ABSTRAK
PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) adalah sebuah perusahaan yang
bergerak dalam bidang manufaktur perakitan truk dan bis, perakitan komponen dan ekspor suku
cadang. Dalam proses produksi seringkali terjadi gangguan pada mesin atau peralatan yang
digunakan, sehingga mengganggu jalannya proses produksi. Departemen machining propeller shaft
PT HMMI yang memproduksi produk flange mengharapkan agar mesin yang beroperasi dapat
menghasilkan produk sesuai dengan target produksi yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, akan dilakukan identifikasi efektivitas mesin menggunakan metode
Overall Equipment Effectiveness (OEE). OEE adalah metode pengukuran yang digunakan untuk
menentukan performansi suatu mesin atau pelatan guna menjaga mesin atau peralatan tersebut
pada kondisi yang baik. Dengan semakin tinggi nilai overall equipment effectiveness (OEE) maka
biaya produksi akan lebih rendah namun kualitasnya tetap terjaga. Metode ini tidak
memperhitungkan biaya pengoperasian peralatan melainkan menghitung availability, performance
efficiency, dan quality rate sebagai indikatornya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada line machining propeller shaft untuk
produk flange di PT Hino Motors Manufacturing Indonesia dengan menggunakan metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE), nilai OEE sebesar 81,1% belum memenuhi target standar JIPM
sebesar 85%. Rendahnya nilai OEE disebabkan karena downtime mesin sehingga mesin tidak
bekerja produktif, waktu terbuang dan tidak menghasilkan produk stabil.
Keywords : Propeller, OEE, availability, performance efficiency, dan quality rate
1. PENDAHULUAN
PT Hino Motors Manufacturing diproduksi di line machining propeller shaft
Indonesia (HMMI) merupakan salah satu antara lain Axle 13’, Sliding, Flange,
perusahaan yang bergerak di bidang Coupling, Center Bearing, Sliding, End
manufaktur yang merakit truk, penyedia Yoke, Nylon dan Main Assy.
suku cadang dan machining komponen Dalam proses produksi seringkali
mesin. Departemen yang memproduksi terjadi gangguan pada mesin atau peralatan
komponen mesin adalah departemen yang digunakan, sehingga dapat
Machining. Departemen machining mengganggu jalannya proses produksi.
memproduksi beberapa produk yaitu, Gangguan ini dapat mengurangi
Connecting rod Line, Camshaft Line, Crank keuntungan perusahaan serta mengurangi
Shaft, Cylinder Head, Cylinder Block, waktu aktif kerja yang dapat digunakan
Propeller Shaft dan Axle. Pada propeller untuk proses produksi. Dengan adanya
shaft, terdiri dari beberapa komponen yang kerusakan pada mesin, maka akan
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup strategi perawatan yang tepat. Perawatan
besar untuk melakukan perbaikan peralatan adalah kegiatan untuk memelihara atau
atau mesin. menjaga fasilitas atau peralatan dan
Pada bulan Januari sampai Juli mengadakan perbaikan, penyesuaian dan
2016, jumlah target produksi produk flange penggantian yang diperlukan agar terdapat
yang ditetapkan oleh perusahaan tidak suatu kondisi sesuai dengan yang
stabil. Pada bulan Januari dan Juli target direncanakan (Assauri, 1980).
produksi terpenuhi, pada bulan Februari dan Flange adalah salah satu produk yang
April hasil produksi melebihi target diproduksi pada line machining propeller
shaft di PT HMMI. Nama asli flange
produksi, sedangkan pada bulan Maret, Mei
sebenarnya adalah universal joint namun, di
dan Juni target produksi tidak terpenuhi.
PT HMMI lebih dikenal dengan flange.
Ketidakstabilan tersebut dapat disebabkan
Flange merupakan salah satu bagian yang
oleh mesin atau operatornya. Maka, untuk terdapat pada propeller shaft. Flange ini
mengetahui penyebab ketidakstabilan hasil berfungsi untuk memungkinkan poros
produksi produk flange secara pasti perlu berputar dengan lancer walaupun terjadi
dilakukan pengamatan lebih lanjut. perubahan sudut.
Departemen machining propeller Departemen machining di PT HMMI
shaft PT HMMI yang memproduksi produk adalah departemen yang memproduksi
flange mengharapkan agar mesin yang komponen mesin yang akan digunakan pada
beroperasi dapat menghasilkan produk truk dan bus. Departemen machining
sesuai dengan target produksi yang memproduksi beberapa produk yaitu,
diinginkan. Dalam hal ini, akan dilakukan Connecting rod Line, Camshaft Line, Crank
identifikasi efektivitas mesin menggunakan Shaft, Cylinder Head, Cylinder Block,
metode Overall Equipment Effectiveness Propeller Shaft dan Axle. Propeller shaft
(OEE). sendiri adalah salah satu bagian dari sistem
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemindah tenaga yang berfungsi untuk
analisis tingkat efektivitas line machining meneruskan putaran dan daya mesin dari
propeller shaft untuk produk flange dengan transmisi ke differensial dengan variasi
metode OEE ini adalah perusahaan dapat perubahan sudut yang selalu terjadi pada
mengetahui seberapa efektif line machining poros tersebut saat memindahkan putaran dan
propeller shaft dapat beroperasi dalam daya.
Pada line machining propeller shaft
memproduksi produk flange. Dengan
mengetahui hal tersebut, perusahaan juga terdiri dari beberapa komponen yang
dapat melakukan perbaikan atau diproduksi, antara lain Axle 13’, Sliding,
pencegahan kerusakan yang mungkin akan Flange, Coupling, Center Bearing, Sliding,
terjadi agar dapat meningkatkan End Yoke, Nylon dan Main Assy. Berikut
produktivitas adalah gambar-gambar yang menunjukkan
pemasangan propeller shaft pada badan
truk/bus:
2. METODE PENELITIAN
Di era globalisasi ini, perkembangan
industri dalam bidang manufaktur di
Indonesia mengalami kemajuan yang cukup
pesat dari tahun ke tahun. Hal tersebut tentu
saja membuat persaingan perusahaan menjadi
kian ketat. Persaingan yang ketat ini
mendorong setiap perusahaan agar selalu
dapat menghasilkan produk yang berkualitas.
Untuk dapat menghasilkan produk yang
berkualitas maka kondisi peralatan atau mesin
yang digunakan harus tetap terjaga. Agar Gambar 1. Proses pemasangan propeller
kondisi mesin tetap terjaga maka dibutuhkan shaft
1. Availability Ratio
Availability Ratio merupakan rasio yang
menggambarkan pemanfaatan waktu yang
tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau
peralatan.
Faktor penting Availability adalah loading
time dan operating time. Loading time adalah
total waktu produksi dalam sehari. Dengan
Gambar 2. Propeller shaft yang sudah
demikian formula yang digunakan untuk
terpasang
menghitung availability ratio adalah:
Overall Equipment Effectiveness
(OEE) adalah besarnya efektivitas yang
dimiliki oleh perusahaan atau mesin. OEE Waktu operasi = loading time – down time
dihitung dengan memperoleh dari
availabilitas dari alat-alat perlengkapan, 2. Performance Efficiency
efisiensi kerja dari proses, dan rasio dari mutu Performance Efficiency merupakan suatu
produk. OEE menunjukkan suatu indikator ratio yang menggambarkan kemampuan dari
yang dapat memperlihatkan seberapa baik peralatan dalam menghasilkan barang atau
perusahaan menggunakan sumber daya yang produk yang dinyatakan dengan persentase.
dimilikinya (tingkat kehandalan, tingkat Adapun data-data yang digunakan dalam
produktivitas, dan lain-lain) suatu peralatan pengukuran Performance Efficiency adalah
atau mesin yang digunakan pada proses data jumlah produksi, ideal cycle time dan
produksi (Nakajima dalam Prabowo, 2015). waktu operasi. Dengan demikian formula
OEE dapat digunakan dalam yang digunakan untuk menghitung
beberapa jenis tingkatan pada sebuah Performance Efficiency adalah:
lingkaran perusahaan. Pertama OEE dapat
digunakan sebagai “benchmark” untuk
mengukur rencana perusahaan dalam
performansi. Kedua, nilai OEE perkiraan dari
satu aliran produksi, dapat digunakan untuk 3. Rate of Quality Product
membandingkan garis performansi melintang Quality ratio merupakan suatu rasio yang
dari perusahaan, maka akan terlihat aliran menggambarkan kemampuan peralatan dalam
yang tidak penting. Ketiga, jika proses menghasilkan produk yang sesuai dengan
permesinan dilakukan secara individual, OEE standar. Data yang digunakan dalam
dapat mengidentifikasi mesin mana yang pengukuran quality ratio adalah jumlah
mempunyai performansi buruk, bahkan produk yang diproduksi dan jumlah produk
mengidentifikasi fokus dari sumber daya cacat dari produk yang berhasil diproduksi.
Total Productive Maintenance (TPM). Dengan demikian formula yang digunakan
Manfaat yang dapat diperoleh dari untuk menghitung quality ratio adalah:
pengukuran OEE ini adalah perusahaan dapat
mengetahui seberapa efektif kemampuan
peralatan atau mesin yang dimilikinya, dan
apakah masih layak atau tidak untuk
digunakan dalam kegiatan produksi. Layak
atau tidaknya peralatan atau mesin tersebut
dapat dilihat dari target yang dibuat oleh
perusahaan.
Hal-hal yang diperlukan dalam
aplikasi Overall Equipment Effectiveness
Dengan cara yang sama, hasil perhitungan Dengan cara yang sama, hasil perhitungan
availability ratio pada bulan Januari-Juli 2016 rate of quality product pada bulan Januari-
seperti pada Tabel Juli 2016 seperti pada Tabel
Tabel 2. Hasil perhitungan availability ratio Tabel 4. Hasil perhitungan rate of quality
Dalam bentuk grafik, pencapaian nilai OEE Rendahnya tingkat performansi ini
yang telah dihitung dapat dilihat pada dapat disebabkan karena tingginya
Gambar permintaan konsumen dan tingginya waktu
yang tidak menghasilkan produk. Oleh
karena itu, perlu dilakukannya peningkatan
kapasitas dan melakukan pengecekkan pada
line machining propeller shaft agar dapat
memenuhi permintaan konsumen dan
mengetahui apa yang menyebabkan
tingginya waktu yang tidak menghasilkan
produk.
Pada hasil perhitungan rate of
quality product yang dapat dilihat pada tabel
4, diketahui bahwa nilai quality ratio
tersebut sudah memenuhi standar JIPM dan
Gambar 3. Grafik OEE line machining perusahaan yaitu 99%. Walaupun pada
propeller shaft periode bulan Januari menghasilkan quality
ratio 98,8%, Februari dan April 98,7%, dan
Dari Gambar 3 dapat diketahui Mei sebesar 98,1%, namun hasil tersebut
bahwa OEE pada line machining propeller sudah mendekati standar yang ditetapkan
shaft untuk produk flange periode Januari- dan dianggap tidak bermasalah oleh
Juli 2016 belum memenuhi standar. perusahaan. Kemudian untuk hasil
Diperlukan tindakan perbaikan agar mesin perhitungan Overall Equipment
dapat mencapai nilai standar OEE dan dapat Effectiveness (OEE) pada tabel 5 dapat
beroperasi dengan baik sehingga dilihat bahwa nilai OEE pada line
menghasilkan produk secara stabil sesuai machining propeller shaft untuk produk
dengan target produksi yang telah flange belum memenuhi standar JIPM dan
ditetapkan. juga standar yang telah ditetapkan oleh
Berdasarkan hasil perhitungan nilai perusahaan yaitu sebesar 85%. Dari tabel
availability yang dapat dilihat pada tabel 2, tersebut, diketahui bahwa periode bulan Juli
diketahui bahwa nilai yang diperoleh pada adalah periode yang menghasilkan nilai
setiap periode sudah memenuhi standar OEE tertinggi yaitu 84,7% dan periode
yang dikeluarkan oleh JIPM dan perusahaan bulan Juni adalah periode yang
yaitu 90%. Hasil tersebut adalah hasil yang menghasilkan nilai OEE terendah yaitu
sudah cukup memuaskan, karena akan 77,1%.
sangat sedikit kemungkinan perusahaan Rata-rata yang didapat dari
mengalami kerugian karena tingkat perhitungan ini adalah sebesar 81,1%. Hal
availability yang rendah. ini membuktikan bahwa nilai OEE pada
Perhitungan nilai performance periode Januari-Juli 2016 belum memenuhi
efficiency yang diperoleh, dapat diketahui standar. Penyebab rendahnya nilai OEE
bahwa hasil tersebut belum memenuhi disebabkan karena tingginya downtime pada
standar yang dikeluarkan oleh JIPM dan mesin yang terjadi setiap bulannya,
perusahaan yaitu sebesar 95%. Hal ini sehingga menyebabkan waktu terbuang dan
terbukti dari nilai performansi yang line machining propeller shaft yang
ditunjukkan pada tabel 3 Dari tabel tersebut menghasilkan produk flange tidak dapat
terlihat bahwa nilai performansi pada line bekerja secara produktif.
machining propeller shaft untuk produk
flange yang paling tinggi ada pada periode
bulan Juli yaitu sebesar 89,8%. Sedangkan
untuk performansi paling rendah ada pada
periode bulan Maret yaitu sebesar 81,1%.