Hercules yang saya tumpangi sudah siap take off. Kulayangkan pandangan
disekelilingku, terlihat beberapa relawan dan warga yang akan mengungsi,
sebagian mendapatkan tempat duduk terutama para ibu-ibu, orang tua dan
anak kecil, namun sebagian besar duduk dilantai seperti yang saya alami.
Beberapa wajah penumpang saat itu cukup familiar bagiku, maklum Palu
adalah kota kecil jadi mudah untuk saling mengenali. Hawa yang sebelumnya
cukup panas perlahan-lahan mulai terasa sejuk setelah pesawat mulai take
off. Siang itu merupakan pengalaman pertama bagiku naik pesawat Hercules
dan juga bagi Surya yang menemaniku dalam penerbangan menuju Kota
Makassar. Saat itu sudah hampir tiga minggu berlalu sejak gempa 7,4 M yang
melanda Palu, Sigi dan Donggala, dan saya bersama Surya menumpang
pesawat Hercules ke Makassar untuk mengambil kendaraan yang ditinggal
sewaktu keluarga kami mengungsi disana. Jika bercerita mengapa sampai
saya harus ke Makassar untuk mengambil mobil yang ditinggal disana ?
Sebenarnya ini cerita sedih terkait ayah Surya yang merupakan kakak ipar
saya yang meninggal setelah dirawat selama 12 hari di Makassar akibat
terkena tsunami di Pantai Teluk Palu. Jadi, saya lebih tertarik untuk
bercerita hal lain terutama pengalaman waktu saat terjadi gempa di tanggal
28 September 2018.
Hari itu hari Jum’at sebelum gempa 7,4 M disaat maghrib sebenarnya
sudah terjadi gempa sebanyak dua kali yang cukup besar yaitu pada siang
dan sore hari. Mungkin karena Palu sudah terbiasa dengan kejadian Gempa,
jadi saya merasa biasa-biasa saja walaupun sedikit khawatir. Karena baru
kali ini terjadi gempa besar dua kali dengan skala diatas 5 M dalam waktu
yang berdekatan. Senja itu, adzan maghrib sudah berkumandang. Biasanya
saya sudah beranjak ke Mesjid belakang rumah, namun kali itu saya
memutuskan sholat di rumah karena di rumah hanya saya berdua dengan
anak tertuaku Ayi, usia 14 tahun. Setahu saya, saat itu istriku dalam
perjalanan ke rumah setelah menjemput anak keduaku Aura yang baru
pulang dari sekolah. Sayapun masuk ke kamar mandi untuk mengambil
wudlu, dan sampai ketika membasuh tangan hingga siku itulah tiba-tiba
terdengar suara bergemuruh, tanah berguncang hebat, suasana tiba-tiba
gelap karena lampu mati. Segera saya berpegangan kedinding dan mencoba
sekuat tenaga mendorong pintu kamar mandi. Beberapa kali saya sempat
terpental ke dinding dan lemari kamar, sewaktu saya keluar dari pintu
kamar, saya sudah melihat putra saya Ayi berlari turun tangga dari
kamarnya di lantai 2 dan bersama-sama kami akhirnya bisa keluar ke
halaman rumah kami. Suasana saat itu sungguh mencekam, disana-sini
terdengar suara anak-anak dan wanita yang menangis sambil berteriak
ketakutan. Saat itu tanah masih bergetar hebat, kutatap dengan khawatir
bangunan rumahku yang berlantai dua. Instingku mengatakan ini adalah
gempa dengan skala diatas 8 M, dan bisa mengakibatkan bangunan rubuh.
Walaupun akhirnya gempa berhenti, tapi jantungku masih berdetak
kencang. Dikarenakan rumahku berhimpitan dengan rumah iparku, kami
saat itu berkumpul dihalaman berkisar 8 orang yang terdiri dari 3 orang
dewasa dan 2 remaja dan 3 anak kecil.
Hari ini hari senin 3 hari pasca gempa, sekitar jam 8 pagi saya sudah
berada di bandara Mutiara Sis Aljufrie untuk mengantar adik iparku, Tanti
bersama seorang anaknya yang hendak mengungsi keluar Palu. Kondisi Palu
yang tidak menentu pasca gempa, menjadikan ini adalah alasan terbaik bagi
Tanti untuk segera mengungsi dengan membawa anaknya yang berusia
sekitar 8 tahun. Tiba di bandara, saya melihat lautan manusia memenuhi
halaman Bandara yang terdiri dari pengungsi dan relawan. Antrian untuk
naik pesawat Hercules sungguh membludak, kami kebingungan bagaimana
harus mendapatkan antrian. Dalam kondisi normal, orang Indonesia
masih susah diatur, apalagi kondisi darurat seperti ini. Setelah melalui
drama yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya Tanti dan putranya
bisa terbang ke Makassar menggunakan Pesawat Hercules. Saya salut atas
perjuangan Tanti ini, dia tiba tengah malam di Makassar, dan memberi kabar
dengan menelpon saya yang masih terlelap tidur sekitar jam 3 subuh. Di
ujung telpon dia menyarankan kami untuk segera mengungsi ke Makassar,
Tanti bercerita betapa luar biasanya respon warga Makassar dan sekitarnya
dalam membantu korban gempa di Sulawesi Tengah. Ide mengungsi ini
sebenarnya sudah menjadi perdebatan diantara kami. Saya sudah
mengusulkan untuk itu, tapi kurang direspon oleh anggota keluarga yang
lain. Saat itu saya berpikir mengungsi adalah jalan terbaik dikarenakan ada
beberapa anggota keluarga yang sudah sakit parah dan terluka, selain itu
terdapat lebih 20 anak-anak dan remaja tanggung yang beresiko sakit jika
terlalu lama tidur di tenda pengungsian. Sebelum kondisi fisik dan mental
jatuh, saya menyarankan untuk segera mengungsi keluar daerah yang
terpapar bencana. Saat itu hanya saya sendiri yang berpendapat demikian,
anggota keluarga yang lain memilih untuk tetap bertahan di Palu.
Saat itu kami tidur di tenda yang cukup besar dan nyaman, namun
jika siang hari panas terik matahari sungguh tak tertahankan. Saya yakin
semua yang tidur di tenda pasti merasakan hal yang sama. Parahnya, malam
kedua dan ketiga sempat hujan keras, tenda yang bocor sempat mengganggu
nyenyaknya tidur kami. Saat itu sudah beberapa malam saya sendiri tidur di
udara terbuka dan memilih tempat tidur agak jauh untuk sekedar berjaga-
jaga. Alhamdulilah...saat itu kondisi fisikku sangat fit, tidak kurang apapun.
Angin malam dan nyamuk tidak terlalu mengganggu tidurku, dan saat itu
saya hanya tidur sekitar 3-4 jam setiap malamnya.
PENDAHULUAN
Setelah takluknya raja Roderick yaitu pengusa kerajaan Goth yang terahir.
Umat Islam mulai mengembangakan dan memainkan peran dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga peranan umat Islam itu berpengaruh bagi
kehidupan Spanyol masa itu yang berlangsung lebih dari tujuh setengah
abad, sejarah panjang itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu :
Kemajaun Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang
budi kepada Khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang diperiode
klasik. Diantara kemajuannya dalam bidang:
- Bidang Sains (Abbas ibn Farnas Ahli ilmu Kimia dan Astronomi)
- Bidang fikih (tokoh Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id)
- Bidang bahasa dan sastra (tokoh ibn Sayyidih, ibn Malik pengarang
Alfiah, ibn al-Hajj)
e) Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain, Ia selalu
berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika
Utara, dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu
membendung kebangkitan Kristen disana.
Salah satu pemikir yang unggul di Damaskus dalam masa keemasan Islam
adalah Ibnu Taimiyah (1263-1328). Orang tuanya membawanya hijrah dari
Harran, yang diserbut tentara Mongol pada 1269, ke Damaskus ketika Ibnu
Taymiyyah masih berusia tujuh tahun
Selain Ibnu Taimiyah, ada pula Ibnu al-Syatir (wafat 1375), seorang Muslim
astronom sekaligus pakar matematika. Pria kelahiran Damaskus ini pada
setahun lamanya belajar di al-Iskandariah, Mesir. Karyanya yang paling
dikenang adalah Zij al-Jadid, Taliq al-Arsad dan Nihayat al-Sul.
Pada 1371, dia membuat jam matahari raksasa untuk Masjid Damaskus.
Sebagai astronom, rumus-rumusnya mendahului para astronom Eropa
abad pencerahan, misalnya Copernicus yang menggegerkan Gereja dengan
teori matahari-sentris.