Askep Gerontik Dengan DM
Askep Gerontik Dengan DM
TINJAUAN TEORITIS
1. DEFINISI
a. Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar gula dalam darah atau
hiperglikemia (Brunner & Suddart, 2002 : 1220),
b. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009).
c. Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya ( ADA, 2005).
d. Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes
jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari
bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.
2. KLASIFIKASI DM
Klasifikasi DM dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007 :70) antara lain :
a. Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen)
spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini
terjadi karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubh) yang kemudian merusak pulau Langerhans di pankreas. Kelainan
berdampak pada penurunan fungsi insulin.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau DM Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan,
ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres.
1
c. Diabetes melitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain : penyakit pankreas,
hormonal, alat/ bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindrom genetik tertentu.
d. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah.
e. Gestational Diabetes Melitus ( GDM )
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin
sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,
progesteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi
aktivitas insulin.
3. ETIOLOGI
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe II menurut Guyton & Hall (2002),
yaitu:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
2
4. FAKTOR RESIKO DIABETES MELITUS TIPE II
Menurut ehsa (2010) faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe II dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga diabetes
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita diabetes
melitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut.
2) Ras atau latar belakang etnis
Resiko diabetes melitus tipe II lebih besar pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia
3) Riwayat diabetes pada kehamilan
Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko diabetes melitus
tipe II.
b. Faktor resiko yang dapat diubah
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes
melitus tipe II, hal ini pankreas mempunyai kapasitas disebabkan jumlah/kadar insulin oleh sel maksimum untuk
disekresikan. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam
jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan menyebabkan diabetes melitus
c. Gaya hidup
Makanan cepat saji dan olah raga tidak teratur merupakan salah satu gaya hidup di jaman sekarang yang dapat memicu
terjadinya diabetes melitus tipe II
d. Obesitas
Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25. HDL (―baik‖ kadar kolesterol) di
bawah 35 mg/dl dan / atau tingkat trigliserida lebih dari 250 mg/dL dapat meningkatkan resiko diabetes melitus tipe II
e. Hipertensi
3
Tekanan darah > 140/90 mmHg dapat menimbulkan resiko diabetes melitus tipe II
f. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
g. Penyakit dan infeksi pada pankreas
h. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara
kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes.
5. PATOFISOLOGI
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan
sekresis insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambila glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes melitus tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekrsi insulin yang merupakan ciri khas diabetes melitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II.
6. MANIFESTASI KLINIK
4
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut Riyadi (2007 : yaitu :
1) Poliuria ( Peningkatan pengeluaran urin)
2) Polidipsia ( Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien
konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone)
dan menimbulkan rasa haus.
3) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
4) Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
5) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa
disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
6) Kelainan kulit : gatal – gatal , bisul Kelaianan kulit berupa gatal – gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti
di ketiak dan dibawah payudara.
7) Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
8) Kelaianan ginekologis
9) Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
10) Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.
11) Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang
berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perfifer mengalami kerusakan.
12) Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak
dapat berlangsung secara optimal.
13) Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes
melitus bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk
penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes melitus.
14) Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
5
Penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang
berperan.
15) Mata kabur
Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan
kelainan pada korpus vitreum.
16) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian pasca mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(pp) > 200 mg/dl
7. KOMPLIKASI
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetik
Adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias, terutama diakibatkan oleh defisiensi insulin
absolut atau insulin relatif.
2) Hipoglikemi
Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah. Biasanya disebabkan peningkatan kadar insulin yang kurang tepat atau
asupan karbohidrat kurang.
3) Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Adalah suatu dekompensasi metabolik pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada dehidrasi berat,
tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.
b. Komplikasi kronis
6
1) Mikroangiopati
i. Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum :
lamanya menderita diabetes, umur penderita, kontrol gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan).
ii. Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya
kerusakan pada glomerulus. Nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
iii. Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain itu juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum
yang merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan pada satu atau lebih akar saraf dan dapat disertai dengan
kelemahan motorik, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
2) Makroangiopati
i. Penyakit jantung koroner dimana diawali dari berbagai bentuk dislipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar
HDL. Pada DM sendiri tidak meningkatkan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM tipe II sangat bersifat
atherogeni karena mudah mengalami glikalisasi dan oksidasi.
ii. Kaki Diabetik
Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada kejadian kaki diabetes melitus :
(1) Kelainan vaskular : Angiopati, contoh : aterosklerosis
(2) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
(3) Infeksi
(4) Perubahan biomekanika kaki
8. PENATALAKSANAAN
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa.
7
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makan yang harus dihindari adalah gula. Menurut
Tjokro Prawiro (1999), penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif Body Weigth dan dibedakan
menjadi:
1) Kurus : berat badan relatif : <90%
2) Normal : berat badan relatif : 90-110%
3) Gemuk : berat badan relatif : >110 %
4) Obesitas : berat badan relatif : >120 %
(1) Obesitas ringan 120 – 130 %
(2) Obesitas sedang 130 – 140 %
(3) Obesitas berat 140 – 200 %
(4) Obesitas morbid > 200 %
Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah
sebagai berikut :
1) Kurus : BB x 40-60 kalori / hari
2) Normal ; BB x 30 kalori / hari
3) Gemuk : BB x 20 kalori / hari
4) Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari
b. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½ jam. Latihan dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki,
joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM :
1) Insulin dapat lebih efektif
2) Menambah reseptor insulin
8
3) Menekankenaikan berat badan
4) Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah
5) Meningkatkan aliran darah
9
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum
dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum
yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
1) Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini seringkali mulai
menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan
disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2) Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai
puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari
untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan
sepanjang malam.
3) Insulin kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja
selama 28-36 jam.
10
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
1) Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
2) Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya
3) Aktivitas harian penderita
4) Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
5) Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini
memberikan kontrol gula darah yang paling minimal. Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2
jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau
ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan
malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari. Beberapa penderita usia lanjut memerlukan
sejumlah insulin yang sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada
makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam
makanan dan olah raga.
11
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan
oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas
insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.
d. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis atau macamnya, komplikasi, penatalaksanaan pada
penderita DM dan pemantauan kadar gula darah Pemantauan kadar gula darah penting karena membantu menentukan
penanganan medis yang tepat sehingga mengurangi resiko komplikasi yang berat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita diabetes.
Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara baik di laboratorium, klinik bahkan dapat dilakukan
pemantauan kadar gula mandiri yang dapat dilakukan pasien dirumah dengan menggunakan alat yang bernama Glukometer
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
12
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
13
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
14
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
b. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan (diare,
muntah), masukan dibatasi (mual, kacau mental).
2. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, Penurunan fungsi leukosit, perubahan pada
sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK.
3. Resiko Resiko kadar glukosa darah tidak stabil Berhubungan dengan Monitoring kadar glukosa inadekuat
15
a. Kehilangan cairan tubuh berkurang atau teratasi. catat adanya perubahan jumlah, warna
dalam jumlah banyak Kriteria hasil: dan konsentrasi urine
b. Kegagalan fungsi regulasi 3. Monitor turgor kulit, membrane mukosa
No Kriteria Score
1 Temperature : 5 dan perasaan haus klien.
4. Monitor adanya tanda dehidrasi
(36,5 – 37,5 °c)
5. Ukur tanda-tanda vital dan CVP
2 Perubahan status mental (-) 5 6. Ukur CRT, kondisi dan suhu kulit
3 Nadi dalam batas normal : 5 7. Timbang berat badan sesuai indikasi
60-100 mmHg 8. Kaji status mental
4 RR: 12-20 x/mnt 5 Mandiri:
5 Tekanan darah : 5
1. Memasang dan mempertahankan akses
(100-140/60-90mmhg)
6 Turgor kulit 5 vena perifer (infus)
7 Produksi urine 0,5-1 5 2. Berikan perawatan kulit pada bagian
16
meningkatkan jumlah urine output
4. Kolaborasi pemeriksaan kadar elektrolit,
BUN, creatinin dan kadar albumin.
2 Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol infeksi
dengan faktor resiko prosedur selama ...x24 jam risiko terkontrol dan klien 1. Bersihkan ruangan sebelum digunakan
invasive bebas dari tanda dan gejala infeksi : tindakan pada pasien
kriteria hasil : 2. Ganti peralatan untuk tindakan pada
No Kriteria Score pasien
1 Tidak terdapat rubor 5 3. Batasi jumlah pengunjung
2 Tidak terdapat kalor 5
3 Tidak terdapat dolor 5 4. Ajarkan pada pasien untuk melakuakn
4 Tidak terdapat tumor 5 cuci tangan dengan benar
5 Tidak terdapat fungsiolesa 5
Keterangan : 5. Instruksikan pada pengunjung untuk
2. Berat pasien
4. Ringan tangan
17
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan gejala
infeksi serta melaporkan pada tenaga
kesehatan ketika terdapat tanda dan
gejala infeksi.
3 Resiko kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan ....x24 Monitoring:
tidak stabil jam, kadar glukosa darah stabil. 1. Monitor kadar gula darah
Berhubungan dengan: No Kriteria Score 2. Monitor tanda dan gejala
1 Kadar glukosa darah 5
- Kurangnya pengetahuan hiperglikemia: poliuria, polidipsi,
sesaat: <200 mg/dl poliphagi
tentang penatalaksanaan
2 Kadar glukosa darah 5
diabetes 3. Monitor adanya keton pada urin
puasa: < 126 mg/dl
- Monitoring kadar glukosa 4. Monitor tanda dan gejala
3 Kadar glukosa darah 2 5
inadekuat hipoglikemia: tremor, keringat
jam post pandrial: < 200
- Kurangnya penatalaksanaan
mg/dl dingin, iritabilitas, takikardi,
diabetes
4 Poliuria (-) 5 palpitasi, mual, pusing, sukar
5 Polidipsi (-) 5
6 Poliphagi (-) 5 konsentrasi, kelemahan)
7 Ketonuria (-) 5 5. dentikfikasi faktor penyebab
8 Tremor (-) 5
9 Keringat dingin (-) 5 hiperglikemia atau hipoglikemia
10 Iritabilitas (-) 5 Mandiri:
11 Takikardi (-) 5
1. Batasi aktivitas saat gula darah >
12 Palpitasi (-) 5
13 Mual (-) 5 250 mg/dl, khususnya jika ada urin
14 Pusing (-) 5
keton
15 Sukar konsentrasi (-) 5
Keterangan : 2. Lindungi pasien dari cedera karena
18
1. Ekstrim hiperglikemia/hipoglikemia
2. Berat Pendidikan kesehatan:
3. Sedang 1. Anjurkan klien untuk meningkatkan
4. Ringan intake cairan
5. Tidak 2. Ajarkan klien untuk cek kadar gula
darah secara teratur
Kolaborasi:
1. Pemberian insulin sesuai indikasi
dokter
2. Pemberian terapi cairan IV sesuai
program
3. Pemeriksaan kadar gula darah
4. Pemeriksaan urin keton
5. Pemberian diet sesuai program ahli
gizi
19
PATOFISIOLOGI: DIFISEIN SI IN SULIN
- Sel dan pulau langerhans kurang peka - Faktor Herediter: - Faktor Herediter: - Kele bih an dosis in sulin Mk:
terhadap rangsangan -->sentak insulin - Degenerasi/tertekannya sel/ Berkembangnya kekebalan pada - kurang ju mla h kalo ri Kebutu han bela ja r
sesudah makan tidak begitu kuat perbedaan kepekaan seseorang Dia bete s Mellitu s sel ß-> distruksi, autonom pada sel ß yang dik onsumsi penata la ksanaan
- Menekan jumlah resptor insulin pada terhadap pertambahan umur ID DM - Degenerasi ringan pada sel ß - Menin gkatn ya aktiv ita s penyakit
target NON ID DM - Penyakit virus ja smani le bih cepat
-Berkerin gat
Kela in an Meta bolis me Hip oglik emia -Gemeta r, sakit
kepala , Palp ita si
Kela in an Meta bolis me Karbohid rat Kela in an Meta bolis me Lemak Kela in an Meta bolis me Prote in
Outp ut glu kosa darah Lip ogenesis menurun, Lip olis is menin gkat Fasilita s Penurunan Proses
In put glu kosa darah
menurun (glik ogenolis is tr ansmembran -Transkrip si
menin gkat (glik ogenolis is
menurun, glik olis is dala m asam amin o -Transla si
dala m hepar menin gkat,
oto t menurun, lip ogenesis Mobilis asi asam le mak menin gkat berkurang -Replik asi
glu koneogenesis menin gkat
di adip osa menurun -Prolite rasi sel
20
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S No. RM : (-)
Usia : 60 tahun Tgl. Masuk : (-)
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian : 4 februari 2014
Alamat : RT 07 RW 14 Sumber informasi :Klien dan menantu
No. Telp : (-) Nama klg. dekat yg bisa dihubungi :
Status Pernikahan : Janda
Agama : Islam Status : Anak
Suku : Jawa Alamat : RT 07 RW 14
Pendidikan : SD No. Telp : (-)
Pekerjaan : Pendidikan : SMA.
Lama Bekerja : (-) Pekerjaan : Wiraswasta
B. Status Kesehatan Saat ini
Klien mengeluh nyeri pada tengkuk leher dan gringgingan
C. Riwayat Kesehatan Saat ini
Klien mengatakan merasa nyeri dan berat di tengkuk leher. Keluhan pada tengkuk terasa
+ 2 hari terakhir pada waktu bangun tidur. Klien juga mengeluh sering terbangun saat
tidur secara tiba-tiba dan memiliki sakit DM kurang + 10 tahun. sering merasa
geringgingen di kaki dan tangan. Gula darah terakhir pada bulan januari yaitu 180. Klien
rutin minum obat Glibenklamid. Klien juga sudah mengatur pola makan dan
menghindari makanan yang manis-manis. Pandangan klien juga kabur sejak terdiagnosa
Diabetes Militus pada tahun 2000
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : kaki kanan tertusuk kayu
b. Operasi (jenis & waktu) : Klien tidak pernah melakukan operasi
c. Penyakit
Kronis : Diabetes Militus
d. Terakhir masuk RS : Klien tidak ingat tanggal masuk RS
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll) : Klien tidak alergi
3. Imunisasi : Tidak terkaji
4. Kebiasaan : klien hanya sering menonton TV dan pergi ke mushola buat sholat
5. Obat-obatan yang digunakan: Klien minum obat glibenklamid
E. Riwayat Keluarga
1. Suami klien sudah meninggal
2. Klien tidak mengetahui riwayat DM dari kedua orang tuannya
3. Klien mengetahui kalau saudaranya meinggal karena DM
GENOGRAM
Orangtua klien
21
Klien
Perempuan hidup
Perempuan Meninggal
Laki-laki Hidup
Laki-Laki Meninggal
F. Riwayat Lingkungan
Klien mengikuti posyandu lansia secara rutin dan pergi ke mushola
G. Pola Aktifitas-Latihan
1. Makan/minum...............................................................Mandiri
2. Mandi..........................................................................2x sehari
3. Berpakaian/berdandan..................................................Mandiri
4. Toileting.......................................................................Mandiri
5. Mobilitas di tempat tidur..............................................Mandiri
6. Berpindah.....................................................................Mandiri
7. Berjalan.........................................................................Mandiri
8. Naik tangga..........................................................Tidak Terkaji
H. Pola Nutrisi Metabolik
1. Jenis diit/makanan..................................: Makanan berupa nasi,
2. Frekuensi/pola......................: 2x sehari
3. Porsi yg dihabiskan........: + 10 sendok
4. Komposisi menu......................: nasi+lauk
5. Pantangan: makanan satan dan gorengan
6. Napsu makan............................: baik
7. Jenis minuman......: air putih, kadang minum teh
8. Frekuensi/pola minum...............: Sering teutama pada pagi hari
22
9. Gelas yg dihabiskan............................................: 5-9 gelas
10. Sukar menelan (padat/cair): Tidak
11. Pemakaian gigi palsu (area): Tidak
12. Riw. masalah penyembuhan luka: lama sembuh karena penyakit DM
I. Pola Eliminasi
1. BAB:.......................................................................................
a. Frekuensi/pola...................................................: 1x sehari
b. Konsistensi.............................................................: Lunak
c. Warna & bau....................................: kekuningan dan bau
d. Kesulitan............................................: tidak ada kesulitan
e. Upaya mengatasi...............................................: tidak ada
2. BAK:
a. Frekuensi/pola.......................................................: Sering
b. Konsistensi.................................................................: cair
c. Warna & bau........................................: bening, bau khas
d. Kesulitan............................................: tidak ada kesulitan
e. Upaya mengatasi...............................................: tidak ada
J. Pola Kebersihan Diri
1. Mandi: Frekuensi..............................................: 3 kali sehari
Penggunaan sabun : ya
2. Keramas: Frekuensi..........................................: 2 hari sekali
Penggunaan shampoo : ya
3. Gosok gigi: Frekuensi.......................................: 3 kali sehari
Penggunaan odol : 3 kali sehari
4. Ganti baju:Frekuensi.........................................: 1 kali sehari
5. Memotong kuku: Frekuensi....................: dua minggu sekali
Kesulitan..................................................................: Tidak ada
Upaya yg dilakukan..................................................: tidak ada
K. Pola Toleransi-Koping Stres
1. Pengambilan keputusan: (√ ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, sebutkan,anak
2. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: klien berdiskusi dengan
menantu dan anaknya
3. Harapan setelah menjalani perawatan: ingin matanya tidak buramlagi dan jelas
4. Perubahan yang dirasa setelah sakit: Tidak ada
23
L. Konsep Diri
1. Gambaran diri : Klien merasa tubuhnya terlalu gemuk sehingga klien rajin
berolahraga untuk mengurangi berat badannya.
2. Ideal diri : Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya.
3. Harga diri : Klien merasa tubuhnya sehat meskipun tekanan darahnya tinggi
4. Peran : Klien berperan sebagai seorang istri, ibu, dan nenek
5. Identitas : Klien merupakan seorang ibu, istri dan nenek.
PENGKAJIAN PSIKOGERONTIK
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Alamat : RT 07 RW 14 Kendalsari Malang
Status Menikah : Janda
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tingkat Pendidikan : SD
Riwayat pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
26
1. Masalah emosional : Klien mudah memikirkan sesuatu tentang suatu masalah,
misalnya diabetes militusnya meski sudah menerapkan pola hidup sehat.
2. Tingkat Kerusakan Intelektual
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 1. Tanggal berapa hari ini ?
√ 2. Hari apa sekarang ?
√ 3. Apa nama tempat ini ?
√ 4. Dimana alamat Anda ?
√ 5. Berapa nomor rumah Anda ?
√ 6. Kapan Anda lahir ?
√ 7. Siapa presiden Indonesia ?
√ 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 9. Siapa nama ibu Anda ?
√ 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun.
Jumlah 5 Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
27
menjawab:
3. Perhatian dan 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100,
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat:
4. Mengingat 3 3 Meminta klien untuk menyebutkan objek
pada poin 2:
5. Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjuk benda tersebut):
Meminta klien untuk mengulangi kata
berikut ”tak ada jika, dan, atau, tetapi”.
Klien menjawab........
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri dari 3 langkah. Ambil ballpoint
di tangan Anda, ambil kertas, menulis saya
mau tidur.
Perintahkan klien untuk hal berikut (Bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 poin)
’tutup mata Anda’
Perintahkan pada klien untuk menulis atau
kalimat dan menyalin gambar
Total Nilai 30 29 Kognitif baik
Pengkajian ADL
Modifikasi dari Barthel Index
Aktifitas Skor
1. Makan
0= tidak mampu 10
5= dengan bantuan
10= mandiri
2. Mandi
0= dengan bantuan 5
5= mandiri
3. Kebersihan diri
0= dengan bantuan 5
5= mandiri
28
4. Berpakaian
0= dengan bantuan
5= butuh bantuan pada setengah aktifitas 10
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0= inkontinen (termasuk pemberian enema) 10
5= occasional
10= kontinen
6. Mengontrol berkemih
0= inkontinen (termasuk kateter)
5= occasional 10
10= kontinen
7. Penggunaan toilet
0= dengan bantuan 10
5= butuh bantuan pada beberapa aktifitas
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk di tempat
tidur
0= tidak mampu. Tidak ada keseimbangan
5= dengan bantuan mayor (1/2 orang), dapat duduk 10
10= dengan bantuan minor (verbal/fisik)
15= mandiri
9. Mobilitas (pada permukaan datar)
0= tidak mampu. < 50m
5= ketergantungan kursi roda, termasuk pegangan. >50m 10
10= berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal/fisik). >50m
15= mandiri (bisa dengan bantuan, mis. tongkat). > 50m
10. Naik turun tangga
0= tidak mampu
5= butuh bantuan 5
10= mandiri
29
Interpretasi: ketergantungan moderat Total 85
LAMPIRAN : KUISIONER
Data respoden
Nama pasien : Ny. S
Usia : 60 tahun
Alamat : RT 07 RW 14 Kendalsari Malang
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : tidak bekerja
30
Merokok : tidk
Konsumsi Cafein : kadang-kadang
Minum Obat : ya
Posisi tidur : terlenteng
Nyeri : ya
Mengangkat beban : jarang
Riwayat penyakit : Diabetes Militus
Konsumsi obat – obatan 2 minggu terakhir : Glibenklamid
31
7 berapa lama anda tidur siang
a. Tidak tidur siang A A B
b. 1-2 jam
c. > 3 jam
9 Saya sering tidak bisa bergerak dan bernafas saat tidur malam
a. Ya B B B
b. Tidak
10 apakah saat ini anda memiliki keluhan yang paling mengganggu
tidur anda?
a. Pusing B B B
b. Nyeri
A C
c. Sering kencing di malam hari
d. Sering batuk di mlam hari C
e. Tidak ada keluhan
11 apakah anda memiliki kebiasaan sebelum tidur seperti
a. Minum kopi atau teh
b. Merokok
D D D
c. Minum alkohol
d. Minum obat untuk penyakit saya
12 kalau pada malam hari anda merasa tidur anda kurang, apa yang
anda rasakan?
B
a. Saya merasa mudah marah dan tersinggung B B
b. Saya merasa susah berkonsentrasi
c. Saya merasa mudah lelah dan malas untuk beraktifitas
d. Kurang tidur tidak memberikan efek apa – apa terhadap saya
32
Klien tidak merokok 4-6 jam X X X X X X X 0
sebelum tidur*
Klien tidak minum minuman √ X √ √ √ X √ 5
berkafe-in (kopi, teh, soda, minuman
berenergi) 4-6 jam sebelum tidur*
Klien tidak tidur dalam keadaan √ √ √ √ √ √ √ 7
lapar*
Klien tidak makan nasi, lauk-pauk, X X √ √ √ √ √ 5
dan air putih 2-3 jam sebelum tidur*
Klien tidak melewatkan sarapan √ √ √ √ √ √ √
6
Kebiasaan Kognitif: klien mampu menjelaskan...
minum Jenis obat yang dikunsumsi √ √ 2
Dosis Obat yang dikonsumsi X √ 1
obat Cara penggunaan obat yang √ √ 2
dikonsumsi
Efek samping obat yang dikonsumsi X √ 1
Waktu minum obat yang dikomsumsi √ √ 2
Psikomotor : klien melaporkan....
Minum obat sesuai jadwal X √ X √ √ √ √ 5
Pembatasan aktivitas
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Cara mengangkat dengan benar X √
Psikomotor
Pasien memperagakan cara X √ √ √ √ √ √ 6
mengangkat yang benar*
Posisi tidur
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Posisi tidur yang baik X √ 1
Efek terhadap posisi tidur yang X √ 1
kurang tepat
Jumlah bantal yang digunakan saat X √ 1
tidur
Psikomotor: klien melaporkan
Posisi Tidur miring kanan* X X X X √ √ √ 3
Snoring* √ √ √ √ X √ X 4
Waking sympthom: Nyeri leher, √ √ √ √ X √ X 5
punggung, sakit kepala*
Jumlah bantal yang dipakai 2 2 2 1 1 1 1
Latihan Otot Progresif
Kognititf: klien mampu menjelaskan
Definisi relaksasi progresif X X 0
Manfaat relaksasi progresif X √ 1
33
Psikomotor: klien melaporkan
Melakukan latihan otot progresif* X √ X √ √ √ √ 5
NB: * beri tanda centang (v)
34
melakukan aktivitas, seperti menyapu,
memasak, mencuci, berjualan, etc?
Selama sebulan ini, seberapa sering √
Anda mengalami kehilangan minat
pada kegiatan yang Anda lakukan?
Sangat baik (0) Cukup baik Cukup Sangat buruk
(1) buruk (2) (3)
Menurut anda, bagaimana kualitas √
tidur selama sebulan terakhir?
35
ANALISA DATA
Pengelompokan Data Etiologi Masalah
DS: Usia lanjut, nyeri pada tengkuk leher Gangguan
¯
Klien mengataka nyeri pada pola tidur
Penurunan serotonin, melatonin dan hormon
tengkuk leher
yang membantu tidur
Keluhan nyeri + 2 hari
¯
Klien memiliki riwayat sakit Kesulitan memulai tidur dan tidur kembali
DM saat tebangun di malam hari
Klien mengatakan mudah ¯
terbangun dari tidur Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada
Sering pipis pada malam hari lansia
Mudah lelah kalau pada pagi ¯
hari Gangguan pola tidur
DO :
TD = 130 / 80 mm Hg
RR = 18 x / menit
Nadi = 90 x/menit
DS: Kurang informasi tentang gangguan tiur dan Kurang
Klien mengatakan tidak cara menanganinya Pengetahuan
mematikan lampu pada malam ¯
Perilaku kebiasaan tidur yag berefek pada
hari
Klien mengatakan jarang tidur gangguan tidur lansia
(minum air putih sebelum tidur, tidak
siang
Klien mengatakan Biasanya mematikan lampu pada waktu tidur, nyeri
minum pada malam hari leher dan posisi tidur yang salah)
¯
sebelum tidur Gangguan pemenuhan ebutuhan tidur pada
Klien mengatakan Mengeluh
lansia
nyeri pada tengkuk leher ¯
Klien mengatakan Kalau tidur Lansia tidak tau apa yang harus dilakukan
posisi terlentang dan untuk mengatasi gangguan tidur
mengorok ¯
Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan:
1. gangguan pola tidur
2. Kurang pengetahuan
36
RENCANA KEPERAWATAN
37
No Dx Keperawatan Kriteria Indikator Intervensi
1 gangguan pola Lansia mampu 75% Lansia dapat menerapkan Berikan penyululuhan mengenai penyebab dan
tidur menerapkan pemenuhan makan dan minum yang cara mengatasi gangguan tidur pada lansia
perilaku yang menganggu dan membantu tidur Libatkan keluarga dalam mengawasi kebiasaan
memperbaiki dengan baik tidur lansia yang baik dalam membatu memenuhi
kualitas tidur 75% lansia dapat minum obat sesuai tidur lansia
Lansia mampu jadwal Ajarkan teknik relaksasi otot progresif
mendemonstrasik 75% lansia dapat membatasi Dorong lansia untuk mendemonstrasikan terapi
an teknik aktivitas sesuai kemampuan relaksasi otot progresif
relaksasi napas 75% lansia menerapkan posisi tidur Libatkan keluarga untuk mendorong lansia untuk
dalam yang baik berlatih terapi relaksasi setiap akan tiur
75% lansia menerapkan terapi Anjurkan lansia untuk mandi dengan air hangat
relaksasi otot progresif dan mengompres sendi-sendi yang sakit dengan
waslap hangat.
Follow up perkembangan gangguan tidur klien
dan kebiasaan tidur klin setiap hari
2 Kurang Lansia Sebanyak 80% lansia dapat Kaji tingkat pengetahuan lansia dan keluarga
pengetahuan memperhatikan menjelaskan tentang gangguan tidur tentang gangguan tidur dan cara mengatasi
dan mampu Sebanyak 80% lansia dapat Ajarkan pada lansia tentang kebiasaan sebelum
menjawab menjawab pertanyaan tentang nutrisi tidur yang harus dihindari
pertanyaan yang membantu tidur Beri informasi pada lansia dan keluarga tentang
penyuluh dengan Sebanyak 75% lansia dapat nutrisi yang membantu tidur, posisi tidur, dan
benar menjelaskan tentang jenis obat, efek modifikasi lingkungan menjelang tidur
Lansia mampu samping, dosis, dan cara minum obat Berikan informasi pada lansia tentang pentingnya
menjelaskan yang benar modifikasi lingkungan dan mematikan lampu saat
kembali materi Sebanyak 75% lansia dapat tidur
ayng diberikan menjelaskan 38
posisi tidur yang baik, Menjelaskan pada lansia tetang cara mengangkat
perawat jumlah bantal yang dipakai, dan efek yang baik
posisi tidur yang salah Evaluasi pengetahuan lansia mengenai gangguan
INTERVENSI DAN EVALUASI
Nama Perawat :
NIM :
Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi Ttd
3 09.30 1 1. Mengkaji penyebab dan cara S:Klien mengatakan nyeri pada tengkuk leher, Keluhan
Febru – mengatasi gangguan tidur pada lansia nyeri + 2 hari, Klien mengatakan memiliki riwayat
ari 10.30 2. Melibatkan keluarga dalam sakit DM, mudah terbangun dari tidur dan sering pipis
2014 wib mengawasi kebiasaan tidur lansia pada malam hari. Setiap pagi hai sering merasa mudah
yang baik dalam membatu memenuhi lelah
O: Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
tidur lansia
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
3. Mengajarkan teknik relaksasi otot
Nadi = 90 x/menit, Klien dapat mempraktekkan terapi
progresif relaksasi otot progresif
A: Masalah teratasi sebagian
4. Mendorong lansia untuk
P: Lanjutkan intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4; 1.5. Anjurkan
mendemonstrasikan terapi relaksasi
untuk kontrol jika sakit bertambah
otot progresif
5. Menganjurkan lansia untuk mandi
dengan air hangat dan mengompres
sendi-sendi yang sakit dengan waslap
hangat.
39
2 1. Mengkaji tingkat pengetahuan lansia S: Klien mengatakan tidak mematikan lampu pada malam
dan keluarga tentang gangguan tidur hari dan sangat jarang tidur siang, Klien mengatakan
dan cara mengatasi biasanya minum pada malam hari sebelum tidur, Klien
2. Mengajarkan pada lansia tentang mengatakan Mengeluh nyeri pada tengkuk leher dan
kebiasaan sebelum tidur yang harus serin mengorok ketika tidur dengan posisi terlentang
O: Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
dihindari
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
3. Memberikan informasi pada lansia
Nadi = 90 x/menit, Klien dapat mempraktekkan
tentang pentingnya modifikasi
terapi relaksasi otot progresif
lingkungan dan mematikan lampu
A: Masalah teratasi sebagian
saat tidur P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.3; 2.4;.
Anjurkan untuk kontrol jika sakit bertambah
4. Menjelaskan pada lansia tetang cara
mengangkat yang baik
40
4 10.15 1 1. Memberikan penyululuhan mengenai S: Keluarga klien mengatakan akan membantu ibunya "
februa – penyebab dan cara mengatasi supay mempraktekkan senam, Klien mengatakan iya
ri 11.20 gangguan tidur pada lansia mas,saya akan melakukan tiap hari biar bisa tidur
2014 wib 2. Melibatkan keluarga dalam seperti dahulu, Klien mengatakan akan melakukan
mengawasi kebiasaan tidur lansia kompres apabila sakit pada sendi
O: Keadaan umum baik, sedikit grimace, fokus perhatian
yang baik dalam membatu memenuhi
kurang TD = 130 / 80 mm Hg RR = 18 x / menit
tidur lansia
Nadi = 90 x/menit, Klien dapat mempraktekkan terapi
3. Mengajarkan teknik relaksasi otot
relaksasi otot progresif
progresif
A: Masalah teratasi sebagian
4. Mendorong lansia untuk P: Lanjutkan intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4;1.5; 1.6.
Anjurkan untuk kontrol jika sakit bertambah
mendemonstrasikan terapi relaksasi
otot progresif
41
2 1. Mengevaluasi tingkat pengetahuan S: Klien mengatakan akan mencoba tidur dengan posisi
lansia dan keluarga tentang gangguan miring sebelah kanan, Kien mengatakan akan
tidur dan cara mengatasi menghindari minum teh dan arir putih sebelum tidur
O: Klien dapat mengulngi pejelasan oleh perawat
2. Mengajarkan pada lansia tentang
Keadaan umum baik, fokus perhatian meluas, TD =
kebiasaan sebelum tidur yang harus
130/100 mmHg, nadi =80x/menit
dihindari A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.3; 2.4; 2.5
3. Memberi informasi pada lansia dan
keluarga tentang nutrisi yang
membantu tidur, posisi tidur, dan
modifikasi lingkungan menjelang
tidur
42
5 14.00 1 1. Melibatkan keluarga dalam S: Klien mengatakan sudah ridur agak nyenyak dari pada
Febru mengawasi kebiasaan tidur lansia kemarin, Klien mengatakan sudah agaj tenang dakibat
ari yang baik dalam membatu memenuhi sering melakukan teknik otot progresif, Klien dan
2014 tidur lansia keluarga mengatakan akan selalu rutin melakukan nya
2. Mengajarkan teknik relaksasi otot tiap hari
14.30 O: Klien dapat mengulngi pejelasan oleh perawat,
progresif
Keadaan umum baik, fokus perhatian meluas, TD =
3. Mendorong lansia untuk
130/100 mmHg, nadi =88x/menit
mendemonstrasikan terapi relaksasi
A: MTS
otot progresif P: Lanjutkan intervensi 1.1; 1.2; 1.3; 1.4; 1,5
4. Menglibatkan keluarga untuk
mendorong lansia untuk berlatih
terapi relaksasi setiap akan tiur
5. MenFollow up perkembangan
gangguan tidur klien dan kebiasaan
tidur klin setiap hari
43
2 1. Memonitor perilaku menghindari S: Hari ini klien mengatakan anyak minum air putih tapi
risiko lebih banyak pada pagi hari,Hari ini klien mengatakan
3. Mengeksplorasi perasaan individu
tidak merasa pegal-pegal di bagian leher klien,
dan persepsinya terhadap perilaku
Keluarga mengatakan kalau sesekali klien tidur dengan
hidup sehat
posisi miring yang salah pada waktu tidur
4. Memberikan penyuluhan tentang DM
O: TD = 130/90, N = 90x/menit, kemampuan berjalan
5. Mengajak klien untuk mengikuti
baik, sempoyongan, menggunakan pakaian olahraga
senam lansia di posyandu lansia.
dan bersepatu. Klien mampu memperagakan cara
senam teknik relaksasi otot progresif secara rutin
A: MTS
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.4; 2.5
Evaluasi hasil atau persepsi klien terhadap kegiatan
senam lansia
6 14.00 2 1. Memonitor perilaku sebelum tidur S: Klien mengatakan senang melakuakn teknik relaksasi
Febru wib klien progresif, dan setelah senam merasa tubuhnya lebih
2. Mengeksplorasi perasaan individu
ari ringan.
dan persepsinya terhadap gangguan O: TD = 140/100mmHg; nadi = 80 x/menit, aktif
2014
tidur mengikuti gerakan senam, antusias.
3. Mengevaluasi kemampuan klien A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 2.1; 2.2; 2.5
mempraktekkan teknik relaksasi otot
progresif
44
8 10.00 2 1. Memngevaluasi semua kegiatan yang S: Tidak ada keluhan apa-apa, badan terasa sehat. Hany
Febru telah di ajarkan selama ini saja masih susah tidur dan sesekali terbangun
2. Memberikan pertanyyan kepada klien O: TD = 140/90 mmHg; nadi = 70 x/menit; aktif
ari
tentang hal-hal yang harus dilakukan mengikuti gerakan senam, ekspresi wajah baik
2014
A: Masalah teratasi sebagian
dalam mengatasi nyeri
P: Intervensi dihentikan
3. Mengeksplorasi perasaan individu
dan persepsinya terhadap kebiasaan
tidur
4. Mengajak klien untuk mempragakan
teknik relaksasi otot progresif
5. Melakukan terminasi.
45
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
46
A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan selama 5 kali pertemuan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Masalah keperawatan gangguan pola tidur , teratasi sebagian
2. Masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan
konflik keputusasaan, teratasi sebagian.
3. Motivasi klien untuk mempertahankan kesehatan dan meningkatkan frekuansi teknik
relaksasi otot progresif
B. Saran
Perlu adanya pendidikan kesehatan tentang akibat dari gangguan poka tidur, keterlibatan
keluarga untuk mengatur pola diit, dan support untuk rutin mengikuti olahraga. Selain itu,
perlu adanya observasi tekanan darah klien secara periodik dan rutin karena klien tidak
merasakan tanda dan gejala dari hipertensi yang dialaminya.
47