Anda di halaman 1dari 22

Tugas

Makalah Farmasetika Terapan

PROSES PELAYANAN RESEP DAN SALINAN RESEP

OLEH :
NAMA KELOMPOK :

1. IPNI NURUL SUCI (F1F1 11 0)


2. ELVIANTI MEILANY (F1F1 12 002)
3. AL FIRA AHMAD SIPA (F1F1 12 006)
4. RAHMANIAR (F1F1 12 008)
5. YULI ANGGREANI LENA (F1F1 12 009)
6. ARFAN (F1F1 12 010)
7. HADIJAH (F1F1 12 013)
8. NUR FITRAH MASUMI (F1F1 12 0)
9. MUH. RAMADHAN S. (F1F1 12 023)
10. AISYAH SHALIHAH ANTO (F1F1 12 027)
11. NILA ASTUTI (F1F1 12 030)
12. MUH. GERAL LAMAMBO (F1F1 12 057)

KELOMPOK : I (SATU)
KELAS :A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan Islami. Tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari walaupun penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun makalah ini, tetapi masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala tegur sapa sangat penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca. Amin.

Kendari, 24 Februari 2015

Penulis

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
1.3. TUJUAN ............................................................................................................. 2
1.4. MANFAAT ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1. DEFINISI RESEP .................................................................................................... 3
2.2. PELAYANAN RESEP ............................................................................................ 5
A. Pelayanan Resep di Apotek................................................................................. 5
B. Pelayanan Resep di Puskesmas ........................................................................... 7
C. Pelayanan Resep di Rumah Sakit........................................................................ 9
D. Pelayanan Resep Narkotik ................................................................................ 12
2.3. TAHAP-TAHAP PELAYANAN RESEP ............................................................. 14
2.4. SALINAN RESEP ................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 18
B. SARAN ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pelayanan farmasi di apotek disusun atas kerjasama ISFI dengan Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Pelayanan Farmasi
Departemen Kesehatan pada tahun 2003. Standar kompetensi apoteker di apotek
ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional, melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar,
sebagai pedoman dalam pengawasan praktek apoteker dan untuk pembinaan
serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek (Purwanti, dkk., 2004).
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau
membuat, peracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. Salinan resep adalah
salinan yang dibuat oleh apotek, bukan hasil fotokopi. Salinan resep atau resep
hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Syamsuni, 2006).
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola
apotek. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam resep
dengan obat lain. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis
dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat
yang lebih terjangkau (Permenkes No.24 tahun 1993).
Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan
kelengkapan resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang
lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan
tanggal resep, tanda R/ pada bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat
dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain (liter, prn,

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 1


cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf
dokter (Dewi, 1985).

1.2. RUMUSAN MASALAH


Perumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah
1. Apa definisi dari resep?
2. Bagaimana pelayanan resep?
3. Bagaimana tahap-tahap pelayanan resep?
4. Apa definisi salinan resep?

1.3. TUJUAN
Berikut tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari resep.
2. Untuk mengetahui pelayanan resep.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap pelayanan resep.
4. Untuk mengetahui definisi salinan resep.

1.4. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui definisi dari resep.
2. Dapat mengetahui pelayanan resep.
3. Dapat mengetahui tahap-tahap pelayanan resep.
4. Dapat mengetahui definisi salinan resep.

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI RESEP


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. (Kep.Menkes, No. 1027 tahun 2004). Pasal
15 ayat 1 Permenkes No. 922 tahun 1993 “Apotek wajib melayani resep dokter,
dokter gigi dan dokter hewan”. Permenkes No. 26 tahun 1981 pasal 10
menyebutkan “resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap” selain itu dalam
Kepmenkes No. 280 tahun 1981;
Pasal 2, Resep harus memuat:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan
2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
5. Jenis hewan dan nama serta alamt pemiliknya untuk resep dokter hewan
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal
Pasal 3 disebutkan juga bahwa :
1. Resep dokter hewan hanya ditujukan untuk penggunaan pada hewan
2. Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4 tertulis :
1. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberi
tanda “segera”, “cito”, “statim” atau “urgent” pada bagian atas kanan resep
2. Apoteker harus mendahulukan pelayanan resep dimaksud ayat 1 pasal ini.

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 3


Pasal 5 menyebutkan bahwa; apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan
obat atas dasar resep yang sama apabila :
1. Pada resep aslinya diberi tanda “n.i”, “ne iteratur” atau “tidak boleh diulang”
2. Resep aslinya mengandung narkotika atau obat lain yang oleh menteri direktur
jenderal ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru.
Contoh Resep :

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 4


2.2. PELAYANAN RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan
resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan
resep dilakukan sebagai berikut :
A. Pelayanan Resep di Apotek
1. Pelayanan Resep
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek, Standar pelayanan resep di apotik adalah sebagai berikut.
a. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1) Persyaratan administratif :
 Nama,SIP dan alamat dokter.
 Tanggal penulisan resep.
 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
 Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
 Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.
 Cara pemakaian yang jelas.
 Informasi lainnya.
2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis,potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangaoiuyn klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 5


b. Penyiapan obat
1) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan
peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan
dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
2) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.
4) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan
konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
5) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama
terapi.

6) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar
dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi
atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 6


seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis
lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
7) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien
tertentu seperti cardiovascular, diabetes , TBC, asthma, dan penyakit
kronis lainnya.

2. Promosi Dan Edukasi


Dalam rangaka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus
memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri
(swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilih obat yang sesuai
dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Apoteker ikut membantu desiminasi informasi, antara lain dengan
penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

3. Pelayanan Residensial (Home Care).


Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan (medication record).

B. Pelayanan Resep di Puskesmas


1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter,
nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter,
tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan,
nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 7


b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obatnya tidak tersedia.

2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
b. Peracikan obat.
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna
biru untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada
sediaan obat dalam bentuk larutan.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

3. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang
terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 8


danminuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat, dll.
C. Pelayanan Resep di Rumah Sakit
1. Pengkajian Pelayanan Dan Resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
Tujuan pengkajian pelayanan resep untuk menganalisa adanya
masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat harus
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan
yaitu apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
 Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien
 Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter
 Tanggal resep
 Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
 Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
 Dosis dan jumlah obat
 Stabilitas
 Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi:
 Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat
 Duplikasi pengobatan
 Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
 Kontraindikasi
 Interaksi obat

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 9


2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk
mendapatkan Informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang
pernah dan sedang Digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam Medik/pencatatan penggunaan obat pasien.
Tujuan :
a. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan
informasi penggunaan obat
b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika
diperlukan
c. Mendokumentasikan adanya alergi dan ROTD
d. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat
e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan
obat
f. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan
g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan
h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat
i. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat
j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu
kepatuhan minum obat (concordance aids)
k. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter
l. Mengidentifikasi terapi lain misalnya suplemen, dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi penelusuran riwayat penggunaan


obat kepada pasien/keluarganya, dan melakukan penilaian terhadap

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 10


pengaturan penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan
adalah nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan,
frekuensi penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD
termasuk riwayat alergi, dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat
(jumlah obat yang tersisa).

3. Pelayanan Lnformasi Obat (PIO)


PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
rumah sakit. Tujuan:
 Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah
sakit
 Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat/perbekalan farmasi, terutama bagi komite/sub komite
farmasi dan terapi
 Menunjang penggunaan obat yang rasional

4. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan
pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk
memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien
mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh
keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar
termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan
keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko
efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan
pasien dalam menjalankan terapi. Tujuan khusus dari konseling adalah:

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 11


 Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien
 Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
 Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
 Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
obat dengan penyakitnya
 Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
 Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
 Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi
 Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
 Membimbing dan membina pasien dalam penggunaan obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu
pengobatan pasien.

D. Pelayanan Resep Narkotik


Resep yang mengandung narkotika :
 Harus ditulis tersendiri
 Tidak boleh ada iterasi (ulangan)
 Dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/mihi ipsi atau u.p/usus propius
(untuk pemakaian sendiri)
 Alamat pasien ditulis dengan jelas
 Aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa
usus cognitus (sudah tahu aturan pakai)
1. Skrining resep
a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi
b. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu: bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
c. Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek
samping,interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 12


d. Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah
sakit,puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan
resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali.
e. Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang
belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli.
f. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.

2. Penyiapan Resep
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
b. Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang
mengandungnarkotika atau menimbang bahan baku narkotika
c. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya
d. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
denganpermintaan dalam resep
e. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah
obat sesuai permintaan dalam resep.

3. Penyerahan Obat
a. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan etiketdengan
resep sebelum dilakukan penyerahan.
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
c. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima.
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
e. Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon pasien
dibalik resep
f. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikannya.

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 13


2.3. TAHAP-TAHAP PELAYANAN RESEP
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Pelayanan resep adalah menjadi tanggung Apoteker Pengelola Apotek. Apoteker
wajib melayani resep sesuai dengan tanggung dengan keahlian profesinya dan
dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker wajib memberi informasi
tentang penggunaan secara tepat, aman, rasional, kepada pasien atas permintaan
masyarakat.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan palayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dari pasien.
Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberin
informasi, monitoring pnggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai
harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan
menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
dalam proses pelayanan. Berikut digambarkan tahap-tahap pelayanan resep di
apotek secara umum :

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 14


Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 15
2.4. SALINAN RESEP
Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh
apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada
resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrtif.
Apabila Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya,
penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep yang dimaksud atas
dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis dan petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara).
Salinan resep memuat :
 Semua keterangan yang terdapat dalam resep asli
 Nama dan alamat apotek
 Nama dan nomor Surat izin pengelolaan apotek
 Tanda tangan atau paraf APA
 Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau
nedetur untuk obat yang belum diserahkan
 Nomor resep dan tanggal peresepan
Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan oleh
apoteker pendamping, asisten apoteker kepala, apoteker supervisor atau apoteker
pengganti dengan mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan).
Resep/salinan resep harus dirahasiakan. Resep/salinan resep hanya boleh
diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita
yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Salinan resep diatur dalam kepmenkes No. 280 tahun 1981 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek, disebutkan bahwa salinan resep
adalah salinan yang dibuat oleh apotek, yang selain memuat semua keterangan
yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula:

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 16


1. Nama dan alamat Apotek
2. Nama dan nomor Surat Izin Pengelola Apotek
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4. Tanda ‘det’ atau ‘detur’ untuk obat yang sudah diserahkan; tanda ‘nedet’ atau
‘ne detur’ untuk obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan

Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 17 menyebutkan bahwa:


Ayat 1 : Salinan resep harus ditandatangani apoteker
Ayat 3 : Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
merut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Contoh copy resep :
APOTEK ZAHRA FARMA
Jl. Gunung Meluhu Kendari
Telp. 0401-3009821
Apoteker : HADIJAH, S. Farm., Apt.
SIPA No. 04/DKK/IX/2012/006

COPY RESEP

Salinan dari Resep No. ………………… Iter: ……….………..


Dari Dokter : …………………………….………….…..…..
Dibuat tanggal : ……………………….. No. ..……….....…….
Pro/Umur :…………….............. …../………………….…
Alamat : ………………………………………………..

R/

Kendari, ………….. 20…


P.C.C

Apoteker

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 17


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari penyusunan makalah ini, maka dapat
disimpulkkan bahwa:
1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
2. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola
apotek. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam
resep dengan obat lain.
3. Tahapan pelayanan resep yaitu Pelayanan resep didahului proses skrining
resep yang meliputi pemeriksaan kelengkapan resep, keabsahan dan
tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat
dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R/ pada
bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-
kadang cara pembuatan atau keterangan lain (liter, prn, cito) yang
dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf
dokter.
4. Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh
apoteker atau apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat
pada resep asli.

B. SARAN
Saran penulis dari penyusunan makalah ini berikutnya adalah sebaiknya
setiap apoteker dan petugas kesehatan lainnya harus mengikuti semua aturan yang
berlaku dalam melakukan pelayanan kesehatan dengan baik.

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 18


DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2006, Pedoman
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9 24/MENKES/PER/X/1993 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek no. 2.

Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan


Alat Kesehatan Departemen Kesehatan R I, Jakarta.

Purwanti, Angki., Harianto., Sudibjo, Supardi, 2004, Gambaran Pelaksanaan


Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, Majalah
Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.2, Jakarta.

Syamsuni, H. A., 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Proses Pelayanan Resep dan Salinan Resep 19

Anda mungkin juga menyukai