Anda di halaman 1dari 10

RESUME MANAJEMEN ORGANISASI

DAN PERHITUNGAN TENAGA PERAWAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan


Dosen Pengampu : Ns. Alfid Tri Afandi, S. Kep., M. Kep.

oleh :
Maraytus Sissetyaningrul P. NIM 162310101119
Aris Munandar NIM 162310101147
Dwi Linda Aprilia A. NIM 162310101150
Hilma Izzuqi M. NIM 162310101175
Try Nurhayati NIM 162310101188

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
PEMBAHASAN

A. Manajemen Organisasi

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu sistem (struktur, proses


dan nilai- nilai) yang digunakan oleh perawat profesional dalam mengatur pemberian
asuhan keperawatan yang melibatkan lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001). Dasar pertimbangan
pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Katz, Jacquilile (1998)
mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang
umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer.
Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Tomey,Mariner 1996) yaitu : sesuai dengan visi dan misi
institusi, dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan, efisien dan
efektif penggunaan biaya, terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat,
serta kepuasan kinerja perawat.
Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP) Menurut Kron.T &
Gray (1997) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada
dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan, yaitu:

1. Manajemen Organisasi Tim


Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Potter, Patricia 1993).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga
diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya yakni memungkinkan pelayanan
keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanakaan pros- es keperawatan,
memungkinkan komu- nikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim. Sedangkan Kelemahannya yakni komunikasi antar
anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
(Nursalam, 2002)

2. Manajemen Organisasi Primer


Menurut Gillies (1989) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antar pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.

3. Manajemen Organisasi Modular


Pengembangan model modular merupakan pengembangan dari primary
nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga professional
dan non professional.
Model modular mirip dengan model keperawatan tim, karena tenaga
profesional dan non profesional bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan perawat profesional.
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban kasus,
sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke
rumah sakit. Agar model ini efektif maka Kepala Ruangan secara seksama menyusun
tenaga profesional dan non profesional serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga
tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama
kepemimpinan. Dalam menerapkan model modular, 2-3 tenaga keperawatan bisa
bekerjasama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola 8-12
kasus. Seperti pada model primer, tugas tim keperawatan ini harus tersedia juga
selama tugas gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur, namun tanggung jawab
terbesar dipegang oleh perawat profesional. Perawat profesional bertanggung jawab
untuk membimbing dan mendidik perawat non profesional dalam memberikan
asuhan keperawatan. Konsekuensinya peran perawat profesional dalam model
modular ini lebih sulit dibandingkan dengan perawat primer. Model modular
merupakan gabungan dari model tim dan primary model.
Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota untuk
bekerjasama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivasi.
4. Manajemen Organisasi Metode Kasus dan Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu (Nursalam, 2002).

B. Penghitungan Tenaga Perawat


1. Rasio
Penghitungan Rasio menggunakan penghitungan rasio tempat tidur dan personel
rumah sakit, dengan rumus sebagai berikut:

Tipe RS TM/TT TNP/TT TNOP/TT


A dan B 1/(4-7) 1/3 1/1
C 1/9 1/5 3/4
D 1/15 1/6 2/3
Keterangan:
TM : Tenaga Medis
TNP : Tenaga Perawat
TNOP : Tenaga non perawat
TT : Tempat Tidur
2. Metode Douglas
Metode Douglas merupakan salah satu cara penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan dengan mengklasifikasikan pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
self care, partial care, dan total care. Sistem klasifikasi pasien ini berdasarkan pada
jumlah dan kompleksitas syarat perawatan pasien. Pasien dikelompokkan sesuai
dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu
pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan. Dengan hanya mengetahui diagnosa suatu kelompok pasien tidak dapat
memberikan pengertian yang jelas mengenai beban kerja. Kebutuhan jumlah perawat
yang tidak tentu ini dipengaruhi oleh banyak sedikitnya pasien yang dirawat yang
memiliki tingkat ketergantungan berbeda-beda (Purwaningsih dkk., 2017).

Klasifikasi pasien
Jumlah Klasifikasi Pasien
Pasien Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1. 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,30 0,81 0,81 0,21 1,08 0,90 0,60
dst

3. Metode Gilies

Salah satu formula menghitung tenaga perawat yang dikembangkan oleh Gillies
(1989) adalah sebagai berikut:

A x B x 365
Jumlah tenaga = (365−C) x jam kerja/hari

Keterangan:
A = Jam Perawatan/24 Jam (Waktu yang dibutuhkan pasien)
B = Sensus Harian (BOR x Jumlah Tempat Tidur)
C = Jumlah Hari Libur
365 = Jumlah hari kerja selama setahun
Pada formula Gillies, rumus di bagi menjadi dua yaitu keperawatan langsung dan
keperawatan tidak langsung.
a. Keperawatan tidak langsung (1 jam/pasien/24jam) :
Keperawatan tidak langsung termasuk mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan
diagnostik, mempersiapkan pasien untuk tindakan keperawatan, merapikan meja
suntik, dll.
b. Keperawatan Langsung:

No. Klasifikasi Pasien ∑ Jam Kep. BOR ∑ Jam Kep.


1 Self Care < 2 jam
2 Minimal 1 Care 2 jam
3 Moderat Care 3-5 jam
4 Exensive Care 5-6 jam
5 Intensive Care 7 jam
Jumlah Keperwatan Langsung

Perhitungan jumlah tenaga perawat berdasarkan perencanaan Gillies ini


mempunyai kelemahan yaitu formula ini mengasumsikan seluruh perawat di
Amerika Serikat bekerja professional dengan produktivitas optimal dan jumlah hari
libur di Amerika yang lebih kecil daripada Indonesia. Formula Gillies dirasa kurang
pas dan dikeluhkan oleh para manajer Rumah Sakit karena jumlah perawat menjadi
kecil dan beban kerja perawat tinggi (Ilyas, 2011).

4. Metode Depkes RI
a. Rawat Jalan
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
rata − rata jumlah pasien x jumlah jam perwatan + koreksi 15%
=
𝐽𝑚𝑙ℎ. 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑥 60 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan:
Rata-rata jumlah pasien 1 hari = 100 orang
Jumlah jam perawatan 1 pasien = 15 menit
b. Kamar Bersalin
rata − rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
Kamar Bersalin:
1) Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d IV = 4
jam/pasien
2) Jam efektif kerja bidan 1 hari = 7 jam
3) Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 pasien
c. Kamar Operasi
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
kerja ℎ𝑎𝑟𝑖
Jumlah jam 𝑥 𝑥 𝑗𝑚𝑙ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑖𝑚
= hari 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan Ketergantungan pasien:
Operasi besar : 5 jam/1 operasi
Operasi sedang : 2 jam/1 operasi
Operasi kecil : 1 jam/ 1 operasi
d. Unit Gawat Darurat
Jumlah Jam Perawat x 52 x 7 x Jumlah Kunjungan/Hari
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 40 𝑗𝑎𝑚

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jam kerja efektif perawat per hari
sesuai pedoman Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu sebanyak 7 jam,
jumlah hari libur/cuti perawat dalam setahun, yaitu 78 hari (meliputi 52 hari minggu
dalam setahun +12 hari cuti dalam setahun +14 hari libur nasional dalam setahun),
serta jumlah perawat yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan non keperawatan
sesuai pedoman Departemen Kesehatan Republik Indonesia (25% dari jumlah
perawat) (Kurnia dkk., 2011).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi tingkat ketergantungan


pasien menjadi 4 yaitu pasien dengan tingkat ketergantungan minimal, sedang, agak
berat, dan maksimal. Tiap tingkat ketergantungan tersebut mempunyai kriteria yang
didasarkan pada penggunaan alat bantu pemenuhan kebutuhan dan frekuensi
observasi yang diperlukan. Tingkat ketergantungan memengaruhi kebutuhan akan
perawatan dari perawat. Klasifikasi tingkat ketergantungan menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah ketergantungan maksimal (jam perawatan 6,16
jam/hari), ketergantungan agak berat (4,15 jam/hari), ketergantungan sedang (3,08
jam/hari) atau ketergantungan minimal (2 jam/hari). Metode Departemen Kesehatan
Republik Indonesia hanya menghitung waktu perawatan langsung yang diberikan
kepada pasien. Setelah mengetahui jam perawatan total maarus ditka akan dibagi
dengan 7 jam (jam efektif perawat) sehingga diketahui jumlah tenaga yang
diperlukan. Jumlah ini masih perlu ditambah dengan faktor koreksi yaitu loss day dan
non-nursing jobs. Loss day adalah jumlah perawat yang dibutuhkan untuk mengganti
waktu hari libur. Non-nursing jobs menurut pedoman Departemen Kesehatan
Republik Indonesia dijelaskan sebagai jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan
tugastugas non keperawatan. Non-nursing jobs ini diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan (Kurnia dkk., 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, N. 2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Tim


Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan. 7 (2) :
410-426.

Ilyas, Y. (2011). Perencanaan SDM RumahSakit: Teori, Metode, dan Formula.


Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kurnia, E., N. A. Damayanti, F. Kesehatan, M. Universitas, F. Keperawatan, dan U.


Airlangga. 2011. Formula penghitungan tenaga keperawatan modifikasi fte
dengan model asuhan keperawatan prefesional tim. Ners. 6(1):11–20.

Purwaningsih, K. Bahiyah, dan M. K. Lamak. 2017. Perbandingan penghitungan


kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan metode douglas dan time and motion
study. Ners. 4(2):197–202.

Anda mungkin juga menyukai