang lain. Dosen

membagikan lembar tugas/kerja kepada masing-masing kelompok lalu menjelaskan kepada

mahasiswa apa saja langkah-langkah pengerjaan lembar tugas. Dosen bertanya kepada

mahasiswa “apakah ada yang ingin bertanya?” mahasiswa lebih berani mengungkapkan

pendapat dan bertanya pada pertemuan kedua hal ini mungkin dikarenakan mahasiswa lebih

mengenal dosen.

Tahap pertama pengerjaan lembar tugas/kerja Siklus I pertemuan ketiga bagian

klarifikasi masalah. Mahasiswa ditugaskan mengklarifikasi masalah dengan cara

menggambarkan garis singgung dua lingkaran dengan berbagai posisi dan bentuk yang

diberikan. Mahasiswa mengerjakan lembar tugas dengan berdiskusi sesama anggota


kelompok untuk menemukan beberapa kemungkinan yang mungkin untuk menggambarkan

garis singgung pada dua lingkaran dengan berbagai posisi.

Tahap kedua yaitu pengungkapan pendapat, disini mahasiswa dalam kelompok

diminta untuk mengungkapkan dan ditugaskan untuk berdiskusi terlebih dahulu mengenai

persamaan dan perbedaan garis singgung dalam dan garis singgung luar, serta gambaran dari

dua garis tersebut. Kemudian, mahasiswa menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada

LKM yang telah diberikan. Pada tahap ini, terlihat semua kelompok aktif dalam berdiskusi.

Terdapat beberapa anggota kelompok yang saling bertukar fikiran untuk mengerjakan LKM.

Pada tahap selanjutnya, yaitu evaluasi dan pemilihan, mahasiswa diminta untuk

menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan garis singgung lingkaran. Pada saat

menentukan semua kemungkinan jawaban, mahasiswa saling bertukar untuk mendapatkan

jawaban pada permasalahan tersebut. Mahasiswa pun aktif bertanya apakah kemungkinan

yang mereka tulis benar atau salah kepada Dosen model.

Tahap selanjutnya, mahasiswa diberikan soal untuk dikerjakan pada tahap

implementasi di lembar kerja kelompok. Pada tahap ini, mahasiswa dibimbing untuk

mengimplementasikan ilmu yang diketahuinya untuk mengerjakan permasalahan yang

diberikan. Mahasiswa diberikan beberapa soal pada permasalahan yang diberikan. Pada tahap

ini banyak mahasiswa yang bertanya kepada dosen tentang langkah penyelesaian namun,

dosen hanya membimbing tanpa memberikan jawaban.

Selanjutnya, proses pengoreksian mahasiswa akan diperintahkan. Dosen untuk

mengumpulkan lembar tugas di meja. Lembar kerja yang telah dikumpulkan selanjutnya

dibagikan kembali kepada kelompok yang berbeda untuk dikoreksi. Dosen memanggil salah

satu kelompok untuk mengerjakan dan menjelaskan jawaban dari nomor 1. Terdapat 5

kelompok yang mendengarkan dan memperhartikan penjelasan. Kelompok yang

mendengarkan bertugas untuk mengoreksi kelompok yang menjelaskan ke depan, memberi


tanggapan serta berdiskusi jika terdapat jawaban yang bertentangan dan mengoreksi Lembar

Kerja dari kelompok lain yang mereka dapatkan. Begitupun selanjutnya, dosen memanggil

kelompok lain secara acak untuk menjelaskan jawaban dari nomor berikutnya. Kelompok

yang tidak menjelaskan ke depan bertugas sebagai pengamat, pemberi tanggapan, dan

pengoreksi, sedangkan dosen sebagai pengamat jalannya diskusi. Diakhir pembelajaran

mahasiswa bersama-sama dengan dosen menyimpulkan dan mengulang materi tentang

persamaan lingkaran serta mengingatkan mahasiswa untuk terus belajar.

Setelah 3 pertemuan dilakukan pada siklus 2, dosen meminta mahasiswa untuk memahami

dan mengingat materi yang telah dosen berikan untuk dipelajari kembali di rumah ,

pertemuan selanjutnya dosen membagikan soal tes Siklus pada tanggal 27 Maret 2019 yang

berisi 5 soal.

A.3.c. Observasi Siklus II

A.3.c.1 Lembar Observasi Siklus II

Observasi yang dilakukan berupa penilaian dalam proses pembelajaran melalui

penerapkan pembelajaran model Creative Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa FKIP Matematika Universitas Bengkulu

melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh dosen lain. Adapun Hasil pengamatan

yaitu :

Tabel 4.8 Hasil analisis data observasi aktivitas dosen siklus II (pertemuan 1, 2, dan 3)

̅̅̅̅ ̅̅̅̅ Rata-


No Aspek yang diamati 𝑷𝟏 𝑷𝟐 Kategori
rata
1. Kesiapan mahasiswa untuk mengikuti
5 4 4,5 Baik
pembelajaran
2 Antusiasme mahasiswa dalam
4 4 4 Baik
mempersiapkan pembelajaran
3 Aktivitas mahasiswa dalam proses Baik
4 4 4
pembelajaran mengamati
4 Aktivitas mahasiswa dalam proses
4 4 4 Baik
pembelajaran klarifikasi masalah
5 Aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran mengungkapkan 4 4 4 Baik
pendapat
6 Aktivitas mahasiswa dalam proses Cukup
pembelajaran evaluasi dan pemilihan 3 4 3,5
Baik
7 Aktivitas mahasiswa dalam proses
4 5 4,5 Baik
pembelajaran implementasi
8 Aktivitas mahasiswa dalam proses
4 4 4 Cukup
pembelajaran menyimpulkan
9 Aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran untuk menjelaskan 5 4 4,5 Cukup
sesama anggota pada kelompok
10 Meningkatkan efektivitas diskusi
4 4 4 Baik

11 Meningkatkan daya kompetisi antar


kelompok 4 4 4 Baik

12 Antusiasme mahasiswa dalam


5 4 4,5 Baik
mengikuti kegiatan pembelajaran
13 Cara Mahasiswa menanggapi stimulus
4 5 4,5 Baik
dosen
14 Merespon pernyataan mahasiswa lain
4 4 4 Baik
15 Menguasai materi belajar
4 4 4 Baik
16 Meningkatkan keterampilan matematis
5 5 5 Baik
17 Kemampuan mahasiswa untuk
menemukan sendiri dan menarik
kesimpulan tentang konsep/ prinsip/ 4 4 4 Baik
definisi/teorema /rumus/prosedur
matematika
18 Kemampuan mahasiswa untuk
mau bertanya, mengeluarkan 4 4 4 Baik
pendapat atau menjawab pertanyaan
19 Antusiasme mahasiswa dalam
4 5 4,5 Baik
mengungkapkan kesimpulan
20 Kemampuan dosen mengelolah waktu
4 4 4 Baik
21 Antusiasme mahasiswa dalam
menerima judul sub materi
4 4 4 Baik
berikutnya/diberikan PR dari
dosen/menutup pelajaran
Jumlah Skor 87 88 4,167
Rata-rata 4,167
Kategori Baik

Observasi yang dilakukan berupa penilaian aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

melalui penerapkan model Creative Problem Solving (CPS) melalui kegiatan pengamatan

yang dilakukan oleh dua pengamat. Adapun Hasil pengamatan yaitu :

a. Mahasiswa memperhatikan dengan baik penjelasan dari dosen model dan telah

terbiasa dengan pembelajaran menerapkan pembelajaran model Creative Problem

Solving (CPS)

b. Seluruh mahasiswa berkelompok dengan kelompok masing-masing.

c. Mahasiswa melakukan diskusi dengan baik dalam mengerjakan lembar tugas.

d. Mahasiswa aktif bertanya kepada dosen model jika terdapat kesulitan jika terjadi

kesulitan.

e. Kelompok berdiskusi dengan baik dalam mengerjakan lembar, hal ini dikarenakan

anggota kelompok saling bekerja sama untuk mengerjakan lembar tugas.

A.3.c.2 Tes Kemampuan Kreatifitas Matematis Mahasiswa

Dari hasil tes kemampuan kreatifitas matematis mahasiswa siklus II dapat dilihat pada

tabel 4.9 sebagai berikut :

Tabel 4.9 Nilai hasil tes siklus 2 mahasiswa

No Nama Siklus 2
1 Yusron Hanif 60
2 Nenny Novita Sari 60
3 Imelda Verina 63
4 Lisa Novita Sari 65
5 Nur Latifah Ainun 65
6 Kurlisa 70
7 Erika Brilliantini 75
8 Aditiya Rahmawati 75
9 Fatikhah Nur Sella 78
10 Bella Sinthya 78
11 Jesica Angela Fitri 78
12 Darna Dwi Yuliani 78
13 Andika Rahmansyah 80
14 Romadhon Adji Pangestu 80
15 Dwi Agusantia 80
16 Atthiyah Nur Herlita 85
17 Mira Ainun Sari 85
18 Benny Antari 85
Abdur Rouf Mahfudz
19
Anwar
85
20 Topan Agung Pinilih R.I 85
21 Andriany Fitriza Ussandi 85
Youla Siscasari
22
Ruphaiddah
85
23 Holilaturrosyidah 85
24 Rahma Nia Juita 88
25 Lestari Fathan Asri 88
26 Fitri Novianti 88
27 Dwi Lestari 88
28 Rati Ismidiah Yustiara 88
29 Rezki Ainun Sari 88
30 Selly Selvia 88
31 Fenrtiriani Fauzi 88
32 Tri Wahyuni 92
Total 2561
Rata-rata 80,03125

Dari data di atas, nilai tersebut dapat direkap seperti pada tabel 4.10 di bawah ini :

Tabel 4.10 Rekap Hasil Tes Siklus 1I

Hasil yang didapat


Skor rata- Jumlah Mahasiswa Ket
rata x≤ 60,00 60,00 < 𝑥 ≤ 80,00 𝑥 > 80,00
80,03 2 13 17 Baik

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat mahasiswa yang mendapat skor x ≤ 60,00

ada 2 mahasiswa yang dikategorikan cukup , siswa yang mendapat skor 60,00 < 𝑥 ≤ 80,00

ada 13 yang dikategorikan baik dan yang mendapat skor 𝑥 > 80,00 ada 17 yang

dikategorikan sangat baik, sedangkan untuk skor rata-rata keseluruhan 80,03 yang berada
dalam kriteria cukup. Dalam hal ini, hasil yang diperoleh dari tes kemampuan kreatifitas

matematis mahasiswa siklus I ini sudah mencapai kriteria keberhasilan.

Persen ketuntasan = 30 𝑥 100%=93,75% (tinggi)


32

Persentase ketuntasan kreatifitas matematis mahasiswa adalah 93,75% (tinggi)

A.3.d Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi selama siklus II berlangsung maka didapatkan data dari

lembar observasi terlihat bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model Creative

Problem Solving (CPS) sudah efektif dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah

meningkat dan dalam kriteria yang diharapkan oleh peneliti, sedangkan dalam tes

kemampuan berpikir kreatif matematis juga sudah terlihat bahwa siswa sudah terbiasa dengn

soal-soal yang diberikan yang sifatnya mengandung indikator pemahaman berpikir kreatif

matematis, serta siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan

sehingga dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan sistematis.

Berdasarkan hasil postest siklus I dan postest siklus II dengan menggunakan model

Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan lingkaran, maka disimpulkan tes

kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa tiap siklus mengalami peningkatan yang

dilihat berdasarkan banyaknya mahasiswa yang mampu mencapai kriteria baik dalam

pencapaian tiap indikator kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 kriteria keberhasilan kemampuan berpikir kreatif matematis tiap siklus

Kriteria Banyaknya siswa Banyaknya siswa


pencapaian siswa (Siklus I) (Siklus II)
Sangat Baik 1 17
Baik 20 13
Cukup 11 2
Kurang 0 0
Sangat Kurang 0 0

Berdasarkan kriteria keberhasilan penelitian pada siklus II, maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian ini bisa dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat berdasarkan skor rata-rata

pencapaian lembar observasi dosen serta tes kemampuan berpikir kreatif matematis

mahasiswa mahasiswa yang telah mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan.

Pencapaian kriteria keberhasilan kegiatan observasi yang mengalami peningkatan setiap

siklus serta keberhasilan pencapaian dalam pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif

matematis mahasiswa yang dapat dilihat dari tabel 4.11 yakni banyaknya mahasiswa yang

berhasil mencapai kriteria baik dari siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan setiap

siklus meskipun pada siklus II masih ada 2 siswa yang tergolong kriteria cukup tetapi skor

rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa telah mencapai kriteria

keberhasilan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penelitian bisa dihentikan sampai siklus

II ini.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan pada pengamatan pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II

diperoleh hasil yang disajikan dengan gambar sebagai berikut :

B.1 Hasil Lembar Observasi

Setelah dilakukan pengamatan terhadap 21 aspek lembar observasi pada

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving

(CPS) maka didapatkan seperti pada gambar 4.1 di bawah ini :


90
80
70
60
50 pengamat 1
40 pengamat 2
30
20
10
0
siklus 1 siklus 2

Gambar 4.1 hasil pengamatan lembar observasi siklus I dan II

Berdasarkan gambar 4.1 di atas maka terlihat bahwa hasil dari lembar

observasi adalah sebagai berikut :

a. Pada siklus I dapat dilihat bahwa skor observasi berdasarkan pengamat I

yakni dengan totatl skor 60 dengan rata – rata 2,85 dan pengamat II yakni

dengan skor 64 berada pada kisaran rata-rata 3,04 yang artinya siklus I

berada pada kriteria cukup

b. Pada siklus II dapat dilihat bahwa skor observasi berdasarkan pengamat I

yakni dengan skor 87 dengan rata-rata 4,14 dan pengamat II yakni dengan

skor 88 mengalami peningkatan dari skor siklus I yakni berada pada kisaran

rata-rata 4,19 , yang artinya pada kriteria baik.

B.2 Kemampuan berpikir Kreatif

Hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada sikus I dan sikus II

terhadap 32 siswa dapat diihat pada gambar 4.2 dibawah ini :


rata-rata nilai

100

80
pretes
60
siklus 1
40 siklus 2
20

0
pretes siklus 1 siklus 2

Gambar 4.2 hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis

Berdasarkan gambar 4.2 di atas maka dapat terlihat bahwa hasil dari rekap

tes kemampuan berpikir kreatif matematis mahasiswa siklus I dan siklus II adalah

sebagai berikut :

a. Pada pretest dapat dilihat bahwa semua mahasiswa belum memiliki

pengetahuan awal tentang kemampuan berpikir kreatif matematis yang akan

diajarkan . Rata-rata yang diperoleh seluruh siswa adalah 59,125

b. Pada pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif matematis siklus I

diperoleh data rata-rata seluruh mahasiswa yaitu 66,843

c. Pada pelaksanaan tes kemampuan berpikir kreatif matematis siklus II

diperoleh data rata-rata seluruh siswa yaitu 80,03

d. Kemampuan konsep matematis siswa dari siklus I meningkat ke siklus II.

Pada siklus I skor rata-rata siswa hanya 66,843 dan pada siklus II skor rata-

rata siswa meningkat menjadi 80,03


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Universita Bengkulu Mahasiswa

Semester IVA diperoleh untuk dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis dengan cara :

Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Kunandar (2011:71-75) Penelitin tindakan

kelas dilakukan melalui empat proses yaitu penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan

refleksi. Adapun penjelasan masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut.


a. Penyusunan rencana, perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis

tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat

mengidentifikasi aspek dan hasil PBM, sekaligus mengungkap faktor pendukung

dan penghambat pelaksanaan tindakan.

b. Tindakan, pada tahap ini tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali serta

tindakan yang diberikan diamati. Tindakan digunakan sebagai pijakan bagi

pengembangan tindakan berikutnya.

c. Observasi, berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Objek

observasi adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya, keadaan dan kendala

tindakan direncana dan pengaruhnya, serta persoalan yang timbul dalam konteks

terkait.

d. Refleksi,merupakan mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang

telah dicatat dalam observasi. Peneliti berusaha memahami proses, masalah,

persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis.

e. Memberikan bimbingan lebih dalam mengerjakan lembar tugas kepada mahasiswa

yang belum tuntas pada Siklus I

Kegiatan tersebut terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

matematis dari Siklus I sampai Siklus II. Nilai akhir Siklus I menunjukan rata-rata

mahasiswa 66,843, kemudian pada Siklus II nilai tes meningkat dengan rata-rata

80,03

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan beberapa saran,

yaitu :
a. Pembelajaran matematika yang menerapkan model Creative Problem Solving (CPS)

agar dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematis sebaiknya dosen

model mampu mengefektifkan alokasi waktu dengan baik.

b. Pada tahap kelompok, sebaiknya kelompok ditentukan berdasarkan tingkat

kemampuan akademis mahasiswa yang heterogen selama proses pembelajaran

sebeleumnya.

c. Dosen model sebaiknya pada proses diskusi sering melakukan tanya jawab kepada

kelompok.

Anda mungkin juga menyukai