Anda di halaman 1dari 3

PENATALAKSANAAN DERMATITIS

NUMULARIS

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :

UPT PUSKESMAS
dr. Hj. Wasilah Dinijati, M.H.
JAGASATRU NIP.19710724 200604 2 011

1. Definisi Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin)
atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel,
biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing/madidans).
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas medis/paramedis dalam
melaksanakan pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
khususnya dalam penatalaksanaan dermatitis numularis
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.

4. Referensi 1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Primer. Edisi 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta. 2017.
2. Panduan Praktik Klinis UPT Puskesmas Jagasatru. Cirebon. 2017
5. Alat-alat

6. Prosedur 1. Petugas menerima pasien dengan ramah


2. Petugas melakukan anamnesa
Bercak merah yang basah pada predileksi tertentu dan sangat gatal.
Keluhan hilang timbul dan sering kambuh.
3. Petugas mencuci tangan
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
 Tanda Patognomonis
o Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm),
berbentuk uang logam, eritematosa, sedikit edema, dan
berbatas tegas.
o Tanda eksudasi karena vesikel mudah pecah, kemudian
mengering menjadi krusta kekuningan.
o Jumlah lesi dapat satu, dapat pula banyak dan tersebar,
bilateral, atau simetris, dengan ukuran yang bervariasi.
 Tempat Predileksi erutama di tungkai bawah, badan, lengan,
termasuk punggung tangan.
5. Pada dermatitis numularis apabila diagnosis ditegakkan, ditatalaksana
dengan:
 Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang mungkin
memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di organ lain.
 Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu:
a. Topikal (2 kali sehari)
o Kompres terbuka dengan larutan permanganas kalikus
1/10.000, menggunakan 3 lapis kasa bersih, selama masing-
masing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi
madidans/basah) sampai lesi mengering.
o Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal:
Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama
maksimal 2 minggu.
o Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan Betametason
valerat krim 0,1% atau Mometason furoat krim 0,1%).
o Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
b. Oral sistemik
o Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari
selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari
selama maksimal 2 minggu.
o Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama
maksimal 2 minggu.
c. Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik topikal atau
antibiotik sistemik bila lesi luas.
6. Petugas melakukan konseling dan edukasi
a. Memberikan edukasi bahwa kelainan bersifat kronis dan berulang
sehingga penting untuk pemberian obat topikal rumatan.
b. Mencegah terjadinya infeksi sebagai faktor risiko terjadinya relaps.
7. Bagan Alir

Menerima Anamnesa
pasien

Cuci tangan

Pemeriksaan fisik

Penegakkan
diagnosis

Tatalaksana :
Cuci
1. Topikal 2x sehari
tangan
2. Oral sistemik

8. Unit terkait Instalasi Gawat Darurat di fasilitas pelayanan kesehatan primer, Unit
Kesehatan Pelayanan

Anda mungkin juga menyukai