Anda di halaman 1dari 9

DEMAM TIFOID

No. :
Dokumen
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman : 1/4
UPT Ttd Kepala Puskesmas Wilsa Chitrayuni
PUSKESMAS NIP.
KECAMATAN 197706232006042
KIBIN 022

1. Pengertian Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella thypi atau Salmonela paratyphi.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam mengobati
penyakit demam tifoid.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Kecamatan Kibin
Nomor : 800/071/PKM/I/2018 tentang Pelayanan Klinis.
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Alat dan bahan :
Lampu kepala / pen light, termometer
2. Petugas melakukan anamnesis kepada pasien.
a. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan
pola intermiten dan kenaikan suhu step-ladder. Demam
tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu) hingga
minggu kedua.
b. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area
frontal.
c. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan
meteorismus atau diare, mual, muntah, nyeri abdomen
dan BAB berdarah.
d. Gejala penyerta lain seperti nyeri otot dan pegal-pegal,
batuk, anoreksia, insomnia.
e. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan
kesadaran atau kejang.
f. Faktor risiko (higiene personal yang kurang baik; higiene
makanan dan minuman yang kurang baik; sanitasi
lingkungan yang kurang baik; adanya outbreak demam
1/3
tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari; adanya carrier
tifoid di sekitar pasien; kondisi imunodefisiensi).
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien.
a. Suhu tinggi.
b. Bau mulut karena demam lama.
c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
d. Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue),
jarang ditemukan pada anak.
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
g. Hepatosplenomegali.
h. Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak
diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi)
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut:
a. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis
dengan kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat,
pasien dapat menjadi somnolen dan koma atau dengan
gejala-gejala psikosis (organic brain syndrome).
b. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih
menonjol.
4. Petugas menentukan diagnosis.
a. Suspek demam tifoid (suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
demam, gangguan saluran cerna dan petanda gangguan
kesadaran. Diagnosis suspek tifoid hanya dibuat pada
pelayanan kesehatan primer.
b. Demam tifoid klinis (probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran
laboratorium yang menunjukkan tifoid.
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa
darah rutin dan serologi Widal beserta hitung jenis leukosit.
6. Petugas memberikan penatalaksanaan kepada pasien.
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
- Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi.
- Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat
diberikan secara oral maupun parenteral.
- Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori

2/6
dan protein, rendah serat.
- Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
- Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi,
suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di
rekam medik pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik)
dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol
4x500mg, Ampisilin atau Amoksisilin (aman untuk
penderita yang sedang hamil) 50-150mg/kgBB selama 2
minggu atau Trimetroprim-sulfametoxazole
(Kotrimoksazol) 2x2 selama 2 minggu.
Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai
tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau
dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim,
Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena
dinilai mengganggu pertumbuhan tulang) contoh :
Ciprofloksasin 2x500mg/hari selama 6 hari.
7. Petugas melakukan indikasi rawat jalan pada pasien
demam tifoid dengan kriteria sebagai berikut:
a. Pasien dengan gejala klinis ringan, tidak ada tanda-
tanda komplikasi dan komorbid yang membahayakan.
b. Pasien dengan kesadaran baik dan dapat makan
minum dengan baik.
c. Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang cara-
cara merawat serta cukup paham tentang petanda bahaya
yang akan timbul dari tifoid
8. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien
dan keluarganya.
9. Petugas merujuk pasien demam tifoid yang memenuhi
kriteria rujukan.
a. Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic
typhoid).
b. Demam tifoid dengan komplikasi (komplikasi yang sering
perforasi ileum: peritonitis awalnya di perut kanan bawah,
defense muscular positif; toksik tifoid (gangguan
kesadaran, penurunan kesadaran akut: kesadaran
berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopor atau koma).

3/6
c. Demam tifoid dengan komorbid yang berat.
d. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak
perbaikan.
6. Bagan alir
Dokter melakukan
pemeriksaan fisik kepada
Dokter melakukan anamnesis
pasien
kepada pasien.

Dokter menentukan
diagnosis kepada pasien

Dokter memberikan
penatalaksanaan kpada
pasien

Dokter melakukan

Petugas merujuk pasien konseling dan edukasi


rhinitis alergi yang
memenuhi kriteria rujukan.

7. Unit terkait 1. Ruang UGD


2. Ruang pelayanan umum
8. Rekaman
No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
historis
diberlakukan
perubahan

4/6
DEMAM THIPOID

DAFTAR TILIK

UPTD
PUSKESMAS
KIBIN

Tidak
Langkah Kegiatan Ya Tidak Berlaku
No

5/6
1 Apakah Dokter melakukan anamnesis kepada pasien?
a. Demam turun naik terutama sore dan malam
hari dengan pola intermiten dan kenaikan suhu step-
ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus
(demam kontinu) hingga minggu kedua.
b. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering
dirasakan di area frontal.
c. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi
dan meteorismus atau diare, mual, muntah, nyeri
abdomen dan BAB berdarah.
d. Gejala penyerta lain seperti nyeri otot dan
pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia.
e. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai
penurunan kesadaran atau kejang.
f. Faktor risiko (higiene personal yang kurang
baik; higiene makanan dan minuman yang kurang
baik; sanitasi lingkungan yang kurang baik; adanya
outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal
sehari-hari; adanya carrier tifoid di sekitar pasien;
kondisi imunodefisiensi).

6/6
2 Apakah Dokter melakukan pemeriksaan fisik kepada
pasien?
a. Suhu tinggi.
b. Bau mulut karena demam lama.
c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
d. Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated
tongue), jarang ditemukan pada anak.
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
g. Hepatosplenomegali.
h. Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang
tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi)
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut:
a. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa
apatis dengan kesadaran seperti berkabut. Bila
klinis berat, pasien dapat menjadi somnolen dan
koma atau dengan gejala-gejala psikosis (organic
brain syndrome).
b. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium
lebih menonjol.

4 Apakah Dokter menentukan diagnosis?


a. Suspek demam tifoid (suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala demam, gangguan saluran cerna dan petanda
gangguan kesadaran. Diagnosis suspek tifoid hanya
dibuat pada pelayanan kesehatan primer.
b. Demam tifoid klinis (probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran
laboratorium yang menunjukkan tifoid.

7/6
5 Apakah Dokter memberikan penatalaksanaan kepada pasien.
. a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
- Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi.
- Menjaga kecukupan asupan cairan, yang
dapat diberikan secara oral maupun parenteral.
- Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak,
cukup kalori dan protein, rendah serat.
- Konsumsi obat-obatan secara rutin dan
tuntas.
- Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, kesadaran), kemudian dicatat
dengan baik di rekam medik pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan
demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan
gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik.
Antibiotik lini pertama untuk demam tifoid adalah
Kloramfenikol 4x500mg, Ampisilin atau
Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang
hamil) 50-150mg/kgBB selama 2 minggu atau
Trimetroprim-sulfametoxazole (Kotrimoksazol) 2x2
selama 2 minggu.
Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama
dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik
lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu
Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak dianjurkan
untuk anak <18 tahun karena dinilai mengganggu
pertumbuhan tulang) contoh : Ciprofloksasin
2x500mg/hari selama 6 hari.

8/6
6 Apakah Dokter memberikan konseling dan edukasi?

Apakah Petugas merujuk pasien demam tifoid yang


7 memenuhi kriteria rujukan.

a. Demam tifoid dengan keadaan umum


yang berat (toxic typhoid).

b. Demam tifoid dengan komplikasi


(komplikasi yang sering perforasi ileum:
peritonitis awalnya di perut kanan bawah, defense
muscular positif; toksik tifoid (gangguan
kesadaran, penurunan kesadaran akut: kesadaran
berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopor atau
koma).

c. Demam tifoid dengan komorbid yang


berat.

d. Telah mendapat terapi selama 5 hari


namun belum tampak perbaikan.

CR :………………% Serang,……………………

Pelaksana/ Auditor

9/6

Anda mungkin juga menyukai