Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung
di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan
kemerdekaan tak juga lepas dari nilai Pancasila.

Pancasila yang diterima dan ditetapkan sabagai dasar Negara seperti yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa. Pembelajaran pancasila
menjadi sangat penting, karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal
ini mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur
dan sarat dengan ajaran moralitas.

Pancasila dapat diperuntukkan kepada negara, masyarakat dan pribadi bangsa Indonesia.
Dengan perkataan lain pancasila itu sebagai norma hukum dasar negara Republik Indonesia,
sebagai social ethics bangsa Indonesia dan sebagai pegangan moral rakyat atau negara Republik
Indonesia.Lahirnya pancasila itu dalam penamaan pidato Ir. Soekarno selaku anggota “Dokuritzu zunbi
Tyoosakai” atau badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang di tetapkan oleh
sidangnya yang pertama pada tanggal 28 s/d 1 juni 1945 di Jakarta. Yang di ucapkannya dalam
Sidang,dipimpin oleh ketuanya Dr. K. R. T Radjiman Wedyodiningrat.

Dikenal didalam pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 juni 1945 di Jakarta. Pancasila sebagai
dasar negara asal mulanya itu dari pengambilan pancasila, panca=lima dan sila=asas atau dasar, dan
didirikannya negara Indonesia.

Dari pemaparan diatasdapat di ketahui bagaimana arti pancasila itu secara umum, dan anggapan
pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republic Indonesia
1945 menurut Presiden Soekarno. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang pancasila akan dibahas dalam
bab selanjutnya.

2.1 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada pembahasan bab ini meliputi :

1. Apa yang di maksud hakikat pancasila?


2. Bagaimana hakikat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa?
3. Bagaimana Pancasila sebagai dasar negara?
4. Apakah pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum?

3.1 Tujuan Masalah


Adapun Tujuan masalah pada pembahasan bab ini meliputi :

1. Untuk mengetahui pengertian hakikat pancasila


2. Untuk memahami hakikat pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
3. Untuk memahami pancasila sebagai dasar negara
4. Untuk mengetahui pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pancasila


2.1.2 Pengertian Hakikat

Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat diartikan inti
dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah-ubah, namun inti tersebut
tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat nama Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa
hakikat segala sesuatu adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua
hal meskipun mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu air.
Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem adalah
suatu kesatuan dari bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk satu tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :

1. Suatu kesatuan bagian-bagian ;

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

3. Saling berhubungan, saling ketergantungan ;

4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama ( tujuan sistem );

5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks ( Shore dan Voich, 1974:22 )

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila, setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri untuk tujuan tertentu, yaitu suatu masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan pancasila. Isi sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Dasar filsafat negara indonesia terdiri atas 5 sila yang masing-masing merupakan suatu asas
peradaban. Namun demikian, sila-sila pancasila itu bersama-sama merupakan suatu kesatuan dan
keutuhan, setiap sila merupakan suatu unsur ( bagian yang mutlak) dari kesatuan pancasila. Maka dasar
filsafat negara pancasila merupakan suatu kesatuan yang bersifat majemuk tunggal (majemuk artinya
jamak) (tunggal artinya satu). Konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari sila
yang lainnya.

Sila-sila pancasila merupakan sistem filsafat pada hakikatnya menjadi suatu kesatuan organis.
Antar sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila
yang satu senantiasa dikualifikasi oleh sila-sila lainnya. Pancasila pada hakikatnya merupakan sistem,
dalam pengertian bahwa bagian-bagian, sila-silanya saling berhubungan secara erat, sehingga
membentuk suatu truktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari
pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam
hubungannya dengan tuhan yang maha esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan
masyarakat bangsa yang nilai-nilkainya telah dimiliki oleh bangsa indonesia. Dengan demikian
pancasila merupakan suatu sistem dalam pengertian kefilsafatan sebagaimana sistem filsafat lainnya
antara lain materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, sosialisme dan sebagainya.

Kenyataan pancasila yang demikian itu disebut kenyataan objektif, yaitu bahwa kenyataan
itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain, atau terlepas dari pengetahuan orang.
Kenyataan objektif yang ada dan terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu sistem
filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lainnya misalnya liberalisme,
materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lainnya. Hal ini secara ilmiah disebut ciri khas
secara objektif (Notonagoro, 1975 : 14).

2.1.3 Hakikat Sila-sila dalam Pancasila

a. Sila Pancasila: Ke-Tuhanan yang Maha Esa.

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan semua mahluk.
Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa
dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu,
bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi
ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa,
pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu
dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan
suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui
kaidah-kaidah logika. Jadi, dalam Negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh ada yang meniadakan
Tuhan Yang Maha Esa (ethisme).

Contoh penyimpangan :

 Tidak ada sikap toleransi kepada sesama : Seperti yang sudah tersirat pada sila pertama jika
Indonesia sendiri memiliki berbagai macam agama. Salah satu contoh penyimpangannya adalah
tidak adanya sikap toleransi kepada agama lainnya. Sikap ini biasanya didasari karena keegoisan.
 Gerakan radikal kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama : Tindakan kedua yang
menyimpang dari sila pertama adalah gerakan kelompok radikal yang mengatasnamakan kegiatan
menyimpang mereka dengan atas nama agama tertentu. Seperti misalnya saja terorisme yang
seringkali mengatasnamakan agama tertentu.
 Perusakan tempat ibadah : Yang ketiga adalah perusakan tempat ibadah agama lain hanya karena
merasa terganggu atau karena konflik dan permasalahan lainnya.
 Fanatisme yang sifatnya anarki :Tidak hanya itu saja, namun sikap fanatasime pada agama yang
sifatnya bisa anarki dan merugikan orang lain maka masuk ke dalam pelanggaran pancasila.

Contoh kasus penyimpangan sila pertama :

 Bom Bali I : Contoh kasus penyimpangan pada sila pertama ini adalah aksi terorisme yang terkenal
yang terjadi pada tahun 2002 di Bali. Aksi terorisme yang dijadikan sebagai peristiwa terorisme
terbesar sepanjang sejarah di Indonesia ini terjadi pada 3 peristiwa sekaligus. Membunuh sekitar
ratusan orang yang kebanyakan merupakan warga asing yang sedang berlibur, dan bom bali itu
didasarkan pada agama sehingga menyalahi pancasila.

b. Sila kedua: kemanusiaan yang adil dan beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai potensi piker,
rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal
budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan
norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma
yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti
budaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya,
terutama norma sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau
moral. Jadi, kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang
didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan
umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.

Contoh penyimpangan :

 Perbudakan : Perbudakan jelas menyalahi sila kedua ini karena manusia tidak dilakukan dengan
semestinya dan tidak manusiawi sehingga perbudakan sangatlah dilarang.
 Memperkerjakan anak di bawah umur : Jenis penyimpangan sila kedua adalah memperkejakan
anak di bawah umur. Anak di bawah umur tidak pantas untuk bekerja karena kewajiban mereka
adalah sekolah, terutama jika memperkerjakan anak di bawah umur dengan tidak wajar.
 Ketidakadilan dalam bidang ekonomi : Terkadang ada beberapa kasus dalam ekonomi yang akan
merugikan orang-orang yang tidak mampu dan malah menguntungkan bagi kalangan kaum atas.

Contoh kasus penyimpangan sila kedua :

 Ketikdakadilan karena hutang bagi rakyat kalangan bawah : Salah satu kasus yang pernah ada
dan menjadi salah satu pelangagran dalam sila kedua ini adalah usaha pemerintah untuk memenuhi
kewajuban pemabayaran pajak. Hal ini menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat terutama yang
berasal dari kalangan bawah karena merasa digenjot untuk membayar dan itu sama saja seperti
membuat rakyat kecil mensubsidi pengusaha kaya yang sekarang mengemplang BLBI. Hal ini
menimbulkan ketidakadilan.

c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan bermacam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis
dan makna bangsa dalam arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk mencapai
kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Contoh penyimpangan :

 Menganggap suku lain lebih baik dari sukunya sendiri : Indonesia terdiri dari berbagai macam
suku ras, semua suku tentu saja memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Membandingkan
dan mengangap suku lain remeh tentu saja merupakan salah satu pelanggaran dari sila ini karena
semuanya memang diciptakan berbeda untuk saling melengkapi.
 Perang antar suku : Seperti yang dilihat, makna dari sila ini adalah mempersatukan Indonesia. Jika
terjadi perang suku tentu saja Indonesia akan terpecah dan mungkin tidak menjadi utuh sehingga ini
bisa menjadi salah satu pelanggaran pancasila.
 Menjadi provoator etnis atau suku tertentu : Yang ketiga adalah ketika ada seseorang yang
menjadi seorang provokator dari suku atau etnis tertentu yang bisa memcicu adanya perang antar
suku atau konflik panas.

Contoh kasus penyimpangan sila ketiga :

 OPM (Organisasi Papua Merdeka) : Organisasi Papua Merdeka ini sudah beridiri sejak tahun
1965 dan bahkan masih berdiri sampai sekarang. Gerakan ini merupakan salah satu organisasi yang
bersikeras untuk memisahkan Papua Barat dari wilayah NKRI dan ingin merdeka sendiri karena
merasa jika daerah mereka tidak ada hubungannya dengan bangsa Indonesia. Ini termasuk
pelanggaran sila ketiga karena ingin berpisah dari Bangsa Indonesia.

d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam suatu wilayah
tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada ditangan
rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar,
jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara
(prosedura) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui
badan-badan perwakilan. Jadi, rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan
keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta
penuh tanggung jawab.

Contoh penyimpangan :

 Ketidakadilan bagi masyarakat : Sila keempat mengungkapkan akan lebih mementingkan


masyarakat daripada pemerintah itu sendiri. Namun nyatanya masih banyak penyimpangan dan
kekeliruan dalam hukum sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat.
 Melarang orang berpendapat :Contoh penyimpangan dari sila keempat ini adalah melarang orang
untuk berpendapat atau bahkan memboikotnya. Hal ini jelas berbeda dan bertentangan dari silam
keempat.
 Melarang orang menduduki jabatan tertentu karena suku, ras, agama, dll :Poin ketiga ini
sangat nyata sedang terjadi di Indonesia. Sangat disayangkan jika Indonesia ini memiliki beragam
suku namun masyarakatnya masih banyak yang belum bisa berkembang dengan baik. Contohnya
saja adanya larangan seseorang yang beragama dan suku minoritas yang dilarang menduduki suatu
jabatan hanya karena tidak seagama atau tidak satu suku.

Contoh kasus penyimpangan sila keempat :

 Ketikdakadilan hukum : Penyimpangan kasus dari sila keempat ini adalah ketikdakadilan hukum
bagi pejabat dan kaum bawah. Buktinya beberapa tahun silam orang yang dikataka mencuri buah
seperti semangka dan kakao harus mendekam di balik jeruji besi mulai dari ancaman 1 hingga 5
tahun, hanya karena mencuri kakao seharga 2000 rupiah saja. Sedangkan para pejabat yang sudah
menelan uang milik negara milyaran rupiah hanya ditahan selama 1-2 tahun bahkan tidak diselidiki.
Hal ini memang ironis tapi memang ada di Indonesia, merupakan salah satu pelangagran berat
pancasila.

e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum,
politik, social, ekonomi dan kebudayaan. Jadi, setiap warga Indonesia mendapat perlakuan yang adil
dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan sesuai dengan UUD 1945 makna
keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur. Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari
empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang
perwujudannya ialah tata masyarakat sdil-makmur berdasarkan Pancasila.

Contoh penyimpangan :

 Menelantarkan para veteran : Salah satu contoh nyata tidak adilnya itu bisa kita lihat bagaiamana
negara memperlakukan veteran atau pejuang yang sudah mengabdi pada negara bahkan sejak jaman
kemerdekaan. Banyak sekali veteran dan mantan atlet yang sekarang ini hidupnya susah dan bahkan
harus berjualan di usia rentanya. Padahal dahulu mereka berjuang bertaruh nyawa hanya untuk
merdeka dan bisa mengharumkan nama Indonesia. Balasannya?
 Perlakuan tidak adil karena kondisi tertentu : Yang kedua adalah perlakuan yang tidak adil
kepada masyarakat mungkin karena perbedaan yang ada.

Contoh kasus penyimpangan sila kelima :

 Perbedaan kehidupan warga Ibukota dan Papua : Pelanggaran dari sila kelima ini bisa dilihat
dari perbedaan kehidupan anatara masyarakat kota Jakarta dan Papua. Walau mungkin sama-sama
warga Indonesia tetap saja warga Jakarta dan Papua ini berbeda, di Jakarta semua infrastruktur
dibangun merata sedangkan di Papua pembangunan belum rata dan masih banyak yang
menggunakan koteka.

2.2 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

2.2.1 Arti Pandangan Hidup Suatu Bangsa

Sejak tanggal 28 Oktober 1928 kita telah menjadi satu bangsa, artinya satu kesatuan dari
berbagai ragam latar belakang sosial budaya, agama dan keturunan yang bertekad untuk membangun
satu tatanan hidup berbangsa dan bernegara.

Setiap bangsa mempunyasi cita-cita untuk masa depan dan menghadapi masalah bersama
dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, yakni mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spirituan
berdasarkan Pancasila. Seperti halnya keluarga, suatu bangsa yang bertekad mencapai cita-cita bersama
memerlukan suatu pandangan hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu bangsa akan terombang ambing.
Dengan pandangan hidup suatu bangsa dapat secara jelas mengetahui arah yang dicapai. Dengan
pandangan hidup, suatu bangsa akan : dengan mudah memandang persoalan-pesoalan yang dihadapi;
dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi; memiliki pedoman dan pegangan;
dan membangun dirinya.

Dengan uraian di atas jelaslah betapa pentingnya pandangan hidup suatu bangsa. Pertanyaan
berikut yang secara wajar muncul pada diri kita sendiri “ apakah pandangan hidup itu sesungguhnya?”.

Pandangan hidup suatu bangsa adalah :

a. Cita-cita bangsa;

b. Pikiran-pikiran yang mendalam;

c. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.

Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari (kristalisasi) dari nilai-nilai yang dimiliki
bangsa itu dan diyakini kebenaranya, yang berdasarkan pengalaman sejarah dan yang telah
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkanya dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh
sesuatu bangsa, terkandung pikiran yang dianggap baik. Oleh karena itu pandangan hidup suatu bangsa
merupakan masalah yang sangat asasi bagi kekokohan dan kelestarian suatu bangsa. Negara Republik
Indonesia memang tergolong muda dalam barisan Negara-negara lain di dunia. Tetapi bangsa Indonesia
lahir dari sejarah dan kebudayaan yang tua, melalui gemilangnya Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan
Mataram. Kemudian mengalami penderitaan penjajahan sepanjang tiga setengah abad, sampai
akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan
sejarah penjajahan itu sendiri.

Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil
antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa yang akan
datang, yang secara keseluruhan membentuk kepribadianya sendiri. Oleh karena itu bangsa Indonesia
lahir dengan kepribadianya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan Negara itu,
kepribadian itu ditekankan sebagai pandangan hidup dan dasar Negara Pancasila. Bangsa Indonesia
lahir dengan kekuatan sendiri, maka percaya pada diri sendiri juga merupakan salah satu ciri
kepribadian bangsa Indonesia. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjungan bangsa kita sendiri,
dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh bangsa kita dan gagasan-gagasan
besar bangsa kita sendiri.
Karena pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,
maka ia diterima sebagai Dasar Negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam
sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga buah UUD
yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia
Serikat dan UUD sementara Republik Indonesia tahun 1950 pancasila itu tetap tercantum di dalamnya.

Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional kita, Pancasila selalu
menjadi pegangan bersama pada saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa
kita, merupakan bukti sejarah bahwa Pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia
sebagai dasar kerohanian bangsa, dikehendaki sebagai Dasar Negara.

2.2.3 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dikodratkan hidup secara
berkelompok. Kelompok manusia itu akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Perkembangan manusia dari yang mengelompok sampai pada suatu keadaan dimana mereka itu terjalin
ikatan hubungan yang kuat dan serasi. Ini adalah pertanda adanya kelompok manusia dengan ciri-ciri
kelompok tertentu, yang membedakan mereka dengan kelompok-kelompk manusia lainya. Kelopmok
ini membesar dan menjadi suku-suku bangsa. Tiap suku bangsa dibedakan oleh perbedaan nilai-nilai
dan moral yang mereka patuhi bersama. Berdasarkan hal ini kita dapat menyebutkan adanya kelompok
suku bangsa Minangkabau, Batak, Jawa, Flores, Sunda, Madura, dan lain sebagainya. Semua suku itu
adalah modal dasar terbentuknya kesadaran berbangsa dan adanya bangsa Indonesia yang kita miliki
adalah bagian dari bangsa itu sekarang ini.

Kelompok-kelompok manusia tersebut dikatakan suku bangsa, karena mempunyai tujuan


hidup. Tujuan hidup kelompok ini akan membedakan mereka dengan kelompok suku bangsa lain di
Nusantara. Jadi kita kenal dengan pandangan hidup suku Jawa, Sunda, Batak, Flores, Madura, dan lain-
lain sebagainya.

Pandangan hidup merupakan wawasan atau cara pandang mereka untuk memenuhi kehidupan
di dunia dan bekal di hari akhir. Bangsa Indonesia yang terdiri dari suku bangsa tersebut, meyakini
adanya kehidupan di dunia dan hari akhir. Berdasarkan hal tersebut kita menemukan persamaan
pandangan hidup di antara suku-suku bangsa di tanah air ini, ialah keyakinan mereka adanya dua dunia
kehidupan.

Inilah yang menyatukan pandangan hidup bangsa Indonesia, walaupun mereka terdiri atas
berbagai suku yang berbeda. Bangsa Indonesia yang terikat oleh keyakinan Kepada Tuhan yang Maha
Kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan nilai kehidupan dalam masyarakat adalah tali persamaan
pandangan hidup antara berbagai suku bangsa di Nusantara ini. Pandangan hidup kita berbangsa dan
bernegara tersimpul dalam falsafah kita Pancasila.

Pancasila memberikan pancaran dan arah untuk setiap orang Indonesia tentang masa depan
yang ditempuhnya. Inilah pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam kelima Sila
Pancasila.

2.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, sebagaimana di tegaskan oleh “
Pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 :

“ . . . . . maka di susunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
Negara Republik Indonesia yang berkadaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada (garis dari
penulis) : Ketuhanan Yang Maha Esa . . . . . . . dan seterus nya”

Presiden soekarno dalam uraian “Pancasila Sebagai Dasar Negara” mengartikan dasar Negara
itu sebagai Weltanshauung, demikian beliau berkata :

“ saudara mengerti dan mengetahui, bahwa pancasila adalah saya anggap sebagai dasar dari pada
Negara Republik Indonesia, atau dengan bahasa jerman : satu Weltanscahauung di atas mana kita
meletakkan Negara Republik Indonesia”

Weltanschauung suatu abstraksi, konsepsi atau susunan pengertian-pengertian yang


melukiskan asal mula kekuasaan Negara, tujuan Negara dan cara penyelenggaraan kekuasaan Negara
itu, di samping itu Weltanschauung berarti pandangan(filsafat) hidup dari suatu bangsa atau masyarakat
tertentu.

Adapun pancasila sebagai dasar negara diantaranya:

1. Dasar Filosofis

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar
filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkhis dan sistematis. Dalam
pengertian inilah maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem Filsafat. Karena merupakan suatu
sistem Filsafat maka kelima sila bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan
memiliki esensi makna yang utuh.

Dasar pemikiaran filosofi dari sila-sila pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah bahwa
pancasila sebagai filsafar bangsa dan negara republik indonesia, mengandung makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nial-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara

Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu
sumber dari hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber dari hukum dasar, secara
objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang
luhuryang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus
1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan ditetapkan
secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia. Hal ini sebagaimana ditetapkan
dalam Ketetapan No. XX / MPRS / 1966.

Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Adapun Pembukaan UUD 1945 yang
didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung Empat Pokok Pikiran yang bilamana dianalisis
makna yang terkandung di dalamnya tidak lain merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai
Pancasila.

2.4 Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum

2.4.1 Pengertian

Dalam ilmu pengetahuan hukum,pengertian sumber dari segala sumber hukum dapat diartikan
sebagai sumber pengenal dan diartikan sebagai sumber asal, sumber nilai-nilai yang menjadi penyebab
timbulnya aturan hukum. Maka pengertian Pancasila sebagai sumber bukanlah dalam pengertian
sumber hukum kenbron sumber tempat ditemukannya,tempat melihat dan mengetahui norma hukum
positif, akan tetapi dalam arti welbron sebagai asal-usul nilai, sumber nilai yang menjadi sumber dari
hukum positif. Jadi, Pancasila merupakan sumber nilai dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
dibentuklah norma-norma hukum oleh negara.

Pancasila sebagai sumber asal artinya tempat setiap pembentuk hukum di Indonesia mengambil
atau menimba unsur-unsur dasar yang diperlukan untuk tugasnya itu, dan merupakan tempat untuk
menemukan ketentuan-ketentuan yang akan menjadi sisi dari peraturan hukum yang akan di buat, serta
sebagai dasar-ukuran, untuk menguji apakah isi suatu peraturan hukum yang berlaku sungguh-sungguh
merupakan suatu hukum yang mengarah kepada tujuan hukum negara Republik Indonesia.

Pengetian pancasila sebagai sumber dari segala hukum menurut kami yaitu pancasila harus di
jadikan pedoman bagi semua umat manusia agar terciptanya perdamaian, dan tidak terjadi
kerusuhan.Pancasila juga berfungsi mengatur semua manusia agar hidup lebih baik.

2.4.2 Kedudukan Pancasila Sebagai Hukum Tertinggi


Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia artinya bahwa posisi
Pancasila diletakkan pada posisi tertinggi dalam hukum di Indonesia, posisi Pancasila dalam hal ini
menjadikan pedoman dan arah bagi setiap bangsa Indonesia dalam menyusun dan memperbaiki kondisi
hukum di Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum sering disebut
sebagai dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya ini pancasila merupakan suatu dasar
nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara. Pancasila merupakan suatu dasar untuk
mengatur penyelengaraan Negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara
terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa
ini dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum,
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan
atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun
hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik tertulis atau UUD maupun tidak tertulis atau dalam
kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia maka setiap produk hukum
harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan
tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran.

Dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur yang menjadi tujuan bangsa dan rakyat
Indonesia, Pancasila menjadi landasannya, untuk itulah perlu adanya tatanan dan tertip hukum dalam
mengatur masyarakat dan Negara untuk mencapai tujuan tersebut. Arah dan acuan tersebut tentunya
harus berpijak pada Pancasila.

Namun demikian dalam perjalanan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia tentunya banyak mengalami pasang surut hal ini disebabkan bahwa di era globalisasi saat
sekarang ini banyaknya permasalahan baru yang muncul ditanah air khususnya masalah korupsi,
nepotisme, dan masuknya budaya dari luar yang berdampak pada perubahan budaya dalam masyarakat.
Perubahan perubahan tersebut akan berdampak pada kehidupan baru masyarakat yang tentu saja
membawa konsekwen baru dari segi hukum di Indonesia.

Maka hukum di Indonesia juga terus mengalami perubahan untuk disesuaikan dengan
permasalahan yang ada. Masalah terorisme dan organisasi kejahatan internasional menjadikan masalah
baru bagi hukum kita untuk menanggulangi, disinilah permasalah baru selalu muncul dan Pancasila
harus tetap menjadi pijakan bangsa Indonesia dalam menghadapi persolan persoalan baru hukum.

2.4.3 Pancasila Sebagai Landasan Hukum

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum juga mengandung arti semua sumber
hukum atau peraturan2, mulai dari UUD`45, Tap MPR, Undang- Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang2), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan
pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.

Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengannya.
Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk hukum yang ada di Negara RI sejak tahun
1945 sampai sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Karena sumber dari segala
sumber hukum yaitu Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh diubah.

2.4.4 Pengamalan Pancasila

Komitmen bangsa Indonesia adalah melaksanakan atau mengamalkan Pancasila secara konsisten dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Artinya merupakan suatu kemauan bersama untuk
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari secara membumi, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta bukan sekedar slogan.

Untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat di lakukan dengan cara sebagai
berikut:

1. Pengamalan secara objektif, yakni dengan melaksanakan atau mentaati peraturan perundang-
undangan sebagai norma hukum negara yang berlandaskan pada Pancasila. Hal ini memerlukan
dukungan kekuasaan Negara untuk menerapkannya, serta bersifat memaksa, dan akan mendapat sanksi
bagi pelanggarnya. Artinya bagi siapa saja, apakah itu perorangan maupun lembaga, yang melanggar
norma hukum maka akan mendapatkan sanksi hukum. Pengamalan obyektif ini merupakan
konsekuensi dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma hukum negara.

2. Pengamalan secara subjektif, yakni dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila yang berwujud
norma etika secara pribadi atau kelompok dalam bersikap dan bertingkahlaku pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pengamalan secara subyektif ini mewajibkan setiap warga
negara dan penyelenggara negara untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dalam hal ini pancasila menjadi sumber etika dalam bersikap dan bertingkah
laku bagi setiap warga negara dan penyelenggara negara. Melanggar norma etik tidak mendapat sanksi
hukum tetapi sanksi yang berasal dari diri sendiri. Pengamalan subyektif ini merupakan konsekuensi
dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik berbangsa dan bernegara.
BAB III

KESIMPULAN

Pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan sistem filsafat.

Hakikat sila sila dalam pancasila diantaranya:

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pandangan hidup bangsa Indonesia, walaupun mereka terdiri atas berbagai suku yang berbeda.
Bangsa Indonesia yang terikat oleh keyakinan Kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan kuatnya tradisi
sebagai norma dan nilai kehidupan dalam masyarakat adalah tali persamaan pandangan hidup antara
berbagai suku bangsa di Nusantara ini. Pandangan hidup kita berbangsa dan bernegara tersimpul dalam
falsafah kita Pancasila. Pancasila memberikan pancaran dan arah untuk setiap orang Indonesia tentang
masa depan yang ditempuhnya. Inilah pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam
kelima Sila Pancasila.

Adapun pancasila sebagai dasar negara berdasarkan: Dasar Filosofis dan Nilai-nilai Pancasila
sebagai Dasar Filsafat Negara

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum semua sumber hukum atau peraturan2, mulai dari
UUD`45, Tap MPR, Undang- Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang2), PP
(Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan pelaksanaan yang
lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ani Sri Rahayu, (2014). PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN (PPKn), Jakarta :
Bumi Aksara
Sumarsono S, ( 2008 ). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, Jakarta :Gramedia Pustaka Utama
http://astiariani14.blogspot.co.id/2015/05/makalah-hakikat-sila-sila-pancasila.html [
11/10/2016 ]
http://novapuspiita.blogspot.co.id/2013/01/makalah-pancasila-sebagai-pandangan.html [
11/10/2016 ]
http://wardahcheche.blogspot.co.id/2014/01/makalah-pancasila-sebagai-dasar-negara.html [
11/10/2016 ]
http://dianhardiantii.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pkn-pancasila-sebagai-sumber.html
[ 11/10/2016 ]

Anda mungkin juga menyukai