Monolog Yes

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

1) sudah lama ingin kukatakan (rifka)

2) bahwa kau adalah laknat yang paling terkutuk (dewi)

3) bahwa kau adalah monster yang paling menjijikkan (zulfa)

4) berbagai ulah telah kau pamerkan (susan)

5) didalam gedung megah atas nama rakyat

6) dengan sumpah jabatan yang menggelora (rifka)

7) jadilah kau tameng segala kemunafikan (dewi)

8) tiada hujatan yang berani mampir ke alamatmu (Zulfa)

9) karena kau adalah elit politik yang paling garang

10) karena suaramu bisa mengaum kemana-mana (susan)

11) sementara burung gagak selalu gempita bersorak (zulfa)

12) padahal daging selamanya berada di mulut serigala (dewi)


Aku melihat para pemimpin yang bertopeng

Wajah-wajah dingin yang berkelebat

dalam kabut samar dalam kelam dalam diam

Aku menyaksikan

wajah pemimpin serakah yang menjarah

Melahap apa saja

meski sudah diberikan

segalanya dengan berlimpah ruah

Lalu kenapa rakyat hanya kamu beri remah-remah?

Dari sisa-sisa meja makan si serakah

yang kamu lap hingga berserak tumpah

Aku menyaksikan negeriku tercinta

selalu dikeduk kekayaannya

Sampai merunduk-runduk bungkuk

oleh para pemimpin culas berhati busuk

bertangan kasar kuat dan culas

dengan kekuasaan tak terbatas

Kuku lancip mencengkeram rakyat tertindas

menggorok tajam pisau cukur

Mengalirkan darah hitam kesengsaraan alam kubur

Menuai kebodohan, kemiskinan, tak terukur


Wahai para pemimpin berwajah kubangan

ditutupi topeng-topeng kemunafikan

Bersembunyi di balik wajah lembut nian

Mengatas namakan rakyat yang tersudutkan

Kenapa kau tega merusak bangsa dan negerimu sendiri?

Sambil bertepuk dada pongah, terus berdiri

Atas nama rakyat, nusa, dan bangsa ini

Aku selalu menyaksikan juga

para pemimpin yang tetap tersenyum ceria

Meski ditangkap KPK

Diliput para wartawan kita dan manca negara

Uh, dasar rai gedheg

Semoga jiwamu disambar geledek

Di gelap malam lidahmu bercabang

menjulur panjang

Mendesis bagai ular belang

menyebar bisa maut segala menerjang

Tidak kau lihatkah rakyat sudah megap-megap

sekarat dan tergagap

Kenapa kau memikirkan golonganmu sendiri

partaimu sendiri, agamamu sendiri

Juga dirimu sendiri


Aku melihat para pemimpin yang bertopeng

Wajah-wajah dingin yang berkelebat

dalam kabut samar dalam kelam dalam diam

Aku melihat para pencuri hina menikam

menggarong di seantero negeri

berlagak priyayi

menyebarkan budaya korupsi

pantas dihukum mati

Semarang, April 2013.


Kepala berisi

Kepala diisi

Leher berdasi

Leher dikalungi

Tangan berjemari

Telunjuk diarahi

Badan berdiri

Tegap disokongi

Tubuh berdikari

Kokoh disandari

Suara meninggi

Kata diiringi

Lakon dipilih

Cerita didramai

Karakter dimanipulasi

Dosanya ditanggung seluruh negeri

Anda mungkin juga menyukai