Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang alam dan
sekitarnya, setiap gejala alam yang terjadi di lingkungan selalu berkaitan erat
dengan hukum-hukum fisika. Ilmu fisika sangatlah luas, salah satunya yaitu
hokum ohm. Pengetahuan tentang hukum ohm sangant bermanfaat dalam
pemilihan komponen-komponen listrik yang baik serta sesuai dengan besarnya
tegangan yang tersedia. Misalnya jika menggunakan lampu yang mempunyai
tahanan yang dibuat sesuai dngan nilai tegangan yang besarnya tertentu. Jika
lampu tersebut dihuungkan dengan baterai yang tegangannya terlalu kecil, lampu
tersebut tidak akan menyala secara maksimal atau lampu akan menyala dengan
redup.
Alat-alat listrik misalnya setrika listrik mempunyai komponen-komponen
penyusun yang dapat mengalirkan listrik. Ketika setrika dialiri arus listrik yang
berasal dari sumber tegangan listrik maka arus listrik tersebut akan mengalir
kesetrika yang menyebabkan setrika menjadi panas, sehingga dapat digunakan
menyetrika baju dan pakaian.
Contoh lainnya, lampu senter merupakan contoh rangkaian listrik
sederhana. Didalamnya terdapat baterai yang dihubungkan dengan lampu dan
sakelar sehingga membentuk rangkaian seri tertutup. Sebaliknya, pada saat
sakelar terbuka lampu kembali padam. Semua contoh diatas merupakan beberapa
diantara banyaknya manfaat dari ilmu hukum ohm. Untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana setrika menjadi panas ketika dialiri arus listrik, bagaimana
prinsip kerja dari lampu senter dari rangkaian sederhana, maka dilakukan
eksperimen mengenai hukum ohm.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara tegangan dan kuat arus dalam suatu rangkaian
sederhana

C. Tujuan Percobaan
Untuk menyelidiki hubungan antara tegangan dan kuat arus dalam suatu
rangkaian sederhana

D. Manfaat Percobaan
1. Menambah wawasan mengenai hubungan antara kuat arus, tegangan dan
hambatan
2. Agar dapat memahami tentang kelistritan
3. Dapat mengaplikasikan tentang kelistrikan dalam kehidupan sehari-hari
4. Dapat dijadikan referensi bagi pembaca
5. Dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Hambatan atau disebut juga tahanan atau resistensi adalah sesuatu yang
sering dibicarakan dalam bidang fisika elektronika. Dalam hokum ohm dijelaskan
mengenai hubungan antara kuat arus dan hambatan. Jika nilai hambatan
diperbesar maka kuat arus akan menurun untuk beda potensial yang tetap,
sehingga bila ditulis,

𝐼
𝐼∞ … pers (2.1)
𝑅

Persamaan diatas menunjukan bahwa hambatan berbanding terbalik dengan


kuat arus,

𝑉
𝐼 = 𝑅 , 𝑉 = 𝐼. 𝑅 …per (2.2)

Persamaan diatas disebut hokum ohm, dengan R adalah hambatan yang


dinyatakan dalam satuan ohm ditulis dalam symbol Ω(omega). Berdasarkan
hokum ohm, 1 ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan dalam suatu
rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 ampere dengan beda potensial 1 volt.
Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu
perbandingan antara beda potensial dan kuat arus.

V R

I
Gambar 2.1 grafik V terhadap I
Definisi satu ampere adalah satu coulomb muatan yang bergerak melalui
sebuah titik dalam satu sekon. Arus listrik dapat terjadi apabila didalam sebuah
rangkaian terhadap beda potensial. Hubungan antara kuata arus listrik dan beda
potensial menunjukkan makin besar beda potensial makin besar kuat arusnya.
Hubungan kesetimbangan antara beda potensial dan kuat arus perlu adanya factor
pembandingan yang disebut hambatan. Karena beda potensial 𝑉 = 𝐼𝑅 maka besar
daya dapat ditulis:

𝑃 = 𝐼. 𝑉 = 𝐼 2 𝑅…pers (2.3)

Sedangkan besar kalor dalam waktu t:

𝑃 𝑅
𝑄= = 𝐼 2 …pers (2.4)
𝑡 𝑡

Factor-faktor yang mempengaruhi nilai hambatan suatu penghantar:

Gambar 2.2 hubungan hambatan dan panjang kawat.


1. Panjang kawat penghantar
semakin panjang kawat semakin besar nilai hambatannya.
2. Luas penampang kawat penghantar (A)
Semakin besar penampang penghantar, semakin kecil nilai hambatannya.
3. Hambatan jenis kawat penghantar (p)
Semakin besar hambat jenis penghantar, semakin besar nilai hambatannya,
secara matematis ditulis:
𝑙
𝑅=𝑝 …pers (2.5)
𝐴

(Riskawati,2012:93-95)

Arus listrik adalah aliran muatan listrik positif pada suatu benda
penghantar dari potensial tinggi ke potensial rendah.

+++ +++
+++ +
+ +++++
A

Air

Gambar 2.3

Air dalam bejana A mempunyai energi potensial tinggi daripada air dalam
bejana B,sehingga terjadi aliran air dari bejana A menuju bejana B atau dikatakan
bahwa potensial di A lebih tinggi daripada potensial B sehingga terjadi aliran
muatan listrik dari A ke B. Jadi dapat dikatakan bahwa muatan listrik positif dari
potensial tinggi ke potensial rendah berpindah dengan mengalir.Selanjutnya aliran
muatan listrik positif tersebut disebut arus listrik.Jadi dapat disimpulkan bahwa
arus listrik adalah aliran muatan positif dari potensial tinggi ke potensial rendah.

(Nurrachmandani,2009:180)

Arus adalah sebarang atau banyaknya gerak muatan dari satu daerah ke daerah
lainnya, Rasio V terhadap I untuk sebuah konduktor tertentu dinamakan hambatan

𝑉
𝑅= …pers (2.6)
𝐼

Atau

𝑉 = 𝐼. 𝑅 …pers (2.7)

(hubungan antara tegangan, arus dan hambatan)

Seringkali dinamakan hukum ohm, tetap penting untuk dipahami bahwa isi
sebenarnya dari hukum ohm adalah kesebandingan langsung dari V terhadap I.
persamaan (2.13) atau (2.14) mendefinisikan hambatan R untuk sebarang
konduktor, apakah konduktor itu hukum ohm, atau tidak tetapi hanya jika R
konstan. Kita dapat menamakan hubungan ini sebagai hukum ohm. Satuan SI dari
hambatan adalah ohm, yang sama dengan satu volt per ampere (1Ω = 1 𝑉/𝐴).
Kilo ohm (1 kΩ=103 𝜔) dan mega ohm (1 mΩ=106 𝜔).

(Young,1999:229-230)

Hukum ohm menyatakan bahwa tegangan pada terminal-terminal material


pengantar berbanding lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini,
secara matematika hal ini dirumuskan sebagai,

𝑣 = 𝑖𝑅 …pers (2.8)
Di mana konstanta proposionalitas atau kesebandingan R disebut sebagai
resistansi. Satuan untuk resistansi adalah ohm, yaitu 1 V/A, dan biasa disingkat
dengan huruf besar omega Ω.

Jika persamaan ini dipetakan dalam sumbu-sumbu I terhadap v, maka grafik


yang diperoleh akan berupa sebuah garis lurus yang melalui titik asal (koordinat
(0,0)); lihat gambar 2.4. persamaan (2.8) merupakan persamaan linear dan kita
akan menganggap ini sebagai definisi dari sebuah resistor linear. Jadi, jika rasio
atau perhitungan antara arus dan tegangan pada

Gambar 2.4 relasi arus terhadap tegangan untuk resistor linier 2Ω

Suatu elemen arus sederhana adalah konstan, elemen ini merupakan resistor
linier dan memiliki resistansi yang sama dengan perbandingan nilai tegangan
terhadap arusnya. Resistansi biasanya dipandangan sebagai suatu besaran dengan
nilai positif, meski resistansi dengan nilai negatif juga dapat di jumpai dan bisa
disimulasikan dengan rangkaian khusus.

(William H, 2005:22-23)
B. Hipotesis

Dalam suatu rangkaian listrik dapat dikatakan bahwa semakin besar arus yang
mengalir maka semakin besar pula tegangan pada penghantar, dan berbanding
terbalik dengan hambatan. Sehingga semakin besar arus yang mengalir maka
hambatannya akan semakin kecil.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


1. Kardus
2. Gabus
3. Wadah
4. Bola kecil
5. Stopwatch

B. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Merangkai alat seperti gambar dibawah ini:

3. Mengatur tegangan yang akan digunakan.


4. Masukkan bola kedalam kardus, kemudian amati keadaan laju bola.
5. Catat hasil pada tabel pengamatan.
6. Ulangi langkah 3-5 dengan tegangan yang berbeda.
C. Identifikasi Variabel
1. Variabel Manipulasi : Tegangan (v)
2. Variabel Respon : Kuat Arus (I)
3. Variabel Kontrol : Hambatan (R) dan sumber tegangan
D. Definisi Operasional Vaeriabel
1. Variabel Manipulasi
Tegangan (v) adalah nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan
menggunakan volmeter dengan cara mengalikan antara penunjukan skala
dengan nst voltmeter dan dinyatakan dalam satuan volt(V).
2. Variabel Respon
Kuat arus (I) adalah nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan
menggunakan amperemeter dengan cara mengalikan antara penunjukan
skala dengan nst amperemeter dan dinyatakan dalam satuan ampere (A).
3. Variabel Kontrol
Hambatan (R) adalah bearnya nilai yang tertera pada resistor yang
terhubung pada rangkaian dengan besar 47 Ω.
Sumber tegangan yaitu besarnya tegangan yang digunakan dari catu daya
dengan tetapan sebesal 4 Volt.

E. Teknik Analisis Data

Tabel pengamatan

No Tegangan (V) Kuat arus (I)

1 4v
2 6v
3 8v
Hambatan (R) Keadaan Bola

Tidak ada
ada

Analisis perhitungan dan ketidakpastian

Untuk mencar inilai hambatan


V
R=
I
Keterangan :
R = Hambatan (Ω)
V = Tegangan (V)
I = KuatArus (A)
Untuk hambatan rata-rata
̅ = R1 +R2+R3
R n

AnalisisKetidakpastian
V
R= = V. I −1
I
∂R ∂R
ΔR = | | ∆V + | | ∆I
∂V ∂I
∆R = |I −1 . ∆V + V. I −2 . ∆I|
∆V V. ∆I
∆R = | + 2 |
I I
∆R
KR = × 100%
R
DK = 100% − KR
PF = |R ± ∆R|
∆R1 + ∆R 2 + ∆R 3
̅̅̅̅ =
∆R
n
∆R
KR = × 100%
R
DK = 100% − KR
PF = |R ± ∆R|
DAFTAR PUSTAKA

Riskawati. 2012. Materi dan Penuntun Perkuliahan Fisika Dasar 1. Makassar:


Universitas Muhammadiyah Makassar.

Nurachmandani. 2009. Fisika 2 Untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Pusat


Perbukuan.

Young & Freedman. 1999. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga

William H. Hayt, Jr. dkk. 2005. Rangkaian Listrik Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai