Anda di halaman 1dari 174

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jika kita pernah melihat mobil terjebak dalam limpur dan harus ditarik keatas agar
tidak terjebak lagi. Hal ini membutuhkan alat yang mumpuni untuk menarik mobil dengan
beban-beban yang berat dan tempat-tempat yang jauh. Yang mana alat-alat tersebut sudah
pasti menggunakan sistem conveyor
Winch berfungsi untuk mengulur dan menarik beban berat yang tidak dapat dilakukan
oleh tenaga manusia. Penggunaannya sangat luas sampai kapal kecil pun memiliki satu
atau lebih winch diatas deck kapal. Derek atau yang lebih lazim disebut dengan winch
adalah alat bantu yang membutuhkan putaran lambat yang digunakan untuk menngangkat
atau mengulur tali tros (tali baja) ataupun jaring pukat udang
Gerakan berputar winch merupakan hasil perpindahan gerak berputar dari sumber
tenaga penggerak. Adapun sumber penggerak winch yaitu motor listrik, mesin uap,
transmisi electro hidrolic, dan ada juga yang menggunakan mesin diesel. Pada umumnya
penggunaan winch, rata-rata menggunakan tenaga penggerak motor winch berupa tekanan
minyak hidrolik
Mengacu pada permasalahan diatas, maka dibutuhkan perhitungan pada komponen-
komponen conveyor tersebut. Perhitungan ini didasarkan pada ilmu elemen mesin. Dengan
menguasai pengetahuan tentang komponen elemen mesin dan cara perhitungan dan
desainnya maka akan memberikan peningkatan transmisi daya winch yang akan banyak
digunakan pada sektor transportasi dan produktifitas hasil kerja di bidang tersebut pun
meningkat.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
2

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam laporan ini, yaitu :
1. Bagaimana cara mendesain dan membuat conveyordengan suatu perencanaan yang
efektif dan efisien?
2. Bagaimana cara pemilihan conveyor sesuai dengan kebutuhan?
3. Komponen – komponen apa yang digunakan dalam perencanaan conveyor ?

1.3 Batasan Masalah


Dalam merencanakan pembuatan conveyor ini perlu ada sesuatu batasan, antara lain:
1. Alat yang digunakan untuk memproses material tidak diperhitungkan
2. Transmisi yang digunakan adalah pulley and belt dan spur gear
3. Daya dari motor bakar sebesar 2,3 HP pada putaran 1420 rpm

1.4 Tujuan Perancangan


Manfaat dari penulisan laporan ini adalah :
1. Dapat merancang conveyor dengan efisiensi dan efektivitas kerja yang tepat
2. Mendapatkan desain conveoyor yang sesuai dengan perhitungan.
3. Mengetahui parameter yang digunakan dalam perancangan conveyor.

1.5 Manfaat Perancangan


Manfaat dari penulisan laporan ini adalah :
1. Memberikan gambaran secara umum mengenai mekanisme perencanaan pembuatan
conveyor.
2. Memberikan inovasi baru agar mempermudah dalam menggunakan conveor kepada
penggunanya.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya
Daya merupakan energi yang ada atau dikeluarkan tiap satu satuan waktu. Energi
memiliki satuan Joule/sekon atau Watt. Daya dihasilkan dari adanya gaya (N) yang
bergerak dengan kecepatan (v).

2.1.1 Daya yang dibutuhkan


Rumus dan satuan daya, dalam fisika daya disimbolkan dengan persamaan berikut :
𝑊
𝑃=
𝑇
𝑊 = 𝐹. 𝑆
Dari persamaan diatas maka kita juga bisa mengubah rumus daya menjadi :
𝐹. 𝑆
𝑃=
𝑇
𝑃 = 𝐹. 𝑉
Hasil tersebut didapatkan karena rumus usaha (W) = gaya (F) dikali jarak (S) dibagi
waktu (T) dan rumus kecepatan (V) = jarak (S) dibagi waktu (T). Contoh pemisalan pada
sebuah mesin conveyor :

Gambar 2.1 Pemisalan pada sebuah mesin conveyor


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019)

2.2 Gear (Roda Gigi)


Gear adalah sebutan untuk roda gigi yang bekerja pada suatu mesin untuk
mentransmisikan daya. Dua buah gear atau lebih yang bekerja bersama-sama akan
menghasilkan tenaga mekanis melalui perputarannya merupakan definisi sederhana dari
mesin.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
4

2.2.1 Macam – Macam Roda Gigi


1. Roda Gigi dengan Poros Sejajar
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada
bidang silinder/poros yang kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang satu
menggelinding pada yang lain dengan sumbu sejajar/lurus. Roda gigi dengan poros
sejajar dibedakan menjadi:
a) Roda Gigi Lurus (Spur Gear)
Merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur roda gigi sejajar poros. Roda gigi
lurus biasanya terdapat pada gear bo× pada mesin. Menurut buku “ A Textbook of
Machine Design” oleh R.S. Khurmi & J.K.Gupta, roda gigi lurus (spurs gear)
memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelebihan : - Pembuatan mudah
Kekurangan : - Memiliki tingkat kebisingan yang tinggi ketika dijalankan
pada kecepatan tinggi

Gambar 2.1 Roda gigi lurus


Sumber : Sularso (1980, p.213)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
5

Reaksi gaya pada roda gigi lurus

Gambar 2.2 Roda gigi lurus


Sumber : Deutschman (1975, p.666)

b) Roda Gigi Miring (Helical Gear)


Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak
bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak
serentak (disebut perbandingan kontak) adalah lebih besar dari pada roda gigi lurus,
sehinggga perpindahan momen atau putaran melalui gigi – gigi tersebut dapat
berlangsung dengan halus. Sifat ini sangat baik untuk mentransmisikan putaran
tinggi dan beban besar. Namun, roda gigi miring memerlukan bantalan aksial dan
kotak roda gigi yang besar dan kokoh, karena jalur gigi yang terbentuk ulir tersebut
menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan poros. Contoh aplikasi roda gigi
miring adalah pada system transmisi perseneling pada kendaraan beroda empat.
Menurut buku “ A Textbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi & J.K.Gupta,
roda gigi miring (helical gear) memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
6

Kelebihan : - Tidak berisik


- Dapat mentransmisikan beban berat -
Kekurangan : - Memerlukan bantalan aksial kokoh
- Pengerjaan rumit

Gambar 2.3 Roda gigi miring


Sumber : Sularso (1980, p.213)

Arah gaya pada spiral gear

Gambar 2.4 Roda gigi miring


Sumber : Deutschman (1975, p.605)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
7

c) Roda Gigi Miring Ganda


Gaya aksial yang ditimbulkan pada gigi membentuk alur berbentuk V tersebut
akan saling meniadakan. Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan
keliling dan daya yang diteruskan dapat diperbesar tetapi pembuatannya sukar.
Contoh aplikasi adalah pada roda gigi reduksi turbin pada kapal dan generator.
Menurut buku “ A Textbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi & J.K.Gupta,
roda gigi miring ganda (double helical gear) memiliki kelebihan dan kekurangan,
antara lain:
Kelebihan : - Kemungkinan selip kecil
- Dapat mentransmisikan daya yang besar
Kekurangan : - Pembuatannya sukar
- Memerlukan bantalan yang kokoh

Gambar 2.5 Roda gigi miring ganda


Sumber : Sularso (1980, p.213)

d) Roda Gigi Dalam dan Pinion


Roda gigi ini dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan
perbandingan reduksi besar karena pinion terletak di dalam roda gigi. Contoh
penerapannya adalah pada lift. Menurut buku “ A Textbook of Machine Design” oleh
R.S. Khurmi & J.K.Gupta, roda gigi dalam dan pinion memiliki kelebihan dan
kekurangan, antara lain
Kelebihan : - Kemungkinan selip kecil
- Tidak sebising roda gigi lurus
Kekurangan : - Kecepatan rendah
- Pembuatannya sukar

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
8

Gambar 2.6 Roda gigi dalam dan pinion


Sumber : L Mott, Robert (2004, p.327)

e) Rack dan Pinion


Merupakan dasar profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan
pinion digunakan untuk mengubah gerakan putar menjadi lurus atau sebaliknya.
Contoh penerapannya adalah roda gigi yang dipakai pada eretan mesin bubut,
milling, dll. Menurut buku “ A Te×tbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi &
J.K.Gupta, roda gigi dan pinion memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain
Kelebihan : - Mengubah gerak rotasi menjadi gerak translasi
- Pembuatan sederhana
Kekurangan : - Digunakan untuk beban kecil

Gambar 2.7 Rack dan pinion


Sumber : L Mott, Robert (2004, p.328)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
9

2. Roda Gigi dengan Poros Berpotongan


Pada roda gigi ini, poros roda gigi satu sama lain saling tegak lurus. Misalnya poros
roda gigi 1 porosnya vertikal sedangkan poros roda gigi 2 porosnya horizontal.
Ciri-ciri roda gigi miring adalah:
 Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.
 Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
 Kemampuan pembebanan lebih besar dari pada roda gigi lurus.
 Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan roda gigi yang
kokoh.
a. Roda Gigi Kerucut Lurus
Dengan gigi lurus adalah yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai.
Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil juga
konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung
porosnya. Contoh penggunaanya adalah pada grab winch, hand winch, dan kerekan.
Menurut buku “A Textbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi & J.K.Gupta, roda
gigi kerucut lurus memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain
Kelebihan : - Pembuatannya mudah
- Memiliki kemampuan pembebanan yang lebih baik
- Mampu merubah sumbu putar
Kekurangan : - Berisik
- Memerlukan bantalan a×ial
- Biaya pembuatan mahal

Gambar 2.8 Roda gigi kerucut lurus


Sumber : L Mott, Robert (2004, p.334)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
10

Reaksi gaya pada roda gigi kerucut lurus

Gambar 2.9 Roda gigi kerucut lurus


Sumber : Deutschman (1975, p.605)

b. Roda Gigi Kerucut Spiral


Karena mempunyai perbandingan kontak yang besar, maka roda gigi ini dapat
meneruskan putaran tinggi dan beban besar. Sudut poros kedua roda gigi ini biasanya
dibuat 90o. Contoh penggunaanya adalah pada grab winch, hand winch, dan kerekan.
Menurut buku “ A Textbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi & J.K.Gupta,
roda gigi kerucut spiral memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain
Kelebihan : - Dapat mentransmisikan putaran tinggi
- Meneruskan beban besar
Kekurangan : - Pembuatan rumit

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
11

Gambar 2.10 Roda gigi kerucut spiral


Sumber : L Mott, Robert (2004, p.334)

Reaksi gaya pada roda gigi kerucut spiral

Gambar 2.11 Roda gigi lurus


Sumber : Deutschman (1975, p.654)

c. Roda Gigi Permukaan


Roda gigi ini sama halnya dengan roda gigi lurus yakni berisik karena
perbandingan kontak yang kecil. Roda gigi ini tidak cocok dipakai pada putaran dan
daya yang tinggi. Contoh penggunaanya adalah pada grab winch, hand winch, dan
kerekan. Menurut buku “ A Textbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi &
J.K.Gupta, roda gigi permukaan memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain
yaitu:
Kelebihan : - Pembuatan Mudah
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
12

Kekurangan : - Pengoperasian berisik


- Daya dan putaran rendah

Gambar 2.12 Roda gigi permukaan


Sumber : L Mott, Robert (2004, p.339)

Reaksi gaya pada roda gigi permukaan

Gambar 2.13 Roda gigi lurus permukaan


Sumber : Deutschman (1975, p.655)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
13

3. Roda Gigi dengan Poros Silang


Roda gigi dengan poros silang adalah roda gigi yang porosnya saling bersilangan
antara roda gigi satu dengan yang lain. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak
sebesar α, biasanya sudut yang dibentuk sebesar 90o.
a. Roda Gigi Cacing Silindris
Roda gigi ini mempunyai gigi cacing berbentuk silinder. Kerjanya halus dan
hampir tanpa bunyi. Contoh penggunaannya pada transimisi mesin frais. Menurut
buku “A Textbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi & J.K.Gupta, roda gigi
cacing silindris memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan : - Reduksi besar
- Pengoperasian mesin lebih halus
Kekurangan : - Pembuatan sulit
- Tidak kontak semua
- Bagian yang sering berkontakan lebih cepat rusak

Gambar 2.14 Roda gigi cacing silindris


Sumber : Sularso (1980, p.213)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
14

Reaksi gaya pada roda gigi cacing silindris

Gambar 2.15 Roda gigi cacing silindris


Sumber : Deutschman (1975, p.629)

b. Roda Gigi Globoid (Cacing Globoid)


Digunakan untuk gaya yang lebih besar karena perbandingan kontak yang lebih
besar. Contoh penggunaanya adalah pada roda gigi differential otomobil. Menurut
buku “ A Textbook of Machine Design” oleh R.S. Khurmi & J.K.Gupta, roda gigi
gobloid memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan : - Perbandingan lebih besar dari roda gigi cacing silindris
- Lebih tahan lama dari roda gigi cacing silindris
Kekurangan : - Pembuatan sulit

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
15

Gambar 2.16 Roda gigi cacing globoid


Sumber : Sularso (1980, p.213)

c. Roda Gigi Hipoid


Roda gigi ini mempunyai jalur berbentuk spiral pada bidang kerucut yang
sumbunya bersilang. Pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung secara
meluncur dan menggilinding. Contoh aplikasinya juga terdapat pada roda gigi
diferensial pada otomobil. Menurut buku “A Textbook of Machine Design” oleh R.S.
Khurmi & J.K.Gupta, roda gigi hipoid memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan : - Daya besar
- Kemungkinan selip kecil
Kekurangan : - Pembuatan sulit

Gambar 2.17 Roda gigi hipoid


Sumber : L Mott, Robert (2004, p.305)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
16

2.2.2 Bagian- Bagian Roda Gigi

Gambar 2.18 Bagian-bagian dari roda gigi kerucut lurus


Sumber : L Mott, Robert (2004, p.309)

1. Lebar gigi (face width)


Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya.
2. Jarak bagi lingkar (circular pitch)
Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau
keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi.
3. Addendum
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran
pitch diukur dalam arah radial.
4. Dedendum
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam
arah radial.
5. Tebal gigi (tooth thickness)
Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
6. Kelonggaran (clearance)
Jarak radial dari ujung puncak sebuah gigi roda gigi yang satu ke bagian
dasar dari gigi roda gigi yang lain untuk suatu pasangan roda gigi.
7. Dedendum circle
Lingkaran kaki gigi yaitu lingkaran yang membatasi kaki gigi.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
17

8. Clearance circle
Lingkaran yang bersinggungan dengan linkaran addendum dari gigi yang
berpasangan.
9. Bottom land
Permukaan bagian bawah gigi.
10. Sisi kaki (flank of tooth)
Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.
11. Sisi kepala (face of tooth)
Permukaan gigi diatas lingkaran pitch.
12. Lingkaran pitch (pitch circle)
Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini
merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi,
jarak antara gigi, dan lain-lain.
13. Width of space
Tebal ruang antara roda gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
14. Outside circle
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi gigi.
15. Puncak kepala (top land)
Permukaan dipuncak gigi.

2.2.3 Profil Roda Gigi


Untuk mendapatkan keadaan transmisi gerak dan daya yang baik, maka profil gigi
harus mempunyai bentuk yang teratur sehingga kontak gigi berlangsung dengan mulus.
Oleh karena itu profil gigi dibuat dengan bentuk geometris tertentu, agar perbandingan
kecepatan sudut antara pasangan roda gigi harus selalu sama. Agar memenuhi hat tersebut
dikenal 2 jenis konstruksi profil gigi, yaitu:
1. Konstruksi Kurva Evolvent
Adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik yang terletak pada sebuah garis lurus
yang bergulir pada suatu silinder atau kurva yang dibentuk oleh satu titik pada sebuah
tali yang direntangkan dari suatu gulungan pada silinder.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
18

Gambar 2.19 Konstruksi kurva evolvent


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.1031)

Keuntungan kurva evolvent :


 Pembuatan profil gigi mudah dan tepat, karena menggunakan sisi cutter (pisau
potong) yang lurus.
 Ketepatan jarak sumbu roda gigi berpasangan tidak perlu presisi sekali.
 Jika ada perubahan kepala gigi atau konstruksi gigi pada suatu pengkonstruksian
perubahan dapat dilakukan dengan cutter (pisau pemotong).
 Dengan modul yang sama, walaupun jumlah giginya berbeda, maka pasangan
dapat dipertukarkan.
 Arah dan tekanan profil gigi adalah sama.
2. Konstruksi Kurva Sikloida
Profil sikloida digunakan karena cara kerja sepasang roda gigi sikloida sama seperti
dua lingkaran yang saling menggelinding antara yang satu dengan- pasangannya.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
19

Gambar 2.20 Konstruksi kurva sikloida


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.1029)

Kurva sikloida adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik pada sebuah lingkaran
yang menggelinding pada sebuah jalur gelinding. Dari keadaan konstruksi pasangan
roda gigi, maka kurva sikloida dapat berupa:
a. Orthosikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa garis lurus.
b. Episikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa sisi luar
lingkaran.
c. Hiposikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa sisi dalam
lingkaran.
Profil sikloida bekerja berpasangan dan dengan jarak sumbu yang presisi, sehingga
tidak dapat dipertukarkan dengan mudah, kecuali yang dibuat berpasangan yang sama.
Keuntungan penggunaan profil sikloida :
 Mampu menerima beban yang lebih besar.
 Keausan dan tekan yang terjadi lebih kecil.
 Cocok digunakan untuk penggunaan presisi.
 Jumlah gigi dapat dibuat lebih sedikit.

2.2.4 Kegagalan Perencanaan Roda Gigi


Berikut adalah beberapa jenis kegagalan yang dapat terjadi pada roda gigi :
a. Patah
Setiap kali gigi dari roda gigi menerima beban yang bervariasi maka tegangan
bending akan berkumpul di area deddendum. Jika tegangan bending yang diterima
melebihi standar yang diijinkan, maka akan menimbulkan retakan pada area tersebut.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
20

Jika retak tersebut dibiarkan, maka retakan terebut akan merambat menuju area
yang menerima tegangan maksimum yang kemudian menyebabkan patah pada gigi
tersebut.
 Penyebab
- Menerima beban fatigue secara kontinyu
- Material dari roda gigi tersebut terlalu brittle
 Solusi
- Meningkatkan dimensi dari gigi tersebut
- Meningkatkan sifat ductile dari material roda gigi
b. Pitting
Pitting biasa terjadi pada bagian dedendum roda gigi. Cekungan pertama muncul
pada daerah permukaan yang kasar setelah finishing atau pada daerah dimana beban
terkonsentrasi. Pada saat roda gigi tersebut bekerja, cekungan tersebut akan
menyebabkan konsentrasi tegangan dan bertumbuhnya cekungan baik dari segi
jumlahnya maupun ukurannya. Hal ini akan membuat permukaan dari gigi tersebut
menjadi kasar yang kemudian menimbulkan getaran dan suara yang keras pada roda
gigi.
 Penyebab
- Pembebanan secara berulang pada permukaan gigi
- Adanya kotoran pada permukaan gigi
 Solusi
- Meningkatkan sifat kekerasan dari roda gigi
- Memberikan pelumasan yang tepat
- Memperhalus permukaan dari roda gigi
c. Keausan
Keausan pada roda gigi adalah pengurangan dimensi dari tooth roda gigi. Karena
terjadinya pengurangan dimensi ini membuat ukuran dari tooth tersebut menjadi tidak
sesuai dari standar yang telah ditetapkan. Sehingga hal ini dapat membuat roda gigi
tersebut menjadi slip.
 Penyebab
- Terjadi kontak secara terus menerus pada permukaan tooth
- Pemasangan roda gigi yang tidak tepat

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
21

 Solusi
- Pemberian pelumas yang tepat
- Pemasangan roda gigi yang tepat

2.2.5 Prosedur Perancangan Roda Gigi


1. Input Data
- Daya motor (P) = hp
- Putaran pinion (np) = rpm
- Putaran gear (ng) yang diharapkan = rpm

2. Menentukan Overload Factor (Ko) dan Trial Value untuk Diametral Pitch (Pd)

Tabel 2.1 Suggested Overload Factors, Ko


Sumber: Mott (2004,p.389)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 2.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
22

Gambar 2.21 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)

3. Menentukan Jumlah Gigi Pinion


Pd = NP/Dp
NP = Pd.Dp
4. Menentukan Nilai Nominal Velocity Ratio (VR)
VR = nP/nG
5. Menghitung Perkiraan Jumlah Gigi (Ng) pada Gear
NG = NP.VR
6. Menghitung Rasio Kecepatan Aktual
VRA = NG / NP
7. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = nP / VRA

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
23

8. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd)
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12
- Addendum
a = 1/Pd
- Dedendum
b = 1,25/Pd
- Transmitted Load
Wl = 33000.P/vl
9. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd
Batas atas : 16/Pd
Nilai yang diambil adalah 12/Pd

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
24

10. Menentukan Material untuk Pinion dan Gear

Tabel 2.2 Elastic Coefficient, Cp


Sumber: Mott (2004,p.400)

11. Menentukan Angka Kualitas dan Faktor Dinamis


- Quality Number

Tabel 2.3 Recommended AGMA Quality Number


Sumber: Mott (2004,p.378)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
25

- Dynamic Factor

Gambar 2.22 Dynamic Factor, Kv


Sumber: Mott (2004,p.393)

12. Menentukan Susunan Gigi


- Bending Geometry Factor (Pinion and Gear)

Gambar 2.23Geometry Factor, J


Sumber: Mott (2004,p.387)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
26

- Pitting Geometry Factor

Gambar 2.24 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)

Gear Ratio = NG / NP > 1.0


13. Menentukan Load Distribution Factor, Km
- Menentukan Pinion Proportion Factor, Cpf

Gambar 2.25 Pinion Proportion Factor, Cpf


Sumber: Mott (2004,p.391)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
27

- Menentukan Mesh Alignment Factor, Cma

Gambar 2.26 Mesh Alignment Factor, Cma


Sumber: Mott (2004,p.391)

14. Menentukan Size Factor

Tabel 2.4 Suggested Size Factors, Ks


Sumber: Mott (2004,p.389)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
28

15. Menentukan Rim Thickness Factor, KB

Gambar 2.27 Rim Thickness Factor, KB


Sumber: Mott (2004,p.392)

16. Menentukan Nilai Service Factor (SF)


Pertimbangan: nilai SF yang digunakan dalam perancangan adalah 1,50.
17. Menentukan Hardness Ratio Factor, CH
Pertimbangan: CH diasumsikan sama dengan 1,0.
18. Menentukan Reliability Factor, KR

Tabel 2.5 Reliability Factor, KR


Sumber: Mott (2004,p.396)

19. Menentukan Umur Desain Roda Gigi


Pertimbangan: umur dari mesin conveyor ini dirancang sampai 10000 jam
ncP = (60)(10000)(510) = 3,06 x 108 siklus
ncG = (60)(10000)(151) = 0,96 x 108 siklus

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
29

Gambar 2.28 Stress Cycle Factor, YN


Sumber: Mott (2004,p.395)

Gambar 2.29 Pitting Resistance Stress Cycle Factor, ZN


Sumber: Mott (2004,p.395)

20. Menghitung Perkiraan Bending Stress pada Pinion dan Gear


- Pinion
𝑊𝑙 𝑃𝑑
𝑆𝑡𝑃 = (𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝐵 𝐾𝑣 )
𝐹𝐽𝑃

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
30

- Gear
𝐽𝑃
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( )
𝐽𝐺
21. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃
𝑌𝑁𝑃
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺
𝑌𝑁𝐺
22. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.

𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √
𝐹𝐷𝑝 𝐼

23. Mengatur Contact Stress


- Pinion

𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝
𝑍𝑁𝑃

- Gear

𝐾𝑅 𝑆𝐹
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
31

24. Memilih Material untuk Gear dan Pinion

Tabel 2.6 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)

Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
196 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 29 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang permukaannya di-nitriding dan
penambahan 2,5% chrome sehingga menghasilkan angka kekerasan sebesar 90 HR15N
dan mampu menahan bending stress hingga 29 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 196
(Grade 2).

2.3 Pulley and Belt


Suatu alat yang digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu poros ke poros
yang lainnya melalui perantara belt (sabuk) atau tali. Pulley dapat terbuat dari besi
cor, baja cor, baja tekan, kayu, dan kertas. Bahan material yang digunakan harus
memiliki koefsien gesek yang tinggi dan kemampupakaian yang baik (nilai keausan
rendah). Pulley yang dibuat dari baja press lebih ringan dibandingkan dengan pulley cor,
tetapi dalam banyak kasus memiliki nilai koefisien gesek yang rendah dan dapat dengan
mudah aus.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
32

Belt (sabuk) atau rope (tali) digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros
yang satu ke poros yang lain dengan memakai pulley yang berputar pada
kecepatan yang sama atau pada kecepatan yang berbeda. Besarnya daya yang
ditransmisikan tergantung pada faktor berikut :
1. Kecepatan belt.
2. Tarikan belt yang ditempatkan pada pulley.
3. Luas kontak antara belt dan pulley terkecil.
4. Kondisi belt yang digunakan.
Pemilihan belt yang akan dipasang pada pulley tergantung pada faktor sebagai
berikut :
1. Kecepatan poros penggerak dan poros yang digerakkan
2. Rasio kecepatan reduksi
3. Daya yang ditransmisikan
4. Jarak antara pusat poros
5. Layout poros
6. Ketersedian tempat
7. Kondisi pelayanan

2.3.1 Macam-macam Pulley


1. Sheaves/V-Pulley
Sheaves/V-Pulley adalah paling sering digunakan untuk transmisi,produk ini
digerakkan oleh V-Belt.karena kemudahannya dan dapat diandalkan. Produk ini telah
dipakai selama satu dekade.

Gambar 2.30 Sheaves/V-Pulley


Sumber : Globalspec (2017)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
33

2. Variabel Speed Pulley


Variable Speed Pulley adalah perangkat yang digunakan untuk mengontrol
kecepatan mesin. Berbagai proses industri seperti jalur perakitan harus bekerja pada
kecepatan yang berbeda untuk produk yang berbeda. Dimana kondisi memproses
kebutuhan penyetelan aliran dari pompa atau kipas, memvariasikan kecepatan dari drive
mungkin menghemat energi dibandingkan dengan teknik lain untuk kontrol aliran.
Contoh penggunaan di pemindah tenaga motor matic.

Gambar 2.31Variable Speed Pulley


Sumber : Globalspec (2017)

3. Mi–Lock Pulley
Mi–Lock Pulley digunakan pada pegas rem jenis ini menawarkan keamanan
operasional yang tinggi untuk semua aplikasi, melindungi personil, mesin dan peralatan,
dapat diandalkan untuk pengereman yang mendadak atau fungsinya menahan pada
mesin yang tiba-tiba mati atau karena kegagalan daya.

Gambar 2.32 Mi–Lock Pulley


Sumber : Spacemart (2017)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
34

4. Timing Pulley
Ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan sangat dibutuhkan untuk
aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang mempunyai kebutuhan yang
lebih spesifik. Contoh aplikasi pengunaan conveyor pada perusahaan-perusahaan besar.

Gambar 2.33Timing Pulley


Sumber : Technostore (2017)

2.3.2 Tipe Penampang Sabuk


Berdasarkan bentuk penampangnya belt dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Flat belt (belt datar). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19 banyak digunakan pada
pabrik atau bengkel, dimana daya yang ditransmisikan berukuran sedang dari pulley
yang satu ke pulley yang lain ketika jarak dua pulley adalah tidak melebihi 8 meter.

Gambar 2.34 Flat Belt


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.719)

2. V-Belt (belt bentuk V). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.20, adalah banyak
digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana besarnya daya yang ditransmisikan
berukuran besar dari pulley yang satu ke pulley yang lain ketika jarak dua pulley
adalah sangat dekat.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
35

Gambar 2.35 V-Belt


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.719)

3. Circular belt atau rope (belt bulat atau tali). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.21,
adalah banyak digunakan dalam pabrik dan bengkel dimana besarnya daya yang
ditransmisikan berukuran besar dari pulley yang satu ke pulley yang lain ketika
jarak dua pulley adalah lebih dari 8 meter.

Gambar 2.36 Circular Belt


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.719)

2.3.3 Tipe – tipe Belt Drives


1. Open belt drive (penggerak belt terbuka). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.30 belt
jenis ini digunakan dengan poros sejajar dan perputaran dalam arah yang sama.
Dalam kasus ini, penggerak A menarik belt dari satu sisi (yakni sisi RQ bawah) dan
meneruskan ke sisi lain (yakni sisi LM atas). Jadi tarikan pada sisi bawah akan lebih
besar dari pada sisi belt yang atas (karena tarikan kecil). Belt sisi bawah (karena
tarikan lebih) dinamakan tight side sedangkan belt sisi atas (karena tarikan kecil)
dinamakan slack side.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
36

Gambar 2.37 Open belt drive


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.739)

2. Crossed atau twist belt drive (penggerak belt silang) seperti ditunjukkan pada gambar
dibawah, belt jenis ini digunakan dengan poros sejajar dari perputaran dalam arah
yang berlawanan. Dalam kasus ini, penggerak menarik belt dari sisi satu (yakni sisi
RQ) dan meneruskan ke sisi lain (yakni sisi LM) jadi tarikan pada belt RQ akan lebih
besar daripada belt LM. Belt RQ (karena tarikan lebih) dinamakan tight side
sedangkan belt LM (karena tarikan kecil) dinamakan slack side.

Gambar 2.38 Crossed atau Twist Belt Drive


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.683)

3. Quarter turn belt drive (penggerak belt belok sebagian) mekanisme transmisi dapat
dilihat dari gambar berikut. Untuk mencegah belt agar tidak keluar/lepas dari pulley,
maka lebar permukaan puli harus lebih besar atau sama.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
37

Gambar 2.39 Quarter Turn Belt Drive


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.684)

4. Belt with idler pulley (penggerak dengan puli penekan) dinamakan juga jockey puli
drive, digunakan dengan poros parallel dan ketika open belt drive tidak dapat
digunakan akibat sudut kontak yang kecil pada pulley terkecil. Jenis ini diberikan
untuk mendapatkan rasio kecepatan yang tinggi dan ketika tarikan belt yang
diperlukan tidak dapat diperoleh dengan cara lain.

Gambar 2.40 Belt Drive with idler pulley


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.684)

5. Compound belt drive (penggerak belt gabungan) digunakan ketika daya


ditransmisikan dari poros yang satu dengan lainnya melalui sejumlah pulley.

Gambar 2.41 Compound Belt Drive


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.685)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
38

6. Stepped or cone pulley drive (penggerak puli kerucut atau bertingkat) digunakan
untuk mengubah kecepatan poros yang digerakkan ketika poros utama (poros
penggerak) berputar dengan kecepatan yang konstan.

Gambar 2.42 Stepped or cone puli drive


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.685)

7. Fast and loose pulley drive (penggerak pulley longgar atau bertingkat) digunakan
ketika poros mesin (poros yang digerakkan) dimiliki atau diakhiri kapan saja
diinginkan tanpa mengganggu poros penggerak. Pulley yang dikunci ke poros mesin
dinamakan fast pulley dan berputar pada kecepatan yang sama seperti poros mesin.
Loose pulley berputar secara bebas pada poros mesin dan tidak mampu
mentransmisikan daya sedikitpun. Ketika poros mesin dihentikan, belt ditekan ke
loose pulley oleh perlengkapan batang luncur (sliding bar)

Gambar 2.43 Fast and loose pulley Drive


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.685)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
39

2.3.4 Gaya-gaya pada Belt Drive


Gaya-gaya yang bekerja pada sabuk :
Belt PQ dalam kesetimbangan di bawah gaya berikut
1. Tarikan T dalam belt pada P
2. Tarikan (T + δT) dalam belt pada Q
3. Reaksi normal RN
4. Gaya gesek F = μ x RN , di mana μ = koefisien gesek antara belt dan pulley.

Gambar 2.44 Diagram Bebas Belt and Pulley


Sumber: Khurmi, R.S (2005,p.733)

2.3.5 Kegagalan Perencanaan Belt Drives


Kegagalan yang dapat terjadi pada belt adalah :
a. Creep (mulur)
Fenomena creep pada belt mengakibatkan belt mengalami penurunan elastisitas,
sehingga belt menjadi turun dan kendur. Akibatnya belt menjadi lebih panjang dari
ukuran semula. Hal ini mengakibatkan sudut kontak antara belt dengan pulley semakin
kecil, karena panjang dari belt menjadi tidak sesuai dengan standar pabrik, yang
menyebabkan rasio kecepatan dari belt drive tersebut menurun.
 Penyebab dari creep adalah :
- Adanya tegangan tarik yang bekerja pada belt secara terus menerus
- Akibat dari panas yang dihasilkan dari gesekan belt dengan pulley
 Solusi untuk mengatasi creep adalah :
- Mengganti belt tersebut yang memiliki elasticity dan ketahanan yang lebih baik

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
40

b. Putus sambungan belt


Keadaan dimana belt putus tepat pada sambungan sehingga belt tidak bisa
metransmisikan daya
Penyebab:
 Beban kejut yang diterima belt terlalu tinggi
Solusi:
 Mengganti jenis sambungan belt dengan yang lebih kuat.

2.3.6 Prosedur Perancangan


1. Mencari service factor dan design power
Sebelum melakukan perencanaan transmisi pulley dan belt hal yang harus
dilakukan adalah mencari service factor, service factor dapat dicari dengan melihat tabel
service factor pada buku Robert L. Mott kemudian menentukan tipe penggunaan
perencanaan pulley and belt dan memperkirakan lama pemakaiannya dalam jam per hari.

Tabel 2.7
V-belt Service Factors

Sumber: Mott (2004,p.274)

Setelah mendapatkan service factor, design power dapat dihitung dengan rumus
Design Power = Service Factor x Power Input

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
41

2. Memilih tipe sabuk (Belt)


Untuk memilih tipe sabuk dapat dilihat pada tabel Selection Chain for Narrow-
Section Industrial V-Belts pada buku Robert L. Mott dengan input berupa design power
dan putaran motor (rpm).

Gambar 2.45 Selection Chain for Narrow-Section Industrial V-Belts


Sumber: Mott (2004,p.274)

3. Menghitung rasio kecepatan


Rasio kecepatan dapat dihitung dengan rumus:
𝑛1
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑉𝑅) =
𝑛2
4. Menghitung Driving Sheave Size
Besar driving sheave size atau diameter pulley penggerak dapat dihitung dengan
rumus:
𝜋. 𝐷1 . 𝑛1
𝑉𝑏 = (𝑓𝑡/𝑚𝑖𝑛)
12

12. 𝑉𝑏
𝐷1 =
𝜋. 𝑛1

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
42

5. Memilih Ukuran Pulley Sesuai Standar Belt 3V


Dalam memilih ukuran pulley yang sesuai standar harus dibuat tabel perkiraan agar
dapat diketahui ukuran pulley standar terdekat dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.

Tabel 2.8 Contoh Memilih Ukuran Pulley Sesuai Standar Belt 3V


Standard driving Approximate driven Nearest standard Actual output
sheave size, D1 sheave size (VR. D1) driven sheave, D2 speed (rpm)
13,1 22,5 21,1 720
12,4 21,3 21,1 682

6. Menentukan Nilai Power Rating


Untuk menentukan nilai power rating dapat dilihat pada tabel power rating pada
buku Robert L. Mott dengan input diameter pulley terkecil dan putaran motor (rpm)

Gambar 2.46 Power Rating: 3V


Sumber: Mott (2004,p.275)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
43

7. Memperkirakan Jarak Antar Pusat Pulley


Untuk memperkirakan jarak antar pusat pulley (C) dapat dicari dengan rumus :
Dterbesar < C < 3 (D2 + D1)
8. Menghitung Panjang Sabuk
Untuk menghitung panjang sabuk (L) dapat dicari dengan menggunakan rumus:
(𝐷2 − 𝐷1 )2
𝐿 = 2𝐶 + 1,57(𝐷2 + 𝐷1 ) +
4𝐶

9. Memilih Panjang Sabuk Standar dan Menghitung Jarak Antar Pusat Pulley Aktual
Untuk menghitung panjang sabuk sesuai standar dapat dilihat pada tabel Standard
Belth Lengths for 3V, 5V, and 8V belts (in) pada buku Robert L. Mott dengan input
panjang sabuk yang telah dihitung sebelumnya.

Tabel 2.9
Standard Belth Lengths for 3V, 5V, and 8V belts (in)

Sumber: Mott (2004,p.277)

Setelah mendapatkan panjang sabuk sesuai standar maka jarak antar pusat pulley
harus dihitung kembali agar sesuai dengan panjang sabuk standar.
10. Menghitung Angle of Wrap untuk Sabuk pada Pulley
Menghitung Angle of Wrap atau sudut kontak sabuk dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝐷2 − 𝐷1
𝜃1 = 180° − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2𝐶

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
44

11. Menentukan Faktor Koreksi Sudut dan Panjang Belt


Untuk menentukan Faktor Koreksi Sudut dan Panjang Belt dapat dilihat pada tabel
Angle of Wrap Correction Factor, Cϴ pada buku Robert L. Mott dengan input sudut kontak
yang telah dihitung sebelumnya

Gambar 2.47 Angle of Wrap Correction Factor, Cϴ


Sumber: Mott (2004,p.277)

Setelah Cϴ diketahui, kemudian CL dapat dicari dengan melihat tabel Belt Length
Correction Factor.

Gambar 2.48 Belt Length Correction Factor, CL


Sumber: Mott (2004,p.277)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
45

12. Menghitung Corrected Power untuk Setiap Sabuk (Satu) dan Jumlah Sabuk yang
Dibutuhkan
Corrected Power atau daya yang mampu ditransmisikan setiap satu sabuk dapat
dihitung menggunakan rumus :
Corrected Power = Cϴ. CL.P
dan untuk jumlah sabuk yang dipakai pada transmisi pulley and belt dapat dihitung dengan
rumus:
Jumlah sabuk = Design Power / Corrected Power

2.4 Shaft (Poros)


Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi
seperti itu dipegang oleh poros.

2.4.1 Macam-macam Poros


Poros untuk meneruskan daya diklasifikan menurut cara pembebanannya sebagai
berikut :
1. Poros Gandar
Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar.
Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak
mula dimana akan mengalami beban puntir juga.

Gambar 2.49 Poros gandar pada roda kereta api


Sumber : Khurmi, R.S. (2005, p.541)

Untuk perencanaan poros dengan beban bending murni adalah sebagai berikut:

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
46

𝑀×𝑦
𝜎=
𝐼
𝑑
𝑀×2
𝜎=
𝜋 × 𝑑4
44
32 × 𝑀
𝜎=
𝜋 × 𝑑3
3 32 × 𝑀
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜎

2. Poros Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini
adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

Gambar 2.50 Poros spindle pada mesin bor


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Untuk perencanaan poros dengan beban punter murni adalah sebagai berikut:
𝑇×𝜌
𝜏=
𝐽0
𝑑
𝑇×2
𝜏=
𝜋 × 𝑑4
32
14 × 𝑇
𝜏=
𝜋 × 𝑑3

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
47

3 14 × 𝑇
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √
𝜋×𝜏

3. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley sabuk atau sprocket
rantai, dll.

Gambar 2.51 Poros transmisi crankshaft


Sumber : Khurmi, R.S. (2005, p.530)

𝜎𝑥 + 𝜎𝑦 𝜎𝑥 − 𝜎𝑦 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥,𝑚𝑖𝑛 = ± √( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2

𝜎𝑥 𝜎𝑥 2 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = + √( ) + (𝜏𝑥𝑦 )
2 2

14 × 𝑀 14 × 𝑀 2 14 × 𝑇 2
𝜎𝑚𝑎𝑥 = √
+ ( ) +( )
𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3 𝜋 × 𝑑3
14
𝜎𝑚𝑎𝑥 = [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋 × 𝑑3
3 14
𝑑𝑚𝑖𝑛 = √ [𝑀 + √(𝑀)2 + (𝑇)2 ]
𝜋×𝜎

2.4.2 Macam-macam Tumpuan


1. Tumpuan Rol
Tumpuan Rol adalah jenis tumpuan yang hanya menahan gaya-gaya di arah
vertical dan membebaskan momen dan gaya di arah horizontal. Contoh dari

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
48

tumpuan rol di dunia permesinan adalah sliding contact bearing, dan rolling contact
bearing.

Gambar 2.52 Reaksi Tumpuan Roll


Sumber : Civil Portal

2. Tumpuan Sendi
Tumpuan Sendi adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical
dan juga gaya-gaya di arah horizontal tetapi momen di bebaskan. Contoh dari
tumpuan sendi di dunia permesinan adalah deep groove ball bearing, dan bearing
axial.

Gambar 2.53 Reaksi Tumpuan Sendi


Sumber : Civil Portal

3. Tumpuan Jepit
Tumpuan Jepit adalah tumpuan yang menahan gaya-gaya di arah vertical
maupun horizontal dan juga menahan momen. Tumpuan jenis ini banyak
diaplikasikan di konstuksi bangunan dan jembatan. Contoh dari tumpuan ini adalah
sambungan las, sambungan paku keeling atau bolt dan nut.

Gambar 2.54 Reaksi Tumpuan Jepit


Sumber : Civil Portal
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
49

2.4.3 Menghitung Diagram Gaya Geser Dan Momen Lentur Pada Poros

Gambar 2.55 Sketsa Poros X

Gambar 2.56 Permodelan Poros X

Gambar 2.57 Diagram Benda Bebas Poros X

1. Menghitung Reaksi Tumpuan


∑ 𝑀|𝐴 = 0
1 2
(2𝑃 × 𝐿) − (𝑅𝐵 × 𝐿) + (𝑃 × 𝐿) = 0
3 3
2 1
(𝑅𝐵 × 𝐿) = (2𝑃 × 𝐿) + (𝑃 × 𝐿)
3 3
2 5
(𝑅𝐵 × 𝐿) = 𝑃𝐿
3 3
5
𝑅𝐵 = 𝑃
2

∑𝐹 = 0
𝑅𝑨 − 2𝑃 + 𝑅𝐵 − 𝑃 = 0
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
50

5
𝑅𝑨 = 2𝑃 − 𝑃 + 𝑃
2
1
𝑅𝑨 = 𝑃
2
2. Peramaan Gaya Geser dan Momen Bending tiap Potongan
1
a. Potongan I (0 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)

Gambar 2.58 Diagram Benda Bebas Potongan I

∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) = 0
1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥)

𝑥=0→𝑀=0
1 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 4 𝑃𝐿
1 2
b. Potongan II (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 3 𝐿)

Gambar 2.59 Diagram Benda Bebas Potongan II

∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
1 1 1
𝑉𝑥 − 2 𝑃 + 2𝑃 = 0 𝑀𝑥 − 2 𝑃(𝑥) + 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿) = 0
1 1 1
𝑉𝑥 = 2 𝑃 − 2𝑃 𝑀𝑥 = 2 𝑃(𝑥) − 2𝑃(𝑥 − 3 𝐿)
3 1 1
𝑉𝑥 = − 2 𝑃 𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = 4 𝑃𝐿

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
51

2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿
2
c. Potongan III (3 𝐿 ≤ 𝑋 ≤ 𝐿)

Gambar 2.60 Diagram Benda Bebas Potongan II

∑𝐹 = 0 ∑ 𝑀|𝑥 = 0
𝑉𝑥 − 𝑃 = 0 𝑀𝑥 + 𝑃(𝐿 − 𝑥) = 0
𝑉𝑥 = 𝑃 𝑀𝑥 = −𝑃(𝐿 − 𝑥)
2 1
𝑥 = 3 𝐿 → 𝑀 = − 3 𝑃𝐿

𝑥=𝐿→𝑀=0
3. Diagram Gaya Geser dan Momen Bending

Gambar 2.61 Diagram Gaya Geser Poros X

Gambar 2.62 Diagram Momen Bending Poros X


TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
52

2.4.4 Konsentrasi Tegangan dan Factor Of Safety


1. Konsentrasi Tegangan
Analisis perancangan poros harus mempertimbangkan konsentrasi tegangan.
Tetapi satu masalah muncul karena nilai perancangan sebenarnya dari faktor
konsentrasi tegangan, Kt, tidak diketahui pada saat awal proses perancangan .
Sebagian besar nilai ini bergantung pada diameter poros dan pada geometri filet dan
alur, dan inilah tujuan dari perancangan poros.
Masalah ini dapat anda atasi dengan membuat sekumpulan nilai rancangan
awal untuk faktor konsentrasi tegangan umum, yang dapat digunakan untuk
menghasilkan perkiraan awal diameter minimum poros. Setelah memilih ukuran,
anda dapat menganalisis geometri akhir dengan nilai awal yang memungkinkan
dengan menilai tingkat kelayakan dari perancangan tersebut.
Nilai rancangan awal Kt ditinjau dari jenis-jenis diskontinuitas geometri yang
paling sering ditemukan dalam poros yang mentransmisikan daya, yaitu: alur pasak,
filet bahu poros, dan alur cincin penahan.
a. Alur Pasak
Alur pasak adalah irisan alur memanjang pada poros untuk menempatkan
pasak, yang memungkinkan pemindahan torsi dari poros ke elemen yang
mentransmisikan daya, atau sebaliknya. Menurut buku “Machine Element in
Mechanical Design” oleh Robert L.Mott. Dua jenis alur pasak yang paling sering
digunakan adalah jenis profil dan jenis luncuran. Kt = 2.0 (Profil) ; Kt = 1.6
(luncuran).

a b

Gambar 2.63 (a) Alur Pasak Profil dan Alur Pasak Luncuran (b) Contoh Fillet Tajam dan
Fillet Bulat Halus
Sumber : Robert L. Mott, PE (2004, p.506)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
53

b. Fillet Bahu
Bila akan ada perubahan diameter pada poros untuk membuat bahu sebagai
pembatas dudukan sebuah elemen mesin, maka konsentrasi tegangan yang
diberikan bergantung pada rasio dari kedua diameter tersebut dan jari fillet yang
dibuat. Disarankan agar jari-jari fillet sebesar mungkin, tujuannya untuk
memperkecil konsentrasi tegangan, tetapi kadang-kadang rancangan roda gigi,
bantalan, atau elemen lain memengaruhi jari-jari yang dapat digunakan.
Untuk tujuan perancangan, kita mengelompokkan fillet kedalam dua
kategori: tajam (Kt = 2,5) dan bulat halus (Kt = 1,5).
c. Alur Cincin Penahan
Cincin penahan digunakan dalam berbagai jenis usaha penempatan dalam
aplikasi poros. Cincin dipasang dalam alur poros setelah elemen mapan pada
tempatnya. Geometri alur ditentukan oleh pabrikan cincin. Biasanya
konfigurasinya adalah alur dangkal dengan sisi-sisi dinding dan dasar yang lurus
dan jari-jari filet yang kecil pada dasar dipasang berdekatan. Jadi, faktor
konsentrasi tegangan pada alur adalah cukup tinggi. Sebagai perancangan awal,
kita akan menggunakan Kt= 3,0 untuk tegangan lengkung pada alur cincin
penahan dengan menganggap jari-jari filet agak tajam.

Gambar 2.64 Alur Cincin Penahan


Sumber : Alibaba.com

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
54

1. Factor of Safety
Ketidakpastian model berdasarkan desain yang dibuat mungkin terjadi.
Ketidakpastian yang perlu dipertimbangakn adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan sifat material, ketika dilakukan perlakuan panas, tidak semua
material meleleh sama persis di tungku yang berbeda dan beberapa material
mungkin memiliki inklusi. Besarnya kekuatan material yang diberikan pada
tabel berupa nilai rata-rata kadang tidak sama dengan nilai pabrikan.
2. Pengaruh ukuran dalam kekutan material, di tabel properties mencantumkan
nilai kekuatan material pada ukuran ½ inch. Namun, material yang
ukurannya lebih besar umumnya dapat terdeformasi pada tekanan yang lebih
kecil. Jadi terkadang nilai kekuatan suatu material bisa berbeda untuk ukuran
material yang berbeda meskipun terbuat dari bahan yang sama.
3. Jenis pembebanan, untuk pembebanan statik biasa masih mudah untuk
diidentifikasi (dihitung), sedangkan untuk pembebanan impact dan
pembebanan fatigue masih sulit untuk dihitung nilainnya.
4. Efek proses permesinan atau pembentukan, menghasilkan konsentrasi
tegangan dan tegangan sisa.
5. Efek perlakuan panas pada sifat fisik material, perlakuan panas dapat
menyebabkan tegangan sisa dan keretakan. Ini menyebabkan, kekuatan yield
mungkin berbeda dari desain perhitungan yang telah dibuat.
6. Efek penggunaaan dan lama penggunaan (umur) elemen mesin, gesekan
konstan tanpa pelumasan yang tepat dapat mengurangi umur kerja mesin.
7. Efek waktu dan lingkungan selama pengoperasian mesin, ketika mesin
beroperasi di daerah radioaktif atau dalam atmosfer korosif tentu harus
sangat berhati-hati apalagi ketika suatu material dapat mulur (pada kondisi
pembebanan dalam temperatur tinggi untuk waktu yang lama),
memperisapkan segala kemungknan yang terjadi. Pengoperasian pada suhu
rendah juga harus dipertimbangkan.
8. Syarat ketahanan, mesin tertentu mungkin memiliki ketahanan (umur) tak
terbatas, namun tidak sepenuhnya dapat dibiarkan begitu saja, perlu adanya
perbaikan dan pengecekan berkala.
9. Memperhatikan keseluruhan keselamatan SDM (pekerja), semua desain
perlu mempertimbangkan keselamatan operator dan orang lain yang
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
55

mungkin dekat atau bersentuhan dengan peragkat mesin. Mungkin saja,


pembebaan berlebih menyebabkan kerusakan dan melukai pekerja.
Dari ketidakpastian desain, teknisi mengajukan faktor keamanan (factor of
safety). Contohnya, membagi nilai tegangan yield dengan tegangan yang diberikan.
Untuk material yang ulet dianggap tegangan ultimate dan tegangan yield nilainya
sama.
𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝑁𝑢(𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛) =
𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑟 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝑁𝑦(𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛) =
𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑟 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
Jika mesin atau komponen mekanik sudah terukur (dimesnsinya diketahui), nilai
factor of safety dihitung dengan
𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝑁𝑢(𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙) =
𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝑁𝑦(𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙) =
𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
Untuk jenis nonlinier, sepertikomon atau batang yang mengalami kegagalan
karena pembebanan tekuk, nilai tegangan yield dan ultimate tidakbisa digunakan.
Maka beban kegagalan aktuak yang digunakan sebagai dasar perhitungan factor of
safety adalah sebagai berikut
𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑙𝑜𝑎𝑑
𝑁(𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙) =
𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑙𝑜𝑎𝑑

2.4.5 Kegagalan Perencanaan pada Poros


Berikut adalah kegagalan yang dapat terjadi pada poros :
a. Poros mengalami bending
Poros mengalami bending terjadi ketika sudah tidak dalam keadaan lurus, atau
sudah terjadi penyimpangan. Lendutan pada poros mengakibatkan tidak mengigitnya
gigi pada transmisi, serta ada gaya yang hilang tersebar, dan adanya getaran pada
poros.
 Penyebab
Mengalami momen bending yang begitu besar dan material dari poros
memiliki keuletan yang tinggi

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
56

 Solusi
Material poros dibuat dari material yang tingkat keuletannya lebih rendah dan
mengurangi momen bending pada poros.
b. Poros terpuntir
Poros terpuntir mengakibatkan hilangnya kekuatan dari poros tersebut sehingga
tidak dapat mentransmisikan daya dengan baik.
 Penyebab
Transmisi daya yang tidak seimbang antara, seperti beratnya beban puntir
dibandingkan tenaga puntir dan dimensi poros, apabila dibiarkan terus-menerus,
poros bisa terpuntir. Bisa juga karena material dari poros memiliki tingkat keuletan
yang tinggi.
 Solusi
Membuat material yang kuat, namun mengurangi keuletannya, serta dimensi
poros yang diperbesar, dan penyeimbangan pembebanan puntir pada poros.

2.4.6 Preosedur Perancangan Poros

1. Menghitung Torsi pada Poros

6300 (𝑃)
T=
𝑛

2. Menghitung Nilai Gaya pada Poros Akibat Gear

𝑇
𝑊𝑇 =
𝐷/2

3. Menentukan Gaya-gaya yang Bekerja pada Poros


4. Menggambar Diagram Bidang Geser dan Diagram Bidang Momen
Untuk menghitung momen maksimal menggunakan rumus:

𝑀𝑚𝑎𝑥 = √M 2 maxY + M 2 max 𝑋

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
57

5. Menghitung Diameter Poros

Tabel 4.11
Material designation AISI numbe

Sumber: Robert L. Mott, PE (2004,p.876)

2.5 Bearing
Bantalan (Bearing) merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan penting kerena fungsi dari bantalan yaitu menumpu sebuah poros agar poros
dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bantalan harus cukup kuat
untuk memungkinkan poros dan elemen mesin yang lainnya berfungsi dengan baik.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
58

2.5.1 Macam-macam Bearing


1. Jenis-jenis bantalan luncur
i. Bantalan luncur aksial
Bantalan ini menghantarkan poros engkol menerima gaya akasial yaitu
terutama pada saat terjadi melepas / menghubungkan pelat saat mobil berjalan
konstruksi bearing ini juga terbagi menjadi dua dan dipasang pada poros jurnal
bagian tengah pulley.

Gambar 2.65 Bantalan luncur aksial


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983, p.129)

ii. Bantalan khusus


Yaitu kombinasi antara bantalan luncur radial dan aksial.

Gambar 2.66 Bantalan khusus


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983, p.129)

iii. Bantalan gelinding (Roller Bearing)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
59

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan
yang diam melalui elemen gelinding seperti bola roll. Jenis-Jenis Bantalan
Gelinding:
a. Bantalan bola radial alur dalam baris tunggal
Berdasarkan konstruksinya, jenis ini ideal untuk beban radial. Bearing ini
biasanya dipasangkan dengan bearing lain, baik itu dipasang secara pararel
maupun bertolak belakang, sehingga mampu juga untuk menahan beban aksial.

Gambar 2.67 Bantalan bola radial alur dalam baris tunggal


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983,p.129)

b. Bantalan alur dalam baris ganda


Jenis ini mempunyai dua baris bola, masing-masing baris mempunyai alur
sendiri-sendiri pada cincin bagian dalamnya. Pada umumnya terdapat alur
bola pada cincin luarnya. Cincin bagian dalamnya mampu bergerak sendiri
untuk menyesuaikan posisinya. Inilah kelebihan dari jenis ini, yaitu dapat
mengatasi masalah poros yang kurang sebaris.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
60

Gambar 2.68 Bantalan alur dalam baris ganda


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983, p.129)

c. Bantalan rol silinder ganda


Bearing ini mempunyai dua baris elemen roller yang pada umumnya
mempunyai alur berbentuk silinder. Jenis ini memiliki kapasitas beban radial
yang besar sehingga ideal untuk menahan beban kejut.

Gambar 2.69 Bantalan rol silinder ganda


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983,p.129)

d. Bantalan rol silinder baris tunggal


Jenis ini mempunyai dua alur pada satu cincin yang biasanya terpisah.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
61

Gambar 2.70 Bantalan rol sillinder baris tunggal


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983, p.129)

e. Bantalan bola aksial satu arah


Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan beban aksial dalam satu
arah saja. Elemennya dapat dipisahkan sehingga mudah melakukan pemasangan.
Beban aksial minimum yang dapat ditahan tergantung dari kecepatannya. Jenis
ini sangat sensitif terhadap ketidaksebarisan (misalignment) poros terhadap
rumahnya.

Gambar 2.71 Bantalan bola aksial satu arah


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983,p.129)

f. Bantalan bola aksial ganda


Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan beban aksial dalam satu
arah saja. Elemenya dapat dipisahkan sehingga mudah melakukan
pemasangan. Beban aksial minimum yang dapat ditahan tergantung dari
kecepatannya. Jenis ini sangat sensitif terhadap ketidaksebarisan
(misalignment) poros terhadap rumahnya.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
62

Gambar 2.72 Bantalan bola aksial ganda


Sumber : Suga Kiyukatsu (1983, p.129)

3. Berdasarkan arah beban terhadap poros


a. Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu oleh bantalan adalan tegak lurus dengan sumbu
poros.

Gambar 2.73 Bantalan radial


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p.984)
b. Bantalan aksial
Arah beban yang ditumpu oleh bantalan ini adalah sejajar dengan sumbu poros.

Gambar 2.74 Bantalan aksial


Sumber : Khurmi, R.S (2005, p. 984)

2.5.2 Kegagalan Perancangan Bearing


Kegagalan yang terjadi pada bantalan adalah sebagai berikut :
a. Keausan

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
63

Keausan pada bantalan mengakibatkan menurunnya fungsi bantalan dan adanya


energi yang terbuang akibat aus
 Penyebab
- Adanya kotoran yang masuk kedalam bantalan
 Solusi
- Memberikan pelumasan yang tepat
- Mengganti pelindung bantalan yang lebih bagus
b. Pitting
Pitting pada bantalan Cara mengatasinya adalah dengan memberikan pelumasan
yang tepat pada bearing tersebut.
 Penyebab
- Adanya konsentrasi tegangan pada cekungan
 Solusi
- Memberikan pelumasan yang teratur secara periodik
c. Breakdown/ pecah/ patah
Breakdown terjadi saat bagian-bagian dari bantalan mulai terpisah dari
kesatuannya, sehingga sudah tidak dapat digunakan lagi
 Penyebab
- Ada beban terpusat yang menyebabkan terbentuknya alur pada roller.
 Solusi
- Mengganti bearing dengan ukuran yang lebih besar.
- Mengurangi pembebanan pada bearing.

2.5.3 Prosedur Perancangan Bearing


Perancangan bearing terdiri dari banyak aspek yang dipertimbangkan. Perihal yang
biasa paling sering dipertimbangkan yakni diantara lain bearing diperuntukan pada poros
yang seperti apa, waktu pemakaian dari bearing, , lalu gaya apa saja yang bekerja pada
poros tersebut sehingga mempengaruhi beban minimal yang harus ditahan oleh bearing itu
sendiri. Menurut buku “Machine Elements in Mechanical Design” oleh Robert L.Mott,
berikut berupa langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam merencanakan bearing :

1. Menentukan beban apa yang sekiranya akan diterima pada bearing oleh poros
2. Menentukan umur rancangan yang dianjurkan pada bearing pada tabel berikut

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
64

Tabel 2.10 Recommended Design Life for


Bearings Sumber: Mott (2004,p.612)

3. Menentukan umur rancangan yang diberikan pada bearing


4. Menentukan tingkat beban dinamis dasar pada bearing
Ld = (h)(rpm)(60 min/h)
5. Menentukan bearing yang sesuai dengan perancangan pada tabel berikut

Tabel 2.11 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type


ball bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
65

2.6 Key (Pasak)


Pasak adalah bagian dari mesin yang berfungsi untuk penahan/pengikat benda yang
berputar. Pasak digunakan untuk menyambung poros dan roda gigi, roda pulley, sprocket,
cam, lever, impeller dan sebagainya. Dengan pasak inilah akan diperoleh sambungan
yang kuat dan fleksibel sehingga mudah untuk disapang dan dilepas. Karena distribusi
tegangan secara aktual untuk sambungan pasak ini tidak dapat diketahui secara
lengkap maka dalam perhitungan tegangan disarankan menggunakan faktor keamanan
sebagai berikut :
1. Untuk beban torsi yang konstan (torque steady) >> N = 1.5
2. Untuk beban yang mengalami kejut rendah >> N = 2.5
3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak-balik >> N = 4.5

2.6.1 Macam – macam pasak


1. Pasak datar segi empat (Standart square key)
Tipe pasak ini adalah suatu tipe yang umumnya mempunyai dimensi lebar dan
tinggi yang sama, yang kira-kira sama dengan 0,25 dari diameter poros.

Gambar 2.75 Pasak datar segi empat


Sumber : Spott, M. F. (1991, p.161)

2. Pasak datar standar (St andart flat key)


Pasak ini adalah jenis pasak yang sama dengan pasak datar segi empat, hanya
disini tinggi pasak tidak sama dengan lebar pasak, tetapi tingginya mempunyai dimensi
yang tersendiri.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
66

Gambar 2.76 Pasak datar standar


Sumber : Spott, M. F. (1991, p.161)

3. Pasak tirus (Tepered key)


Pasak jenis ini pemakainya tergantung dari kontak gesekan antara hub dengan
porosnya untuk mentransmisikan torsi. Artinya torsi yang medium level dan pasak ini
terkunci pada tempatnya secara radial dan aksial diantara hub dan porosnya oleh gaya
dari luar yang harus menekan pasak tersebut kearah aksial dari poros.

Gambar 2.77 Pasak tirus


Sumber : Spott, M. F. (1991, p.161)

4. Pasak bidang lingkaran (Wood ruff key)


Pasak ini adalah salah satu pasak yang dibatasi oleh satu bidang datar pada bagian
atas dan bidang bawah merupakan busur lingkaran hampir berupa setengah lingkaran.

Gambar 2.78 Pasak Bidang Lingkaran


Sumber : Spott, M. F. (1991, p.161)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
67

5. Pasak bintang (Splines)


Pasak yang dibuat menyatu dengan poros yang cocok dalam keyways
menyinggung di hub. Poros tersebut dikenal sebagai poros splined. Poros ini
biasanya memiliki empat, enam, sepuluh atau enam belas splines. Poros splined
relatif lebih kuat dari poros memiliki alur pasak tunggal. Pasak splines juga
dibedakan menjadi pasak bintang lurus dan pasak bintang involute.

Gambar 2.79 Pasak bintang


Sumber : Spott, M. F. (1991, p.161)
Adapun berbagai macam pasak, namun yang dibahas adalah pasak standar
(Standart flat key). Pemasangan pasak pada poros maupun roda yang disambungkan
dan dibuat alur pasak yang disesuaikan dengan ukuran pasak.

2.6.2 Kegagalan Perencanaan Pasak


Kegagalan yang dapat terjadi pada pasak adalah :
a. Patah geser
Patah geser pada pasak adalah patah yang berawal dari tegangan geser.
Apabila pasak sudah patah, hal ini dapat menyebabkan roda gigi slip terhadap
poros, sehingga daya yang ditransmisikan menjadi berkurang
- Penyebab
- Karena tegangan geser yang bekerja di pasak melebihi tegangan geser yang
diijinkan
- Solusi
- Mengganti material pasak dengan yang lebih kuat
- Memberikan fillet pada pasak tersebut

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
68

2.7.3 Prosedur Perancangan Pasak


Dalam perancangan pasak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni diameter
poros dan torsi yang akan diterima oleh pasak yang diakibatkan oleh elemen mesin
tertentu. Menurut buku “Machine Elements in Mechanical Design” oleh Robert L.Mott,
berikut berupa langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam merencanakan pasak :

1. Menentukan ukuran pasak

Tabel 2.12 Key Shaft VS. Shaft Diameter


Sumber: Mott (2004,p.495)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
69

2. Menentukan material untuk pasak pada table

Tabel 2.13 Design Properties of Carbon and Alloy


Steels Sumber: Mott (2004,p.878)

3. Menghitung Panjang Pasak

a. Menghitung Besar Gaya Gesar (Fs)

Fs = 2T/Dporos1
b. Menghitung Tegangan Geser

τ = F/As
τ = 2T/D(W.L)
τd = 0,5Sy/N
c. Menghitung Panjang Pasak Minimum

L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T /
[(0,5Sy/N).D.W]
L =4T.N(D.W.Sy)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
70

BAB III
METODE PERENCANAAN

3.1 Metode Perancangan


Pada perancangan komponen mesin, ada beberapa cara dalam perencanaanya. Sering
timbul masalah dalam perencanaan yang biasanya terjadi karena berbagai sebab, tetapi
dengan prosedur utama dalam pemecahan masalah perencanaan tersebut dapat diatasi
dengan cara sebagai berikut :
1. Recognition of Need
Pertama buat pernyataan keseluruhan dari masalah yang menjelaskan kebutuhan,
atau yang menjelaskan kenapa suatu mesin direncanakan.
2. Synthesis (mechanisms)
Memilih mekanisme yang mungkin atau keseluruhan mekanisme yang akan
menghasilkan gerakan yang diinginkan.
3. Analysis of forces
Menentukan gaya yang bekerja pada tiap elemen dan daya yang ditransmisikan
oleh tiap elemen.
4. Material selection
Memilih material yang paling cocok untuk tiap elemen.
5. Design of elements (size and stress)
Menentukan ukuran dari tiap elemen berdasarkan gaya yang bekerja dan tegangan
ijin dari material yang digunakan. Harus diperhatikan bahwa tiap elemen tidak
mengalami defleksi atau deformasi melebihi batas yang diijinkan.
6. Modification
Memodifikasi ukuran dari tiap elemen untuk menyesuaikan dengan standar yang
ada. Dan juga untuk mengurangi biaya produksi.
7. Detailed drawing
Menggambar tiap elemen secara detail dan gambar assembly dari mesin dengan
spesifikasi keseluruhan untuk proses manufaktur.
8. Production
Komponen sesuai dengan gambar yang telah dibuat diproduksi.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
71

3.2 Spesifikasi Transmisi


Conveyor yang di desain memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1. Besar putaran motor yang digunakan sebesar 1420 rpm
2. Besar daya 2,3 HP.
Jenis transmisi yang digunakan pada desain conveyor yaitu pulley and belt dan spur
gear.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
72

3.3 Langkah – langkah Perancangan


3.3.1 Pulley and Belt

Mulai

Daya Motor = 2,3 HP


Putaran motor (n1) =1420 rpm
Putaran pulley (n2) = 946 rpm

Menentukan design power Tabel V-belt service factors, Ko

Memilih tipe sabuk Grafik pemilihan V-belt

nP
Menghitung nilai nominal speed VR =
ratio nG

π. D. n
Menghitung driving sheave size 𝑉𝑏 =
60

D2 = D1 x 2
Menghitung ukuran output sheave

Menentukan nilai rated power Grafik Power rating :


3v Belts

Menghitung panjang sabuk yang L= 2C + 1,57(D2-


dibutuhkan (𝐷2−𝐷1)2
D1)+
4𝐶

Tabel Power rating : 3V belts


Memilih panjang sabuk dan
menghitung jarak pusat pulley aktual 𝐵 = 4𝐿 − 6,28(𝐷2 + 𝐷1)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
73

Menentukan angle of wrap untuk 𝜃


sabuk pada pulley kecil 𝐷2 − 𝐷1
= 180° − 2 sin−1 ൤ ൨
2𝐶

Menentukan faktor koreksi Grafik angle of wrap correction factor

Menentukan corrected power setiap sabuk


Corrected Power = Cθ. CL. P
dan jumlah sabuk
Jumlah sabuk =p.desain /
correctedpower

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
74

3.3.2 Perancangan Spur Gear

Mulai

Daya Motor = 2,3HP


Putaran pinion (nP) = 946 rpm
Putaran gear (nG) = 315 rpm

Menentukan over load factor (Ko) Tabel Overload factors, Ko

Grafik Design power transmitted vs.


Menentukan jumlah gigi pinion pinion speed for spur gears with
different pitches and diameters

Menghitung nilai nominal velocity nP


VR =
ratio nG

Menghitung perkiraan jumlah gigi NG = Np (VR)


pada gear

NG
Menghitung rasio kecepatan aktual VR =
NP

Menghitung kecepatan outputaktual nG = np (Np/NG)

DP = NP/Pd ; DG = NG/Pd
Menghitung diameter pitch, jarak
C = (NG + NP)/(2.Pd)
antar pusat, pitch line speed dan
beban vt= π. DP. nP/12

Wt = 33000 . P/vt

Menentukan Koefisien elastis (CP)


Tabel Koefisien elastisitas Cp

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
75

Menentukan angka kualitas dan Tabel Recommended AGMA quality


faktor dinamis numberGrafik Dynamic factor, Kv

Menentukan faktor geometri gear Grafik bending geometry factor, J dan


Grafik pitting geometry factor, I
dan pinion

Grafik pinion proportion factor, Cpf,


Menentukan load distribution factor, Km dan Grafik mesh alignment factor,Cma
Km = 1,00 + Cpf + Cma

Menentukan size factor, Ks Tabel size factor

Menentukan rim thickness factor, Kb Grafik rim thickness factor KB

Menentukan service factor (SF) SF = 1,00 ~1,50

Menentukan hardness ratio factor,CH

Menentukan reability factor,KR Tabel reabilty factor, KR

NCP = 60 . L . nP . q
Menentukan umur desain roda gigi
NCG = 60 . L . nG . q

Wt Pd
StP = (Ko Ks Km KB Kv )
Menghitung perkiraan bending FJP
stress pada pinion dan gear JP
StG =StP ( )
JG

KR (SF)
SatP >StP
YNP
Mengatur bending stress
KR (SF)
SatG >StG
YNG
C

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
76

Menghitung perkiraan Wt Ko Ks Km Kv
Sc =CP √
contact stress F.DP .I

KR (SF)
SacP > ScP
ZNP
Mengatur contact stress
KR (SF)
SacG > ScG
𝑍NG

Menentukan material untuk Tabel Allowable stress numbers for


pinion dan gear case-hardened steel gear materials

Memperoleh ukuran:
 Pinion dan gear
 Jarak antar pusat
pinion dan gear
 Material pinion
dan gear

Selesai

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
77

3.3.3 Perancangan Poros

Mulai

 Diameter Gear dan


pinion
 P (Hp)
 n pada poros (rpm)

Menghitung torsi pada poros 63000 . P


T=
n

Menghitung gaya pada poros secara


horizontal

Menghitung gaya pada poros secara


vertikal

Mencari nilai Mma× dan Tma×

Menentukan bahan material poros

1/3
Menghitung diameter poros 16 𝑥 𝑆𝑓 𝑥 𝑘
𝐷𝑚𝑖𝑛 = ⟦ 𝑥 ( 𝑀 + √𝑀2 + 𝑇 2 )⟧
𝜋 𝑥 𝑆0

Mendapat nilai
diameter poros

Tidak Apakah nilai geometri


sudah sesuai?

Ya
Selesai

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
78

3.3.4 Perencanaan Bearing

Mulai

 Diameter poros (in)


 n poros (rpm)
Dporos 2
Menentukan umur bearing, nilai Tabel Appro×imate
L10 Relibility Factors

Hitung Ld dan basic dynamic load Ld = L10 . n . 60min/h


rating

Menentukan bearing number yang


Tabel Data Pemilihan
tertera pada tabel bantalan single row
deep groove on rodal
Data spesifikasi type ball bearing
dan desain
bearing

Tidak
Apakah nilai
geometri sudah
sesuai ?

Ya

Selesai

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
79

3.3.5 Perancanaan Pasak

Mulai

 D poros
 T poros

Tabel Ukuran Pasak v


Menentukan dimensi standar pasak Diameter Poros

Menentukan material pasak Tabel Desain Properties of


Carbon and Alloys Steels

Menentukan panjang pasak 4TN


L=
minimum DWSy
Data spesifikasi dan
desain pasak

Tidak Apakah nilai


geometri sudah
sesuai ?

Ya
Selesai

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
80

BAB IV

PERHITUNGAN DAN DESAIN

4.1 Perhitungan dan Desain Pulley dan Belt

4.1.1 Perhitungan Pulley dan Belt

1. Input Data
- Daya motor listrik (P) = 2,3 hp
- Putaran motor listrik = 1420 rpm
- Putaran pulley output yang diharapkan = 946 rpm
2. Menghitung Design Power

Tabel 4.1 V-belt Service Factors


Sumber: Mott (2004,p.274)

Pertimbangan: dipilih tipe motor High torque dengan lama pemakaian 16 jam/hari.
Design Power = Service Factor x Power Input
Design Power = (1,2)(2,3 hp) = 2,76 hp

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
81

3. Memilih Tipe Sabuk

Gambar 4.1 Selection Chain for Narrow-Section Industrial V-Belts


Sumber: Mott (2004,p.274)

Pertimbangan: berdasarkan grafik di atas direkomendasikan 3VX belt untuk power


input 2,3 hp dan putaran input 1420 rpm.
4. Menghitung Nominal Speed Ratio
𝑛1 1420
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑉𝑅) = = = 1,5
𝑛2 960
5. Menghitung Driving Sheave Size
Pertimbangan: kecepatan belt berkisar antara 1000 – ft/min. Pada rancangan ini
dipilih kecepatannya sebesar 2500 ft/min.
𝜋. 𝐷1 . 𝑛1
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑙𝑡 = 𝑉𝑏 = ((𝑓𝑡/𝑚𝑖𝑛))
12
12. 𝑉𝑏
𝐷1 =
𝜋. 𝑛1
12(2500)
𝐷1 =
3,14(1420)
𝐷1 = 6,73 𝑖n

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
82

6. Memilih Ukuran Pulley Sesuai Standar Belt 3VX

Tabel 4.2 Pekiraan Ukuran Pulley untuk Sabuk 3VX dengan VR 3


Sumber: Mott (2004,p.279)

Standard driving Approximate driven Nearest standard Actual output


sheave size, D1 sheave size (VR. D1) driven sheave, D2 speed (rpm)
2,6 3,9 4,95
2,75 4,125 4,95 788,8889
2,95 4,425 4,95 846,2626
3,1 4,65 4,95 889,2929
3,3 4,95 4,95 946,6667
3,6 5,4 5,95 859,1597
4,07 6,105 6,45 896,031
4,45 6,675 6,85 922,4818
4,7 7,05 7,95 839,4969
4,95 7,425 7,95 884,1509
5,25 7,875 7,95 937,7358
5,55 8,325 13,95 564,9462
5,95 8,925 13,95 605,6631
6,45 9,675 13,95 656,5591
6,85 10,275 13,95 697,276
7,95 11,925 18,95 595,7256
10,55 15,825 24,95 600,4409
13,95 20,925 33,45 592,1973
18,95 28,425 33,45 804,4544
24,95 37,425 33,45 1059,163
33,45 50,175 33,45 1420

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
83

7. Menentukan Nilai Power Rating

Gambar 4.2 Power Rating: 3V


Sumber: Mott (2004,p.275)

Berdasarkan gambar di atas untuk D1 = 3,3 in; n1 = 937,73 rpm, maka dengan
melihat garis putus-putus diperoleh actual rated power = 2,7 hp.
8. Memperkirakan Jarak Antar Pusat Pulley
D2 < C < 3 (D2 + D1)
4,95 < C < 3 (3,3 + 4,95)
4,95 < C < 24,75
Jadi jarak antar pusat pulley yang bisa diterima antara 4,95 inchi sampai dengan
24,75 inchi. Menurut rancangan, ukuran C = 14 inchi.
9. Menghitung Panjang Sabuk
(𝐷2 − 𝐷1 )2
𝐿 = 2𝐶 + 1,57(𝐷2 + 𝐷1 ) +
4𝐶
(24.75 − 4,95)2
𝐿 = 2(14) + 1,57(24,75 + 4.95) +
4(14)
𝐿 = 81,629 ≈ 82 𝑖𝑛

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
84

10. Memilih Panjang Sabuk Standar dan Menghitung Jarak Antar Pusat Pulley Aktual

Tabel 4.3 Standard Belth Lengths for 3V, 5V, and 8V belts (in)
Sumber: Mott (2004,p.277)

Berdasarkan tabel di atas, dipilih panjang sabuk yang mendekati panjang sabuk
dibutuhkan, yakni 85 in. Kemudian dikalkulasikan ulang jarak aktual antar pusat
pulley.
𝐵 = 4𝐿 − 6,28(𝐷2 + 𝐷1 ) = 4(85) − 6,28 (24,55 + 4,95) = 163,484
163,484 + √160,4842 − 32(24,75 − 4,95)2
𝐶=
16
𝐶 = 17,66 ≈ 17,6 𝑖𝑛
11. Menghitung Angle of Wrap untuk Sabuk pada Pulley
𝐷2 − 𝐷1
𝜃1 = 180° − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2𝐶
7,95 − 5,25
𝜃1 = 180° − 2𝑠𝑖𝑛−1 [ ]
2(17,6)
𝜃1 = 171°

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
85

12. Menentukan Faktor Koreksi Sudut dan Panjang Belt

Gambar 4.3 Angle of Wrap Correction Factor, Cϴ


Sumber: Mott (2004,p.277)

Untuk ϴ = 171°; maka Cϴ = 98,2 % (Interpolasi)

Gambar 4.4 Belt Length Correction Factor, CL


Sumber: Mott (2004,p.277)

Untuk L = 82 in; maka CL = 102,56% (Interpolasi)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
86

13. Menghitung Corrected Power untuk Setiap Sabuk (Satu) dan Jumlah Sabuk yang
Dibutuhkan
Corrected Power = Cϴ. CL.P = (0,982)(1,0256)(2,7) = 2,719 hp ≈ 2,7 hp.
Jumlah sabuk = Design Power / Corrected Power = 2,76 / 2,7 = 1 sabuk.

4.1.2 Desain Pulley dan Belt

(Terlampir)

4.2 Perhitungan dan Desain Spur Gear


4.2.1 Perhitungan Spur Gear I
25. Input Data
- Daya motor (P) = 2,3 hp
- Putaran pinion (np) = 946 rpm
- Putaran gear (ng) yang diharapkan = 315 rpm
26. Menentukan Overload Factor (Ko) dan Trial Value untuk Diametral Pitch (Pd)

Tabel 4.4 Suggested Overload Factors, Ko


Sumber: Mott (2004,p.389)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 1.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input
Design Power = (1,00) x (2,3 hp) = 2,3 hp

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
87

Gambar 4.5 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)

Dengan nilai design power sebesar 2,3 hp dan kecepatan pinion sebesar 946 rpm,
maka berdasarkan grafik di atas diperoleh nilai Pd = 16 dan Dp = 1,5 in.
27. Menentukan Jumlah Gigi Pinion
Pd = NP/Dp
NP = Pd.Dp
NP = (16)(1,5)
NP = 24
28. Menentukan Nilai Nominal Velocity Ratio (VR)
VR = nP/nG
VR = 946/315

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
88

VR =3
29. Menghitung Perkiraan Jumlah Gigi (Ng) pada Gear
NG = NP.VR
NG = (24)(3)
NG = 72,07 ≈ 72
30. Menghitung Rasio Kecepatan Aktual
VRA = NG / NP
VRA = 72 / 24
VRA =3
31. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = nP / VRA
nG = (946) / (3)
nG = 315 rpm
32. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd = 24/16 = 1,5 in
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd = 72/16 = 4,5 in
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd) = (24+72)/(2.16) = 3 in
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12 = [(3.14)(1,5)(946)]/12 = 371,305 ≈ 371 ft/min
- Addendum
a = 1/Pd = 1/16 = 0,0625 in
- Dedendum
b = 1,25/Pd = 1,25/16 = 0,078 in
- Transmitted Load
Wl = 33000.P/vl = 33000(2,3)/371 =204,582 ≈ 205 lb
33. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd = 8/16 = 0,5 in
Batas atas : 16/Pd = 16/16 = 1 in
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
89

Nilai yang diambil adalah 15/Pd = 0,95 in

34. Menentukan Material untuk Pinion dan Gear

Tabel 4.5 Elastic Coefficient, Cp


Sumber: Mott (2004,p.400)

Dalam rancangan ini digunakan jenis material yang sama baik untuk pinion
maupun gear, yakni steel dengan modulus elastisitas (Cp) sebesar 2300 lb/in2.
35. Menentukan Angka Kualitas dan Faktor Dinamis
- Quality Number

Tabel 4.6 Recommended AGMA Quality Number


Sumber: Mott (2004,p.378)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
90

Berdasarkan tabel di atas, kualitas mesin conveyor memiliki quality number Qv = 8.


- dynamic Factor

Gambar 4.6 Dynamic Factor, Kv


Sumber: Mott (2004,p.393)

Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai pitch line velocity = 371 ft/min dan Qv = 8
diperoleh nilai Kv = 1,16.
36. Menentukan Susunan Gigi
- Bending Geometry Factor (Pinion and Gear)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
91

-
Gambar 4.7 Geometry Factor, J
Sumber: Mott (2004,p.356)
Desain pasangan roda gigi pada perancangan ini menggunakan roga gigi full depth
teeth 20° sehingga nilai JP (jumlah gigi 24) = 0,35 dan nilai JG (jumlah gigi 81 ) =
0,41.
- Pitting Geometry Factor

Gambar 4.8 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)

Gear Ratio = NG / NP > 1.0


Gear Ratio = 72 / 24 = 3
Berdasarkan grafik di atas, dengan gear ratio = 3 diperolah I = 0,126

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
92

37. Menentukan Load Distribution Factor, Km


- Menentukan Pinion Proportion Factor, Cpf

Gambar 4.9 Pinion Proportion Factor, Cpf


Sumber: Mott (2004,p.391)
Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai F = 0,95 in (perhitungan no. 9), F/Dp =
0,95/1,5 = 0,63 diperoleh nilai Cpf =0,01.
- Menentukan Mesh Alignment Factor, Cma

Gambar 4.10 Mesh Alignment Factor, Cma


Sumber: Mott (2004,p.391)

Pertimbangan: pada desain ini dipilih tipe perlakuan roga gigi yang digunakan
adalah commercial enclosed gear units dengan nilai F = 0,95 in sehingga nilai Cma
= 0,16. Kemudian dihitung load distribution factor
Km = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,01 + 0,16

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
93

Km = 1,17
38. Menentukan Size Factor

Tabel 4.7 Suggested Size Factors, Ks


Sumber: Mott (2004,p.389)

Berdasarkan tabel di atas, dengan nilai Pd = 16 diperoleh nilai Ks = 1,00

39. Menentukan Rim Thickness Factor, KB

Gambar 4.11 Rim Thickness Factor, KB


Sumber: Mott (2004,p.392)

Pertimbangan: pada awal perhitungan roda gigi diasumsikan berbentuk solid


sehingga KB = 1,0.

40. Menentukan Nilai Service Factor (SF)


Pertimbangan: nilai SF yang digunakan dalam perancangan adalah 1,50.
41. Menentukan Hardness Ratio Factor, CH
Pertimbangan: CH diasumsikan sama dengan 1,0.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
94

42. Menentukan Reliability Factor, KR

Tabel 4.8 Reliability Factor, KR


Sumber: Mott (2004,p.396)

Berdasarkan tabel di atas, diambil nilai KR = 1.00 atau satu kegagalan dalam 100.
43. Menentukan Umur Desain Roda Gigi
Pertimbangan: umur dari mesin conveyor ini dirancang sampai 29200 jam
ncP = (60)(29200)(946) = 1,65 x 109 siklus
ncG = (60)(29200)(315) = 5,51 x 108 siklus

Gambar 4.12 Stress Cycle Factor, YN


Sumber: Mott (2004,p.395)

Berdasarkan grafik pada halaman sebelumnya, diperoleh nilai pendekatan YNP =


0,95 dan YNG = 0,97

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
95

Gambar 4.13 Pitting Resistance Stress Cycle Factor, ZN


Sumber: Mott (2004,p.395)

Berdasarkan grafik di atas, diperoleh nilai ZNP = 0,89 dan ZNG = 0,91
44. Menghitung Perkiraan Bending Stress pada Pinion dan Gear
- Pinion
𝑊𝑙 𝑃𝑑 204,852 . 12
𝑆𝑡𝑃 = (𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝐵 𝐾𝑣 ) = (1.1.1,17.1.1,16) = 10020,76 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐽𝑃 0,95.0,35
- Gear
𝐽𝑃 0,435
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( ) = 10020,76 ( ) = 8554,311𝑝𝑠𝑖
𝐽𝐺 0,41
45. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,5
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃 = 10020,76 16157,74 𝑝𝑠𝑖 ≈ 16 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝑃 0,91
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺 = 8554,311 = 13797,28 𝑝𝑠𝑖 ≈ 13 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝐺 0,41
46. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.

𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣 204,582 . 1.1.1,17.1,16
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √ = 2300√ = 5012,932 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐷𝑝 𝐼 0,95 .12.0,140

47. Mengatur Contact Stress


- Pinion

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
96

𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝 = 5012,932 = 5350,883 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5,35 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝑃 0,89

- Gear

𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺 = 5012,932 = 5233,81 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5,23 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻 0,91.1

48. Memilih Material untuk Gear dan Pinion

Tabel 4.9 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)

Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
112 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 39 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang di flame or induction-hardened
menghasilkan angka kekerasan sebesar 50 HRC dan mampu menahan bending stress
hingga 45 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 170 (Grade 1).

4.2.2 Desain Spur Gear I

(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
97

4.2.2 Perhitungan Spur Gear II


1. Input Data
- Daya motor (P) = 2,3 hp
- Putaran pinion (np) = 315 rpm
- Putaran gear (ng) yang diharapkan = 157,5 rpm
2. Menentukan Overload Factor (Ko) dan Trial Value untuk Diametral Pitch (Pd)

Tabel 4.10 Suggested Overload Factors, Ko


Sumber: Mott (2004,p.389)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 2.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input
Design Power = (1,00) x (2,3 hp) = 2,3 hp

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
98

Gambar 4.14 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)

Dengan nilai design power sebesar 2,3 hp dan kecepatan pinion sebesar 315 rpm,
maka berdasarkan grafik di atas diperoleh nilai Pd = 12 dan Dp = 2 in.
3. Menentukan Jumlah Gigi Pinion
Pd = NP/Dp
NP = Pd.Dp
NP = (12)(2)
NP = 24
4. Menentukan Nilai Nominal Velocity Ratio (VR)
VR = nP/nG
VR = 315/157,5
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
99

VR =2
5. Menghitung Perkiraan Jumlah Gigi (Ng) pada Gear
NG = NP.VR
NG = (24)(2)
NG = 48
6. Menghitung Rasio Kecepatan Aktual
VRA = N G / NP
VRA = 48 / 24
VRA =2
7. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = nP / VRA
nG = (315) / (2)
nG = 157,5 rpm
8. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd = 24/12 = 2 in
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd = 48/12 = 4 in
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd) = (24+48)/(2.12) = 3 in
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12 = [(3.14)(2)(315)]/12 = 164,85 ≈ 165 ft/min
- Addendum
a = 1/Pd = 1/12 = 0,0833 in
- Dedendum
b = 1,25/Pd = 1,25/12 = 0,104 in
- Transmitted Load
Wl = 33000.P/vl = 33000(2,3)/164,85 =460,418 ≈ 460 lb
9. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd = 8/12 = 0,667 in
Batas atas : 16/Pd = 16/12 =1,33 in

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
100

Nilai yang diambil adalah 15/Pd = 15/12 = 1,2 in

10. Menentukan Material untuk Pinion dan Gear

Tabel 4.11 Elastic Coefficient, Cp


Sumber: Mott (2004,p.400)

Dalam rancangan ini digunakan jenis material yang sama baik untuk pinion
maupun gear, yakni steel dengan modulus elastisitas (Cp) sebesar 2300 lb/in2.
11. Menentukan Angka Kualitas dan Faktor Dinamis
- Quality Number

Tabel 4.12 Recommended AGMA Quality Number


Sumber: Mott (2004,p.378)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
101

Berdasarkan tabel di atas, kualitas mesin conveyor memiliki quality number Qv = 8.


- Dynamic Factor

Gambar 4.15 Dynamic Factor, Kv


Sumber: Mott (2004,p.393)

Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai pitch line velocity = 164,85 ft/min dan Qv =
8 diperoleh nilai Kv = 1,08.
12. Menentukan Susunan Gigi
- Bending Geometry Factor (Pinion and Gear)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
102

Gambar 4.16 Geometry Factor, J


Sumber: Mott (2004,p.387)
Desain pasangan roda gigi pada perancangan ini menggunakan roga gigi full depth
teeth 20° sehingga nilai JP (jumlah gigi 24) = 0,35 dan nilai JG (jumlah gigi 81 ) =
0,41.
- Pitting Geometry Factor

Gambar 4.17 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)

Gear Ratio = NG / NP > 1.0


Gear Ratio = 48 / 24 = 2

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
103

Berdasarkan grafik di atas, dengan gear ratio = 2 diperolah I = 1.114


13. Menentukan Load Distribution Factor, Km
- Menentukan Pinion Proportion Factor, Cpf

Gambar 4.18 Pinion Proportion Factor, Cpf


Sumber: Mott (2004,p.391)
Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai F = 1,2 in (perhitungan no. 9), F/Dp = 1,2/2
= 0,6 diperoleh nilai Cpf =0,04.
- Menentukan Mesh Alignment Factor, Cma

Gambar 4.19 Mesh Alignment Factor, Cma


Sumber: Mott (2004,p.391)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
104

Pertimbangan: pada desain ini dipilih tipe perlakuan roga gigi yang digunakan
adalah commercial enclosed gear units dengan nilai F = 1,2 in sehingga nilai Cma =
0,15. Kemudian dihitung load distribution factor
Km = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,116+ 0,15
Km = 1,266

14. Menentukan Size Factor

Tabel 4.13 Suggested Size Factors, Ks


Sumber: Mott (2004,p.389)

Berdasarkan tabel di atas, dengan nilai Pd = 12 diperoleh nilai Ks = 1,00


15. Menentukan Rim Thickness Factor, KB

Gambar 4.20 Rim Thickness Factor, KB


Sumber: Mott (2004,p.392)

Pertimbangan: pada awal perhitungan roda gigi diasumsikan berbentuk solid


sehingga KB = 1,0.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
105

16. Menentukan Nilai Service Factor (SF)


Pertimbangan: nilai SF yang digunakan dalam perancangan adalah 1,50.
17. Menentukan Hardness Ratio Factor, CH
Pertimbangan: CH diasumsikan sama dengan 1,0.
18. Menentukan Reliability Factor, KR

Tabel 4.14 Reliability Factor, KR


Sumber: Mott (2004,p.396)

Berdasarkan tabel di atas, diambil nilai KR = 1.00 atau satu kegagalan dalam 100.
19. Menentukan Umur Desain Roda Gigi
Pertimbangan: umur dari mesin conveyor ini dirancang sampai 29200 jam
ncP = (60)( 29200)(315) = 5,51 x 108 siklus
ncG = (60)( 29200)(157,5) = 2,75 x 108 siklus

Gambar 4.21 Stress Cycle Factor, YN


Sumber: Mott (2004,p.395)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
106

Berdasarkan grafik pada halaman sebelumnya, diperoleh nilai pendekatan YNP =


0,97 dan YNG = 0,95.

Gambar 4.22 Pitting Resistance Stress Cycle Factor, ZN


Sumber: Mott (2004,p.395)

Berdasarkan grafik di atas, diperoleh nilai ZNP = 0,91 dan ZNG = 0,93
20. Menghitung Perkiraan Bending Stress pada Pinion dan Gear
- Pinion
𝑊𝑙 𝑃𝑑 406,18 . 2
𝑆𝑡𝑃 = (𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝐵 𝐾𝑣 ) = (1.1.1,266.1.1,08) = 15867,48 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐽𝑃 1,2.0,35
- Gear
𝐽𝑃 0,43
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( ) = 15867,48 ( ) = 13545,41 𝑝𝑠𝑖
𝐽𝐺 0,41
21. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,2
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃 = 15867,48 = 24537,34 𝑝𝑠𝑖 ≈ 24,5 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝑃 0,97
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,2
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺 = 13545,41 = 21387,59 𝑝𝑠𝑖 ≈ 21,3 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝐺 0,95
22. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.

𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣 406,18.1.1.1,266.1,08
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √ = 2300√ = 4639,244 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐷𝑝 𝐼 1,2.2.1,114

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
107

23. Mengatur Contact Stress


- Pinion

𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,20
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝 = 4639,244 = 6118,244 𝑝𝑠𝑖 ≈ 6 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝑃 0,91

- Gear

𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,20
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺 = 4639,244 = 5986,669 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻 0,93

24. Memilih Material untuk Gear dan Pinion

Tabel 4.15 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)

Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
115 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 27 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang di flame or induction-hardened
menghasilkan angka kekerasan sebesar 50 HRC dan mampu menahan bending stress
hingga 45 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 170 (Grade 1).

4.2.4 Desain Spur Gear II

(Terlampir)
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
108

4.2.3 Perhitungan Spur Gear III


25. Input Data
- Daya motor (P) = 2,3 hp
- Putaran pinion (np) = 157,5 rpm
- Putaran gear (ng) yang diharapkan = 60 rpm
26. Menentukan Overload Factor (Ko) dan Trial Value untuk Diametral Pitch (Pd)

Tabel 4.10 Suggested Overload Factors, Ko


Sumber: Mott (2004,p.389)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai overload factor 2.00, maka power design-
nya adalah:
Design Power = Overload Factor x Power Input
Design Power = (1,00) x (2,3 hp) = 2,3 hp

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
109

Gambar 4.14 Design Power Transmitted VS. Pinion Speed for Spur Gears with Different
Pitches and Diameters
Sumber: Mott (2004,p.409)

Dengan nilai design power sebesar 2,3 hp dan kecepatan pinion sebesar 157,5 rpm,
maka berdasarkan grafik di atas diperoleh nilai Pd = 10 dan Dp = 2,4 in.
27. Menentukan Jumlah Gigi Pinion
Pd = NP/Dp
NP = Pd.Dp
NP = (10)(2,4)
NP = 24
28. Menentukan Nilai Nominal Velocity Ratio (VR)
VR = nP/nG
VR = 157,5/60

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
110

VR = 2,625
29. Menghitung Perkiraan Jumlah Gigi (Ng) pada Gear
NG = NP.VR
NG = (24)(2,625)
NG = 63
30. Menghitung Rasio Kecepatan Aktual
VRA = NG / NP
VRA = 63 / 2
VRA = 2,625
31. Menghitung Kecepatan Output Aktual
nG = nP / VRA
nG = (157,5) / (2,625)
nG = 60 rpm
32. Menghitung Diameter Pitch, Jarak Antar Pusat, Pitch Line Speed, Addendum,
Dedendum, dan Beban
- Pitch Diameter Pinion
DP = NP/Pd = 24/10 = 2,4 in
- Pitch Diameter Gear
DG = NG/Pd = 63/10 = 6,3 in
- Center Distance
C = (NP + NG)/(2Pd) = (24+63)/(2.10) = 4,35 in
- Pitch Line Speed
vl = π.DP.nP/12 = [(3.14)(2,4)(157,5)]/12 = 98,91 ≈ 99 ft/min
- Addendum
a = 1/Pd = 1/10 = 0,1 in
- Dedendum
b = 1,25/Pd = 1,25/10 = 0,125 in
- Transmitted Loa
- d
Wl = 33000.P/vl = 33000(2,3)/98,91 =767,363 ≈ 767 lb
33. Menentukan Face Width Pinion dan Gear
8/Pd < F < 16/Pd
Batas bawah : 8/Pd = 8/10 = 0,8 in
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
111

Batas atas : 16/Pd = 16/10 = 1,6 in


Nilai yang diambil adalah 12/Pd = 15/10 = 1,5 in

34. Menentukan Material untuk Pinion dan Gear

Tabel 4.11 Elastic Coefficient, Cp


Sumber: Mott (2004,p.400)

Dalam rancangan ini digunakan jenis material yang sama baik untuk pinion
maupun gear, yakni steel dengan modulus elastisitas (Cp) sebesar 2300 lb/in2.
35. Menentukan Angka Kualitas dan Faktor Dinamis
- Quality Number

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
112

Tabel 4.12 Recommended AGMA Quality Number


Sumber: Mott (2004,p.378)

Berdasarkan tabel di atas, kualitas mesin conveyor memiliki quality number Qv = 8.


- Dynamic Factor

Gambar 4.15 Dynamic Factor, Kv


Sumber: Mott (2004,p.393)

Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai pitch line velocity = 98,91 ft/min dan Qv =
8 diperoleh nilai Kv = 1,01.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
113

36. Menentukan Susunan Gigi


- Bending Geometry Factor (Pinion and Gear)

Gambar 4.16 Geometry Factor, J


Sumber: Mott (2004,p.387)
Desain pasangan roda gigi pada perancangan ini menggunakan roga gigi full depth
teeth 20° sehingga nilai JP (jumlah gigi 24) = 0,35 dan nilai JG (jumlah gigi 81 ) =
0,41.
- Pitting Geometry Factor

Gambar 4.17 External Spur Pinion Geometry Factor. I, for Standard Center Distances. All
Curves Area for the Lowest Point of Single-Tooth Contact on The Pinion.
Sumber: Mott (2004,p.402)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
114

Gear Ratio = NG / NP > 1.0


Gear Ratio = 63 / 24 = 2,625
Berdasarkan grafik di atas, dengan gear ratio = 3 diperolah I = 1.126
37. Menentukan Load Distribution Factor, Km
- Menentukan Pinion Proportion Factor, Cpf

Gambar 4.18 Pinion Proportion Factor, Cpf


Sumber: Mott (2004,p.391)
Berdasarkan grafik di atas, dengan nilai F = 1,2 in (perhitungan no. 9), F/Dp =
1,5/2,4 = 0,625 diperoleh nilai Cpf =0,04.
- Menentukan Mesh Alignment Factor, Cma

Gambar 4.19 Mesh Alignment Factor, Cma


Sumber: Mott (2004,p.391)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
115

Pertimbangan: pada desain ini dipilih tipe perlakuan roga gigi yang digunakan
adalah commercial enclosed gear units dengan nilai F = 1,2 in sehingga nilai Cma =
0,15. Kemudian dihitung load distribution factor
Km = 1,0 + Cpf + Cma = 1,0 + 0,04+ 0,15
Km = 1,29

38. Menentukan Size Factor

Tabel 4.13 Suggested Size Factors, Ks


Sumber: Mott (2004,p.389)

Berdasarkan tabel di atas, dengan nilai Pd = 10 diperoleh nilai Ks = 1,00


39. Menentukan Rim Thickness Factor, KB

Gambar 4.20 Rim Thickness Factor, KB


Sumber: Mott (2004,p.392)

Pertimbangan: pada awal perhitungan roda gigi diasumsikan berbentuk solid


sehingga KB = 1,0.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
116

40. Menentukan Nilai Service Factor (SF)


Pertimbangan: nilai SF yang digunakan dalam perancangan adalah 1,50.
41. Menentukan Hardness Ratio Factor, CH
Pertimbangan: CH diasumsikan sama dengan 1,0.
42. Menentukan Reliability Factor, KR

Tabel 4.14 Reliability Factor, KR


Sumber: Mott (2004,p.396)

Berdasarkan tabel di atas, diambil nilai KR = 1.00 atau satu kegagalan dalam 100.
43. Menentukan Umur Desain Roda Gigi
Pertimbangan: umur dari mesin conveyor ini dirancang sampai 10000 jam
ncP = (60)(29600)(157,5) = 2,79 x 108 siklus
ncG = (60)(29600)(60) = 1,065 x 108 siklus

Gambar 4.21 Stress Cycle Factor, YN


Sumber: Mott (2004,p.395)
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
117

Berdasarkan grafik pada halaman sebelumnya, diperoleh nilai pendekatan YNP =


0,97 dan YNG = 0,99.

Gambar 4.22 Pitting Resistance Stress Cycle Factor, ZN


Sumber: Mott (2004,p.395)

Berdasarkan grafik di atas, diperoleh nilai ZNP = 0,91 dan ZNG = 0,96
44. Menghitung Perkiraan Bending Stress pada Pinion dan Gear
- Pinion
𝑊𝑙 𝑃𝑑 767,363.2,4
𝑆𝑡𝑃 = (𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝐵 𝐾𝑣 ) = (1.1.1,29.1.1,01) = 4570,502 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐽𝑃 1,5 . 0,35
- Gear
𝐽𝑃 0,35
𝑆𝑡𝐺 = 𝑆𝑡𝑃 ( ) = 5713,127 ( ) = 3901,648 𝑝𝑠𝑖
𝐽𝐺 0,41
45. Menghitung Bending Stress Agar Sesuai
- Pinion
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑡𝑃 > 𝑆𝑡𝑃 = 4570,502 7067,786 𝑝𝑠𝑖 ≈ 7,06 𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝑃 0,97
- Gear
𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑡𝐺 > 𝑆𝑡𝐺 = 3901,648 = 5911,588 𝑝𝑠𝑖 ≈ 5,91𝑘𝑠𝑖
𝑌𝑁𝐺 0,99
46. Menghitung Perkiraan Contact Stress
Pada perhitungan ini, nilainya berlaku untuk pinion dan gear.

𝑊𝑙 𝐾𝑜 𝐾𝑠 𝐾𝑚 𝐾𝑣 767,363.1.1.1,29.1,01
𝑆𝑐 = 𝐶𝑝 √ = 2300√ = 4050,967 𝑝𝑠𝑖
𝐹𝐷𝑝 𝐼 1,5.2,4. .1,126

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
118

47. Mengatur Contact Stress


- Pinion

𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝑃 > 𝑆𝑐𝑝 = 4050,967 = 6677,419 𝑝𝑠𝑖 ≈ 6,6𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝑃 0,91

- Gear

𝐾𝑅 𝑆𝐹 1.1,50
𝑆𝑎𝑐𝐺 > 𝑆𝑐𝐺 = 4050,967 = 6329,636 𝑝𝑠𝑖 ≈ 6,3 𝑘𝑠𝑖
𝑍𝑁𝐺 𝐶𝐻 0,96

48. Memilih Material untuk Gear dan Pinion

Tabel 4.15 Allowable Stress Numbers for Case-Hardened Steel Gear Materials
Sumber: Mott (2004,p.381)

Pertimbangan: dengan mengambil nilai tertinggi contact stress, yakni pada gear sebesar
115 ksi dan nilai tertinggi bending stress, yakni pada pinion sebesar 27 ksi maka material
yang dipilih pada perancangan ini adalah steel yang di flame or induction-hardened
menghasilkan angka kekerasan sebesar 50 HRC dan mampu menahan bending stress
hingga 45 ksi (Grade 1) dan contact stress hingga 170 (Grade 1).

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
119

4.3 Perhitungan dan Desain Poros

4.3.1 Perhitungan Poros II

1. Input Data

- Dpulley = 4,95 in
- Dpinion = 1,5in
- npulley2 = 946 rpm
- ngear = 946 rpm
- P aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 2
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
946
𝑇 = 153,1712 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
3. Menghitung Gaya Lentur pada Poros 2 Akibat Pulley 2
𝑇
𝐹𝑁 =
𝐷⁄
2

153,1712
𝐹𝑁 =
4,95⁄
2

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
120

𝐹𝑁 = 61,887𝑙𝑏

𝐹𝐵 = 1,5 𝐹𝑁

𝐹𝐵 = 1,5 𝑥 61,887 𝑙𝑏

𝐹𝐵 = 92,831 𝑙𝑏

4. Menghitung Gaya pada Poros 2 Akibat Pinion


𝑇
𝑊𝑇 =
𝐷⁄
2
153,1712
𝑊𝑇 =
1,5⁄
2
𝑊𝑇 = 204,228 𝑙𝑏

𝑊𝑅 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅 = 204,228 tan 20
𝑊𝑅 = 456,89 𝑙𝑏
5. Menentukan Gaya-gaya yang Bekerja pada Poros 2
- Sumbu Radial

∑𝑀𝐴 = 0
𝐹𝐵 (5) + 𝑊𝑅 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
92,831(5) + 456,89 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 365,88 𝑙𝑏

∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝐹𝐵 − 𝑊𝑅 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 92,831 − 456,89 + 365,88 = 0
𝑅𝐴 = 183,85 𝑙𝑏

- Sumbu Tangensial

∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
204,23 (15) − 𝑅𝐶 (20) = 0

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
121

𝑅𝐷 = 153,17 𝑙𝑏

∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 204,23 + 153,17 = 0
𝑅𝐴 = 51,057 𝑙𝑏

6. Menentukan momen pada setiap potongannya


a. Momen Radial
I. Potongan pertama

0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 183,85 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 919,23 lb.in

II. Potongan kedua

5 ≤ 𝑥 ≤15
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
122

∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝐹𝑏
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝐹𝑏 = 91,019 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝐹𝑏(𝑥 − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 919,23 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 1829,4 lb.in

III. Potongan ketiga

15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝐹𝑏 + 𝑊𝑟
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝐹𝑏 − 𝑊𝑟 = −365,871 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝐹𝑏(𝑥 − 5) + 𝑊𝑟(𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝐹𝑏(𝑥 − 5) − 𝑊𝑟(𝑥 − 15)
Untuk x = 15 maka Mx = 1829,4 lb.in

IV. Potongan keempat

15 < 𝑥 ≤ 20

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
123

∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 365,88 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in

b. Momen tangensial
I. Potongan pertama

0 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 51,057 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 15 maka Mx = 765,86 lb.in

II. Potongan kedua

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
124

15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑡
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑡 = −153,17 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑡(𝑥 − 5)
Untuk x = 15 maka Mx = 765,86 lb.in

III. Potongan ketiga

15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 153,17 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in

7. Menggambar Diagram Bidang Geser dan Diagram Bidang Momen


- Diagram Benda Bebas

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
125

- Diagram Bidang Geser

- Diagram Bidang Momen

2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋

𝑀𝑚𝑎𝑥 = √1829,42 + 765,862


𝑀𝑚𝑎𝑥 = 1983,2 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

8. Menghitung Diameter Poros 2


- Momen max. = 1983,2 lb.in
- T pulley = 153,171 lb.in
- Material poros yang dipilih dalam perancangan ini adalah AISI 4140 OQT 400
dengan Sy = 251 ksi (251000 psi) dan Sn = 290 ksi (290000 psi).

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
126

Gambar 4.23 Keyseats


Sumber: Mott (2004,p.541)
Poros profil ini memiliki nilai kandungan Cs = 0,8, Cr = 0,81, N = 2, dan Kt = 2.
Kekuatan leleh aktual:
Sn’ = Sn . Cs . Cr
Sn’ = (290000)(0,8)(0,81)
Sn’ = 187920 psi

- Diameter poros (Dp)

1/3
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 2 3 (𝑇) 2
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)

1/3
2 2
(32)(2) (2)(1983,2)
2 3 (153,1712)
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)

𝐷𝑃 = 0,75 𝑖𝑛

4.3.2 Desain Poros II

(Terlampir)

4.3.3 Perhitungan Poros III

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
127

1. Input Data

- DGear = 4,5 in
- Dpinion = 2 in
- nGear = 315 rpm
- npinion = 315 rpm
- P aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 3
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
315
𝑇 = 460 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
3. Menghitung Gaya pada Poros 3 Akibat Gear
𝑇
𝑊𝑇1 =
𝐷⁄
2
460
𝑊𝑇1 =
4,5⁄
2
𝑊𝑇1 = 204,44 𝑙𝑏

𝑊𝑅1 = 𝑊𝑇 tan 𝛼

𝑊𝑅1 = 204,44 tan 20

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
128

𝑊𝑅1 = 457,375 𝑙𝑏

4. Menghitung Gaya pada Poros 3 Akibat Pinion


𝑇
𝑊𝑇2 =
𝐷⁄
2
460
𝑊𝑇2 =
2⁄
2
𝑊𝑇2 = 460 𝑙𝑏

𝑊𝑅2 = 𝑊𝑇 tan 𝛼

𝑊𝑅2 = 460 tan 20

𝑊𝑅2 = 1029,09 𝑙𝑏

5. Menentukan Gaya-gaya yang Bekerja pada Poros 3


- Sumbu Tangensial

∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇1 (5) + 𝑊𝑇2 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
204,44(5) + 460 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
𝑅𝐷 = 396,11 𝑙𝑏

∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇1 − 𝑊𝑇2 + 𝑅𝑑 = 0
𝑅𝐴 − 204,44 − 460 + 396,11 = 0
𝑅𝐴 = 268,33 𝑙𝑏

- Sumbu radial

∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑅1 (5) + 𝑊𝑅2 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
457,375 (5) + 1029,09 (15) − 𝑅𝑑 (20) = 0
𝑅𝑑 = 886,16 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑅1 − 𝑊𝑅2 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 457,375 − 1029,09 + 886,16 = 0
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
129

𝑅𝐴 = 600,30 𝑙𝑏

6. Menentukan momen pada setiap potongannya


a. Momen Radial
I. Potongan pertama

0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 600,30 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 3001,52 lb.in

II. Potongan kedua

5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑅1 = 395,86 𝑙𝑏

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
130

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 + Wr1(x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 3001,52 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 4430,82 lb.in

III. Potongan ketiga

15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1 + 𝑊𝑅2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑟1 − 𝑊𝑟2 =, −886,16 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) + 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) − 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)
Untuk x = 15 maka Mx = 4430,82 lb.in

IV. Potongan keempat

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
131

15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 886,16 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in

b. Momen Tangensial
I. Potongan pertama

0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 268,33 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 1341,67 lb.in
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
132

II. Potongan kedua

5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 = 63,89 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑇1 (𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 + +𝑊𝑇1 (x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 1341,67 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 1980,56 lb.in

III. Potongan ketiga

15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1 + 𝑊𝑇2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 + 𝑊𝑇2 = −396,11 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑡1(𝑥 − 5) + 𝑊𝑡2(𝑥 − 15)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
133

𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑡1(𝑥 − 5) − 𝑊𝑡2(𝑥 − 15)


Untuk x = 15 maka Mx = 1980,56 lb.in

IV. Potongan keempat

15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 396,111 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in

7. Menggambar Diagram Bidang Geser dan Diagram Bidang Momen


- Diagram Benda Bebas

- Diagram Bidang Geser

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
134

- Diagram Bidang Momen

2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋

𝑀𝑚𝑎𝑥 = √1980,562 + 4430,8222

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 5351,76 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

8. Menghitung Diameter Poros 2


- Momen max. = 5351,76 lb.in
- T Gear = 460 lb.in
- Material poros yang dipilih dalam perancangan ini adalah AISI 4140 OQT 400
dengan Sy = 251 ksi (251000 psi) dan Sn = 290 ksi (290000 psi).

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
135

Gambar 4.24 Keyseats


Sumber: Mott (2004,p.541)
Poros profil ini memiliki nilai kandungan Cs = 0,8, Cr = 0,81, N = 2, dan Kt = 2.
Kekuatan leleh aktual:
Sn’ = Sn . Cs . Cr
Sn’ = (290000)(0,8)(0,81)
Sn’ = 187920 psi

- Diameter poros (Dp)

1/3
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 2 3 (𝑇) 2
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)

1/3
2 2
(32)(2) (2)(5351,76)
2 3 (460)
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)

𝐷𝑃 = 1,05 𝑖𝑛

4.3.4 Desan Poros III


(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
136

4.3.5 Perhitungan Poros IV


1. Input Data

- DGear = 4 in
- Dpinion = 2,4 in
- nGear = 157,5 rpm
- npinion = 157,5 rpm
- P aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 4
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
157,5
𝑇 = 920 𝑙𝑏. 𝑖𝑛
3. Menghitung Gaya pada Poros 4 Akibat Gear
𝑇
𝑊𝑇1 =
𝐷⁄
2
920
𝑊𝑇1 =
4⁄
2
𝑊𝑇1 = 460 𝑙𝑏

𝑊𝑅1 = 𝑊𝑇 tan 𝛼

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
137

𝑊𝑅1 = 460 tan 20

𝑊𝑅1 = 1029,09 𝑙𝑏

4. Menghitung Gaya pada Poros 4 Akibat Pinion


𝑇
𝑊𝑇2 =
𝐷⁄
2
920
𝑊𝑇2 =
2,4⁄
2
𝑊𝑇2 = 766,67 𝑙𝑏

𝑊𝑅2 = 𝑊𝑇 tan 𝛼

𝑊𝑅2 = 766,67 tan 20

𝑊𝑅2 = 1715,16 𝑙𝑏

5. Menentukan Gaya-gaya yang Bekerja pada Poros 4


- Sumbu tangensial

∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇1 (5) + 𝑊𝑇2 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
460(5) + 766,67 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 690 𝑙𝑏

∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇1 − 𝑊𝑇2 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 460 − 766,67 + 690 = 0
𝑅𝐴 = 536,67 𝑙

- Sumbu radial

∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑅1 (5) + 𝑊𝑅2 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
1029,09 (5) + 1715,16 (15) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 1543,64 𝑙𝑏
∑𝐹 = 0

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
138

𝑅𝐴 − 𝑊𝑅1 − 𝑊𝑅2 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 1715,16 − 1029,09 + 1543,64 = 0
𝑅𝐴 = 1200,61 𝑙𝑏

6. Menentukan momen pada setiap potongannya


a. Momen Radial
I. Potongan pertama

0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 1543,64 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 6003,05 lb.in

II. Potongan kedua

5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
139

0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑅1 = 171,52 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑅1 (𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑅1 (x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 6003,05 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 7718,21 lb.in

III. Potongan ketiga

15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑅1 + 𝑊𝑅2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑅1 − 𝑊𝑅2 = −1543,64 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑅1 (𝑥 − 5) + 𝑊𝑅2 (𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑅1 (𝑥 − 5) − 𝑊𝑅2 (𝑥 − 15)
Untuk x = 15 maka Mx = 7718,21 lb.in
IV. Potongan keempat

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
140

15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 1543,64 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in

b. Momen Tangensial
I. Potongan pertama

0 ≤ 𝑥 ≤5
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 536,67𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 2683,33 lb.in

II. Potongan kedua

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
141

5 ≤ 𝑥 ≤15
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 = 766,67 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑇1 (𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑇1 (x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 2683,33 lb.in
Untuk x = 15 maka Mx = 3450 lb.in

III. Potongan ketiga

15 ≤ 𝑥 < 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑇1 + 𝑊𝑇2
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑇1 − 𝑊𝑇2 = −690 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) + 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 − 𝑊𝑟1(𝑥 − 5) − 𝑊𝑟2(𝑥 − 15)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
142

Untuk x = 15 maka Mx = 3450 lb.in

IV. Potongan keempat

15 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 690 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Un
tuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in

6. Menggambar Diagram Bidang Geser dan Diagram Bidang Momen


- Diagram Benda Bebas

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
143

- Diagram Bidang Geser

- Diagram Bidang Momen

2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋

𝑀𝑚𝑎𝑥 = √34502 + 7718,212

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 8454,18 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

7. Menghitung Diameter Poros 4


- Momen max. = 8454,18 lb.in
- T Gear = 920 lb.in
- Material poros yang dipilih dalam perancangan ini adalah AISI 4140 OQT 400
dengan Sy = 251 ksi (251000 psi) dan Sn = 290 ksi (290000 psi).

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
144

Gambar 4.24 Keyseats


Sumber: Mott (2004,p.541)
Poros profil ini memiliki nilai kandungan Cs = 0,8, Cr = 0,81, N = 2, dan Kt = 2.
Kekuatan leleh aktual:
Sn’ = Sn . Cs . Cr
Sn’ = (290000)(0,8)(0,81)
Sn’ = 187920 psi

- Diameter poros (Dp)

1/3
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 2 3 (𝑇) 2
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)

1/3
2 2
(32)(2) (2)(8454,18)
2 3 (920)
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)

𝐷𝑃 = 1,22 𝑖𝑛

4.3.6 Desain Poros IV

(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
145

4.3.7 Perhitungan Poros V

1. Input Data

- Dpinion = 6,3 in
- ngear = 60 rpm
- P Aktual = 2,3 hp
2. Menghitung Torsi pada Poros 5
63000 (𝑃)
𝑇=
𝑛
63000 (2,3)
𝑇=
60
𝑇 = 2415 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

3. Menghitung Nilai Gaya pada Poros 4 Akibat Gear


𝑇
𝑊𝑇 =
𝐷⁄
2
2415
𝑊𝑇 =
6,3⁄
2
𝑊𝑇 = 766,67 𝑙𝑏

𝑊𝑅 = 𝑊𝑇 tan 𝛼
𝑊𝑅 = 766,67 tan 20
𝑊𝑅 = 1715,16 𝑙𝑏

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
146

4. Menentukan Gaya-gaya yang Bekerja pada Poros 5


- Sumbu tangensial

∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑇 (5) − 𝑅𝐷 (20) = 0
766,67 (5) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 191,67 𝑙𝑏

∑𝐹 = 0
𝑅𝐴 − 𝑊𝑇 + 𝑅𝐷 = 0
𝑅𝐴 − 766,67 + 191,67 = 0
𝑅𝐴 = 575 𝑙𝑏

- Sumbu radial

∑𝑀𝐴 = 0
𝑊𝑅 (5) − 𝑅𝐷 (15) = 0
1715,17(5) − 𝑅𝐷 (20) = 0
𝑅𝐷 = 428,79 𝑙𝑏

∑𝐹 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 𝑊𝑅 + 𝑅𝐷𝑥 = 0
𝑅𝐴𝑥 − 1715,16 + 428,79 = 0
𝑅𝐴𝑥 = 1286,37 𝑙𝑏

5. Menentukan momen pada setiap potongannya


a. Momen Radial
I. Potongan pertama

0 ≤ 𝑥 ≤5

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
147

∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 = 575𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
0 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥
Untuk x = 0 maka Mx = 0
Untuk x = 5 maka Mx = 2875 lb.in

II. Potongan kedua

5 ≤ 𝑥 ≤20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑎 + 𝑊𝑟1
𝑉𝑥 = 𝑅𝑎 − 𝑊𝑟1 = −1140,16 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑎. 𝑥 + 𝑊𝑟1(𝑥 − 5)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑎. 𝑥 + Wr1(x − 5)
Untuk x = 5 maka Mx = 2875 lb.in

III. Potongan keempat

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
148

5 < 𝑥 ≤ 20
∑𝐹 = 0
0 = 𝑉𝑥 − 𝑅𝑑
𝑉𝑥 = 𝑅𝑑 = 191,667 𝑙𝑏

∑𝑀 = 0
∑𝑀 = 𝑀𝑥 − 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
𝑀𝑥 = 𝑅𝑑(20 − 𝑥)
Untuk x = 20 maka Mx = 0 lb.in

5. Menggambar Diagram Bidang Geser dan Diagram Bidang Momen


- Diagram Benda Bebas

- Diagram Bidang Geser

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
149

- Diagram Bidang Momen

2 2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = √𝑀𝑚𝑎𝑥𝑌 + 𝑀𝑚𝑎𝑥𝑋

𝑀𝑚𝑎𝑥 = √28752 + 6431,842


𝑀𝑚𝑎𝑥 = 7045,15 𝑙𝑏. 𝑖𝑛

6. Menghitung Diameter Poros 5


- Momen max. = 7045,15 lb.in
- T Gear = 2415 lb.in
- Material poros yang dipilih dalam perancangan ini adalah AISI 4140 OQT 400
dengan Sy = 251 ksi (251000 psi) dan Sn = 290 ksi (290000 psi).

Gambar 4.25 Keyseats


Sumber: Mott (2004,p.541)
Poros profil ini memiliki nilai kandungan Cs = 0,8, Cr = 0,81, N = 2, dan Kt = 1.
Kekuatan leleh aktual:

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
150

Sn’ = Sn . Cs . Cr
Sn’ = (290000)(0,8)(0,81)
Sn’ = 187920 psi

- Diameter poros (Dp)

1/3
2 2
32 𝑥 𝑁 2 𝐾𝑡 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 3 (𝑇)
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
𝜋 𝑆𝑛′ 4 (𝑆𝑦)

1/3
(32)(2) 2 (1)(7045,15) 2 3 (2415) 2
𝐷𝑃 = [ √൤ ൨ + ൤ ൨ ]
3,14 (187920) 4 (251000)

𝐷𝑃 = 1 𝑖𝑛

4.3.8 Desain Poros V

(Terlampir)

4.4 Perhitungan dan Desain Bearing

4.4.1 Perhitungan Bearing I

1. Menentukan Nilai h (Umur Desain)

Tabel 4.16 Recommended Design Life for Bearings

Sumber: Mott (2004,p.612)


Pertimbangan: dalam perancangan ini umur bantalan dibatasi pada 29600 jam.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
151

2. Menentukan Ld dan Basic Dynamic Load Rating (c)


Ld = (h)(rpm)(60 min/h)
Ld = (25000)(1500)(60)
Ld = 22,5 x 108 putaran
1
Ld 3
𝐶 = 𝑊𝑅 ( 6 )
10
1
22,5 x 108 3
𝐶 = 29,37 ( )
106
𝐶 = 384,75 𝑙𝑏

3. Menentukan Tipe Bearing

Tabel 4.17 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
152

Pertimbangan: berdasarkan hasil perhitungan diameter poros 1, yakni 1 in dipilih


bantalan series 6200 (single row, deep-groove, Conrad-type ball bearings) nomor 6207
dengan ketentuan d = 1,3780 in; D = 2,8346 in; B = 0,6693 in; r = 0,039 in, preffered
shoulder diameter: shaft = 1,614 in; housing = 2,559 in, bearing weight = 0,64 lb; basic
static load rating = 3150 lb; basic dynamic load rating = 4450 lb.

4.4.2 Desain Bearing I

(Terlampir)

4.4.3 Perhitungan Bearing II

1. Menentukan Nilai h (Umur Desain)

Tabel 4.18 Recommended Design Life for Bearings


Sumber: Mott (2004,p.612)

Pertimbangan: dalam perancangan ini umur bantalan dibatasi pada 29600jam.

2. Menentukan Ld dan Basic Dynamic Load Rating (c)


Ld = (h)(rpm)(60 min/h)
Ld = (26900)(946 )(60)
Ld =1,53 x 108 putaran
1
Ld 3
𝐶 = 𝑊𝑅 ( 6 )
10
1
1,53 x 108 3
𝐶 = 456,8916432 ( )
106
𝐶 = 2403,04214 lb

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
153

3. Menentukan Tipe Bearing


Tabel 4.18 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)

Pertimbangan: berdasarkan hasil perhitungan diameter poros 1, yakni 1,3 in dipilih


bantalan series 6200 (single row, deep-groove, Conrad-type ball bearings) nomor 6207
dengan ketentuan d = 1,8504 in; D = 2,8346 in; B = 0,66693 in; r = 0,039 in, preffered
shoulder diameter: shaft = 1,614 in; housing = 2,559 in, bearing weight = 0,64 lb; basic
static load rating = 3150 lb; basic dynamic load rating = 4450 lb.

4.4.4 Desain Bearing II

(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
154

4.4.5 Perhitungan Bearing III

1. Menentukan Nilai h (Umur Desain)

Tabel 4.20

Sumber: Mott (2004,p.612)

Pertimbangan: dalam perancangan ini umur bantalan dibatasi pada 26900 jam.

2. Menentukan Ld dan Basic Dynamic Load Rating (c)


Ld = (h)(rpm)(60 min/h)
Ld = (26900)(315)(60)
Ld = 5,08x 108 putaran
1
Ld 3
𝐶 = 𝑊𝑅 ( 6 )
10
1
5,08 x 108 3
𝐶 = 1029,094 ( )
106
𝐶 = 8042,481779 𝑙𝑏

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
155

3. Menentukan Tipe Bearing

Tabel 4.21 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)

Pertimbangan: berdasarkan hasil perhitungan diameter poros 1, yakni 1,6 in dipilih


bantalan series 6200 (single row, deep-groove, Conrad-type ball bearings) nomor 6209
dengan ketentuan d = 1,7727in; D = 3,365 in; B = 0,7480 in; r = 0,039 in, preffered
shoulder diameter: shaft = 2,008 in; housing = 3,071 in, bearing weight = 0,89lb; basic
static load rating = 4150 lb; basic dynamic load rating = 5650 lb.

4.4.6 Desain Bearing III

(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
156

4.4.7 Perhitungan Bearing IV

1. Menentukan Nilai h (Umur Desain)

Tabel 4.20 Recommended Design Life for Bearings


Sumber: Mott (2004,p.612)

Pertimbangan: dalam perancangan ini umur bantalan dibatasi pada 26900 jam.

2. Menentukan Ld dan Basic Dynamic Load Rating (c)


Ld = (h)(rpm)(60 min/h)
Ld = (26900)(157,5)(60)
Ld = 2,54x 108 putaran
1
Ld 3
𝐶 = 𝑊𝑅 ( 6 )
10
1
2,54 x 108 3
𝐶 = 1715,157 ( )
106
𝐶 = 10663,47946 𝑙𝑏

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
157

3. Menentukan Tipe Bearing

Tabel 4.21 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)

Pertimbangan: berdasarkan hasil perhitungan diameter poros 4, yakni 2,9 in dipilih


bantalan series 6200 (single row, deep-groove, Conrad-type ball bearings) nomor 6215
dengan ketentuan d = 2,9528in; D = 5,1181in; B = 0,9843 in; r = 0,059 in, preffered
shoulder diameter: shaft = 3,307 in; housing = 4,783 in, bearing weight = 2,64 lb; basic
static load rating = 9700 lb; basic dynamic load rating = 11400 lb.

4.4.8 Desain Bearing IV

(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
158

4.4.9 Perhitungan Bearing V

Menentukan Nilai h (Umur Desain)

Tabel 4.18 Recommended Design Life for Bearings


Sumber: Mott (2004,p.612)

Pertimbangan: dalam perancangan ini umur bantalan dibatasi pada 29600jam.

1. Menentukan Ld dan Basic Dynamic Load Rating (c)


Ld = (h)(rpm)(60 min/h)
Ld = (26900)(60 )(60)
Ld =9,6 x 107 putaran
1
Ld 3
𝐶 = 𝑊𝑅 ( 6 )
10
1
9,6 x 107 3
𝐶 = 1715,156724 ( )
106
𝐶 = 7734,875311𝑙𝑏

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
159

2. Menentukan Tipe Bearing


Tabel 4.18 Bearing Selection Data for Single-row, Deep-groove, Conrad-type ball
bearings
Sumber: Mott (2004,p.607)

Pertimbangan: berdasarkan hasil perhitungan diameter poros 4, yakni 2,9 in dipilih


bantalan series 6200 (single row, deep-groove, Conrad-type ball bearings) nomor 6215
dengan ketentuan d = 2,9528in; D = 5,1181in; B = 0,9843 in; r = 0,059 in, preffered
shoulder diameter: shaft = 3,307 in; housing = 4,783 in, bearing weight = 2,64 lb; basic
static load rating = 9700 lb; basic dynamic load rating = 11400 lb.

4.4.10 Desain Bearing V

(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
160

4.5 Perhitungan dan Desain Key


4.5.1 Perhitungan Key II

1. Input Data
- Dporos1 = 1,875 in
- T pulley = 126 lb.in
2. Menentukan Dimensi Standar Pasak

Tabel 4.22 Key Shaft VS. Shaft Diameter


Sumber: Mott (2004,p.495)

Dengan diameter poros 0,75 in dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 9/16 in dengan W = 0,1875 in dan H = 0,1875 in.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
161

3. Menentukan Material Pasak

Tabel 4.23 Design Properties of Carbon and Alloy Steels


Sumber: Mott (2004,p.878)

Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.

4. Menghitung Panjang Pasak


a. Menghitung Besar Gaya Gesar (Fs)
Fs = 2T/Dporos1
Fs = 2(126)/(0,75)
Fs = 336 lb
b. Menghitung Tegangan Geser
τ = F/As
τ = 2T/D(W.L)
τd = 0,5Sy/N
N = 1,5
Sy = 251000 psi = 251 ksi
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
162

c. Menghitung Panjang Pasak Minimum


L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T / [(0,5Sy/N).D.W]
L = 4T.N / (D.W.Sy)
L = 4(153)(1,5) / (0.875)(0,5)(251000)
L = 0,00478 in
Berdasarkan hasil perhitungan, panjang pasak minimum adalah 0,00478 in.

4.5.2 Desain Key II


(Terlampir)

4.5.3 Perhitungan Key III


1. Input Data
- Dporos2 = 3,58423 in
- T gear = 460 l
-
2. Menentukan Dimensi Standar Pasak

Tabel 4.24 Key Shaft VS. Shaft Diameter


Sumber: Mott (2004,p.495)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
163

Dengan diameter poros 1,05 in dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 7/8 in dengan W = 0,25 in dan H = 0,25 in.

3. Menentukan Material Pasak

Tabel 4.23 Design Properties of Carbon and Alloy Steels


Sumber: Mott (2004,p.878)

Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.
4. Menghitung Panjang Pasak
a. Menghitung Besar Gaya Gesar (Fs)
Fs = 2T/Dporos2
Fs = 2(460)/(1,05)
Fs = 256,68 lb
b. Menghitung Tegangan Geser
τ = F/As

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
164

τ = 2T/D(W.L)
τd = 0,5Sy/N
N=2
Sy = 251 ksi = 251000 psi
c. Menghitung Panjang Pasak Minimum
L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T / [(0,5Sy/N).D.W]
L = 4T.N / (D.W.Sy)
L = 4(460)(2) / (1,05)(0,25)(251000)
L = 0,0352 in
Berdasarkan hasil perhitungan, panjang pasak minimum adalah 0,0352 in.

4.5.4 Desain Key III


(Terlampir)

4.5.5 Perhitungan Key IV


1. Input Data
- Dporos4 = 5,664535 in
- T gear = 920 lb.in

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
165

2. Menentukan Dimensi Standar Pasak


Tabel 4.26 Key Shaft VS. Shaft Diameter
Sumber: Mott (2004,p.495)

Dengan diameter poros 1,22 in dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 7/8 in dengan W = 0,25 in dan H = 0,25 in.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
166

3. Menentukan Material Pasak

Tabel 4.23 Design Properties of Carbon and Alloy Steels


Sumber: Mott (2004,p.878)

Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.

4. Menghitung Panjang Pasak


a. Menghitung Besar Gaya Gesar (Fs)
Fs = 2T/Dporos3

Fs = 2(920)/(1,22)

Fs =324,8281 lb

b. Menghitung Tegangan Geser


τ = F/As
τ = 2T/D(W.L)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
167

τd = 0,5Sy/N
N=2
Sy = 251 ksi = 251000 psi
c. Menghitung Panjang Pasak Minimum
L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T / [(0,5Sy/N).D.W]
L = 4T.N / (D.W.Sy)
L = 4(920)(2) / (1,22)(0,25)(251000)
L = 0,07037 in
Berdasarkan hasil perhitungan, panjang pasak minimum adalah 0,07037 in.

4.5.6 Desain Key IV


(Terlampir)

4.5.7 Perhitungan Key V


1. Input Data
- Dporos5 = 4,77 in
- T gear = 2415 lb.in

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
168

2. Menentukan Dimensi Standar Pasak


Tabel 4.28 Key Shaft VS. Shaft Diameter
Sumber: Mott (2004,p.495)

Dengan diameter poros 1 dipilih pasak berbentuk persegi (square key) dengan
dimensi n. shaft diameter over 7/8 dengan W = 0,25 in dan H = 0,25 in

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
169

3. Menentukan Material Pasak

Tabel 4.23 Design Properties of Carbon and Alloy Steels


Sumber: Mott (2004,p.878)

Pada desain material pasak yang dipilih adalah AISI 4140 dengan perlakuan panas
OQT 400 dengan Tensile Strength 290 ksi dan Yield Strength 251 ksi.

4. Menghitung Panjang Pasak


d. Menghitung Besar Gaya Gesar (Fs)
Fs = 2T/Dporos4
Fs = 2(2415)/(1 )
Fs = 1012,578 lb
e. Menghitung Tegangan Geser
τ = F/As
τ = 2T/D(W.L)
τd = 0,5Sy/N
N=2
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
170

Sy = 251000 ksi = 251 ksi


f. Menghitung Panjang Pasak Minimum
L = 2T / (τd.D.W)
L = 2T / [(0,5Sy/N).D.W]
L = 4T.N / (D.W.Sy)
L = 4(2415)(2) /(1)(0,25)(251000)
L = 0,18473 in

Berdasarkan hasil perhitungan, panjang pasak minimum adalah 0,18473 in

4.5.8 Desain Key 5

(Terlampir)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
171

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Mesin konveyor menggunakan motor listrik dengan putaran 1420 rpm dan daya
input 2,3 hp.
2. Transmisi yang digunakan adalah sabuk jenis 3VX dan roda gigi lurus.
3. Komponen transmisi pada mesin konveyor adalah:
a. Puli
b. Sabuk
c. Pasangan roda gigi lurus
d. Poros
e. Bantalan
f. Pasak
4. Spesifikasi transmisi mesin konveyor adalah:
a. Puli
 Puli Penggerak
 Diameter (D1) = 3,3 in
 Putaran (n1) = 1420 rpm
 Puli yang digerakkan (D2)
 Diameter (D2) = 4,95 in
 Putaran (n2) = 946 rpm
 Jarak antar puli (C) = 17,6 in
b. Sabuk
 Panjang (L) = 82 in
 Jenis = 3VX
 Jumlah =1
 Angle of Wrap (ϴ1) = 171°
c. Pasangan roda gigi lurus I
 Roda gigi penggerak (pinion)
 Putaran (nP) = 946 rpm
 Jumlah gigi (NP) = 24

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
172

 Diameter pitch (Dp) = 1,5 in


 Roda gigi yang digerakkan (gear)
 Putaran (nG) = 315 rpm
 Jumlah gigi (NG) = 72
 Diameter pitch (Dp) = 4,5 in
 Pitch line speed (vl) = 371 ft/min
 Transmitted load (Wl) = 205 lb
 Jarak antar pusat roda gigi (C) = 3 in
 Face width (F) = 0,95 in
 Material = flame or induction-hardened steel
grade 1
d. Pasangan roda gigi lurus II
 Roda gigi penggerak (pinion)
 Putaran (nP) = 315 rpm
 Jumlah gigi (NP) = 24
 Diameter pitch (Dp) = 1,5 in
 Roda gigi yang digerakkan (gear)
 Putaran (nG) = 157,5 rpm
 Jumlah gigi (NG) = 24
 Diameter pitch (Dp) = 2 in
 Pitch line speed (vl) = 165 ft/min
 Transmitted load (Wl) = 460 lb
 Jarak antar pusat roda gigi (C) = 3 in
 Face width (F) = 1,2 in
 Material = flame or induction-hardened steel
grade 1
e. Pasangan roda gigi lurus III
 Roda gigi penggerak (pinion)
 Putaran (nP) = 157,5 rpm
 Jumlah gigi (NP) = 24
 Diameter pitch (Dp) = 2,4 in
 Roda gigi yang digerakkan (gear)
 Putaran (nG) = 60 rpm
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2018/2019
173

 Jumlah gigi (NG) = 63


 Diameter pitch (Dp) = 6,3 in
 Pitch line speed (vl) = 99 ft/min
 Transmitted load (Wl) = 767 lb
 Jarak antar pusat roda gigi (C) = 4,35 in
 Face width (F) = 0,8 in
 Material = flame or induction-hardened steel
grade 1
f. Poros
 Poros 2
 Diameter (d) = 2,2 in
 Panjang (l) = 20 in
 Torsi (T) = 153 lb.in
 Material = AISI 1144 Hot Rolled

 Poros 3
 Diameter (d) = 3,5 in
 Panjang (l) = 20 in
 Torsi (T) = 460 lb.in
 Material = AISI 1144 Hot Rolled
 Poros 4
 Diameter (d) = 5,9 in
 Panjang (l) = 20 in
 Torsi (T) = 920 lb.in
 Material = AISI 1144 Hot Rolled
 Poros 5
 Diameter (d) = 4,77 in
 Panjang (l) = 20 in
 Torsi (T) = 2415 lb.in
 Material = AISI 1144 Hot Rolled
g. Bantalan
 Tipe bantalan pada poros 1 = 6205
 Tipe bantalan pada poros 2 = 6207

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019
174

 Tipe bantalan pada poros 3 = 6209


 Tipe bantalan pada poros 4 = 6215
 Tipe bantalan pada poros 5 = 6215

h. Pasak
 Pasak pada poros 3 (L) = 0,0291 in
 Pasak pada poros 4 (L) = 0,023 in
 Pasak pada poros 5 (L) = 0,63 in
 Pasak pada poros 1 (L) = in
 Pasak pada poros 2 (L) = in

5.2 Saran

1. Untuk laboratorium: agar dapat menyediakan mesin meja gambar.


2. Untuk sistem tugas besar: sebaiknya setelah dirancang dengan perhitungan ada
tahap selanjutnya, yakni pembuatan hasil perancangan mesin dengan skala
tertentu.
3. Untuk asisten: sebaiknya lebih memperhatikan praktikan dan memastikan
bahwa semuanya aktif dalam memahami konsep dan hitungan perancangan.
4. Untuk praktikan: sebaiknya saling membantu dan bekerjasama supaya seluruh
anggota memperoleh ilmu.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai