BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daya
Daya merupakan energi yang ada atau dikeluarkan tiap satu satuan waktu. Energi
memiliki satuan Joule/sekon atau Watt. Daya dihasilkan dari adanya gaya (N) yang
bergerak dengan kecepatan (v).
8. Clearance circle
Lingkaran yang bersinggungan dengan linkaran addendum dari gigi yang
berpasangan.
9. Bottom land
Permukaan bagian bawah gigi.
10. Sisi kaki (flank of tooth)
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.
11. Sisi kepala (face of tooth)
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch.
12. Lingkaran pitch (pitch circle)
Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini
merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi,
jarak antara gigi, dan lain-lain.
13. Width of space
Tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
14. Outside circle
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi gigi.
15. Puncak kepala (top land)
Permukaan dipuncak gigi.
Kurva sikloida adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik pada sebuah lingkaran
yang menggelinding pada sebuah jalur gelinding. Dari keadaan konstruksi pasangan
roda gigi, maka kurva sikloida dapat berupa:
a. Orthosikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa garis lurus.
b. Episikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa sisi luar
lingkaran.
c. Hiposikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa sisi dalam
lingkaran.
Profil sikloida bekerja berpasangan dan dengan jarak sumbu yang presisi, sehingga
tidak dapat dipertukarkan dengan mudah, kecuali yang dibuat berpasangan yang sama.
Keuntungan penggunaan profil sikloida :
Mampu menerima beban yang lebih besar.
Keausan dan tekan yang terjadi lebih kecil.
Cocok digunakan untuk penggunaan presisi.
Jumlah gigi dapat dibuat lebih sedikit.
Jika retak tersebut dibiarkan, maka retakan terebut akan merambat menuju area
yang menerima tegangan maksimum yang kemudian menyebabkan patah pada gigi
tersebut.
Penyebab
- Menerima beban fatigue secara kontinyu
- Material dari roda gigi tersebut terlalu brittle
Solusi
- Meningkatkan dimensi dari gigi tersebut
- Meningkatkan sifat ductile dari material roda gigi
b. Pitting
Pitting biasa terjadi pada bagian dedendum roda gigi. Cekungan pertama muncul
pada daerah permukaan yang kasar setelah finishing atau pada daerah dimana beban
terkonsentrasi. Pada saat roda gigi tersebut bekerja, cekungan tersebut akan
menyebabkan konsentrasi tegangan dan bertumbuhnya cekungan baik dari segi
jumlahnya maupun ukurannya. Hal ini akan membuat permukaan dari gigi tersebut
menjadi kasar yang kemudian menimbulkan getaran dan suara yang keras pada roda
gigi.
Penyebab
- Pembebanan secara berulang pada permukaan gigi
- Adanya kotoran pada permukaan gigi
Solusi
- Meningkatkan sifat kekerasan dari roda gigi
- Memberikan pelumasan yang tepat
- Memperhalus permukaan dari roda gigi
c. Keausan
Keausan pada roda gigi adalah pengurangan dimensi dari tooth roda gigi. Karena
terjadinya pengurangan dimensi ini membuat ukuran dari tooth tersebut menjadi tidak
sesuai dari standar yang telah ditetapkan. Sehingga hal ini dapat membuat roda gigi
tersebut menjadi slip.
Penyebab
- Terjadi kontak secara terus menerus pada permukaan tooth
- Pemasangan roda gigi yang tidak tepat
Solusi
- Pemberian pelumas yang tepat
- Pemasangan roda gigi yang tepat
2. Menentukan Overload Factor (Ko) dan Trial Value untuk Diametral Pitch (Pd)
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 2.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input
Gambar 2.21 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)
8. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd)
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12
- Addendum
a = 1/Pd
- Dedendum
b = 1,25/Pd
- Transmitted Load
Wl = 33000.P/vl
9. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd
Batas atas : 16/Pd
Nilai yang diambil adalah 12/Pd
- Dynamic Factor
Gambar 2.24 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)
- Gear
𝐽𝑃
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( )
𝐽𝐺
21. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃
𝑌𝑁𝑃
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺
𝑌𝑁𝐺
22. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.
𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √
𝐹𝐷𝑝 𝐼
𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝
𝑍𝑁𝑃
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻
Tabel 2.6 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)
Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
196 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 29 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang permukaannya di-nitriding dan
penambahan 2,5% chrome sehingga menghasilkan angka kekerasan sebesar 90 HR15N
dan mampu menahan bending stress hingga 29 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 196
(Grade 2).
Belt (sabuk) atau rope (tali) digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros
yang satu ke poros yang lain dengan memakai pulley yang berputar pada
kecepatan yang sama atau pada kecepatan yang berbeda. Besarnya daya yang
ditransmisikan tergantung pada faktor berikut :
1. Kecepatan belt.
2. Tarikan belt yang ditempatkan pada pulley.
3. Luas kontak antara belt dan pulley terkecil.
4. Kondisi belt yang digunakan.
Pemilihan belt yang akan dipasang pada pulley tergantung pada faktor sebagai
berikut :
1. Kecepatan poros penggerak dan poros yang digerakkan
2. Rasio kecepatan reduksi
3. Daya yang ditransmisikan
4. Jarak antara pusat poros
5. Layout poros
6. Ketersedian tempat
7. Kondisi pelayanan
3. Mi–Lock Pulley
Mi–Lock Pulley digunakan pada pegas rem jenis ini menawarkan keamanan
operasional yang tinggi untuk semua aplikasi, melindungi personil, mesin dan peralatan,
dapat diandalkan untuk pengereman yang mendadak atau fungsinya menahan pada
mesin yang tiba-tiba mati atau karena kegagalan daya.
4. Timing Pulley
Ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan sangat dibutuhkan untuk
aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang mempunyai kebutuhan yang
lebih spesifik. Contoh aplikasi pengunaan conveyor pada perusahaan-perusahaan besar.
2. V-Belt (belt bentuk V). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.20, adalah banyak
digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana besarnya daya yang ditransmisikan
berukuran besar dari pulley yang satu ke pulley yang lain ketika jarak dua pulley
adalah sangat dekat.
3. Circular belt atau rope (belt bulat atau tali). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.21,
adalah banyak digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana besarnya daya yang
ditransmisikan berukuran besar dari pulley yang satu ke pulley yang lain ketika
jarak dua pulley adalah lebih dari 8 meter.
2. Crossed atau twist belt drive (penggerak belt silang) seperti ditunjukkan pada gambar
dibawah, belt jenis ini digunakan dengan poros sejajar dari perputaran dalam arah
yang berlawanan. Dalam kasus ini, penggerak menarik belt dari sisi satu (yakni sisi
RQ) dan meneruskan ke sisi lain (yakni sisi LM) jadi tarikan pada belt RQ akan lebih
besar daripada belt LM. Belt RQ (karena tarikan lebih) dinamakan tight side
sedangkan belt LM (karena tarikan kecil) dinamakan slack side.
3. Quarter turn belt drive (penggerak belt belok sebagian) mekanisme transmisi dapat
dilihat dari gambar berikut. Untuk mencegah belt agar tidak keluar/lepas dari pulley,
maka lebar permukaan puli harus lebih besar atau sama.
4. Belt with idler pulley (penggerak dengan puli penekan) dinamakan juga jockey puli
drive, digunakan dengan poros parallel dan ketika open belt drive tidak dapat
digunakan akibat sudut kontak yang kecil pada pulley terkecil. Jenis ini diberikan
untuk mendapatkan rasio kecepatan yang tinggi dan ketika tarikan belt yang
diperlukan tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
6. Stepped or cone pulley drive (penggerak puli kerucut atau bertingkat) digunakan
untuk mengubah kecepatan poros yang digerakkan ketika poros utama (poros
penggerak) berputar dengan kecepatan yang konstan.
7. Fast and loose pulley drive (penggerak pulley longgar atau bertingkat) digunakan
ketika poros mesin (poros yang digerakkan) dimiliki atau diakhiri kapan saja
diinginkan tanpa mengganggu poros penggerak. Pulley yang dikunci ke poros mesin
dinamakan fast pulley dan berputar pada kecepatan yang sama seperti poros mesin.
Loose pulley berputar secara bebas pada poros mesin dan tidak mampu
mentransmisikan daya sedikitpun. Ketika poros mesin dihentikan, belt ditekan ke
loose pulley oleh perlengkapan batang luncur (sliding bar)
Tabel 2.7
V-belt Service Factors
Setelah mendapatkan service factor, design power dapat dihitung dengan rumus
Design Power = Service Factor x Power Input
12. 𝑉𝑏
𝐷1 =
𝜋. 𝑛1
9. Memilih Panjang Sabuk Standar dan Menghitung Jarak Antar Pusat Pulley Aktual
Untuk menghitung panjang sabuk sesuai standar dapat dilihat pada tabel Standard
Belth Lengths for 3V, 5V, and 8V belts (in) pada buku Robert L. Mott dengan input
panjang sabuk yang telah dihitung sebelumnya.
Tabel 2.9
Standard Belth Lengths for 3V, 5V, and 8V belts (in)
Setelah mendapatkan panjang sabuk sesuai standar maka jarak antar pusat pulley
harus dihitung kembali agar sesuai dengan panjang sabuk standar.
10. Menghitung Angle of Wrap untuk Sabuk pada Pulley
Menghitung Angle of Wrap atau sudut kontak sabuk dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝐷2 − 𝐷1
𝜃1 = 180° − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2𝐶
Setelah Cϴ diketahui, kemudian CL dapat dicari dengan melihat tabel Belt Length
Correction Factor.
12. Menghitung Corrected Power untuk Setiap Sabuk (Satu) dan Jumlah Sabuk yang
Dibutuhkan
Corrected Power atau daya yang mampu ditransmisikan setiap satu sabuk dapat
dihitung menggunakan rumus :
Corrected Power = Cϴ. CL.P
dan untuk jumlah sabuk yang dipakai pada transmisi pulley and belt dapat dihitung dengan
rumus:
Jumlah sabuk = Design Power / Corrected Power
Untuk perencanaan poros dengan beban bending murni adalah sebagai berikut:
𝑀×𝑦
𝜎=
𝐼
𝑑
𝑀×2
𝜎=
𝜋 × 𝑑4
44
32 × 𝑀
𝜎=
𝜋 × 𝑑3
3 32 × 𝑀
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜎
2. Poros Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini
adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
Untuk perencanaan poros dengan beban punter murni adalah sebagai berikut:
𝑇×𝜌
𝜏=
𝐽0
𝑑
𝑇×2
𝜏=
𝜋 × 𝑑4
32
14 × 𝑇
𝜏=
𝜋 × 𝑑3
3 14 × 𝑇
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜏
3. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley sabuk atau sprocket
rantai, dll.
𝜎𝑥 + 𝜎𝑦 𝜎𝑥 − 𝜎𝑦 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥,𝑚𝑖𝑛 = ± √( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2
𝜎𝑥 𝜎𝑥 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = + √( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2
14 × 𝑀 14 × 𝑀 2 14 × 𝑇 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = √
+ ( ) +( )
𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3
14
𝜎𝑚𝑎𝑥 = [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋 × 𝑑3
3 14
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √ [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋×𝜎
tumpuan rol di dunia permesinan adalah sliding contact bearing, dan rolling contact
bearing.
2. Tumpuan Sendi
Tumpuan Sendi adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical
dan juga gaya-gaya di arah horizontal tetapi momen di bebaskan. Contoh dari
tumpuan sendi di dunia permesinan adalah deep groove ball bearing, dan bearing
axial.
3. Tumpuan Jepit
Tumpuan Jepit adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical
maupun horizontal dan juga menahan momen. Tumpuan jenis ini banyak
diaplikasikan di konstuksi bangunan dan jembatan. Contoh dari tumpuan ini adalah
sambungan las, sambungan paku keeling atau bolt dan nut.
2.4.3 Menghitung Diagram Gaya Geser Dan Momen Lentur Pada Poros
∑𝐹 = 0
𝑅𝑨 − 2𝑃 + 𝑅𝐵 − 𝑃 = 0
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
50
5
𝑅𝑨 = 2𝑃 − 𝑃 + 𝑃
2
1
𝑅𝑨 = 𝑃
2
2. Peramaan Gaya Geser dan Momen Bending tiap Potongan
1
a. Potongan I (0 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)
∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) = 0
1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥)
𝑥=0→𝑀=0
1 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 4 𝑃𝐿
1 2
b. Potongan II (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)
∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 + 2𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) + 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿) = 0
1 1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 − 2𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥) − 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿)
3 1 1
𝑉𝑥 = − 2 𝑃 𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 4 𝑃𝐿
2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿
2
c. Potongan III (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 𝐿)
∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
𝑉𝑥 − 𝑃 = 0 𝑀𝑥 + 𝑃(𝐿 − 𝑥) = 0
𝑉𝑥 = 𝑃 𝑀𝑥 = −𝑃(𝐿 − 𝑥)
2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿
𝑥=𝐿→𝑀=0
3. Diagram Gaya Geser dan Momen Bending
a b
Gambar 2.63 (a) Alur Pasak Profil dan Alur Pasak Luncuran (b) Contoh Fillet Tajam dan
Fillet Bulat Halus
Sumber : Robert L. Mott, PE (2004, p.506)
b. Fillet Bahu
Bila akan ada perubahan diameter pada poros untuk membuat bahu sebagai
pembatas dudukan sebuah elemen mesin, maka konsentrasi tegangan yang
diberikan bergantung pada rasio dari kedua diameter tersebut dan jari fillet yang
dibuat. Disarankan agar jari-jari fillet sebesar mungkin, tujuannya untuk
memperkecil konsentrasi tegangan, tetapi kadang-kadang rancangan roda gigi,
bantalan, atau elemen lain memengaruhi jari-jari yang dapat digunakan.
Untuk tujuan perancangan, kita mengelompokkan fillet kedalam dua
kategori: tajam (Kt = 2,5) dan bulat halus (Kt = 1,5).
c. Alur Cincin Penahan
Cincin penahan digunakan dalam berbagai jenis usaha penempatan dalam
aplikasi poros. Cincin dipasang dalam alur poros setelah elemen mapan pada
tempatnya. Geometri alur ditentukan oleh pabrikan cincin. Biasanya
konfigurasinya adalah alur dangkal dengan sisi-sisi dinding dan dasar yang lurus
dan jari-jari filet yang kecil pada dasar dipasang berdekatan. Jadi, faktor
konsentrasi tegangan pada alur adalah cukup tinggi. Sebagai perancangan awal,
kita akan menggunakan Kt= 3,0 untuk tegangan lengkung pada alur cincin
penahan dengan menganggap jari-jari filet agak tajam.
1. Factor of Safety
Ketidakpastian model berdasarkan desain yang dibuat mungkin terjadi.
Ketidakpastian yang perlu dipertimbangakn adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan sifat material, ketika dilakukan perlakuan panas, tidak semua
material meleleh sama persis di tungku yang berbeda dan beberapa material
mungkin memiliki inklusi. Besarnya kekuatan material yang diberikan pada
tabel berupa nilai rata-rata kadang tidak sama dengan nilai pabrikan.
2. Pengaruh ukuran dalam kekutan material, di tabel properties mencantumkan
nilai kekuatan material pada ukuran ½ inch. Namun, material yang
ukurannya lebih besar umumnya dapat terdeformasi pada tekanan yang lebih
kecil. Jadi terkadang nilai kekuatan suatu material bisa berbeda untuk ukuran
material yang berbeda meskipun terbuat dari bahan yang sama.
3. Jenis pembebanan, untuk pembebanan statik biasa masih mudah untuk
diidentifikasi (dihitung), sedangkan untuk pembebanan impact dan
pembebanan fatigue masih sulit untuk dihitung nilainnya.
4. Efek proses permesinan atau pembentukan, menghasilkan konsentrasi
tegangan dan tegangan sisa.
5. Efek perlakuan panas pada sifat fisik material, perlakuan panas dapat
menyebabkan tegangan sisa dan keretakan. Ini menyebabkan, kekuatan yield
mungkin berbeda dari desain perhitungan yang telah dibuat.
6. Efek penggunaaan dan lama penggunaan (umur) elemen mesin, gesekan
konstan tanpa pelumasan yang tepat dapat mengurangi umur kerja mesin.
7. Efek waktu dan lingkungan selama pengoperasian mesin, ketika mesin
beroperasi di daerah radioaktif atau dalam atmosfer korosif tentu harus
sangat berhati-hati apalagi ketika suatu material dapat mulur (pada kondisi
pembebanan dalam temperatur tinggi untuk waktu yang lama),
memperisapkan segala kemungknan yang terjadi. Pengoperasian pada suhu
rendah juga harus dipertimbangkan.
8. Syarat ketahanan, mesin tertentu mungkin memiliki ketahanan (umur) tak
terbatas, namun tidak sepenuhnya dapat dibiarkan begitu saja, perlu adanya
perbaikan dan pengecekan berkala.
9. Memperhatikan keseluruhan keselamatan SDM (pekerja), semua desain
perlu mempertimbangkan keselamatan operator dan orang lain yang
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
55
Solusi
Material poros dibuat dari material yang tingkat keuletannya lebih rendah dan
mengurangi momen bending pada poros.
b. Poros terpuntir
Poros terpuntir mengakibatkan hilangnya kekuatan dari poros tersebut sehingga
tidak dapat mentransmisikan daya dengan baik.
Penyebab
Transmisi daya yang tidak seimbang antara, seperti beratnya beban puntir
dibandingkan tenaga puntir dan dimensi poros, apabila dibiarkan terus-menerus,
poros bisa terpuntir. Bisa juga karena material dari poros memiliki tingkat keuletan
yang tinggi.
Solusi
Membuat material yang kuat, namun mengurangi keuletannya, serta dimensi
poros yang diperbesar, dan penyeimbangan pembebanan puntir pada poros.
6300 (𝑃)
T=
𝑛
𝑇
𝑊𝑇 =
𝐷/2
Tabel 4.11
Material designation AISI numbe
2.5 Bearing
Bantalan (Bearing) merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan penting kerena fungsi dari bantalan yaitu menumpu sebuah poros agar poros
dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat
untuk memungkinkan poros dan elemen mesin yang lainnya berfungsi dengan baik.
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan
yang diam melalui elemen gelinding seperti bola roll. Jenis-Jenis Bantalan
Gelinding:
a. Bantalan bola radial alur dalam baris tunggal
Berdasarkan konstruksinya, jenis ini ideal untuk beban radial. Bearing ini
biasanya dipasangkan dengan bearing lain, baik itu dipasang secara pararel
maupun bertolak belakang, sehingga mampu juga untuk menahan beban aksial.
1. Menentukan beban apa yang sekiranya akan diterima pada bearing oleh poros
2. Menentukan umur rancangan yang dianjurkan pada bearing pada tabel berikut
Fs = 2T/Dporos1
b. Menghitung Tegangan Geser
τ = F/As
τ = 2T/D(W.L)
τd = 0,5Sy/N
c. Menghitung Panjang Pasak Minimum
L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T /
[(0,5Sy/N).D.W]
L =4T.N(D.W.Sy)
BAB III
METODE PERENCANAAN
Mulai
nP
Menghitung nilai nominal speed VR =
ratio nG
π. D. n
Menghitung driving sheave size 𝑉𝑏 =
60
D2 = D1 x 2
Menghitung ukuran output sheave
Mulai
NG
Menghitung rasio kecepatan aktual VR =
NP
DP = NP/Pd ; DG = NG/Pd
Menghitung diameter pitch, jarak
C = (NG + NP)/(2.Pd)
antar pusat, pitch line speed dan
beban vt= π. DP. nP/12
Wt = 33000 . P/vt
NCP = 60 . L . nP . q
Menentukan umur desain roda gigi
NCG = 60 . L . nG . q
Wt Pd
StP = (Ko Ks Km KB Kv )
Menghitung perkiraan bending FJP
stress pada pinion dan gear JP
StG =StP ( )
JG
KR (SF)
SatP >StP
YNP
Mengatur bending stress
KR (SF)
SatG >StG
YNG
C
Menghitung perkiraan Wt Ko Ks Km Kv
Sc =CP √
contact stress F.DP .I
KR (SF)
SacP > ScP
ZNP
Mengatur contact stress
KR (SF)
SacG > ScG
𝑍NG
Memperoleh ukuran:
Pinion dan gear
Jarak antar pusat
pinion dan gear
Material pinion
dan gear
Selesai
Mulai
1/3
Menghitung diameter poros 16 𝑥 𝑆𝑓 𝑥 𝑘
𝐷𝑚𝑖𝑛 = ⟦ 𝑥 ( 𝑀 + √𝑀2 + 𝑇 2 )⟧
𝜋 𝑥 𝑆0
Mendapat nilai
diameter poros
Ya
Selesai
Mulai
Tidak
Apakah nilai
geometri sudah
sesuai ?
Ya
Selesai
Mulai
D poros
T poros
Ya
Selesai
BAB IV
1. Input Data
- Daya motor listrik (P) = 2,3 hp
- Putaran motor listrik = 1420 rpm
- Putaran pulley output yang diharapkan = 946 rpm
2. Menghitung Design Power
Pertimbangan: dipilih tipe motor High torque dengan lama pemakaian 16 jam/hari.
Design Power = Service Factor x Power Input
Design Power = (1,2)(2,3 hp) = 2,76 hp
Berdasarkan gambar di atas untuk D1 = 3,3 in; n1 = 937,73 rpm, maka dengan
melihat garis putus-putus diperoleh actual rated power = 2,7 hp.
8. Memperkirakan Jarak Antar Pusat Pulley
D2 < C < 3 (D2 + D1)
4,95 < C < 3 (3,3 + 4,95)
4,95 < C < 24,75
Jadi jarak antar pusat pulley yang bisa diterima antara 4,95 inchi sampai dengan
24,75 inchi. Menurut rancangan, ukuran C = 14 inchi.
9. Menghitung Panjang Sabuk
(𝐷2 − 𝐷1 )2
𝐿 = 2𝐶 + 1,57(𝐷2 + 𝐷1 ) +
4𝐶
(24.75 − 4,95)2
𝐿 = 2(14) + 1,57(24,75 + 4.95) +
4(14)
𝐿 = 81,629 ≈ 82 𝑖𝑛
10. Memilih Panjang Sabuk Standar dan Menghitung Jarak Antar Pusat Pulley Aktual
Tabel 4.3 Standard Belth Lengths for 3V, 5V, and 8V belts (in)
Sumber: Mott (2004,p.277)
Berdasarkan tabel di atas, dipilih panjang sabuk yang mendekati panjang sabuk
dibutuhkan, yakni 85 in. Kemudian dikalkulasikan ulang jarak aktual antar pusat
pulley.
𝐵 = 4𝐿 − 6,28(𝐷2 + 𝐷1 ) = 4(85) − 6,28 (24,55 + 4,95) = 163,484
163,484 + √160,4842 − 32(24,75 − 4,95)2
𝐶=
16
𝐶 = 17,66 ≈ 17,6 𝑖𝑛
11. Menghitung Angle of Wrap untuk Sabuk pada Pulley
𝐷2 − 𝐷1
𝜃1 = 180° − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2𝐶
7,95 − 5,25
𝜃1 = 180° − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2(17,6)
𝜃1 = 171°
13. Menghitung Corrected Power untuk Setiap Sabuk (Satu) dan Jumlah Sabuk yang
Dibutuhkan
Corrected Power = Cϴ. CL.P = (0,982)(1,0256)(2,7) = 2,719 hp ≈ 2,7 hp.
Jumlah sabuk = Design Power / Corrected Power = 2,76 / 2,7 = 1 sabuk.
(Terlampir)
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 1.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input
Design Power = (1,00) x (2,3 hp) = 2,3 hp
Gambar 4.5 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)
Dengan nilai design power sebesar 2,3 hp dan kecepatan pinion sebesar 946 rpm,
maka berdasarkan grafik di atas diperoleh nilai Pd = 16 dan Dp = 1,5 in.
27. Menentukan Jumlah Gigi Pinion
Pd = NP/Dp
NP = Pd.Dp
NP = (16)(1,5)
NP = 24
28. Menentukan Nilai Nominal Velocity Ratio (VR)
VR = nP/nG
VR = 946/315
VR =3
29. Menghitung Perkiraan Jumlah Gigi (Ng) pada Gear
NG = NP.VR
NG = (24)(3)
NG = 72,07 ≈ 72
30. Menghitung Rasio Kecepatan Aktual
VRA = NG / NP
VRA = 72 / 24
VRA =3
31. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = nP / VRA
nG = (946) / (3)
nG = 315 rpm
32. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd = 24/16 = 1,5 in
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd = 72/16 = 4,5 in
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd) = (24+72)/(2.16) = 3 in
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12 = [(3.14)(1,5)(946)]/12 = 371,305 ≈ 371 ft/min
- Addendum
a = 1/Pd = 1/16 = 0,0625 in
- Dedendum
b = 1,25/Pd = 1,25/16 = 0,078 in
- Transmitted Load
Wl = 33000.P/vl = 33000(2,3)/371 =204,582 ≈ 205 lb
33. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd = 8/16 = 0,5 in
Batas atas : 16/Pd = 16/16 = 1 in
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
89
Dalam rancangan ini digunakan jenis material yang sama baik untuk pinion
maupun gear, yakni steel dengan modulus elastisitas (Cp) sebesar 2300 lb/in2.
35. Menentukan Angka Kualitas dan Faktor Dinamis
- Quality Number
Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai pitch line velocity = 371 ft/min dan Qv = 8
diperoleh nilai Kv = 1,16.
36. Menentukan Susunan Gigi
- Bending Geometry Factor (Pinion and Gear)
-
Gambar 4.7 Geometry Factor, J
Sumber: Mott (2004,p.356)
Desain pasangan roda gigi pada perancangan ini menggunakan roga gigi full depth
teeth 20° sehingga nilai JP (jumlah gigi 24) = 0,35 dan nilai JG (jumlah gigi 81 ) =
0,41.
- Pitting Geometry Factor
Gambar 4.8 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)
Pertimbangan: pada desain ini dipilih tipe perlakuan roga gigi yang digunakan
adalah commercial enclosed gear units dengan nilai F = 0,95 in sehingga nilai Cma
= 0,16. Kemudian dihitung load distribution factor
Km = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,01 + 0,16
Km = 1,17
38. Menentukan Size Factor
Berdasarkan tabel di atas, diambil nilai KR = 1.00 atau satu kegagalan dalam 100.
43. Menentukan Umur Desain Roda Gigi
Pertimbangan: umur dari mesin conveyor ini dirancang sampai 29200 jam
ncP = (60)(29200)(946) = 1,65 x 109 siklus
ncG = (60)(29200)(315) = 5,51 x 108 siklus
Berdasarkan grafik di atas, diperoleh nilai ZNP = 0,89 dan ZNG = 0,91
44. Menghitung Perkiraan Bending Stress pada Pinion dan Gear
- Pinion
𝑊𝑙 𝑃𝑑 204,852 . 12
𝑆𝑡𝑃 = (𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝐵 𝐾𝑣 ) = (1.1.1,17.1.1,16) = 10020,76 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐽𝑃 0,95.0,35
- Gear
𝐽𝑃 0,435
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( ) = 10020,76 ( ) = 8554,311𝑝𝑠𝑖
𝐽𝐺 0,41
45. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,5
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃 = 10020,76 16157,74 𝑝𝑠𝑖 ≈ 16 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝑃 0,91
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺 = 8554,311 = 13797,28 𝑝𝑠𝑖 ≈ 13 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝐺 0,41
46. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.
𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣 204,582 . 1.1.1,17.1,16
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √ = 2300√ = 5012,932 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐷𝑝 𝐼 0,95 .12.0,140
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝 = 5012,932 = 5350,883 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5,35 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝑃 0,89
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺 = 5012,932 = 5233,81 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5,23 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻 0,91.1
Tabel 4.9 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)
Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
112 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 39 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang di flame or induction-hardened
menghasilkan angka kekerasan sebesar 50 HRC dan mampu menahan bending stress
hingga 45 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 170 (Grade 1).
(Terlampir)
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 2.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input
Design Power = (1,00) x (2,3 hp) = 2,3 hp
Gambar 4.14 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)
Dengan nilai design power sebesar 2,3 hp dan kecepatan pinion sebesar 315 rpm,
maka berdasarkan grafik di atas diperoleh nilai Pd = 12 dan Dp = 2 in.
3. Menentukan Jumlah Gigi Pinion
Pd = NP/Dp
NP = Pd.Dp
NP = (12)(2)
NP = 24
4. Menentukan Nilai Nominal Velocity Ratio (VR)
VR = nP/nG
VR = 315/157,5
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
99
VR =2
5. Menghitung Perkiraan Jumlah Gigi (Ng) pada Gear
NG = NP.VR
NG = (24)(2)
NG = 48
6. Menghitung Rasio Kecepatan Aktual
VRA = N G / NP
VRA = 48 / 24
VRA =2
7. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = nP / VRA
nG = (315) / (2)
nG = 157,5 rpm
8. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd = 24/12 = 2 in
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd = 48/12 = 4 in
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd) = (24+48)/(2.12) = 3 in
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12 = [(3.14)(2)(315)]/12 = 164,85 ≈ 165 ft/min
- Addendum
a = 1/Pd = 1/12 = 0,0833 in
- Dedendum
b = 1,25/Pd = 1,25/12 = 0,104 in
- Transmitted Load
Wl = 33000.P/vl = 33000(2,3)/164,85 =460,418 ≈ 460 lb
9. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd = 8/12 = 0,667 in
Batas atas : 16/Pd = 16/12 =1,33 in
Dalam rancangan ini digunakan jenis material yang sama baik untuk pinion
maupun gear, yakni steel dengan modulus elastisitas (Cp) sebesar 2300 lb/in2.
11. Menentukan Angka Kualitas dan Faktor Dinamis
- Quality Number
Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai pitch line velocity = 164,85 ft/min dan Qv =
8 diperoleh nilai Kv = 1,08.
12. Menentukan Susunan Gigi
- Bending Geometry Factor (Pinion and Gear)
Gambar 4.17 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)
Pertimbangan: pada desain ini dipilih tipe perlakuan roga gigi yang digunakan
adalah commercial enclosed gear units dengan nilai F = 1,2 in sehingga nilai Cma =
0,15. Kemudian dihitung load distribution factor
Km = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,116+ 0,15
Km = 1,266
Berdasarkan tabel di atas, diambil nilai KR = 1.00 atau satu kegagalan dalam 100.
19. Menentukan Umur Desain Roda Gigi
Pertimbangan: umur dari mesin conveyor ini dirancang sampai 29200 jam
ncP = (60)( 29200)(315) = 5,51 x 108 siklus
ncG = (60)( 29200)(157,5) = 2,75 x 108 siklus
Berdasarkan grafik di atas, diperoleh nilai ZNP = 0,91 dan ZNG = 0,93
20. Menghitung Perkiraan Bending Stress pada Pinion dan Gear
- Pinion
𝑊𝑙 𝑃𝑑 406,18 . 2
𝑆𝑡𝑃 = (𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝐵 𝐾𝑣 ) = (1.1.1,266.1.1,08) = 15867,48 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐽𝑃 1,2.0,35
- Gear
𝐽𝑃 0,43
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( ) = 15867,48 ( ) = 13545,41 𝑝𝑠𝑖
𝐽𝐺 0,41
21. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,2
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃 = 15867,48 = 24537,34 𝑝𝑠𝑖 ≈ 24,5 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝑃 0,97
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,2
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺 = 13545,41 = 21387,59 𝑝𝑠𝑖 ≈ 21,3 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝐺 0,95
22. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.
𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣 406,18.1.1.1,266.1,08
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √ = 2300√ = 4639,244 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐷𝑝 𝐼 1,2.2.1,114
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,20
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝 = 4639,244 = 6118,244 𝑝𝑠𝑖 ≈ 6 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝑃 0,91
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,20
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺 = 4639,244 = 5986,669 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻 0,93
Tabel 4.15 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)
Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
115 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 27 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang di flame or induction-hardened
menghasilkan angka kekerasan sebesar 50 HRC dan mampu menahan bending stress
hingga 45 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 170 (Grade 1).
(Terlampir)
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
108
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 2.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input
Design Power = (1,00) x (2,3 hp) = 2,3 hp
Gambar 4.14 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)
Dengan nilai design power sebesar 2,3 hp dan kecepatan pinion sebesar 157,5 rpm,
maka berdasarkan grafik di atas diperoleh nilai Pd = 10 dan Dp = 2,4 in.
27. Menentukan Jumlah Gigi Pinion
Pd = NP/Dp
NP = Pd.Dp
NP = (10)(2,4)
NP = 24
28. Menentukan Nilai Nominal Velocity Ratio (VR)
VR = nP/nG
VR = 157,5/60
VR = 2,625
29. Menghitung Perkiraan Jumlah Gigi (Ng) pada Gear
NG = NP.VR
NG = (24)(2,625)
NG = 63
30. Menghitung Rasio Kecepatan Aktual
VRA = NG / NP
VRA = 63 / 2
VRA = 2,625
31. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = nP / VRA
nG = (157,5) / (2,625)
nG = 60 rpm
32. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd = 24/10 = 2,4 in
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd = 63/10 = 6,3 in
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd) = (24+63)/(2.10) = 4,35 in
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12 = [(3.14)(2,4)(157,5)]/12 = 98,91 ≈ 99 ft/min
- Addendum
a = 1/Pd = 1/10 = 0,1 in
- Dedendum
b = 1,25/Pd = 1,25/10 = 0,125 in
- Transmitted Loa
- d
Wl = 33000.P/vl = 33000(2,3)/98,91 =767,363 ≈ 767 lb
33. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd = 8/10 = 0,8 in
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
111
Dalam rancangan ini digunakan jenis material yang sama baik untuk pinion
maupun gear, yakni steel dengan modulus elastisitas (Cp) sebesar 2300 lb/in2.
35. Menentukan Angka Kualitas dan Faktor Dinamis
- Quality Number
Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai pitch line velocity = 98,91 ft/min dan Qv =
8 diperoleh nilai Kv = 1,01.
Gambar 4.17 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)
Pertimbangan: pada desain ini dipilih tipe perlakuan roga gigi yang digunakan
adalah commercial enclosed gear units dengan nilai F = 1,2 in sehingga nilai Cma =
0,15. Kemudian dihitung load distribution factor
Km = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,04+ 0,15
Km = 1,29
Berdasarkan tabel di atas, diambil nilai KR = 1.00 atau satu kegagalan dalam 100.
43. Menentukan Umur Desain Roda Gigi
Pertimbangan: umur dari mesin conveyor ini dirancang sampai 10000 jam
ncP = (60)(29600)(157,5) = 2,79 x 108 siklus
ncG = (60)(29600)(60) = 1,065 x 108 siklus
Berdasarkan grafik di atas, diperoleh nilai ZNP = 0,91 dan ZNG = 0,96
44. Menghitung Perkiraan Bending Stress pada Pinion dan Gear
- Pinion
𝑊𝑙 𝑃𝑑 767,363.2,4
𝑆𝑡𝑃 = (𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝐵 𝐾𝑣 ) = (1.1.1,29.1.1,01) = 4570,502 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐽𝑃 1,5 . 0,35
- Gear
𝐽𝑃 0,35
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( ) = 5713,127 ( ) = 3901,648 𝑝𝑠𝑖
𝐽𝐺 0,41
45. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃 = 4570,502 7067,786 𝑝𝑠𝑖 ≈ 7,06 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝑃 0,97
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺 = 3901,648 = 5911,588 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5,91𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝐺 0,99
46. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.
𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣 767,363.1.1.1,29.1,01
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √ = 2300√ = 4050,967 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐷𝑝 𝐼 1,5.2,4. .1,126
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝 = 4050,967 = 6677,419 𝑝𝑠𝑖 ≈ 6,6𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝑃 0,91
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺 = 4050,967 = 6329,636 𝑝𝑠𝑖 ≈ 6,3 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻 0,96
Tabel 4.15 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)
Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
115 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 27 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang di flame or induction-hardened
menghasilkan angka kekerasan sebesar 50 HRC dan mampu menahan bending stress
hingga 45 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 170 (Grade 1).
1. Input Data
- Dpulley = 4,95 in
- Dpinion = 1,5in
- npulley2 = 946 rpm
- ngear = 946 rpm
- P aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 2
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
946
𝑇 = 153,1712 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
3. Menghitung Gaya Lentur pada Poros 2 Akibat Pulley 2
𝑇
𝐹𝑁 =
𝐷⁄
2
153,1712
𝐹𝑁 =
4,95⁄
2
𝐹𝑁 = 61,887𝑙𝑏
𝐹𝐵 = 1,5 𝐹𝑁
𝐹𝐵 = 1,5 𝑥 61,887 𝑙𝑏
𝐹𝐵 = 92,831 𝑙𝑏
𝑊𝑅 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅 = 204,228 tan 20
𝑊𝑅 = 456,89 𝑙𝑏
5. Menentukan Gaya-gaya yang Bekerja pada Poros 2
- Sumbu Radial
∑𝑀𝐴 = 0
𝐹𝐵 (5) + 𝑊𝑅 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
92,831(5) + 456,89 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 365,88 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝐹𝐵 − 𝑊𝑅 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 92,831 − 456,89 + 365,88 = 0
𝑅𝐴 = 183,85 𝑙𝑏
- Sumbu Tangensial
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
204,23 (15) − 𝑅𝐶 (20) = 0
𝑅𝐷 = 153,17 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 204,23 + 153,17 = 0
𝑅𝐴 = 51,057 𝑙𝑏
0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 183,85 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 919,23 lb.in
5 ≤ 𝑥 ≤15
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
122
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝐹𝑏
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝐹𝑏 = 91,019 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝐹𝑏(𝑥 − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 919,23 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 1829,4 lb.in
15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝐹𝑏 + 𝑊𝑟
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝐹𝑏 − 𝑊𝑟 = −365,871 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝐹𝑏(𝑥 − 5) + 𝑊𝑟(𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝐹𝑏(𝑥 − 5) − 𝑊𝑟(𝑥 − 15)
Untuk x = 15 maka Mx = 1829,4 lb.in
15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 365,88 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in
b. Momen tangensial
I. Potongan pertama
0 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 51,057 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 15 maka Mx = 765,86 lb.in
15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑡
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑡 = −153,17 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑡(𝑥 − 5)
Untuk x = 15 maka Mx = 765,86 lb.in
15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 153,17 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in
2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋
1/3
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 2 3 (𝑇) 2
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)
1/3
2 2
(32)(2) (2)(1983,2)
2 3 (153,1712)
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)
𝐷𝑃 = 0,75 𝑖𝑛
(Terlampir)
1. Input Data
- DGear = 4,5 in
- Dpinion = 2 in
- nGear = 315 rpm
- npinion = 315 rpm
- P aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 3
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
315
𝑇 = 460 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
3. Menghitung Gaya pada Poros 3 Akibat Gear
𝑇
𝑊𝑇1 =
𝐷⁄
2
460
𝑊𝑇1 =
4,5⁄
2
𝑊𝑇1 = 204,44 𝑙𝑏
𝑊𝑅1 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅1 = 457,375 𝑙𝑏
𝑊𝑅2 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅2 = 1029,09 𝑙𝑏
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇1 (5) + 𝑊𝑇2 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
204,44(5) + 460 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
𝑅𝐷 = 396,11 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇1 − 𝑊𝑇2 + 𝑅𝑑 = 0
𝑅𝐴 − 204,44 − 460 + 396,11 = 0
𝑅𝐴 = 268,33 𝑙𝑏
- Sumbu radial
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑅1 (5) + 𝑊𝑅2 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
457,375 (5) + 1029,09 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
𝑅𝑑 = 886,16 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑅1 − 𝑊𝑅2 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 457,375 − 1029,09 + 886,16 = 0
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
129
𝑅𝐴 = 600,30 𝑙𝑏
0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 600,30 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 3001,52 lb.in
5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑅1 = 395,86 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 + Wr1(x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 3001,52 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 4430,82 lb.in
15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1 + 𝑊𝑅2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑟1 − 𝑊𝑟2 =, −886,16 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) + 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) − 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)
Untuk x = 15 maka Mx = 4430,82 lb.in
15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 886,16 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in
b. Momen Tangensial
I. Potongan pertama
0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 268,33 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 1341,67 lb.in
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
132
5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 = 63,89 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑇1 (𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 + +𝑊𝑇1 (x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 1341,67 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 1980,56 lb.in
15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1 + 𝑊𝑇2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 + 𝑊𝑇2 = −396,11 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑡1(𝑥 − 5) + 𝑊𝑡2(𝑥 − 15)
15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 396,111 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in
2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋
1/3
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 2 3 (𝑇) 2
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)
1/3
2 2
(32)(2) (2)(5351,76)
2 3 (460)
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)
𝐷𝑃 = 1,05 𝑖𝑛
- DGear = 4 in
- Dpinion = 2,4 in
- nGear = 157,5 rpm
- npinion = 157,5 rpm
- P aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 4
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
157,5
𝑇 = 920 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
3. Menghitung Gaya pada Poros 4 Akibat Gear
𝑇
𝑊𝑇1 =
𝐷⁄
2
920
𝑊𝑇1 =
4⁄
2
𝑊𝑇1 = 460 𝑙𝑏
𝑊𝑅1 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅1 = 1029,09 𝑙𝑏
𝑊𝑅2 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅2 = 1715,16 𝑙𝑏
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇1 (5) + 𝑊𝑇2 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
460(5) + 766,67 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 690 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇1 − 𝑊𝑇2 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 460 − 766,67 + 690 = 0
𝑅𝐴 = 536,67 𝑙
- Sumbu radial
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑅1 (5) + 𝑊𝑅2 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
1029,09 (5) + 1715,16 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 1543,64 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑅1 − 𝑊𝑅2 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 1715,16 − 1029,09 + 1543,64 = 0
𝑅𝐴 = 1200,61 𝑙𝑏
0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 1543,64 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 6003,05 lb.in
5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑅1 = 171,52 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑅1 (𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑅1 (x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 6003,05 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 7718,21 lb.in
15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1 + 𝑊𝑅2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑅1 − 𝑊𝑅2 = −1543,64 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑅1 (𝑥 − 5) + 𝑊𝑅2 (𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑅1 (𝑥 − 5) − 𝑊𝑅2 (𝑥 − 15)
Untuk x = 15 maka Mx = 7718,21 lb.in
IV. Potongan keempat
15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 1543,64 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in
b. Momen Tangensial
I. Potongan pertama
0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 536,67𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 2683,33 lb.in
5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 = 766,67 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑇1 (𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑇1 (x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 2683,33 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 3450 lb.in
15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1 + 𝑊𝑇2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 − 𝑊𝑇2 = −690 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) + 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) − 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)
15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 690 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Un
tuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in
2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋
1/3
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 2 3 (𝑇) 2
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)
1/3
2 2
(32)(2) (2)(8454,18)
2 3 (920)
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)
𝐷𝑃 = 1,22 𝑖𝑛
(Terlampir)
1. Input Data
- Dpinion = 6,3 in
- ngear = 60 rpm
- P Aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 5
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
60
𝑇 = 2415 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
𝑊𝑅 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅 = 766,67 tan 20
𝑊𝑅 = 1715,16 𝑙𝑏
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇 (5) − 𝑅𝐷 (20) = 0
766,67 (5) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 191,67 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 766,67 + 191,67 = 0
𝑅𝐴 = 575 𝑙𝑏
- Sumbu radial
∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑅 (5) − 𝑅𝐷 (15) = 0
1715,17(5) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 428,79 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 𝑊𝑅 + 𝑅𝐷𝑥 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 1715,16 + 428,79 = 0
𝑅𝐴𝑥 = 1286,37 𝑙𝑏
0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 575𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 2875 lb.in
5 ≤ 𝑥 ≤20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑟1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑟1 = −1140,16 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 + Wr1(x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 2875 lb.in
5 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 191,667 𝑙𝑏
∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in
2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋
Sn’ = Sn . Cs . Cr
Sn’ = (290000)(0,8)(0,81)
Sn’ = 187920 psi
1/3
2 2
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 3 (𝑇)
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)
1/3
(32)(2) 2 (1)(7045,15) 2 3 (2415) 2
𝐷𝑃 = [ √ ൨ + ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)
𝐷𝑃 = 1 𝑖𝑛
(Terlampir)
Tabel 4.17 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)
(Terlampir)
(Terlampir)
Tabel 4.20
Pertimbangan: dalam perancangan ini umur bantalan dibatasi pada 26900 jam.
Tabel 4.21 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)
(Terlampir)
Pertimbangan: dalam perancangan ini umur bantalan dibatasi pada 26900 jam.
Tabel 4.21 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)
(Terlampir)
(Terlampir)
1. Input Data
- Dporos1 = 1,875 in
- T pulley = 126 lb.in
2. Menentukan Dimensi Standar Pasak
Dengan diameter poros 0,75 in dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 9/16 in dengan W = 0,1875 in dan H = 0,1875 in.
Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.
Dengan diameter poros 1,05 in dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 7/8 in dengan W = 0,25 in dan H = 0,25 in.
Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.
4. Menghitung Panjang Pasak
a. Menghitung Besar Gaya Gesar (Fs)
Fs = 2T/Dporos2
Fs = 2(460)/(1,05)
Fs = 256,68 lb
b. Menghitung Tegangan Geser
τ = F/As
τ = 2T/D(W.L)
τd = 0,5Sy/N
N=2
Sy = 251 ksi = 251000 psi
c. Menghitung Panjang Pasak Minimum
L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T / [(0,5Sy/N).D.W]
L = 4T.N / (D.W.Sy)
L = 4(460)(2) / (1,05)(0,25)(251000)
L = 0,0352 in
Berdasarkan hasil perhitungan, panjang pasak minimum adalah 0,0352 in.
Dengan diameter poros 1,22 in dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 7/8 in dengan W = 0,25 in dan H = 0,25 in.
Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.
Fs = 2(920)/(1,22)
Fs =324,8281 lb
τd = 0,5Sy/N
N=2
Sy = 251 ksi = 251000 psi
c. Menghitung Panjang Pasak Minimum
L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T / [(0,5Sy/N).D.W]
L = 4T.N / (D.W.Sy)
L = 4(920)(2) / (1,22)(0,25)(251000)
L = 0,07037 in
Berdasarkan hasil perhitungan, panjang pasak minimum adalah 0,07037 in.
Dengan diameter poros 1 dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 7/8 dengan W = 0,25 in dan H = 0,25 in
Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.
(Terlampir)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Mesin konveyor menggunakan motor listrik dengan putaran 1420 rpm dan daya
input 2,3 hp.
2. Transmisi yang digunakan adalah sabuk jenis 3VX dan roda gigi lurus.
3. Komponen transmisi pada mesin konveyor adalah:
a. Puli
b. Sabuk
c. Pasangan roda gigi lurus
d. Poros
e. Bantalan
f. Pasak
4. Spesifikasi transmisi mesin konveyor adalah:
a. Puli
Puli Penggerak
Diameter (D1) = 3,3 in
Putaran (n1) = 1420 rpm
Puli yang digerakkan (D2)
Diameter (D2) = 4,95 in
Putaran (n2) = 946 rpm
Jarak antar puli (C) = 17,6 in
b. Sabuk
Panjang (L) = 82 in
Jenis = 3VX
Jumlah =1
Angle of Wrap (ϴ1) = 171°
c. Pasangan roda gigi lurus I
Roda gigi penggerak (pinion)
Putaran (nP) = 946 rpm
Jumlah gigi (NP) = 24
Poros 3
Diameter (d) = 3,5 in
Panjang (l) = 20 in
Torsi (T) = 460 lb.in
Material = AISI 1144 Hot Rolled
Poros 4
Diameter (d) = 5,9 in
Panjang (l) = 20 in
Torsi (T) = 920 lb.in
Material = AISI 1144 Hot Rolled
Poros 5
Diameter (d) = 4,77 in
Panjang (l) = 20 in
Torsi (T) = 2415 lb.in
Material = AISI 1144 Hot Rolled
g. Bantalan
Tipe bantalan pada poros 1 = 6205
Tipe bantalan pada poros 2 = 6207
5.2 Saran