Anda di halaman 1dari 5

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP H.

ADAM MALIK
NOMOR : YR.01.01/XV.1.4.13/1971/2018
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR BEDAH
RSUP H. ADAM MALIK
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUP H. Adam Malik,
maka diperlukan penyelenggaraan Pelayanan Kamar Operasi yang bermutu
tinggi;

b. Bahwa agar Pelayanan Kamar Operasi di RSUP H. Adam Malik Medan dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik Medan sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Kamar Operasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam (a) dan (b)


perlu menetapkan Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Tentang Kebijakan
Pelayanan Kamar Operasi

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang RumahSakit;
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI.No.1333/MenKes/SK/XII/1999 Tentang
Standar Pelayanan Rumah sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Kamar Operasi.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 244/Menkes/Per/III/2008 Tanggal 11
Maret 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H. Adam Malik
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUP H. ADAM MALIK TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

KESATU : Memberlakukan keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Tentang


Kebijakan Pelayanan Kamar Operasi

KEDUA : Pelayanan kamar operasi meliputi kegiatan pelayanan bedah di kamar operasi
meliputi pelayanan pre, intra dan post operasi, dan segala pelayanan-
pelayanan yang ada dikamar operasi RSUP H. Adam Malik
KETIGA : Kebijakan pelayanan Kamar Operasi Rumah Sakit Umum H. Adam Malik
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini

KEEMPAT : Pembinaan penyelenggaraan pelayanan Kamar Operasi Rumah Sakit Umum


Pusat H. Adam Malik dilaksanakan oleh Ka Instalasi Bedah Pusat dibawah
pengawasan Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H. Adam Malik

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan dilakukan revisi
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Medan
Pada Tanggal : 2018
Direktur Utama,

BAMBANG PRABOWO
NIP. 196006121985121001
Lampiran : Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik
Nomor : YR.01.01/XV.1.4.13/1971/2018
Tanggal : 2018
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KEBIJAKAN TENTANG PELAYANAN KAMAR BEDAH


DI RSUP H. ADAM MALIK

I. Pengertian :
Pelayanan kamar operasi meliputi kegiatan pelayanan bedah di kamar operasi meliputi
pelayanan pre, intra dan post operasi, dan segala pelayanan-pelayanan yang ada dikamar
operasi RSUP H. Adam Malik

II. Kebijakan :

a. Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu, keselamatan pasien dan cost efektif.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5. Dalam melaksanakan tugas petugas wajib mematuhi ketentuan dalam Infeksi Nosokomial
Rumah Sakit.
6. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak pasien.
7. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 2 shift (pagi dan sore).
8. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan indikator mutu kamar bedah.

b. Kebijakan Khusus
1. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan informasi / penyuluhan mengenai
prosedur yang akan dijalani oleh DPJP yang bersangkutan..
2. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi harus menjalankan prosedur keselamatan
pasien.
3. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi harus dilakukan asesmen pra bedah dan
pra anestesi.
4. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi selalu dijalankan

5. Setiap pasien sewaktu dikamar operasi dilakukan identifikasi meliputi :


 Identitas Pasien : nama pasien, Medikal Record, tanggal lahir
 Prosedur operasi
 Lokasi yang akan dioperasi (site marking)
 Informed consent bedah dan anestesi
6. Bila terjadi kecelakaan / kegagalan dari tindak operasi yang dimaksud, hal tersebut dilaporkan
kepada manager pelayanan untuk tindak lanjut pelaporan ke pasien safety rumah sakit.
7. Bila terjadi bencana/hospital disaster plan, kamar operasi siap untuk berperan di dalam
penaggulangannya
8. Perhitungan kasa, alat, nald, tampon dilakukan sebelum penutupan luka operasi (sign out). Bila
terdapat ketidak sesuaian penghitungan kasa dan atau alat sebelum dan sesudah operasi
maka dilakukan penghitungan ulang atau dilakukan pemeriksaan dengan C-Arm. Tidak
ditemukan juga kesesuaian maka dibuat laporan di rekam medis pasien.
9. Informasi penjadwalan pasien operasi elektif didapatkan dari SIRS. Bila ada penundaan atau
prubahan jadwal operasi dari operator segera diinformasikan kepada pasien, keluarga pasien
dan dokter anestesi
10. Penjadwalan pasien operasi elektif di kamar bedah:
Staf TU kamar bedah menerima jadwal dari perawat Poli dan perawat rawat inap dengan
syarat:
- Hasil konsul anestesi sudah ACC/disetujui, tersedia: Ventilator ICU Pasca Bedah jika
dibutuhkan, AKHP/Plat/Implan yang dibutuhkan pasien. Jika salah satu syarat tersebut tidak
tersedia maka tidak dilakukan penjadwalan tindakan operasi.
- Perawat ruangan rawat inap/Poli membawa buku penjadwalan dan rekam medis pasien
dengan menandatangani buku penjadwalan oleh TU kamar bedah.
- Staf TU kamar bedah membuat jadwal operasi untuk tindakan operasi keesokan harinya
(H-1) paling lambat jam 15.00 wib.
- Staf TU kamar bedah menerima penjadwalan untuk H-2, penjadwalan dilakukan di jam kerja.
- Staf TU kamar bedah mencatat nama pasien, nomor rekam medis, asal ruangan pasien,
diagnosa, rencana tindakan yang akan dilakukan, nama DPJP bedah, DPJP anestesi dan
tindakan anestesi/jenis anestesi, dan alat kesehatan/alat penunjang lainnnya sesuai dengan
kebutuhan pasien.
- Pastikan apakah pasien membutuhkan tindakan khusus sebelum operasi.
- Pastikan tindakan operasi tersebut merupakan tindakan mandiri atau bersama dari beberapa
divisi.
- Staf TU kamar bedah membuat dan menandatangankan jadwal operasi ke kepala instalasi
kamar bedah.
- Pukul 16.00 wib jadwal operasi sudah dapat dilihat di komputer SIRS

11. Laporan operasi harus ditulis oleh DPJP secara lengkap sesuai dengan formulir yang sudah
tersedia dan disimpan dalam Medical record pasien.
12. Bila tindakan operasi terjadi penundaan (delay treatment) maka DPJP wajib memberikan
edukasi ke keluarga/pasien dan ditulis dalam form edukasi.
13. Bila ada tindakan perluasan/konsul intra operasi, DPJP harus memberikan informasi kepada
keluarga pasien dalam form edukasi dan ditandatangani oleh keluarga pasien.
14. Laporan anestesi harus ditulis oleh DPJP Anestesi secara lengkap sesuai dengan formulir yang
sudah tersedia dan disimpan dalam Medikal Record Pasien.
15. Pemakaian Implan di kamar bedah:
- Jenis implan ditentukan oleh dokter bedah berdasarkan diagnostik dan kebutuhan
rekonstruksi.
- Semua konsulen pada divisi masing-masing diperkenankan untuk memasang implan. Pada
implan yang spesifik (membutuhkan keahlian khusus), diperlukan pelatihan staf teknis dan
pendampingan staf luar/ distributor alat memiliki kualifikasi dan sertifikat untuk mendampingi
selama pemasangan implan.
- Terhadap kejadian yang tidak diharapkan terkait implan dan malfungsi harus dibuat pelaporan
ke badan pengawas dan pasien safety rumah sakit.
- Harus dilakukan upaya maksimal untuk mencegah terjadinya infeksi pada pemasangan implan
dengan cara:
 Pengecekan kadarluarsa pada setiap item implan
 Pengecekan indikator steril pada implan yang akan digunakan
 Pada saat pemasangan implan, prinsip sterilitas tetap harus dijaga
 Pemberian antibiotik pre medikasi dan pasca operasi
 Ada data survey tentang pasien-pasien yang menggunakan implan di kamar bedah dari
PPIRS
- Recall dilakukan apabila ada informasi dari distributor tentang kegagalan produk, maka pasien
dapat segera dihubungi dengan menggunakan data pasien pemakaian implan di kamar bedah.
Kamar bedah membuat buku penggunaan dan pemantauan implan meliputi data pasien, jenis
implan, nomor register, menempelkan sticker pabrik pembuatnya, waktu pemasangan.
16. Setiap petugas atau staf kamar bedah wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan oleh
Diklat.
17. Setiap petugas (dokter, perawat) yang bekerja di kamar bedah memiliki Kewenangan Klinis.

Ditetapkan di : Medan
Pada Tanggal : 2018
Direktur Utama,

BAMBANG PRABOWO
NIP. 196006121985121001

Anda mungkin juga menyukai