Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

APENDISITIS

OLEH :
Komang Adi Wirasatya (19J10057)
Agus Dwi Arya Suprianta (19J10058)
Ni Kadek Winda Ayu Ratnasari (19J10166)
Kadek Dian Crismayanti (19J10133)
Ni Luh Putu Darmayanti (19J10069)
Ni Luh Nyoman Depilistiani (19J10071)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN BALI
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Apendisitis
Sasaran : Keluarga pasien di Ruang Belibis RSUD Wangaya
Hari/tgl : Jumat, 13 September 2019
Tempat : Ruang Belibis RSUD Wangaya
Waktu : Pukul
Pelaksana : - Komang Adi Wirasatya
- Agus Dwi Arya Suprianta
- Ni Kadek Winda Ayu Ratnasari
- Kadek Dian Crismayanti
- Ni Luh Putu Darmayanti
- Ni Luh Nyoman Depilistiani

A. Latar Belakang Masalah


Apendisitis adalah salah satu kasus bedah abdomen yang paling sering
terjadi di dunia. Apendektomi menjadi salah satu operasi abdomen terbanyak
di dunia. Sebanyak 40% bedah emergensi di negara barat dilakukan atas
indikasi apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012).
Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa
insiden apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan 2,6%
dari total populasi penduduk. Di Amerika Serikat, sekitar 250.000 orang telah
menjalani operasi apendektomi setiap tahunnya. Sumber lain juga
menyebutkan bahwa apendisitis terjadi pada 7% populasi di Amerika Serikat,
dengan insidens 1,1 kasus per 1000 orang per tahun. Penyakit ini juga
menjadi penyebab paling umum dilakukannya bedah abdomen darurat di
Amerika Serikat. Di negara lain seperti negara Inggris, juga memiliki angka
kejadian apendisitis yang cukup tinggi. Sekitar 40.000 orang masuk rumah
sakit di Inggris karena penyakit ini (WHO, 2004; Peter, 2010).
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006 menyebutkan bahwa
apendisitis menempati urutan keempat penyakit terbanyak di Indonesia
setelah dispepsia, gastritis, duodenitis, dan penyakit sistem cerna lain dengan
jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040 orang. Kejadian appendisitis di
provinsi Sumatera Barat tergolong cukup tinggi. Angka kejadian apendisitis
secara umum lebih tinggi di negara-negara industri dibandingkan negara
berkembang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan serat serta tingginya
asupan gula dan lemak yang dikonsumsi oleh penduduk di negara industri
tersebut. Berbeda dengan negara berkembang yang konsumsi seratnya masih
cukup tinggi sehingga angka kejadian apendisitis tidak setinggi di negara
industri (Depkes RI, 2006; Longo et al., 2012).
Apendisitis yang tidak segera ditatalaksana akan menimbulkan
komplikasi. Salah satu komplikasi yang paling membahayakan adalah
perforasi. Perforasi apendisitis berhubungan dengan tingkat mortalitas yang
tinggi. Pasien yang mengalami apendisitis akut angka kematiannya hanya
1,5%, tetapi ketika telah mengalami perforasi angka ini meningkat mencapai
20%-35% (Vasser, 2012; Riwanto et al., 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pasien dan keluarga dapat
memahami tentang penyakit apendisitis

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan pasien dan
keluarga mampu :
1) Menjelaskan pengertian apendisitis.
2) Menjelaskan etiologi atau penyebab apendisitis.
3) Menjelaskan tanda dan gejala pada apendisitis.
4) Menjelaskan komplikasi pada apendisitis
5) Menjelaskan penanganan pada apendisitis
6) Menjelaskan tentang penyebab nyeri dan penanganan nyeri
7) Menjelaskan tentang mobilisasi dini pasca operasi.
8) Menjelaskan tentang cara perawatan luka post operasi termasuk
tanda dan gejala infeksi.
9) Menjelaskan tentang aktivitas yang boleh dilakukan dan makanan
yang dianjurkan.

C. Penatalaksanaan Kegiatan
1. Topik : Apendisitis
2. Metode : Ceramah
3. Media dan Alat : Leaflet
4. Materi (Terlampir)
5. Setting tempat :
P M

F A A A A A
F
A A A A A

A A A A A

F O

`Keterangan :
a) P : Penyaji
b) A : Audience
c) F : Fasilitator
d) O : Observer
e) M : Moderator

6. Pelaksana
Penyaji :
- Komang Adi Wirasatya
- Agus Dwi Arya Suprianta
- Ni Kadek Winda Ayu Ratnasari
- Kadek Dian Crismayanti
- Ni Luh Putu Darmayanti
- Ni Luh Nyoman Depilistiani

7. Strategi Pelaksana
No Tahap dan Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu
1 Pendahuluan Pembukaan :
(5 menit) a. Mengucapkan salam dan a. Menjawab salam
memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan tujuan dan b. Mendengarkan tujuan
maksud dari penyuluhan dari penyuluhan
c. Menjelaskan kontrak waktu c. Mendengarkan
dan mekanisme kegiatan kontrak pembelajaran
d. Menyebutkan materi d. Mendengarkan
penyuluhan yang akan
diberikan
2 Kegiatan Inti Pelaksanaan :
(20 menit) 1) Menggali pengetahuan dan a. Mendengarkan dan
pengalaman peserta terkait memperhatikan.
apendisitis
2) Menjelaskan materi :
3) Menjelaskan pengertian b. Mendengarkan dan
apendisitis. memperhatikan.
4) Menjelaskan etiologi atau
penyebab apendisitis.
5) Menjelaskan tanda dan gejala
apendisitis.
6) Menjelaskan komplikasi pada
apendisitis.
7) Menjelaskan penanganan pada
apendisitis.
8) Menjelaskan tentang penyebab
nyeri dan penanganan nyeri
9) Menjelaskan tentang
mobilisasi dini pasca operasi.
10) Menjelaskan tentang cara
perawatan luka post operasi
termasuk tanda dan gejala
infeksi.
11) Menjelaskan tentang aktivitas
yang boleh dilakukan dan
makanan yang dianjurkan.

3 Penutup Evaluasi :
(5 menit) a. Menanyakan kembali materi a. Peserta menjawab
yang telah disampaikan. pertanyaan yang
diberikan oleh
penyuluh.
b. Penyuluh menyimpulkan b. Peserta mendengarkan
materi yang sudah kesimpulan materi
disampaikan yang disampaikan.
c. Peserta mengucapkan
c. Penyuluh mengucapkan salam
terimakasih dan meminta maaf
jika ada kesalahan serta
mengucapkan salam penutup.

D. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum acara dilaksanakan.
b. Pembuatan SAP, Leaflet dilakukan 2 hari sebelumnya.
c. Peserta ditempatkan di tempat yang telah ditentukan selama 20 menit.
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan dilaksanakan.
2. Kriteria Proses
a. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan sampai selesai.
3. Kriteria Hasil
a. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan.
b. Peserta mampu menjawab dengan benar 70% dari pertanyan penyuluh.
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk,
2009).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur
yang terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi (Reeves, 2011)
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya (Sjamsuhidajat, 2010).

B. Etiologi atau Penyebab Apendisitis


Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
factor prediposisi yaitu (Mansjoer, Arief,dkk, 2009) :
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid
pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)

C. Tanda dan Gejala Apendisitis


1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks
(Mansjoer, Arief,dkk, 2009).

D. Komplikasi Apendisitis
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.
Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor
penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi
kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit,
dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi
Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi
93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua.
CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43
Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih
pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,
sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis
komplikasi diantaranya:
a. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula
berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.
Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang
timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak
toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutamapolymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
c. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan
timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan leukositosis.
E. Penanganan Pada Apendisitis
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi
utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan
terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau
antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan
pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi
intra-abdomen.

F. Pengendalian Nyeri
a. Cara mengendalikan rasa nyeri
1) Mengajarkan Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap
nyeri ke stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu
ditraksi visual (melihat pertandingan, menonton televise,dll),
distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara gemericik air),
distraksi pernafasan (bernafas ritmik), distraksi intelektual
(bermain kartu).
2) Mengajarkan Tenik Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi
pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan
dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
3) Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain
a) Kompres dingin
b) Counteriritan, seperti plester hangat.
4) Terapi dengan pemberian analgesik sangat membantu dalam
manajemen nyeri seperti pemberian obat analgesik non opioid
(aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf perifer di daerah luka
dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid (morfin,
kodein) yang dapat meningkatkan mood atau perasaan pasien
menjadi lebih nyaman walaupun terdapat nyeri (Tamsuri, 2010).

G. Mobilisasi Dini
a. Definisi
Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan
setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai
dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan
berjalan ke luar kamar (Arisanty, 2013).
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada
fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian (Jitowiyono, 2010).
Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis.

b. Tujuan Mobilisasi Dini Post Operasi


Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut antara lain:
a). Mempertahankan fungsi tubuh
b). Memperlancar peredaran darah
c). Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d). Mempertahankan tonus otot
e). Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f). Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g). Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
h). Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi (Arisanty, 2013).
c. Macam-Macam Mobilisasi
Mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara
dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
b. Mobilisasi secara aktif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Mubarak, Indrawati, dan
Susanto, 2015).
d. Manfaat Mobilisasi Dini
Manfaat mobilisasi bagi anak post operasi adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi
rasa sakit dengan demikian anak merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, terutama
penutupan luka jahitan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.
Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja
seperti semula.
b. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi
sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan (Arisanty, 2013).
e. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
Berikut beebrapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :
a). Penyembuhan luka menjadi lama
b). Menambah rasa sakit
c). Badan menjadi pegal dan kaku
d). Kulit menjadi lecet dan luka
e). Memperlama perawatan dirumah sakit (Arisanty, 2013).
f. Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan
tahap mobilisasi dini antara lain :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu.
Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,
tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan
menggeser kaki
b. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke
kanan mencegah trombosis dan trombo emboli
c. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk
duduk
d. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan.
Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau
tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi
luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan.
Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru
hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan
badan sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan
keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, masa
pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti pra pembedahan dapat
dipersingkat. Tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit,
menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis. Dengan
bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga
mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki
pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-
organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan
luka.
Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi
pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi
dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik
juga terhadap pemulihan fisik. Pengaruh latihan pasca pembedahan
terhadap masa pulih ini, juga telah dibuktikan melalui penelitian
penelitian ilmiah. Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah
pembedahan, tentu setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat
digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan regional. Pada saat
awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan
menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis
termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.
Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan
sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase
selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau
ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakan.
Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat
di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan,
semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau
keluar kamar, misalnya berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi
dengan posisi infus yang tetap terjaga. Bergerak pasca operasi selain
dihambat oleh rasa nyeri terutama di sekitar luka operasi, bisa juga oleh
beberapa selang yang berhubungan dengan tubuh, seperti; infus, cateter,
pipa nasogastrik (NGT=nasogastric tube), drainage tube, kabel monitor
dan lain-lain. Perangkat ini pastilah berhubungan dengan jenis operasi
yang dijalani (Jitowiyono, 2010).

H. Perawatan luka post op dan tanda gejala infeksi


a. Pengertian Infeksi
Masuknya disertai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan suatu
bibit penyakit di dalam tubuh manusia sehingga timbul gejala-gejala
penyakit. Infeksi adalah proses invasive oleh mikroorganisme dan
berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry,
2010).
b. Penyebab Infeksi
a). Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati di dalam tubuh
b). Luka terbuka dan kotor
c). Gizi buruk
d). Daya tahan tubuh lemah
e). Mobilisasi terbatas atau kurang gerak (Septiari, 2012)
c. Tanda-tanda Infeksi
Menurut Septiari (2012) tanda- tanda infeksi adalah sebagai berikut :
a) Rubor (Kemerahan)
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami
infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga
menimbulkan warna kemerahan.
b) Calor (Panas)
Kalor adalah rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi akan
terasa panas, ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah
lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih
banyak antibody dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.

c) Tumor (Bengkak)
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukan sel kanker seperti yang
umum dibicarakan akan tetapi pembengkakan yang terjadi pada
area yang mengalami infeksi karena meningkatnya permeabilitas
sel dan meningkatnya aliran darah.
d) Dolor (Nyeri)
Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang mengalami
infeksi, ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi
mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri
mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak
normal jadi jangan abaikan nyeri karena mungkin saja ada sesuatu
yang berbahaya.
e) Fungsio Laesa.
Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang
mengalami infeksi. Contohnya jika luka di kaki mengalami infeksi
maka kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti sulit berjalan
atau bahkan tidak bisa berjalan.
Jika infeksi terjadi sudah cukup lama, akan terbentuk cairan putih
kental di daerah infeksi tersebut yang disebut dengan nanah (pus).
d. Pencegahan Infeksi
a) Mandi 2 kali sehari, daerah yang terbalut luka jangan sampai
terkena air atau basah karena dapat meningkatkan kelembaban
pada kulit yang terbungkus sehingga dapat menjadi tempat
berkembang biak kuman dan bakteri.
b) Makanan yang dibutuhkan makanan yang mengandung protein
atau tinggi kalori tinggi protein (TKTP). Makanan yang
mengandung protein misalnya : susu, telur, madu, roti, ikan laut,
kacang-kacangan.
c) Ganti balutan minimal dua hari sekali di pelayanan kesehatan
terdekat
d) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang balutan/ luka,
e) Minum antibiotic sesuai anjuran dokter untuk mencegah infeksi
(Septiari, 2012)
e. Cara Cuci Tangan yang Benar
Berikut 6 langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar menurut
WHO dalam Septiari (2012) :
a). Pertama cuci terlebih dahulu telapak tangan anda hingga
pertengahan lengan menggunakan air bersih yang mengalir, ambil
sabun, lalu gosok dan usap kedua telapak tangan anda secara
lembut menggunakan sabun tersebut.
b). Usap dan gosok juga kedua punggung tangan anda secara
bergantian.
c). Agar lebih maksimal, jangan lupa jari - jari tangan anda juga gosok
hingga bersih secara bergantian.
d). Dan pastikan semua ujung jari anda juga dibersihkan hingga bersih
dengan mengatupkannya.
e). Kemudian gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
f). Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan -
lahan. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian
dengan gerakan memutar. Langkah akhiri dengan membasuh
seluruh episode tangan anda menggunakan air bersih yang
mengalir dan keringkan menggunakan kain atau tisu bersih.

Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain :

a). Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan


antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik
(handwash).
b). Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60
detik.
c). 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash.

I. Aktivitas dan Makanan yang Dianjurkan.


a. Makanan yang dianjurkan pada post apendisitis :
1). Makanan lunak seperti bubur, bias juga diberikan berupa nasi
lembek yang dikombinasi dengan lauk telur rebus/tim, sayur sop,
dan potongan daging cincang.
2). Buah-buahan juga baik dikonsumsi dan bias dibuatkan seperti jus
b. Makanan yang tidak dianjurkan pada post apendisitis :
1). Makanan padat
2). Makanan yang mengandung gula
3). Minuman dan makanan yang mengandung gas
4). Makanan pedas
5). Makanan yang berlemak
6). Makanan dan minuman dingin
7). Makanan atau minuman berkafein
8). Makanan berserat
9). Mengkonsumsi obat pelancar BAB
c. Aktivitas yang tidak boleh dilakukan pada post apendisitis :
1). Terlalu kelelahan
2). Tidak menjaga pola makan
3). Jangan membawa beban yang berat
4). Melakukan gerakan kasar
5). Hindari luka terhadap segala sesuatu yang kotor
6). Tidak minum obat
7). Tidak melakukan check up

A. Evaluasi Pertanyaan

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1. Usus buntu merupakan penyakit peradangan
yang terjadi pada usus (apendik)
2. Salah satu penyebab usus buntu yaitu infeksi
kuman, E. Coli dan Streptococcus
3. Nyeri pada perut bagian bawah, mual, muntah
nafsu makan menurun terjadi konstipasi atau
diare merupakan tanda dan gejala usus buntu.
4. Komplikasi yang dapat terjadi pada usus buntu
yaitu sesak nafas dan hipertensi.
5. Bila seseorang sudah dinyatakan usus buntu
oleh dokter, maka tindakan yang dilakukan
yaitu operasi.
6. Salah satu cara mengendalikan rasa nyeri yaitu
7.
8.
9.
DAFTAR PUSTAKA

Afroh, F., Judha, M., dan Sudarti. (2012). Teori pengukuran nyeri & Nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arisanty, I. P. (2013). Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta: EGC.

Jitowiyono, S. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operas. Yogyakarta: Yuna


Medika.

Mubarak, W. I., Indrawati, L., dan Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media


Aesculatius.

Potter and Perry. (2010). Fundamental of Nursing : Concept, Process, and


Practice. (7th Edition). Jakarta: EGC.

Reeves, Charlene J. et al. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba


Medika.
Septiari, B.B. (2012). Infeksi Nosokomial. Jakarta: Nuha Medika.

Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Tamsuri, A. (2010). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai