Dosen Pembimbing :
Azizah Rachmawati, ST.MT
Disusun Oleh :
Malang, 30 September
2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a) Memahami pemadatan tanah beserta prinsipnya.
b) Memahami konsep dasar pemadatan tanah.
c) Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemadatan tanah.
d) Mengetahui apa saja rumusan-rumusan teori yang digunakan dalam
pemadatan tanah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Tingkat kepadatan tanah dapat diukur dari nilai berat volume
keringnya. Berat volume kering tidak berubah oleh adanya perubahan
kadar air. Jika dilapangan, ketika tanah yang selesai dipadatkan kemudian
terkena hujan maka volume berat keringnya tetap tidak berubah, sepanjang
volume total tetap. Berikut adalah jenis tanah dan sifatnya :
a) Tanah Granuler
Tanah ini memiliki sifat kuat geser yang tinggi dengan
perubahan volume yang sedikit mengalami perubahan volume
ketika sudah dipadatkan. Tanah ini juga memiliki tingkat
permeabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, tanah ini paling mudah
pengerjaannya dilapangan
b) Tanah Lanau
Tanah ini memiliki sifat yang stabil dan mampu
memberikan kuat geser yang cukup dan sedikit memiliki
kecenderungan mengalami perubahan volume. Lanau memiliki
kekurangan ketika kondisi basah, tanah ini akan sangat sulit
dipadatkan karena permeabilitas yang rendah.
c) Tanah Lempung
Tanah lempung yang dipadat dengan benar akan
menghasilkan kuat geser tinggi. Sifat kembang susutnya tergantung
mineral yang terkandung didalamnya. Lempung padat mempunyai
permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak dapat dipadatkan
dengan baik ketika kondisi sangat basah.
3
Dalam pemadatan tanah ada dua peristiwa yang perlu diketahui.
Yang pertama adalah peristiwa konsolodasi tanah, peristiwa ini adalah
pengurangan volume pori sehingga bertambah berat volume kering yang
diakibatkan beban(statis) yang ada diatasnya selama jangka waktu tertentu.
Peristiwa konsolodasi ini diikuti oleh pengurangan volume air dan pori
sehingga terjadi penurunan volume tanah. Berbeda dengan pemadatan
tanah dengan beban dinamis, proses ini tidak mengakibatkan keluarnya air
pada tanah.
Penambahan air pada pemadatan tanah dapat melunakkan tanah
yang mengakibatkan partikel tanah tergelincir satu sama lain sehingga
posisi tanah lebih rapat. hal ini adalah prinsip pemadatan yang
dikemukakan oleh Johnson dan sallberg, 1960. Pada awal pemadatan,
berat volume kering bertambah dengan ditambanya kadar air. Pada air nol
(w=0), berat volume basahnya sama dengan berat volume keringnnya.
𝛾𝑏(𝑤 = 0) = 𝛾𝑑
Gambar 2.1 Perbandingan Berat volume basah (𝛾𝑏) dengan kadar air (w).
Sumber : Buku Mekanika Tanah 1, 2018
Bertambahnya kadar air diikuti dengan naiknya nilai berat volume
kering (dengan usaha pemadatan yang sama) hingga mencapai nilai
maximum di w2(kadar air optimum). Kemudian penambahan air justru
membuat penurunan nilai berat volume basah tanah.
4
2.3. UJI PEMADATAN
Untuk mengetahui hubungan kadar air dan berat volume kering
maksimum ,Procotor (1993) berhasil merumuskan dalam persamaan :
𝛾𝑏
𝛾𝑑 =
1+𝑤
-4
Proctor menguji dengan silinder mould bervolume 9,44 x 10 m3
dengan masssa 2,5 kg dijatuhkan pada ketinggian 30,5 cm (1 ft) dengan
tanah dipadatkan dalam tiga lapisan dengan tiap lapian ditumbuk 25 kali,
Cara ini disebut dengan uji standart proctor. Pada pengujian proctor yang
di modifikasi (modified Proctor), Proctor mengganti mould dengan berat
4.45 kg dan dijatuhkan dari ketinggian 45.72 cm dengan tanah ditumbuk 5
lapisan.
Dalam pengujian dilakukan dalam 5 kali percobaan dengan kadar
air yang di variasikan. Kemudian hubungan antara berat volume kering
dan kadar air dapat digambarkan pada grafik. Kurva memperlihatkan
bahwa nilai kadar air yang optimum dapat menghasilkan berat volume
kering terbesar. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kepadatan tanah
maximum dapat dicapai ketika nilai kadar air optimum.
Kadar air yang rendah menyebabkan tanah cenderung kaku dan
sulit untuk dipadatkan. Nilai kadar air terlalu tinggu justru membuat harga
berat volume kering berkurang. Ketika udara yang berada dalam tanah
dapat dikeluarkan dalam pemadatan berlangsung, tanah akan berada pada
kondisi jenuh dan nilai berat volume kering akan menjadi maximum.
Namun pada praktek dilapangan sangan sulit untuk mencapai tanah pada
kondisi jenuh ini. Berat volume kering ketika jenuh (𝛾zaf) dapat diketahui
melalui persamaan berikut :
5
Penentuan nilai berat volume kering kering setelah pemdatan yang
mengandung kadar air dan udara (air content), maka dapat dirumuskan
𝐺𝑠(1 − 𝐴)𝛾𝑤
𝛾𝑑 =
1 + 𝑤𝐺𝑠
A = Va / V
Gambar 3.1 Kurva hasil uji pemadatan pada berbagai jenis tanah (ASTM D-698)
Sumber : Buku Mekanika Tanah 1, 2018
6
b. Pengaruh Usaha Pemadatan
Energi pemadatan per-volume satuan (E) dinyatakan oleh
persamaan :
𝑁𝑏 𝑁𝑙 𝑊𝐻
E= 𝑉
Dengan,
Nb = jumlah pukulan per lapisan
Nl = jumlah lapisan
W = tinggi jatuh pemukul
V = volume mould
Dalam pengujian pemadatan tanah lempung berpasir
dengan mould dari standard Proctor memperlihatkan bahwa jumlah
tumbukan mempengaruhi kepadatan tanah.
7
lempung berpasir dengan mould dari standard Proctor. Jumlah
lapisan pada saat pemadatan di dalam mould yaitu 3 lapisan akan
tetapi jumlah pukulan pada setiap lapisan dibedakan yaitu antar 20
sampai 50 kali pukulan. Besarnya energi pemadatan di hitung
menggunakan persamaan (E) di atas. Maka hasilnya pada Tabel 2b
8
optimum, yang berarti kadar air yang kurang lebih mendekati
optimumnya.
Penyelidikan pada tanah lempung yang dipadatkan memperlihatkan
bahwa bila lempung dipadatkan pada kering optimum, susunan tanah
akan tidak bergantung pada macam pemadatanya (Seed dan Chan, 1959).
Susunan, kuat geser, serta sifat kemampatan tanah bergantung pada kadar
air pada basah optimum. Pada usaha pemadatan yang sama dengan
penambahan kadar air, penyesuaian susunan butiran menjadi bertambah.
Pada kering optimum, tanah selalu terflokulasi (penggabungan
partikel). Pada basah optimum susunan tanah menjadi terdispersi
(penguraian) beraturan. Gambar 2.5a
9
Kompresibilitas tanah lempung pada tingkat tekanan rendah akan
lebih tinggi ketika dipadatkan pada basah optimum, namun tidak mudah
mampat ketika dipadatkan pada tingkat tekanan tingg karena pada basah
optimum pengurangan angka pori lebih besar. Seperti pada ditujukan
pada gambar 2.5c
10
Gambar 2.5d Penyusutan sebaga fungsi kadar air dan macam pemadatan (Seed dan
Chan, 1959)
Sumber : Buku Mekanika Tanah 1, 2018
Pada kuat geser lempung memiliki kekuatan yang lebih tinggi ketika
dipadatkan pada kering optimum daripada dipadatkan pada basah
optimum karena pada basah optimum sedikit bergantung pada tipe
pemadatan. Pada gambar dibawah terdapat kurva kekuatan tanah
lempung berlanau yang dipadatkan dengan cara remasan (kneading).
Gambar tersebut menunjukan tekanan yang dibutuhkan untuk
memberikan 25% dan 5% regangan untuk tiga usaha pemadatan (Seed
dan Chan, 1959). Kekuatan tanah kira-kira sama pada kondisi basah
optimum dan bertambah dengan usaha pemadatanya bila dipadatkan sisi
kering optimum.
11
Gambar 2.5e kuat geser sebagi fungsi usaha pemadatan dan kadar
air (Seed dan Chan, 1959)
Sumber : Buku Mekanika Teknik 1, 2018
12
Gambar 2.5f Kuat geser diukur dengan CBR dan berat volume kering, terhadap
kadar air pada pemadatan di laboratorium (Turnbull dan Foster, 1956)
Sumber : Buku Mekanika Tanah 1, 2018
13
CONTOH SOAL
FGHJKASDIAISDJIASJDIA
SDJIASJDAISDJ
ASIDJA
SIDJ
AISDJAISDJA
JA
SDIJ
J
14
CONTOH SOAL
AISDAISDJSAID
ASDIJASDIASJD
ASIDJASIDJASDJ
AISDJAISDJASDJ
15
CONTOH SOAL
ASSADSHDAWHAJD
ASD
ASD
AS
ASD
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pemadatan tana merupakan suatu proses untuk meningkatkan nilai
kerapatan tanah guna mempertinggi kuat geser tanah, mengurangi sifat
mudah mampat, mengurangi sifat permeabilitas, mengurangi perubahan
volume sebagai akibat perubahan kadar air dalam arti lain sebagai
pendukung fondasi bangunan, juga digunakan sebagai bahan timbunan.
Untuk menentukan hubungan kadar air dan berat volume, dan
untuk mengevaluasi tanah agar memenuhi persyaratan kepadatan tanah
maka umumnya dilakukan uji pemadatan sepeti dalam pembahasan.
Namun terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemadatan yaitu
a) pengaruh macam tanah, dan b) pengaruh usaha pemadatan.
17
REFERENSI
Hardiyatmo, Hari Chridstady. 2018. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Wesley, L.D. 1977. Mekanika Tanah. Jakarta Selatan : Badan Penerbit
Pekerjaan Umum.
18