Anda di halaman 1dari 8

OTITIS MEDIA AKUT ( OMA )

No. Dokumen : 540/SOP/PKM/2019


No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 08 April 201912017
Halaman : 1/8
Wilsa Chitrayuni
UPT Puskesmas Ttd Kepala Puskesmas
NIP.
Kecamatan
197706232006042022
Kibin

1. Pengertian Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengobati penyakit
otitis media akut di
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Kecamatan Kibin Nomor : 450/
/PKM/I/2019 tentang Pelayanan Klinis.
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Alat dan bahan
a. Lampu kepala
b. Spekulum telinga
c. Aplikator kapas
d. Otoskop

2. Petugas melakukan anamnesis kepada pasien.


a. Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan
demam serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya.
b. Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri
terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam
telinga.

3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien.


a. Dapat ditemukan demam
b. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran timpani:
- Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat gambaran
retraksi membran timpani, warna membran timpani suram
dengan reflex cahaya tidak terlihat.
- Pada stadium hiperemis membran timpani tampak hiperemis
serta edema.
- Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke arah

1/3
luar (bulging) berwarna kekuningan.
- Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
- Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap utuh, maka
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila telah terjadi
perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak yang lebih
besar dapat ditemukan tuli konduktif .

4. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan yaitu


cek darah lengkap
5. Petugas menentukan diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

6. Petugas memberikan penatalaksanaan kepada pasien.


a. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
b. Pemberian farmakoterapi dengan:
- Topikal
 Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk
membuka kembali tuba eustachius. Obat tetes hidung HCl
efedrin 0,5% (atau Oksimetazolin 0,025%) diberikan
dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun
dan HCl efedrin 1% (atau Oksimetazolin 0,05%) dalam
larutan fisiologik untuk anak yang berumur lebih dari 12
tahun atau dewasa.
 Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2
3% selama 3-5 hari, dilanjutkan antibiotik adekuat yang
tidak ototoksik seperti Ofloxacin tetes telinga sampai 3
minggu.
- Oral sistemik
 Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi.
 Antipiretik seperti Paracetamol sesuai dosis anak.
 Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan
hiperemis ialah Penisilin atau Eritromisin, selama 10-14
hari:
a) Ampisilin : Dewasa 500mg 4x/hari; Anak 25 mg/kgBB
4x/hari atau
2/5
b) Amoksisilin: Dewasa 500mg 3x/hari; Anak 10mg/kgBB
3x/hari atau
c) Eritromisin : Dewasa 500mg 4x/hari; Anak 10mg/kgBB
4x/hari
d) Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi
dengan asam klavulanat atau sefalosporin.
 Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus
rujukan) dan pemberian antibiotik. Antibiotik yang
diberikan:
a) Amoxyciline: Dewasa 3x500mg/hari. Pada bayi/anak
50mg/kgBB/hari; atau
b) Erythromycine: Dewasa/ anak sama dengan dosis
amoxyciline; atau
c) Cotrimoxazole: (kombinasi Trimethroprim 80mg dan
Sulfamethoxazole 400mg tablet) untuk dewasa 2x2
tablet, anak (Trimethroprim 40mg dan
Sulfamethoxazole 200mg) suspensi 2x5ml.
d) Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang):
kombinasi Amoxyciline dan Asam klavulanat, dewasa
3x625 mg/hari. Pada bayi/anak, dosis disesuaikan
dengan BB dan usia.
c. Miringotomi (kasus rujukan)
Indikasi miringotomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat,
demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis,
mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi
merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami
kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode
OMA.
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien dan
keluarganya
8. Petugas merujuk pasien ke layanan sekunder dengan kriteria
rujukan.
a. Jika indikasi miringotomi.
b. Bila membran tymphani tidak menutup kembali setelah 3 bulan

7. Bagan alir

3/5
Dokter melakukan
Dokter melakukan pemeriksaan fisik
anamnesis kepada kepada pasien
pasien.

Dokter menentukan
diagnosis kepada
pasien

Dokter memberikan
penatalaksanaan kpada pasien

Petugas merujuk
pasien ke layanan
sekunder jika Dokter melakukan
memenuhi kriteria
konseling dan edukasi
rujukan otitis media
akut

8. Unit kerja 1. Ruang pelayanan umum


terkait 2. Ruang gawat darurat
9. Rekaman
historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai

perubahan diberlakukan

4/5
OTITIS MEDIA AKUT
No. Kode :

Terbitan :
Daftar :
No. Revisi
Tilik
Tgl mulai Berlaku :
UPT Puskesmas
Kecamatan Kibin :
Halaman

Unit : …..........………………………………………………….......
Nama Petugas : ……….........………………………………………………….
Tanggal Pelaksanaa : .............……………………………………………………....

5/5
No Kegiatan Ya Tidak TB.
1. Apakah Petugas melakukan anamnesis kepada pasien.
a. Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga dan demam serta ada riwayat batuk pilek
sebelumnya.
b. Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa
nyeri terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa
penuh dalam telinga.
2. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien.
a. Dapat ditemukan demam
b. Pemeriksaan dengan otoskopi untuk melihat membran
timpani:
- Pada stadium oklusi tuba Eustachius terdapat
gambaran retraksi membran timpani, warna membran
timpani suram dengan reflex cahaya tidak terlihat.
- Pada stadium hiperemis membran timpani tampak
hiperemis serta edema.
- Pada stadium supurasi membran timpani menonjol ke
arah luar (bulging) berwarna kekuningan.
- Pada stadium perforasi terjadi ruptur membran timpani
dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang
telinga luar.
- Pada stadium resolusi bila membran timpani tetap
utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila
telah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
mengering.
c. Pada pemeriksaan penala yang dilakukan pada anak
yang lebih besar dapat ditemukan tuli konduktif .

3. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yang


diperlukan seperti cek darah lengkap.?
4. Apakah dokter menentukan diagnosis?
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.

5. Apakah Petugas memberikan penatalaksanaan kepada


pasien ?
a. Asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
b. Pemberian farmakoterapi dengan:
 Topikal
 Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk
membuka kembali tuba eustachius. Obat tetes hidung HCl
6/5
efedrin 0,5% (atau Oksimetazolin 0,025%) diberikan
dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun
dan HCl efedrin 1% (atau Oksimetazolin 0,05%) dalam
larutan fisiologik untuk anak yang berumur lebih dari 12
tahun atau dewasa.
 Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2
3% selama 3-5 hari, dilanjutkan antibiotik adekuat yang
tidak ototoksik seperti Ofloxacin tetes telinga sampai 3
minggu.
 Oral sistemik
 Dapat diberikan antihistamin bila ada tanda-tanda alergi.
 Antipiretik seperti Paracetamol sesuai dosis anak.
 Antibiotik yang diberikan pada stadium oklusi dan
hiperemis ialah Penisilin atau Eritromisin, selama 10-14
hari:
a) Ampisilin : Dewasa 500mg 4x/hari; Anak 25
mg/kgBB 4x/hari atau
b) Amoksisilin: Dewasa 500mg 3x/hari; Anak
10mg/kgBB 3x/hari atau
c) Eritromisin : Dewasa 500mg 4x/hari; Anak
10mg/kgBB 4x/hari
d) Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi
dengan asam klavulanat atau sefalosporin.
 Pada stadium supurasi dilakukan miringotomi (kasus
rujukan) dan pemberian antibiotik. Antibiotik yang
diberikan:
a) Amoxyciline: Dewasa 3x500mg/hari. Pada
bayi/anak 50mg/kgBB/hari; atau
b) Erythromycine: Dewasa/ anak sama dengan dosis
amoxyciline; atau
c) Cotrimoxazole: (kombinasi Trimethroprim 80mg
dan Sulfamethoxazole 400mg tablet) untuk
dewasa 2x2 tablet, anak (Trimethroprim 40mg dan
Sulfamethoxazole 200mg) suspensi 2x5ml.
d) Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang):
kombinasi Amoxyciline dan Asam klavulanat,
dewasa 3x625 mg/hari. Pada bayi/anak, dosis
disesuaikan dengan BB dan usia.
e) Miringotomi (kasus rujukan) Indikasi miringotomi
pada anak dengan OMA adalah nyeri berat,
demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus

7/5
fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem
saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-
line pada pasien yang mengalami kegagalan
terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu
episode OMA.
6. Apakah Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada
pasien dan keluarganya?

7. Apakah Petugas merujuk pasien otitis media akut ke layanan


sekunder jika ditemukan keriteri rujukan
a. Jika indikasi miringotomi.
b. Bila membran tymphani tidak menutup kembali setelah 3
bulan
Jumlah

Compliance rate (CR)……………………%.

Serang,………………2019
Pelaksana / Auditor

(……………………………)

8/5

Anda mungkin juga menyukai