Anda di halaman 1dari 7

BODY CONDITION SCORE

TUGAS

OLEH :
MEUTUAH FAUZAN FIRDAUS
140301002
AGROEKOTEKNOLOGI/ BPP

INTEGRASI TERNAK DAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha perkembangbiakan sangat terkait dengan tingkat
produktifitas dan reproduksi. Banyak faktor yang mempengaruhi reproduksi
diantaranya adalah angka seperti kesuburan, kebuntingan, proses kelahiran,
laktasi, semua akan mempengaruhi sistem reproduksi. Berbagai kelompok hewan
bentuk tubuh (ukuran), usia, jenis kelamin dan keturunan juga akan memiliki
pengaruh yang kuat pada sistem reproduksi, apabila ternak mempunyai bobot
badan yang melebihi bobot badan ideal, ternak tersebut akan mengalami gangguan
reproduksi dan penyakit metabolisme, sebaliknya apabila ternak memiliki bobot
badan kurang dari ideal akan berdampak pada sistem reproduksi.

Cadangan energi tubuh dapat dinilai dengan metode penilaian visual yang
dikenal sebagai body condition score (BCS) atau skor kondisi tubuh. Skor relatif
yang didapatkan dari penilaian BCS membantu peternak dalam memperoleh
gambaran mengenai tingkat cadangan otot dan lemak tubuh dari setiap ekor ternak
sapi. BCS sangat penting untuk keberhasilan reproduksi ternak sapi. Beberapa
studi menunjukkan bahwa BCS pada saat calving/kelahiran dan pada awal musim
kawin/breeding adalah indikator paling penting terhadap kinerja reproduksi
(Spitzer, et al., 1995). Skor kondisi tubuh pada saat calving memiliki efek yang
paling besar terhadap tingkat kebuntingan (Lalman et al., 1997).

Body Condition Score adalah metode untuk memberi nilai kondisi tubuh
ternak baik secara visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh
dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul. BCS digunakan
untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan, menilai status kesehatan
individu ternak dan membangun kondisi ternak pada waktu manajemen ternak
yang rutin. BCS telah terbukti menjadi alat praktis yang penting dalam menilai
kondisi tubuh ternak karena BCS adalah indikator sederhana terbaik dari
cadangan lemak yang tersedia yang dapat digunakan oleh ternak dalam periode
apapun (Susilorini, Sawitri dan Muharlien, 2007).

Hasil perhitungan BCS sangat bergantung pada jenis dan bangsa ternak
sertabersifat sangat obyektif dan tidak dapat dikaitkan dengan berat hidup ternak,
oleh karenanya antara satu ternak dengan ternak lainnya yang memiliki berat
hidup sama, nilai BCS nya belum tentu sama.

Terdapat dua metode skala yang umumnya di gunakan dalam penentuan


BCS yaitu scala 9 (Amerika) dan skala 5 (Inggris dan Commenwealth), di Jawa
Timur perhitungan BCS umumnya menggunakan skala 5 (1= sangat kurus,
2=kurus, 3=sedang, 4=gemuk, 5=sangat gemuk) dengan skala 0.25.

Penilaian BCS pada sapi perah dirancang untuk menaksir kondisi induk
selama siklus produksi. Skor 0-5 diberikan atas dasar lemak yang dapat
didasarkan pada daerah pelvis dan sacralis. Skor 0 menggambarkan sapi yang
sangat kurus, skor 5 untuk sapi yang sangat gemuk. Secara umum telah disetujui
bahwa induk sapi perah mempunyai rata-rata BCS antara 2,5-3,5 saat melahirkan
(Webster, 1987).
PEMBAHASAN

Body Condition Score Sapi Perah

Nilai Body Condition Score (BCS) dalam skala interval 5 menurut


Sukandar, 2008, dapat uraian sebagai berikut:

Grade 1 (sangat kurus). Pada level ini ciri yang mudah diamati adalah pangkal
ekor / anus akan nampak sangat menyusut kedalam sedangkan Vulva akan
nampak sangat menonjol keluar. Selanjutnya dapat diamati bahwa prosessus
spinosus pendek dapat diraba dan tuber coxae serta tuber ischiadicus sangat jelas
terlihat.
Grade 2 (Kurus) Vulva tidak terlalu menonjol. Prosessus spinosus pendek dapat
diraba, sedikit terlihat menonjol, tuber coxae dan tuber ischiadicus menonjol
tetapi bagian diantaranya tidak terlalu cekung.

Grade 3 (sedang). Vulva Nampak lebih rata, anus tertutup namun tidak terdapat
deposit lemak, dan tulang ekor nampak membulat. Prosessus spinosus dapat terasa
dengan perabaan yang diberikan tekanan.tuber coxae dan tuber ischiadicus
nampak membulat dan lebih halus.

Grade 4 (gemuk). Prosessus spinosus hanya dapat terasa dengan tekanan yang
kuat.Tuber coxae membulat halus. Area di sekitar tulang Tuber ischiadicus terlihat
padat dan ada deposit lemak. Legok lapar nampak flat
Grade 5 (sangat gemuk). Terdapat penumpukan lemak pada Struktur costae dan
stenum juga tulang ekor , ruas tulang ekor tidak nampak, tulang bagian atas tuber
coxae, tuber ischiadicus dan processus spinosus tidak terlihat .

Score ideal BCS sapi perah pada masa kering dan prepartum adalah 2,5 –
3, pada angka ini ternak berada dalam kondisi tubuh yang fit dan tanpa temak.
Penambahan ataupun pengurangan score BCS pada sapi perah dapat memberikan
arti pada berat badan ternak. Setiap penambahan 1 angka score berarti
memberikan kenaikan berat badan sampai dengan 90 Kg pada Heifer dan 60 Kg
pada sapi Induk, sedangkan apabila terjadi penurunan 1 angka score berarti terjadi
penurunan berat badan sampai dengan 15 kg pada heifer dan pada induk dewasa.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa performa BCS merupakan salah satu cara untuk
menunjukkan kecupakan pakan dan gizi pada ternak oleh karena itu melalui
penilaian BCS yang tepat dan dan teratur akan memungkinkan untuk
memaksimalkan efisiensi reproduksi dan ekonomi secara keseluruhan pada
populasi. Umumnya BSC pada sapi perah akan dihitung pada masa kering (dry
off), pre-partum dan sebelum dikawinkan

Anda mungkin juga menyukai