Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr…Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah yang maha Esa atas dapat
terselesainya tugas, shalawat beserta salam kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW, dan tak lupa pula kami ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada guru
yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah tugas.

Kami telah berusaha dengan sebaik-baik mungkin, dan juga secara ringkas dengan
isi yang sangat sederhana guna untuk bisa meningkatkan pengetahuan bagi kami sendiri
dan juga bagi kawan-kawan sekalian, agar kita selalu berada dijalan Allah SWT Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

A. Biografi Umar Bin Khattab .................................................................. 2

B. Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab ............................................... 3

C. Keutamaan Umar Bin Khattab ............................................................... 4

D. Konsep kepemimpinan Umar Bin Khattab ……………………………. 5

D. Kebijakan Dan Prestasi Khalifah Umar Bin Khattab ............................. 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi merupakan wadah aktivitas manusia sekaligus tempat jalinan hubungan


kerjasama antar manusia. Karena sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri,
satu sama lain saling membutuhkan dan kerjasama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupannya.Manusia juga sebagai makhluk individualis yang memiliki ego dan ambisi. Agar
terjadi keselarasan antara sifatsosial dan individualis, maka setiap organisasi atau kelompok kerja
memerlukan pemimpin. Seorang pemimpin diharapkan mampu memimpin, mengerahkan
dan mengarahkan manusia untuk bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan

Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antaraseseorang


dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggotakelompok setiap
peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-caratertentu peranan itu harus
dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh,
pemimpin mempengaruhi dan orang laindipengaruhi. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai kepemimpinan dari tokoh Umar Bin Khattab.

B. Rumusan Masalah

1. Biografi Umar Bin Khattab


2. Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab
3. Akhir Pemerintahan Umar Bin Khattab
C. Tujuan

1. Mengetahui Biografi Umar Bin Khattab


2. Memahami Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab
3. Mengetahui Akhir pemerintahan Umar Bin Khattab
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab
(581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah
kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw.

Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai
Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al
Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh
Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan
kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya
yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Riwayat Masuknya Umar pada Agama Islam.

“ Ya Allah, agungkanlah Islam dengan salah satu dari dua lelaki ini : Umar bin Khattab atau
Umar Ibn Hisyam Abu Jahal”. Itulah sepenggal doa Rosulullah pada suatu ketika.

Pada saat Islam muncul yaitu pada saat Rosulullah mengumumkan misi kenabianya,
Umar adalah salah seorang penentang Rosulullah yang paling gigih. Dia menganggap bahwa
Islam adalah sesat dan kegilaan yang menentang kepercayaan agama nenek moyang mereka.
Sehingga dia sangat memusuhi Nabi Muhammad. Dengan berbagai cara Umar menentang
ajaran yang dibawa oleh Rossulullah. Suatu ketika Umar megatakan kepada orang-orang bahwa
B. Keutamaan Umar bin al-Khattab

Setelah membahas tentang keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq, kiranya perlu juga kita
membahas tentang kemualiaan Umar bin Khattab. Ia adalah seorang khalifah yang sangat
terkenal, perjalanan hidupnya adalah teladan yang diikuti, dan kepemimpinannya adalah sesuatu
yang diimpikan. Banyak orang saat ini memimpikan, kiranya Umar hidup di zaman ini dan
memipin umat yang tengah kehilangan jati diri.

Ada beberapa gelintir orang yang tidak menyukai khalifah yang mulia ini, mereka
mengatakan al-Faruq telah mencuri haknya Ali. Menurut mereka, Ali bin Abi Thalib lebih layak
dan lebih pantas dibanding Umar untuk menjadi khalifah pengganti Nabi. Berangkat dari klaim
tersebut, mulailah mereka melucuti kemuliaan dan keutamaan Umar. Mereka buat berita-berita
palsu demi rusaknya citra amirul mukminin Umar bin Khattab. Mereka puja orang yang
memusuhinya dan pembunuhnya pun digelari pahlawan bangsa.

 Nasab dan Ciri Fisiknya

Ia adalah Umar bin al-Khattab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah
bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luai, Abu Hafsh al-Adawi. Ia dijuluki al-Faruq.

Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah. Ibunya adalah saudari tua dari
Abu Jahal bin Hisyam.

Ia adalah seseorang yang berperawakan tinggi, kepala bagian depannya plontos, selalu
bekerja dengan kedua tangannya, matanya hitam, dan kulitnya kuning. Ada pula yang
mengatakan kulitnya putih hingga kemerah-merahan. Giginya putih bersih dan mengkilat.
Selalu mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan inai (daun pacar) (Thabaqat
Ibnu Saad, 3: 324).

Amirul mukminin Umar bin Khattab adalah seorang yang sangat rendah hati dan
sederhana, namun ketegasannya dalam permasalahan agama adalah ciri khas yang kental
melekat padanya. Ia suka menambal bajunya dengan kulit, dan terkadang membawa ember di
pundaknya, akan tetapi sama sekali tak menghilangkan ketinggian wibawanya. Kendaraannya
adalah keledai tak berpelana, hingga membuat heran pastur Jerusalem saat berjumpa
dengannya. Umar jarang tertawa dan bercanda, di cincinnya terdapat tulisan “Cukuplah
kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar.

C. Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab r.a diangkat dan dipilih sendiri oleh Abu Bakar r.a untuk
menggantikannya dalam ke-khalifahan. Oleh Abdul Wahhab an-Nujjar, cara pengangkatan
seperti ini disebut dengan thariqul ahad, yakni seorang pemimpin yang memilih sendiri
panggantinya setelah mendengar pendapat yang lainnya, barulah kemudian dibaiat secara
umum.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, sang khalifah dipanggil dengan sebutan khalifah
Rasulullah. Sedangkan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab r.a, mereka disebut dengan
Amirulmu’minin. Sebutan ini sendiri diberikan oleh rakyat kepada beliau. Salah satu sebab
penggantian ini hanyalah makna bahasa, karena bila Abu Bakar r.a dipanggil dengan khalifah
Rasulullah (pengganti Rasulullah), otomatis penggantinya berarti khalifah khalifah Rasulullah
(pengganti penggantinya Rasulullah), dan begitulah selanjutnya, setidaknya begitulah menurut
Haikal. Selain itu karena wilayah kekuasaan Islam telah meluas, hingga ke daerah-daerah yang
bukan daerah Arab, yang tentu saja memerlukan sistem pemerintahan yang terperinci,
sementara ia tidak mendapatkan sistem pemerintahan terperinci dalam Alquran al-Karim dan
sunnah nabi, karena itu ia menolak untuk dipanggil sebagai khalifatullah dan khalifah
Rasulullah.

D. Konsep kepemimpinan umar bin khattab

Ada pun konsep kepemimpinan umar bin khatab adalah sebagai berikut:

1. Musyawarah

Dalam bermusyawarah, Umar Radhiyallahu Anhu tidak pernah memposisikan


dirinya sebagai penguasa. Ia meletakkan dirinya sebagai manusia yang sama
kedudukannya dengan anggota musywarah lain.
Ketika ia meminta pendapat mengenai satu urusan, ia tidak pernah menunjukkan bahwa
ia adalah pemegang kekuasaan, bahkan Umar selalu menanamkan perasan bahwa mereka
adalah guru yang akan menunjukkannya ke jalan kebaikan, menyelamatkannya dari
kesengsaraan hisab di akhirat, karena mereka membantunya dengan pendapat-pendapat
mereka untuk memperjelas kebenaran.

2. APBN’ untuk Rakyat

Semua kekayaan negara dipergunakan untuk melayani rakyat. Kala itu, sesuai
kebutuhan zaman, Umar mendirikan tembok-tembok dan benteng untuk melindungi
kaum Muslimin. Umar juga membangun kota-kota untuk mensejahterakan seluruh
rakyatnya.

Umar tidak pernah berpikir mengambil kesempatan atau keuntungan dari ‘APBN’ untuk
kesenangan diri dan keluarganya. Malah Umar hidup dengan sangat zuhud, sehingga
tidak tertarik dengan kemewahan, kenikmatan dan segala bentuk pujian manusia yang
mudah kagum dengan harta benda.

3. Menjunjung tinggi kebebasan.

Dalam satu muhasabahnya, Umar berkata pada dirinya sendiri, “Sejak kapan
engkau memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan ibunya dalam keadaan
merdeka?”

Menurut Umar, semua orang memiliki kemerdekaan sejak lahir ke dunia. Umar
sama sekali tidak takut akan kebebasan bangsanya, tidak pula khawatir akan
mengancamnya, bahkan ia mencintai kebebasan manusia itu sendiri, seperti cinta seorang
yang mabuk kepayang serta menyanjungnya dengan penuh ketulusan.

Pemahaman kebebasan menurut Umar sangat sederhana dan bersifat universal.


Kebebasan menurutnya adalah kebebasan kebenaran. Artinya, kebenearan berada di atas
semua aturan. Kebenaran apa itu? Tentu kebenaran Islam, bukan kebenaran kebebasan
yang disandarkan pada logika liberalisme.

4. Siap mendengar kritik

Suatu hari Umar terlibat percakapan dengan salah seorang rakatnya, orang itu
bersikeras dengan pendapatnya dan berkata kepada Amirul Mukminin, “Takutlah engkau
kepada Allah.” Dan, orang itu mengatakan hal itu berulang kali.Lalu, salah seorang
sahabat Umar membentak laki-laki itu dengan berkata, “Celakalah engkau, engkau terlalu
banyak bicara dengan Amirul Mukminin!”

Menyaksikan hal itu, Umar justru berkata, “Biarlah dia, tidak ada kebaikan dalam
diri kalian jika kalian tidak mengatakannya, dan kita tidak ada kebaikan dalam diri kita
jika tidak mendengarnya.”
5. Terjun langsung mengatasi masalah rakyatnya

Sangat masyhur (populer) di kalangan umat Islam bahwa Umar adalah sosok
pemimpin yang benar-benar merakyat. Tengah malam, saat orang terlelap, ia justru
patroli, mengecek kondisi rakyatnya. “Jangan-jangan ada yang tidak bisa tidur karena
lapar,” begitu mungkin pikirnya. [Baca: Belajar “Blusukan’ dari Umar Bin Khattab]

Begitu ia menemukan seorang ibu yang anak-anaknya menangis karena lapar,


sedangkan tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak dan disuguhkan, dengan segenap
daya Umar pergi ke Baitul Maal dan memikul sendiri sekarung gandum untuk kebutuhan
makan keluarga tersebut.
Seperti itulah, setidaknya setiap pemimpin Muslim di negeri ini. Bekerja atas dasar iman,
sehingga tidak ada yang didahulukan selain iman, takwa dan kesejahteraan rakyatnya. Ia
‘blusukan’ malam hari, bukan siang hari apalagi hanya sekedar dilihat orang.Jika lima hal
di atas mewujud dalam diri pemimpin hari ini dan semoga di masa mendatang, tentu
bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, cerdas dan mandiri
serta bebas dari intervensi pihak manapun juga. Semoga. Wallahu a’lam.

E. Kebijakan dan Prestasi Khalifah Umar bin Khattab


Dalam bidang agama, khalifah Umar bin Abdul Aziz menerapkan beberapa kebijakan.
Kebijakan Umar bin Abdul Aziz dalam bidang agama antara lain:

a. Menghidupkan kembali ajaran al-Qur’an dan sunah Nabi.

b. Mengadakan kerja sama dengan ulama-ulama besar.

c. Menerapkan hukum syariah Islam secara seriu

Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Imam Muhammad bin Muslim bin Zihab
az Zuhri mengumpulkan hadis-hadis untuk diseleksi apakah palsu atau tidak. mengumpul dan
menyusun hadis-hadis Rasulullah Saw. Selain itu, khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan
Muhammad bin Abu Bakar Al Hazni di Makkah untuk mengumpul dan menyusun hadis-hadis
nabi Muhammad Saw. Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain dan banyak
pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis daripada beliau.

1. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab dalam Perluasan daerah Islam

2. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab dalam Mengatur Administrasi dan Keuangan

3. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab dalam Menetapkan Kalender Hijriah


 Umar bin Khattab Menaklukkan Persia
Umar bin Khattab Ra bernama lengkap Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza
berasal dari Bani Adi bin Ka’ab. Sebelum masuk islam, dia sangat memusuhi Islam dan banyak
menyiksa kaum muslimin. Dia masuk Islam tahun ke-6 kenabian, hidup selama 35 tahun di masa
jahiliyah dan 30 tahun dalam pangkuan Islam.

Pada masa pemerintahannya, kaum muslimin banyak melakukan penaklukan negeri-negeri


yang dikuasai oleh Imperium Persia.

Umar, pasukan Islam telah merebut seluruh wilayah kekuasaan Imperium Romawi dan
Persia di benua Asia dan Afrika. Umar lalu melakukan beberapa perbaikan dan inovasi
administrasi; menetapkan kalender Hijriyah, membentuk kantor-kantor pemerintahan dan
militer dan melakukan perluasan masjidil Haram. Umar gugur sebagai syahid pada tahun 23H,
saat mengimami shalat subuh karena mendapatkan tikaman bertubi-tubi dari seorang budak
Persia.

 Umar Bin Khattab Menaklukkan Kota Suriah (Damaskus)

Ekspansi Islam ke negara-negara di luar Makkah dan Madinah dimulai setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Terutama pada saat pemerintahan Umar bin Khattab, Islam mulai
gencar melakukan penaklukan ke negara-negara yang berada di bawah kekuasaan Bizantium
dan Persia.

Setelah terpilih menjadi pengganti Abu Bakar, Umar mengambil alih komando besar atas
pasukan muslim. Mula-mula Umar mengganti Khalid ibn Walid dengan Ibnu Ubaidah ibn al-
Jarrah. Umar memerintahkan mereka untuk menunda perhatiannya atas kota Pella – tempat
sebagian pasukan Bizantium yang kalah perang bersembunyi – dan lebih terkonsentrasi untuk
bergerak menuju Damaskus.

Permata Timur, demikian kota Damaskus dijuluki. Damaskus adalah salah satu kota tertua
di dunia yang dihuni sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Kejayaan Damaskus memuncak pada
tahun 1000 SM, saat kota itu jadi ibu kota kerajaan Aramaic – Suriah, bangsa yang kemudian
menetap di mayoritas wilayah Suriah dan Mesopotamia, dengan nama Dar Misk – yang dalam
bahasa Aramaic kuno berarti kota wewangi. Ibnu Jubayr, penyair dan sejarawan Arab,
memberikan kesaksian tentang kota purba ini. “Jika surga itu ada di bumi, itulah Damaskus. Jika
bumi itu ada di surga sana, maka damaskus adalah penjelmaannya.”

Karena letaknya yang strategis, yaitu di jalur utama dagang dunia, di dekat pesisir
Levantina (Mediterania Timur), Damaskus pernah dikuasai berbagai Imperium dunia, seperti
Akkadia, Ibrani, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, dan Arab-Islam. Kaisar Persia, Cyrus Agung,
yang membebaskan Damaskus dan seluruh wilayah Suriah dan Palestina dari bangsa Babilonia
(538 SM), menjadikan Damaskus sebagai ibu kota wilayah Suriah saat menjadi provinsi bagian
Persia. Sementara pada masa kekaisaran Romawi (sejak 64 SM) dan penyebaran agama kristen
(3M).

Damaskus adalah salah satu kota terpenting di wilayah Suriah, selain Antiokia (sebagai
kota terbesar), Palmyra, dan Busra. Kota Damaskus demikian megah dan makmur, dikelilingi
tujuh pintu gerbang utama yang luas dan tinggi, yang dibangun pada masa pemerintahan
Romawi, yaitu gerbang timur (Syarq), Jabiyah, Kisan, Shagir, Thomas (Thuma), Janic (Faraj), dan
Faradis (Paradise). Tata letak kota Damaskus sangat indah. Rumah, istana, gereja, teater,
akademi, dan kuil-kuil tertata dengan baik.

Setelah menjalani pengepungan kota selama enam bulan, Damaskus akhirnya dapat
ditaklukkan, tepat pada Februari 635 M. Mula-mula Khalid yang pertama kali berhasil membuka
pintu sisi timur benteng kota itu, kemudian disusul oleh Abu Ubaidillah di sisi gerbang yang lain.
Tak ada perlawanan berarti dalam usaha penaklukkan kota itu. Kebanyakan masyarakat
Damaskus justru lebih memilih berdamai dan menyerahkan sepenuhnya kota tersebut kepada
otoritas Islam. Negosiasi antara penduduk kota dan pihak Islam pun berjalan lancar, beberapa.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sepanjang sejarah khilafah rasyidah, ekspansi terluas yang pernah tecapai adalah pada
masa Umar bin Khattab r.a. Pada saat beliau meninggal kekuasaannya telah mencapai
Alexandria, Najran, Kerman, Khurasan, Rayy, Tabriz dan seluruh Syiria.Selain itu dalam bidang
administrasi, beliau banyak mengadaptasi sistem-sistem pemerintahan dari Sasania,
Kostantinopel dan Bizantium. Hal ini memang akibat persentuhannya dengan tiga imperium
besar tersebut, dan juga akibat meluasnya wilayah kekuasaan yang memerlukan suatu
pengaturan yang lebih rapi.

Dalam bidang hukum, beliau juga telah menetapkan qadi-qadi di setiap wilayah, dan
juga menetapkan hukum acara peradilannya. Selain itu, Umar bin Khattab r.a adalah orang yang
terkenal dengan kekritisannya, banyak munjul ijtihad-ijtihad beliau pada masa
pemerintahannya. Peta Jazirah Arab, kekuasaan Umar bin Khattab r.a berujung di Alexandria,
Najran, Kerman, Sijistan, Khurasan, Rayy, Tabriztan, Armenia, hingga Syiria.

B. SARAN

Perlu dipahami bahwa suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan tantangan.
Sebagai seorang Muslim hendaklah menghadapinya dengan tanpa putus asa, penuh kesabaran,
kebijakan dan ketentraman hati, juga memohon kepada-Nya serta lebih mempererat ukhuwah
Islamiyyah, agar tercipta suatu tatanan masyarakat yang aman, damai, sentosa dan sejahtera
dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh.Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan,
kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekeliruan, untuk itu kami membutuhkan
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Nujjar, Abdul Wahhab, al-Khulafa’ ar-Rasyidun. Beirut: Daar al-Qalam, 1986.

Husain Haikal, Abu Bakar al-Shiddiq, terj. Abdul Kadir Mahdawi (Solo: Pustaka Mantiq, 1994), h.
54.

Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, terj. Ghufron, bag. I dan II. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1999.

Bakhsh, Khuda, Politics In Islam. India: Idarah Adabiyah Delli, 1975.

Ja’far, Abu, Tarikh at-Thabari, jil. III,. Daar Maarif: Kairo, 1963.

Maududi, Abul A’la, Khilafah dan Kerajaan. Jakarta: Mizan, 1996.

Nuruddin, Amiur, Ijtihad Umar bin Khattab. Jakarta: Rajawali Press, 1991.

Tarikh at-Thabari, jil. IV. Daar Maarif: Kairo, 1963.


Anda mungkin juga menyukai