BIOKIMIA I
ACARA II
KIMIA LIPIDA
DISUSUN OLEH:
NIM : G1C017028
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ACARA II
KIMIA LIPIDA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari identifikasi senyawa dengan menggunakan Grease Spot Test (tes
noda lemak).
b. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan penyabunan.
c. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan asam.
d. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan peroksida.
e. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan iod.
2. Waktu Praktikum
Senin, 26 September 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Lipid sering dikenal sebagai lemak dan diketahui merupakan bahan makanan
yang mengandung nilai kalori tinggi. Lipid memiliki vifat sukar larut dalam air, tetapi
mudah larut dalam pelarut organik (pelarut nonpolar) seperti kloroform dan eter.
Senyawa yang termasuk lipid, yaitu trigliserida (lemak dan minyak), fosfolipid, steroid,
dan lipoprotein. Lipid trigliserida merupakan ester dari asam lemak dan gliserol
(Sumardjo, 2009: 78).
Karena tidak larut dalam air, lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus
agar bersikulasi dalam darah. Komponen-komponen lipid utama yang dijumpai dalam
plasma adalah trigliserida, kolestrol, dan fosfolipid. Ketiganya diangkut dalam darah
vebagai lipoprotein, suatu kompleks makromolekul yang sangat besar dari lipid dan
protein khusus (apolipoprotein) yang membantu pengemasan, kelarutan, dan
metabolivme lemak (Sacher, et al., 2004: 34).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu lipid
sederhana dan lipid gabungan. Lipid sederhana adalah ester asam lemak dengan berbagai
alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes). Sedangkan lipid gabungan
adalah ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid dan
sereobrosida (Moffat, et al., 2006: 98).
Peroksida lipid merupakan faktor kualitas penting yang terkait dengan kinerja
pertumbuhan dan kesehatan hewan, tetapi batas maksimum yang dapat ditoleransi dalam
berbagai lipid belum di tetapkan. Beberapa uji indikatif dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan berbagai senyawa peroksidasi, tetapi karena kompleksitas dan
banyak senyawa yang diproduksi dan terdegradasi selama proses peroksidasi, tidak ada
metode tunggal yang dapat secara memadai menentukan tingkat peroksidasi. Namun,
tidak jelas apakah antioksidan merupakan tambahan yang berguna untuk lipid untuk
mempertahankan nilai gizi yang optimal, atau apakah penambahan mereka pada diet babi
bermamfaat dalam mengatasi tantangan metabolik oksidatif(Shurson, et al., 2015).
Ada berbagai kontaminasi makanan kimia yang menyebabkan efek merusak pada
kesehatan manusia. Misalnya keberadaan peroksida dalam makanan yang digoreng
menyebabkan pembentukan radikal bebas tidak hanya menyebabkan makanan membusuk
namun juga menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh dan kanker, penyakit radang,
aterosklerosis, penuaan, dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kadar peroksida dan tingkat keasaman di zoolbia dan bamiehin dari
provinsi lorestan, Iran barat. Hasil penelitian deskriptif saat ini menunjukkan 56,9 dan
43,07% dari sampel berada di luar batas standar dan tidak cocok untuk konsumsi karena
tingkat keasaman yang tinggi. Hasil menunjukkan kandungan peroksida yang tinggi
dalam donat Persia di provinsi Lorestan dari batas standar (Birjandi, et al., 2016).
Nilai saponifikasi (sv), nilai iodium (iv) dan pengotor tidak larut adalah beberapa
parameter yang penting biavanya dipertimbangkan dalam penentuan kualitas minyak
kelapa. Penelitian ini mengevaluasi parameter dalam minyak kelapa yang diproduksi di
Distrik Jomoro wilayah barat Ghana. Hasilnya menyiratkan bahwa secara umum, kualitas
minyak kelapa dalam hal parameter dipertimbangkan gagal memenuhi standar Codex dan
APCC. Oleh karena itu, proses yang lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan kualitas
minyak yang diproduksi untuk memenuhi standar internasional yang disyaratkan(Odoom
& Vida, 2015).
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O (l))
b. Indikator amilum 1%
c. Indikator PP ( fenolftalein)
d. Kertas saring
e. Larutan Etanol (C2H5OH) 96%
f. Larutan Eter (C4H10O)
g. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,5 N
h. Larutan Kalium Iodide (KI) jenuh
i. Larutan Kalium Iodide (KI) 10 %
j. Larutan Kalium Hidroksida (KOH) 0,1 N
k. Larutan Kloroform (CHCl3)
l. Larutan Kloroform-Asam Asetat Glacial (2 : 3 V/V) (CH3Cl – CH3COOH Glacial)
m. Larutan Kalium Hidroksida (KOH) 0,5 N dalam Etanol (C2H5OH)
n. Larutan Standar Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
o. Minyak goreng baru
p. Minyak goring bekas
q. Pereaksi Wij’s
D. SKEMA KERJA
1. Tes Noda Lemak (Grease Spot Test)
Minyak goreng
(baru dan bekas pakai)
Hasil
Hasil
Hasil
4. Penentuan Bilangan Asam
Hasil
+5 mL larutan KI 10%
+ 5 mL aquades
+2 tetes Indikator amilum
Dititrasi dengan larutanstandar Na2S2O30,1 N
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
Hasil Pengamatan
Prosedur Kerja
Minyak Baru Minyak Bekas
Minyak goreng baru dan
bekas. Warna minyak Warna minyak
Dimasukkan kedalam Kuning coklat kemerahan
gelas kimia.
Ditambahkan sedikit Warna larutan eter
larutan eter sehingga Warna larutan eter
bening
bening
minyak goreng larut. Minyak goreng
Dikocok. Minyak goreng
larut, warna kuning
larut, warna kuning
jerih
Dituangkan dalam gelas
arloji.
Diuapkan eternya
dengan cara didiamkan.
Diusapkan gelas arloji Kertas saring menjadi Kertas saring menjadi
yang berisi minyak
transparan transparan
goreng terebut dengan
menggunakan kertas
saring.
Didiamkan hingga kertas
saring mengering.
Erlenmeyer
dihubung-kan dengan
pendingin tegak (
refluks ) dengan
dimasukkan magnetic
stirrer. Warna larutan coklat Warna larutan coklat
Dididihkan dengan kemerahan kemerahan
pemanas sampai
semua minyak
tersabunkan pada
suhu 70˚C (± 30
menit).
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
KOH(aq) + HCl(aq) → KCl(aq) + H2O(l)
Asam lemak + etanol → larut
a. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
CH2OH
CH2OH
b. Bilangan Penyabunan
c. Bilangan Peroksida
Minyak + kloroform + asam asetat galsial → larut
I2 + 2S2O 32 → 2I + 3S4O 62
d. Bilangan Asam
e. Bilangan Iod
Minyak + Kloroform →larut
H2C=CH2 + 2ICl → 2CH2I + Cl2 ̶ C═C ̶ + 2ICl ̶ C═C ̶ + Cl2
I I
2. Perhitungan
a. Penentuan bilangan penyabunan
Minyak baru
Dik: V titrasi blanko = 25 mL
V titrasi sampel = 32,2 mL
Berat minyak = 4 gr
Dit: Bilangan penyabunan = ...?
Jawab:
(V titrasi blanko−V titrasi sampel)×28,5
Bilangan penyabunan = berat minyak
(25 ml−32,2 ml)×28,5
= 4 gr
=- -51,3 ml/gram
= -96,1875 ml/gram
b. Penentuan Bilangan Peroksida
Minyak baru
Dik: V titrasi Na2S2O3 = 0,13mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Berat minyak = 0,5 gr
Dit: Bilangan peroksida = ...?
Jawab:
V titrasi ×N Na2 S2 O3 ×1000
Bilangan peroksida = berat minyak
0,13 mL ×0,1 N ×1000
= 0,5 gram
= 26 ml/gram
= 200 ml/gram
c. Penentuan bilangan asam
Minyak baru
Dik: VKOH = 4,4 mL
NKOH = 0,5 N
Berat minyak = 10 gr
Dit: Bilangan asam = ...?
Jawab:
mL KOH ×N KOH ×56,1
Bilangan asam = berat minyak
4,4 𝑚𝑙× 0,5 𝑚𝑙 × 56,1
= 10 𝑔𝑟
= 12,342ml/gram
= -934,8 ml/gram
Minyak bekas pakai
Dik: V titrasi blanko = 14 ml
V titrasi sampel = 9.3 ml
N Na2S2O3 = 0,1 N
Berat minyak = 0,25 gr
Dit: Bilangan iod =…?
Jawab:
(V titrasi blanko−V titrasi sampel)N Na2 S2 O3 ×28,5
Bilangan iod = berat minyak
(14 ml−9,3 ml )0,1 N×28,5
= 0,25 gr
= 535,8 ml/gram
G. PEMBAHASAN
Lipid adalah penyusun penting dari makanan karena mereka adalah cumber
nilai energi tinggi. Lipid yang terjadi secara alami senyawa organik, umumnya dikenal
sebagai minyak dan lemak. Praktikum kali ini membahas tentang kimia lipida yang
bertujuan untuk identifikasi senyawa dengan menggunakan Grease Spot Test (Tes Noda
Lemak), identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan penyabunan, bilangan
asam, bilangan peroksida, dan bilangan iod.
Percobaan pertama yaitu Grease Spot Test atau tes noda lemak yang bertujuan
untuk mengidentifikasi senyawa yang ada pada minyak goreng yang digunakan. Dalam
percobaan tersebut, minyak ditambahkan dengan eter. Minyak baru yang awalnya
berwarna kuning, setelah ditambahkan eter warna minyak baru menjadi bening atau larut
dalam eter. begitupun pada minyak bekas setelah ditambahkan eter warna minyak bekas
yang awalnya berwarna coklat kemerahan berubah menjadi bening atau larut dalam eter.
Penggunaan eter pada percobaan ini dikarenakan eter merupakan pelarut organik
nonpolar yang dapat melarutkan lemak atau minyak yang merupakan senyawa nonpolar,
dimana tingkat kepolaran eter dan minyak hampir sama. Selain itu penggunaan eter
sebagai pelarut dikarenakan eter mudah menguap sehingga yang tersisa hanya minyak.
Percobaan Grease Spot Test merupakan tes sederhana untuk lipid. Dimana
akan diberikan hasil positif dengan adanya gliserol. Dari tes ini baik minyak baru maupun
minyak bekas memberikan hasil positif yang ditandai oleh terjadinya perubahan pada
kertas saring menjadi transparan sesudah diuvapkan minyak goreng yang sudah
ditambahkan dengan eter. Hal ini berarti dalam kedua jenis minyak tersebut terdapat
gliserol yang merupakan hasil hidrolisa dari minyak. Pada minyak goreng baru terdapat
gliserol yang disebabkan oleh masih adanya sedikit kandungan air dalam minyak yang
dapat menghidrolisis minyak menjadi gliserol dan asam lemak. Sedangkan pada minyak
bekas terjadi hidrolisa akibat proses penggorengan (pemanasan) sehingga trigliseridanya
akan berkurang dimana kadar gliserol dan avam lemaknya bertambah.
Percobaan kedua yaitu penentuan bilangan penyabunan. Percobaan ini
menunjukkan banyaknya basa (mg KOH) yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
minyak. Penentuan bilangan penyabunan berperan dalam proses identifikasi kualitas dari
minyak goreng yang digunakan. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari massa
molekul minyak, semakin bevar molekul minyak maka semakin rendah bilangan
penyabunannya. Hal ini dapat dijelaskan dengan semakin panjang rantai karbon suatu
minyak maka akan semakin kecil proporsi gugus karboksilat yang akan bereaksi dengan
basa. Dari hasil pengamatan diperoleh bilangan penyabunan untuk minyak baru dan
minyak bekas masing-masing -51,3 mL/gram dan -96,1875 mL/gram. Hal ini tidak sesuai
dengan yang seharusnya, karena nilai untuk bilangan penyabunan pada minyak baru lebih
kecil dibandingkan nilai bilangan penyabunan pada minyak bekas yang disebabkan oleh
penguraian atau pengoksidasian molekul pada saat pemanasan. Hasil yang negatif karena
kelebihan pada saat titrasi dilakukan.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bilangan peroksida yang menunjukkan
tingkat kerusakan pada minyak.
H. KESIMPULAN