Resume World Workshop 8
Resume World Workshop 8
World workshop in oral health & disease in AIDS (WW) pertama kali diadakan di San Diego
pada tahun 1988 sejak saat itu WW rutin dilakukan setiap beberapa tahun sekali, yaitu pada
tahun 1993 di San fransisco, USA (WW2), di London , UK pada tahun 1996 (WW3), tahun 2000
di Skukusa, Afrika selatan (WW4), tahun 2004 di Phuket, Thailand (ww5), tahun 2009 di
Beijing, China (WW6), tahun 2014 di Hyderbad, India (WW7) dan terakhir pada Tahun 2019
di Bali, Indonesia.
World workshop on oral health and disease in AIDS adalah seminar yang membicarakan
tentang penyakit HIV/AIDS karena sangat pentingnya materi yang dibnahas pada seminar
tersebut maka terbentuklah deklarasi yang dibuat pada tahun 2004 di Phuket, 2009 di Beijing
dan pada tahun 2014 di hyderabad.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah virus yang melemahkan sistem imun
sehingga mengakibatkan pasien penderitanya mengalami AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome). AIDS merupakan kelompok kondisi-kondisi medis yang menunjukkan
melemahnya imunitas, seringkali dalam bentuk infeksi oportunistik dan kanker. Sampai saat
ini obat AIDS masih belum ditemukan. Dalam seminar WW8 ini yang merupakan lanjutan dari
WW sebelumnya masih akan tetap membahas urgensi HIV itu sendiri baik dari segi
karakteristik lesi yang berada pada rongga mulut, epidemiologinya, dan bagaimana terapi
yang akan dilakukan pada pasien penderita penyakit HIV/AIDS.
common
easily evaluated
Indikasi infeksi HIV
o Primary/early/incident
o Prevalent
Prominent features of progression
Used in staging systems
May predict progression independent of CD4 count
Correlate with HIV load
Criteria for initiation of prophylaxis for HIV and OIs
Criteria for entry into vaccine and therapy trials and endpoints in such trials
Reduced & change with ARV therapy
But may indicate breakthrough
Dalam WW8 juga membahas tentang target untuk menghentikan AIDS sebagai epidemic
pada tahun 2030 dengan slogan (90,90,90) 90% penurunan infeksi baru, 90% penurunan
stigma dan diskriminasi, 90% penurunan angka kematian yang berhubungan dengan AIDS.
Kondisi di Indonesia sendiri menunjukkan kesulitan dalam mencapai target yang diinginkan
pada 2030, yaitu 90,90,90 karena masih meningkatnya insidensi orang yang baru terinfeksi
AIDS di Indonesia dan beberapa negara di Asia. Kuatnya stigma dan diskriminasi sehingga
menjadi penghalang dalam melakukan program pencegahan dan perawatan penbyakit HIV
di Indonesia.
Profesi kesehatan termasuk dokter gigi harus siap dan berkeinginan untuk ikut serta
dalam usaha usaha pencegahan dan penyediaan layanan terhadap orang dengan resiko tinggi
terkena HIV dan penyakit infeksius lainnya.
Kesimpulan dari WW8 yang di Bali Indonesia sekarang masih membahas tentang
urgensi dari HIV, penderita dan perawatannya. Indonesia sendiri masih banyak kekurangan
dalam langkah sosialisasi tentang penyakit HIV itu sendiri dan HIV masih menjadi penyakit
yang mematikan. Jumlah penderita di Indonesia sendiri masih belum bisa diketahui dengan
pasti karena minimnya penjaringa-penjaringan dan pemeriksaan dalam skala nasional.
Kurangnya kepastian dalam jumlah tepat penderita di Indonesia menjadikan para tenaga
kesehatan sulit untuk merawat para penderita dan dikhawatirkan semakin lama semakin
tinggi juga jumlah penderita HIV baru tiap tahunnya.
Stigma masyarakat yang melihat HIV itu sebagai penyakit yang mematikan dan harus
dijauhi juga menjadikan para penderitanya merasa tidak diterima dalam masyarakat yang
mengakibatkan diamnya para penderita dan tidak mencari tahu perawatan HIV dikarenakan
malu apabila diketahui keluarga dan masyarakat lingkungan penderita itu hidup. Kurangnya
pelatihan mengenai HIV di Indonesia sendiri membuat para tenaga kesehatan juga
kebingungan dalam merawat para penderitanya, bahkan tidak sedikit dari tenaga kesehatan
takut tertular ketika dihadapkan dengan pasien penderita HIV.
Pesan yang ingin disampaikan pada WW8 juga masih mengajarkan kita bahwa HIV itu
bukan sesuatu yang harus dihindari, dijauhi atau bahkan penderitanya dibiarkan menderita
sampai ajal menjemput. Pasien HIV bisa mendapat perawatan dan bisa hidup dengan umur
yang panjang ketika diberikan perawatan yang sesuai dengan gejala yang terjadi.
Menghentikan stigma pada para penderita HIV dimulai dari tenaga kesehatan terutama
dokter gigi agar para penderitanya dapat segera mencari perawatan yang tepat sesuai
tingkatan infeksi HIVnya itu sendiri.