Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang dapat

dilakukan dengan cara meningkatkan sanitasi lingkungan yang baik pada lingkungan

tempatnya maupun terdapat bentuk atau wujud subtansinya yang berupa fisik, kimia

atau biologi, termasuk perubahan perilaku untuk mencapai sehat melalui

pengendalian faktor lingkungan fisik, khususnya hal-hal yang memiliki dampak

merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Sedangkan

kesehatan lingkungan adalah usaha pengendalian semua faktor yang ada pada

lingkungan fisik manusia yang diperkirakan akan menimbulkan hal-hal yangakan

mempengaruhi kualitas lingkungan yang sehat. (Silva;dkk, 2008:7)

Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.

Mayoritas kuman TB akan menyerang paru, akan tetapi kuman TB bisa juga

menyerang organ tubuh yang lainnya yang terutama menyerang penyakit perenkim

paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras

yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri

dalam paru. Tb Paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan

granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara,
waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. (Permenkes

No.67,2016)

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Sesuai

dengan tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, WHO menargetkan untuk

menurunkan kematian akibat tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan insiden

sebesar 80% pada tahun 2030 dibandaingkan dengan tahun 2014.Pada tahun 2015

diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis atau 142 kasus/100.000

populasi, dengan 480.000 kasus multidrug-resistant. Indonesia merupakan negara

dengan jumlah kasus baru terbanyak kedua setelah india. Sebesar 60% kasus baru

terjadi di 6 negara yaitu india, Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika selatan

kematian akibat tuberkulosis diperkirakan sebanyak 1,4 juta kematian ditambah 0,4

juta krmatian akibat tuberkulosis pada orang dengan HIV. Meskipun jumlah kematian

akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan 2015, tuberkulosis tetap

menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2015 (WHO,Global

tuberculosis Report,2016).

Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global 9,6 juta kasus TB baru

dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian

karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut

ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang (140.000

orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian

190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di

bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun (Permenkes No 67,2016)


Jumlah TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada

1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian

pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV

positif (25 per 100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus ( Case Notification

Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000 penduduk.

Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara

nasional perkiraan prevalensi HIV diantaranya pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%.

Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9%

kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan

pengobatan ulang.(Permenkes No.67,2016)

Pada tahun 2013-2014 dilakukan survei prevalensi tuberkulosis yang

bertujuan untuk menghitung prevalensi tuberkulosis paru dengan konfirmasi

bakteriologis pada populasi yang berusia 15 tahun keatas di indonesia. Pada survei ini

dilakukan penambahan metode pemeriksaan selain menggunakan pemeriksaan dahak

mikroskopis dan pemeriksaan foto toraks di tambah pemeriksaan x-ray, gen expert

dan kultur. Dengan penambahan metode pemeriksaan dalam penetapan kasus

tuberkulosis ini maka jumlah penderita tuberkulosis yang terjaring menjadi lebih

banyak dari pada tahun-tahun sebelumnya.

Angka prevalensi TB pada tahun 2014 menjadi sebesar 647/100.000

penduduk meningkat dari 272/100.000 pada tahun sebelumnya, angka insidensi tahun

2014 sebesar 399/100.000 penduduk dari sebelumnya sebesar 183/100.000 pada

tahun 2013, demikian juga dengan angka ,mortalitas pada tahun 2014 sebesar
41/100.000 penduduk, dari 25/100.000 penduduk pada tahun 2013(WHO,Global

Tuberculosis Report,2015).

Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910

kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada

tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan

terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa

Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 38%

dari jumlah seluruh kasus baru di indonesia.

Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan. Pada masing-masing

provinsi diseluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan.

Menurut kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak

ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti kelompok

umur 45-54 tahun sebesar 17,33% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar

17,18%.

Menurut data kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2016 ada 5.772 penderita

dengan cure rate 75,69% dan sembuh sebesar 93%. Angka keberhasilan pengobatan

di provinsi lampung tahun 2016 sudah mencapai target yaitu 92,6%.

Menurut data kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2017 ada 4.195 penderita,

laki-laki sebanyak 2.587 penderita dengan cure rate 61,67% sedangkan perempuan

1.608 penderita dengan cure rate 38,33%.


Penemuan kasus TB di Kota Bandar Lampung Tahun 2015 ada 5.724

penderita, laki-laki sebanyak 3.506 penderita sedangkan perempuan 2.218 penderita.

Menurut data TB Paru yang tercatat di Puskesmas Rawat Inap Panjang

Bandar Lampung pada tahun 2017 di temukan kasus TB Paru dengan jumlah 108

penderita TB Paru. Pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 123 penderita

TB Paru. Dan pada tahun 2019 di temukan kasus TB Paru dengan jumlah 39 pada

bulan januari yaitu 14 februari 8 dan maret 17 penderita.

Dari data Dinas Kesehatan Bandar Lampung, bahwa Bandar Lampug

mempunyai 30 puskesmas. Dilihat dari data pengidap penyakit TB pada tahun 2018,

puskesmas panjang berada pada nomor urutan ke 4 dengan pengidap penyakit TB

tertinggi dari 30 puskesmas yang ada di bandar lampung.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian,

mengetahui gambaran faktor lingkungan pada penderita penyakit Tb paru di wilayah

kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2019

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulisan merumuskan

masalah yaitu “Bagaimana Gambaran Faktor Lingkungan Pada Penderita

Penyakit Tb paru di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota

Bandar Lampung Pada Tahun 2019”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Mendeskripsikan Bagaimana Gambaran Faktor Lingkungan Pada

Penderita Penyakit Tb paru di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap

Panjang Kota Bandar Lampung pada tahun 2019

2. Tujuan khusus

a. Ingin mengetahui kondisi kepadatan hunian yang ada di Wilayah

Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang Kecamatan Panjang Kota

Bandar Lampung Tahun 2019

b. Ingin mengetahui kondisi ventilasi rumah yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2019

c. Ingin mengetahui umur responden pada penderita TB Paru di Wilayah

Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung Tahun

2019

d. Ingin mengetahui kebiasaan merokok pada penderita TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung

Tahun 2019

e. Ingin mengetahui distribusi jenis kelamin pada penderita TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung

Tahun 2019

D. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat

mengaplikasikan ilmu yansg sudah didapatkan dibangku perkuliahan

2. Bagi pendidikan

Dapat menambahkan informasi bagi institusi Poltekkes Jurusan Kesehatan

Lingkungan

3. Bagi puskesmas

Dapat memberikan saran dan masukan agar meningkatkan program

Kesehatan Lingkungan khususnya sarana sanitasi yang baik sehingga

dapat mencegah penyakit Tb paru di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat

Inap Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2019

E. Ruang lingkup

Pada penelitian ini penulisan dapat membatasi ruang lingkup permasalahan

pada kondisi kepadatan hunian dan melihat sarana ventilasi rumah, umur dan

kebiasaan merokok pada penderita Tb paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung 2019

Anda mungkin juga menyukai