Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERBAIKAN KINERJA BOOSTER COMPRESSOR DENGAN

MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED


MAINTENANCE (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)
Robby Rokhyadi1) ; Impol Siboro2)
1)
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Universitas Balikpapan
2)
Program Studi K3 Fakultas Vokasi Universitas Balikpapan

Abstract
Booster Compressor yang berada di Lex Plant Santan Terminal sering mengalami kegagalan operasi. Dari
tahun 2002-2010, rata-rata unscheduled shutdown yang terjadi sebanyak 4 kali dalam setahun. Failure ini
menyebabkan Lex Plant mengalami Loss Product Oppurtunity (LPO) Propane (C3) dan Butane (C4) dan biaya
yang cukup besar untuk memperbaiki peralatan. Dari analisa penyebab kerusakan, terdapat 5 komponen terbanyak
penyebab kerusakan dan menyumbang 67% dari unscheduled shutdown selama periode tersebut. Komponen
tersebut adalah Aux Lube Oil Pump, Vent Valve, Ait Intake Filter, Recycle Valve, dan Main Fuel Control Valve.
Dari data yang ada, dilakukan analisa kuantitatif untuk mengetahui reliability dan failure rate dari masing-masing
komponen. Hasilnya, Booster Compressor memiliki nilai OEE (overall equipment effectiveness) sebesar 94,5%
dengan rata-rata antar waktu kegagalan (MTBF) peralatan sebesar 66 hari.
Analisa kegiatan maintenance yang telah berjalan selama ini dilakukan dengan menggunakan metode RCM
(Reliability Centered Maintenanance) dimulai dengan pendefinisian fungsi dari peralatan dan tingkat criticality.
Identifikasi masing-masing komponen dapat diketahui dari Functional Block Diagram sebagai penggambaran
fungsi komponen satu dengan komponen lainnya hingga membentuk satu kesatuan fungsi sistem kerja.
Berdasarkan hasil Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan menilai kegiatan program preventive
maintenance yang yang telah berjalan, ditemukan bahwa kegiatan yang dilakukan belum sepenuhnya mampu
mengindentifikasi semua failure mode yang muncul dari setiap komponen dan pelaksanaan waktunya yang berada
diatas MTBF. Dari penelitian ini, direkomendasikan purposed task untuk melengkapi kegiatan perawatan
maintenance yang sudah ada untuk dapat mengenali failure mode yang ada pada komponen dengan tujuan untuk
meningkatkan reliability peralatan dan mengurangi downtime.

Kata Kunci : Effectiveness, OEE , RCM, dan FMEA

PENDAHULUAN timur. Salah satu mesin yang terdapat dalam


Chevron Indonesia memulai kegiatan operasi Lex Plant adalah Booster Compressor.
eksplorasi minyak dan gas bumi di Kalimatan Fungsi mesin ini adalah menaikkan tekanan gas
Timur sejak tahun 1968 dengan status bumi yang berasal dari laut sebesar 210 psi agar
Production Sharing Contract (PSC) dengan BP dapat mencapai tekanan minimum sebesar 410
Migas sebagai wakil dari Pemerintah Indonesia. psi sebelum dilakukan proses liquid extraction
Salah satu fasilitas milik Chevron adalah selanjutnya. Dari data yang diamati dari tahun
Santan Terminal yang terdapat unit pengolahan 2002 – 2010, kegagalan operasi yang terjadi
gas Lex Plant. Lex Plant ini mengolah gas bumi pada Booster Compressor ini cukup tinggi. Rata-
yang berasal dari lapangan lepas pantai menjadi rata terjadi failure sebanyak 4 kali dalam
produk propane (C3) dan butane (C4) yang setahun. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya
dikenal sebagai LPG (Liquified Petroleum Gas). kehilangan produksi propane (C3) dan butane
Kapasitas produksi perhari mencapai  3800 (C4) atau loss product oppurtunity . Kejadian ini
BLPD (barel liquid per day) Propane dan  yang menyebabkan Lex Plant tidak mampu
2000 BLPD (barel liquid per day) Butane. beroperasi maksimal untuk mencapai target
Keberadaan Lex Plant ini sangat penting produksi. Selain itu juga menimbulkan biaya
mengingat produksinya ditujukan untuk yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan
memenuhi kebutuhan LPG untuk Indonesia mesin ini. Biaya ini meliputi biaya perawatan
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 144

mesin yang terdiri dari biaya suku cadang dan Dengan adanya kegagalan operasi yang
biaya tenaga kerja yang mengerjakan kegiatan terjadi berulang pada peralatan mengindikasikan
perawatan mesin agar selalu beroperasi sesuai belum sepenuhnya optimal kegiatan perawatan
dengan kapasitas perancangannya (Moubray, yang ada. Salah satu pendekatan kegiatan
2000). Ini menunjukkan kegiatan maintenance maintenance yang menjadi pilihan adalah
yang dijalankan selama ini belum optimal. Reliability Centered Maintenance (RCM).
Untuk menjaga agar peralatan produksi RCM adalah teknik yang lebih maju untuk
dapat berjalan secara baik diperlukan suatu menentukan aktifitas preventive maintenance,
kegiatan perawatan. Kegiatan ini ditujukan menjamin asset beroperasi dengan design asli
untuk meyakinkan bahwa aset fisik yang dan menjalankan fungsinya sesuai keinginan
dimiliki dapat terus berlanjut memenuhi apa pemakai. Failure Modes Effects Criticality
yang dinginkan oleh pengguna terhadap fungsi (FMEA) adalah kunci RCM yang menerapkan
yang dijalankan oleh aset tersebut. Maintenance proses pada masing-masing asset ditinjau dari
merupakan salah satu cara efektif untuk fungsi dan performance yang diinginkan. RCM
meningkatkan keandalan suatu sistem. Kegiatan merupakan cara untuk mengembangkan strategi
perawatan pada dasarnya terbagi menjadi dua perawatan dan design alternatif, berdasarkan
kategori, yaitu preventive maintenance dan pada operasional, ekonomi, dan keselamatan
corrective maintenance. Pemilihan kegiatan serta ramah lingkungan.
maintenance tersebut didasari atas sifat dari Siichi Nakajima dari Japan Institute of
kerusakan pada peralatan , apakah bersifat Maintenance Plan mendifinisikan RCM sebagai
terprediksi atau tidak terprediksi. Selain itu, suatu pendekatan yang inovatif dalam
pemilihan tersebut juga didasari atas biaya yang maintenance dengan cara mengefektifkan
harus dikeluarkan untuk kegiatan maintenance peralatan, mengurangi/menghilangkan
tersebut. Maintenance seringkali dihubungkan kerusakan mendadak (breakdown), dan
sebagai akar dari suatu keandalan (reliability). melakukan autonomos operator maintenance.
Hal ini dikarenakan seringkali masalah Dari kondisi perusahaan yang ingin
keandalan datangnya dari bagian maintenance. meningkatkan kapasitas produksinya melalui
Oleh karena itu, perlu adanya strategi efektifitas mesin, usaha-usaha untuk melakukan
maintenance yang baik untuk meningkatkan pemeliharaan pada peralatan menjadi sama
reliability dari suatu sistem produksi (Anderson, pentingnya dengan fungsi lain seperti produksi.
1990). Kelancaran proses produksi pada suatu
Mesin juga akan mengalami penurunan perusahaan sangat didukung oleh kondisi mesin-
tingkat keandalan (reliability) apabila digunakan mesin atau peralatan. Suatu perusahaan sangat
secara terus menerus. Keandalan merupakan memerlukan adanya sebuah sistem perawatan
peluang suatu unit atau sistem berfungsi normal mesin produksi yang terencana dan terlaksana
jika digunakan menurut kondisi operasi tertentu dengan baik agar mesin dapat tetap berfungsi
untuk periode waktu tertentu. Meskipun secara optimal yang menunjang keberhasilan
demikian, tingkat keandalan dapat dijaga dan proses produksi pada perusahaan tersebut untuk
masa pakai mesin dapat diperpanjang dengan menghasilkan produk yang kompetitif. Jika kita
melakukan penjadwalan perawatan mesin melakukan perawatan sebelum terjadinya
dengan baik dan teratur. Pemeliharaan kerusakan atau perawatan pencegahan, maka
merupakan aktivitas menjaga sistem peralatan biaya yang dihasilkan akan lebih kecil dari pada
dan mesin selalu tetap konsisten dalam proses biaya perawatan perbaikan. Hal ini dikarenakan
produksi. Secara umum, masalah pemeliharaan kegiatan perawatan pencegahan memerlukan
sering terabaikan sehingga kegiatan waktu yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemeliharaan tidak teratur, yang pada akhirnya perawatan perbaikan sehingga uptime yang
dapat mempengaruhi kapasitas produksi. diharapkan dari sistem juga dapat meningkat.
Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan harus Pemikiran RCM bukan pada perbaikan
dilakukan secara tepat dan konsisten mesin, tetapi pada pencegahan kerusakan
(Tampubolon, 2004). mesin/peralatan untuk meningkatkan umur
mesin atau peralatan. Dengan demikian RCM
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 145

merupakan suatu tahapan proses untuk Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat
meningkatkan produktifitas peralatan dan mesin memberikan kontribusi ke perusahaan untuk
sepanjang masa pakai perlatan dan mesin itu. dilaksanakan sehingga akan terjadi perbaikan
Sasaran RCM adalah untuk memperbaiki OEE operasi pada Booster Compressor yang pada
(Overall Equipmeny Effectiveness) suatu akhirnya akan mengurangi production loss dan
peralatan dengan cara mengurangi downtime. biaya perbaikan dapat dikurangi.
OEE merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengukur besarnya efektivitas METODOLOGI
yang dimiliki suatu peralatan. Pengukuran OEE Metode penelitian yang digunakan
didasarkan pada pengukuran tiga parameter adalah pengambilan data dilapangan dan studi
yaitu avaibility, performance rate, dan quality literature. Merupakan dasar atau acuan yang
rate. Availability dan reliability merupakan dua digunakan dalam penelitian berdasarkan kajian
parameter yang memiliki hubungan erat. teoritis. Dengan adanya studi literatur ini,
Kenaikan nilai reliability mesin dengan nilai diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding
maintainability yang tetap maka nilai antara kondisi aktual dengan kajian secara
availability mesin akan mengalami kenaikan. teoritis. Literatur yang digunakan diambil dari
Nilai availability dipengaruhi oleh dua faktor buku-buku teks dan jurnal yang dapat dijadikan
yaitu laju kegagalan yang menggambarkan nilai sebagai referensi dalam penelitian. Pada tahap
reliability dan waktu downtime yang studi literatur dilakukan kajian secara teoritis
menggambarkan maintainbility suatu mesin mengenai metode-metode yang dapat
(Priyanta, 2000). mendukung untuk penyelesaian permasalahan
Beberapa penelitian yang terkait dengan dalam penelitian ini. Teori-toeri yang digunakan
OEE dan Reliability Centered Maintenance adalah meliputi teori tentang RCM (Reliability
seperti yang dilakukan oleh Rachmad Tri Centered Maintenance) dan OEE (Overall
Sulistiyono, Anda Iviana Juniani, dan Iva Equipment Effectiveness).
Setyana (2000) mengenai “Implementasi of
RCM II (Reliability Centered Maintenance) and HASIL DAN PEMBAHASAN
RPN (Risk Priority Number) in Risk Assesment Booster Compressor memiliki beberapa
and Scheduling Maintenance Task at High komponen penyusun dimana komponen
Pressure Boiler based on Job Safety Analysis penyusun ini merupakan komponen yang seri
(JSA)”. Penelitian ini bertujuan sehingga bila salah satu komponen penyusun ini
mengidentifikasi failure modes yang mengalami kerusakan mati maka akan
ditimbulkan oleh High Pressure Boiler menyebabkan terjadinya unscheduled shutdown.
berdasarkan Risk Assesment dan menentukan Dari data kerusakan yang terjadi pada Booster
task menggunakan metode RCM untuk Compressor yang diperoleh selama periode 2002
melakukan pencegahan terhadap failure yang – 2010 dapat dilihat5 komponen teratas yang
muncul. Penelitian lainnya yang masih terkait berkontribusi besar terhadap kegagalan operasi
OEE adalah “Studi kasus peningkatan OEE pada Booster Compressor yaitu : Aux Lube Oil
melalui implementasi Total Production Pump, Vent Valve, Air Intake Filter, Recycle
Maintenance (TPM) oleh Didik Wahyudi, Valve, dan Main Fuel Control Valve. Analisa
Soejono Tjitro, dan Rhismawati Soeyono kuantitatif Booster Compressor dilakukan
(2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan uji distribusi data kerusakan time to
penerapan TPM pada peralatan produksi failure menggunakan software weibull++7 pada
mempunyai pengaruh yang significant terhadap data record waktu antar kegagalan. Dari hasil
kenaikan nilai OEE. Dalam penelitian yang pengujian tersebut yang nantinya digunakan
sedang penulis lakukan ini terkait dengan analisa untuk menentukan nilai reliability masing -
nilai OEE terhadap kegiatan maintenance masing komponen Booster Compressor.
dengan menggunakan metode RCM untuk Berdasarkan hasil uji distribusi dengan software
mengurangi downtime. Booster Compressor weibull ++ 7 diperoleh hasil bahwa data setiap
yang menjadi objek penelitian ini juga belum komponen memiliki distribusi weibull sesuai
pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya.
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 146

dengan parameter masing-masing sesuai dengan


table dibawah.

Tabel 1. Parameter Weibull dan MTBF setiap


komponen

Nilai Reliability Gambar 3. Hubungan antara nilai reliability dengan


Nilai reliability dari masing-masing komponen waku pada komponen Vent Valve
dapat dirumuskan dengan sebagai berikut :


( )= −

Langkah selanjutnya adalah memplot grafik


hubungan antara nilai reliability terhadap waktu
operasional yang dapat dilihat pada gambar
dibawah

Gambar 4 Hubungan antara nilai reliability dengan


waku pada komponen Recycle Valve .

Gambar 1. Hubungan antara nilai reliability dengan


waku pada komponen Aux Lube Oil Pump

Gambar 3. Hubungan antara nilai reliability dengan


waktu pada komponen A Main Fuel Control Valve

Gambar 2. Hubungan antara nilai reliability dengan


waku pada komponen Air Intake Filter
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 147

Nilai Failure Rate


Evaluasi failure rate dapat dirumuskan
dengan menggunakan persamaan berikut :

( )=

Langkah selanjutnya adalah dengan memplot


grafik hubungan nilai failure rate terhadap
waktu operasional seperti terlihat dalam gambar
dibawah :
Gambar 8. Hubungan antara nilai failure rate dengan
waku pada komponen Main Fuel Control Valve

Gambar 9. Hubungan antara nilai failure rate dengan


waku pada komponen Air Intake Filter

Gambar 6. Hubungan antara nilai failure rate dengan


waktu pada komponen Aux Lube Oil Pump

Gambar 10 . Hubungan antara nilai failure rate


dengan waku pada komponen Recycle Valve

Perhitungan Nilai Komponen Overall


Equipment Effectiveness (OEE)
Gambar 7. Hubungan antara nilai failure rate dengan Pengukuran OEE pada unit didasarkan pada
waktu pada komponen Vent valve pengukuran tiga parameter yaitu availability
(menggambarkan pemanfaatan waktu untuk
kegiatan operasi peralatan), performance rate
(menggambarkan kemampuan peralatan dalam
menghasilkan barang) dan quality rate
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 148

(menggambarkan kemampuan peralatan dalam gas yang dikompresi. Unit ini mempunyai
menghasilkan barang yang sesuai standard) yang kapasitas design sebesar 170 mmscfd. Proses
dapat dijelaskan sebagai berikut: penurunan alamiah yang dialami sumur-sumur
gas yang ada di laut saat ini menyebabkan
Availability kapasitas flow yang dikompresi Booster
Untuk menghitung nilai availability, langkah
Compressor jauh dibawah kapasitas design
awal yang dilakukan yaitu dengan menghitung
awalnya dan mengalami fluktuasi tergantung
MTTR (Mean Time To Repair) terlebih dahulu.
dari kondisi sumur yang berada di laut. Dari data
Waktu yang digunakan ketika suatu resiko
lapangan , kita dapat mengasumsikan bahwa
kerusakan terjadi dapat dicari menggunakan
performance efficiency Booster Compressor
perhitungan MTTR (Mean Time To Repair).
adalah 100% dengan dasar bahwa aktual flow
MTTR adalah rata- rata waktu yang digunakan
yang dialirkan unit ini tergantung dari flow gas
untuk melakukan perbaikan terhadap kerusakan
yang berasal dari sumur di laut yang besarnya
tersebut. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
aliran tersebut masih dibawah design kapasitas
unit ini.
=

Performance efficiency = 100 %

Quality Rate
Perhitungan MTTR dan nilai avaibility setiap Mcnggambarkan kemampuan peralatan
komponen seperti yang terlihat pada tabel dalam menghasilkan produk yang sesuai
dibawah . standard. Quality rate dapat dihitung
mcnggunakan persamaan 2.25. Dalam
perhitungan quality rate maka asumsi yang
Tabel 2 Perhitungan MTTR dan avaibility setiap dipakai sebesar 100 %, dikarenakan tidak ada
komponen aliran gas yang dikompresi mengalami
kecacatan.

Quality Rate = 100 %

Dari perhitungan diatas maka didapatkan nilai


OEE sistem sebagai berikut:

OEE = %Avaibility x % Performance efficiency


x Quality Rate
Sedangkan MTTR untuk kerusakan unit secara = 94.5% x 100% x 100%
keseluruhan adalah 3,83 hari. Untuk = 94.5%
menghitung availability unit secara keseluruhan,
perlu ditentukan MTBF peralatan dengan Rencana Pelaksanaan Reliability Centered
mengetahui time to failure unit secara total. Maintenance
Dari software weibull++7 didapat MTBF Design metode RCM yang berbasis pada
program preventive maintenance memerlukan
sebesar 66 hari. Dari perhitungan dapat
beberapa proses yang harus dilakukan. Proses
ditentukan avaibility Booster Compressor tersebut saling berkaitan dan merupakan urutan
sebesar 94,5 % tahapan yang harus diselesaikan tahap demi
tahap.
Performance efficiency
Performance efficiency Booster
Compressor dapat kita lihat dari aktual aliran
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 149

Mengumpulkan Informasi Spesifikasi dan


Fungsi Peralatan
Spesifikasi dan fungsi dari peralatan yang Menentukan Criticality dari Peralatan
dijadikan objek penelitian adalah sebagai berikut Tingkat criticality menunjukkan
consequences pada bisnis perusahaan yang
Tabel 3 Spesifikasi dan Fungsi Peralatan terjadi bila Booster Compressor mengalami
Specification Booster Compressor Set C-231 kegagalan operasi. Faktor-faktor yang
Description Manufacture Solar Turbines
mempengaruhi tingkat criticality ini adalah
Model C-4022 TAU
Internal Staging 2C-2B jumlah kegagalan dalam periode tertentu dan
Design Capacity 170 MMSCD pengaruhnya terhadap masalah loss product
Engine Driver Centaur 40 T- oppurtunity terhadap kegagalan operasi
5302
Housepower 6662 termasuk, masalah keselamatan, dan kepatuhan
RPM Turbine 15,000 terhadap peraturan lingkungan yang ada. Dari
Output RPM 14,300 data frekuensi failure yang terjadi dan
Functional Untuk menaikkan tekanan gas wawancara serta diskusi dengan operator
Description yang berasal dari Attaka/MKS
380 psig menjadi 450 - 600 psig produksi dan engineer, tingkat criticality
dengan kapasitas flow 30 - 176 Booster Compressor adalah sebagai berikut:
MMSCD dengan memenuhi
standard quality, keselamatan,
kesehatan, dan lingkungan

Tabel 4 Criticality Rank untuk Booster Compressor

Unit LPO Likelihood Safety Regulation Criticality Rank


Cost

Booster Compressor 4 4 1 4 1

Functional Block Diagram dengan komponen lain hingga membentuk satu


FBD untuk menggambarkan beberapa kesatuan fungsi sistem kerja yang terdapat
fungsi komponen dalam satu kesatuan blok yang didalam Booster Compressor sebagaimana yang
saling berhubungan antara fungsi komponen satu terlihat pada gambar dibawah
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 150

Air Inlet
Saluran udara
masuk
Air Intake Filter
Menyaring
udara

Aux Lube Oil Gas Turbine MFCV


Gas Fuel Supply
Pump Menggerakkan Mengatur Gas
Gas Fuel masuk
Pelumasan Compressor Fuel

Booster
Gas Inlet Suction Valve Discharge Valve Gas Outlet
Compressor
Gas masuk Katub hisap Katub keluar Gas keluar
Kompresi gas

Recycle Valve
Gas Recycling

Vent Valve
Gas Venting

Atmosphere
Lingkungan

Gambar 11 Functional Block Diagram (FBD) Booster Compressor

Melakukan Failure Mode and Effects Analysis maintenance yang sudah ada sebelumnya,
(FMEA) namun akan melengkapi kegiatan perawatan
FMEA adalah merupakan metode yang telah berjalan sebelumnya. Dengan kata
sistematis yang digunakan untuk menganalisa
lain lain implementasi RCM yang akan
kerusakan. Teknik FMEA digunakan sebagai
bagian integral dari pelaksanaan analisis RCM diterapkan tetap berbasis pada program kegiatan
untuk menganalisa kerusakan yang terdapat pada maintenance.
Booster Compressor.
SARAN
Menyusun Proposed Task berdasarkan Adapun dari hasil penelitian ini diperoleh
FMEA hasil perhitungan OEE (Overall Equipment
Dari hasil Failure Modes and Effect Effectiveness) pada Booster Compressor sebesar
94.5%. Dari data FMEA (Failure Mode and
Analysis yang telah dibuat, langkah selanjutnya
Effect Analysis) diketahui bahwa kegiatan
adalah menentukan rencana tindakan berikutnya perawatan yang berjalan selama ini belum
yang akan dilakukan untuk failure mode yang sepenuhnya efektif untuk mengidentifikasi
muncul pada komponen dengan memperhatikan failure mode yang timbul dari komponen kritis.
MTBF. Proposed Task yang akan ditentukan Hasil analisis dengan metode RCM (Reliability
tidak akan menggantikan kegiatan preventive Centered Maintenance) merekomendasikan
Jurnal Rekayasa Mesin dan Inovasi Teknologi, Vol: 02, No: 02, September 2021 | 151

perlu adanya task tambahan dengan tujuan untuk [8] Wahjudi Didik, Tjitro Soejono, Soeyono
mengetahui failure mode pada komponen kritis Rhismawati, “Studi Kasus Peningkatan
yaitu Aux Lube Oil Pump, Vent Valve, Air Intake OEE melalui Implementasi TPM”, Seminar
Filter, Recycle Valve, dan Main Fuel Control Nasional Teknik Mesin IV 30 Juni 2009,
Valve yang tidak dapat diidentifikasi Surabaya (2009)
sebelumnya dan waktu pelaksanaannya. [9] Tri Sulistiyono, lviana Juniani Anda,
Dari sisi ekonomi, tambahan task ini pada Setyana Iva, “Implementation of RCM II
kegiatan perawatan Booster Compressor and RPN in Risk Assesment and
memang memerlukan biaya tambahan namun Scheduling Maintenance Task at High
bila dibandingkan dengan kerugian kehilangan Pressure Boiler based on JSA”, Performa
produksi akibat perlalatan mengalami downtime, 2008 Vol 7 No. 2 (2008)
biaya yang dikeluarkan sangat kecil. Selain itu [10] Nakajima, S, “TPM Development
biaya perbaikan pada peralatan yang mengalami Program”, Productivity Press Inc,
failure unscheduled shutdown lebih besar Cambridge (1988)
daripada biaya untuk kegiatan perawatan rutin. [11] Tampubolon, M.P,“Manajemen
Operasional”, Ghalia Indonesia, Jakarta
UCAPAN TERIMA KASIH Priyanta, Dwi, 2000 Keandalan dan
Penulis menyampaikan terima kasih Perawatan, Jurusan Teknik Sistem
kepada Chevron Indonesia Company yang telah Perkapalan ITS.Surabaya.(2004)
memberi kesempatan melakukan penelitian dan [12] Bloom. Neil B, “Reliability Centered
karyawan bagian perawatan mesin yang telah Maintenance : Implementation Made
menyediakan data-data yang diperlukan serta Simple”, McGraw-Hill, Inc, New York
diskusi mengenai hal-hal yang terkait dengan (2006)
kegiatan perawatan mesin. [13] Villemeur. Main, “Reliability,Availahility,
Maintainability and Safety Assessment”
DAFTAR PUSTAKA Volume 1, John Willey & SonsInc, Canada.
[1] Ebeling, E, Charles, “An Introduction to (1992)
Realiability and Maintenability [14] Mitchell, John, “Physical Asset
Engineering, Waveland Press Inc.Illinois” , Management Handbook 4rd
(2005) Edition”,Clarion Publication, New York
[2] Blanchard, Benjamin, “Maintainability : A (2009)
key to Effective Serviceability and [15] Abernethy, Robert, “An Overview of
Maintenance Management” , A Wiley Weibull Analysis”, North Palm Beach,
Interscience Publication New York, (1995) Florida (2002)
[3] Hansen, Robert C, “A Powerful [16] Rosyadi, Anas, “RCM KLO Chevron
Production/Maintenance Tool For Procedure” , Balikpapan (2010)
Increased Profits” Press.lnc., New
York.(2001)

[4] Moubray, John, “Reliability Centered


Maintenance”, Industrial Press Inc New
York.(2000)
[5] Moubray, John, Reliabilty Centered
Maintenance 2nd Edition,
Industrial.Press.Inc., New York. (1997)
[6] Plucknette, “Why RCM Doesn't Work,
Allied Reliability”, Charleston, SC (2007)
[7] Anderson, L. Neri, “Realiability and
Maintenability Engineering :Management
and Engineering Methods”, Elsevier
Science Publisher Ltd, New York (1990)

Anda mungkin juga menyukai