Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


LUKA BAKAR

Disusun oleh:
SITI SOFIA 14.401.17.080

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan kimia, radiasi,
atau aliran listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ke tubuh manusia menyebabkan
urutan kejadian fisiologi sehingga pada kasus yang paling berat menyebabkan destruksi
jaringan irevesibel. Rentang keparahan luka bakar mulai dari kehilangan minor segmen
kecil lapisan terluar kulit sampai cedera kompleks yang melibatkan semua sistem tubuh.
Luka bakar adalah suata keadaan luka yang unik diantara bentuk luka lainnya karena luka
tersebut terdapat sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada di tempatnya
untuk jangka waktu lama. Dengan waktu yang cepat luka bakar akan dialami oleh bakteri
patogen; terjadi eksudasi dengan perembesan sejumlah air, protein serta elektrolit dan
sering kali perlu dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh untuk menghasilkan
penutupan luka yang permanen. (Muttaqin & Sari, 2011)
Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (Nurarif &
Kusuma, 2016)

B. Batasan Masalah

Berdasarakan latar belakang diatas maka batasan masalah adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien luka bakar dan bagaimana konsep luka bakar.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawata pada pasien luka bakar

D. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui cara Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien luka bakar.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu:
a. Mengetahui definisi, etiologi, dan tanda gejala, patofisiologi.

3
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien yang menderita luka bakar

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Luka bakar merupakan suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilanagan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api,bahan kimia,listrik dan radiasi. (Nurarif, 2016, hal.
84)
Luka bakar ialah luka yang di sebabkan oleh sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas atau zat-zat yang bersifat membakar.
(Mutaqqin, 2011, hal. 200)
2. Etiologi
a. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: minuman
panas).
b. Luka bakar dari lemak panas contohnya memasak lemak
c. Benda panas misalnya radiator
d. Radiasi misalnya terbakar sinar matahari
e. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik. Mungkin tidak
jelas adanya kerusakan kulit.
f. Luka bakar akibat zat kimia
g. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) (Mutaqqin, 2011, hal. 200)
3. Fase Luka Bakar
a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Pada gangguan airway (jalan nafas) tidak
hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut biasaya sering terjadi gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
5
b. Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi
2) Problem atau masalah penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan pada struktur atau organ-organ fungsional
3) Keadaan hipermetabolisme
c. Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Permasalahan yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
4. Manifestasi Klinis
1) Berdasarkan kedalaman luka
a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hipertermi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena unjung-ujung saraf sensorif teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebgian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
- Dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
- Dasar luka bewarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi dari kulit
normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2, yaitu;
Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.

6
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan.
Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
- Kerusakan melputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
- Tidak dijumpai bulae.
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka.
2) Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori:
a. Luka bakar mayor
- luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari
20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapatluka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar ;istrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
7
- Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan Trofino (1991) dan Girglak
(1992) adalah:
- Luka bakar dengan kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar didaerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur. (Nurarif & Kusuma, 2016,
p. 85)

5. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan dapat terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein
atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan suatu lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami
kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent.
Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam pada luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian pada sistemik awal sesudah luka bakar
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian yang terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah yang terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
8
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya terjadi jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24-36
jam pertama sesudah luka bakar dan akan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan pada integritas kapiler, syok pada luka bakar akan
menghilang dan cairan akan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler
sehingga volume darah akan meningkat. Karena adanya edema akan bertambah berat
pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf
pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga dapat terjadi
iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Pada volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis saat terjadi
syok luka bakar. Terjadinya kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar
natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi atau macam-macam. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai
sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan
berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi
anemia akibat kerusakan sel darah merah yang mengakibatkan nilai hematokrit
meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga
ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka
bakar berat, konsumsi oksigen pada jaringan meningkat 2 kali lipat akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari
berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi yang cidera
akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus
renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga
timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
9
menyebabkan suhu tubuh rendah atau hipotermi, tetapi pada jam-jam berikutnya
menyebabkan hipertermi akibatkan hipermetabolisme.(Nurarif, 2016, hal. 93)

10
6. Pathway

Bahan kimia Termis Radiasi Listrik Petir

Luka Bakar

biologis Psikologis Gangguan citra tubuh


Defesiensi pengetahuan
Anxietas
Pada wajah Di Ruang Kerusakan Kulit
Tertutup

Kerusakan mukosa
Keracunan gas Penguapan Masalah Keperawatan:
Resiko Infeksi
Gangguan rasa
Oedema Laring CO mengikat HB Peningkatan nyaman
pembuluh darah Kerusakan integritas
kulit
Obstruksi jalan HB tidak mampu
nafas mengikat O2 Ekstravasasi cairan
(H2O2, Eleketrolit
Gagal nafas Hipoxia Otak
Tekanan onotik
Ketidakefektifan menurun
pola nafas
Masalah keperawatan: Cairan Intravascular Hipovolemia &
Kekurangan volume menurun hemokonsentrasi
cairan
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Gangguan sirkulasi
makro

Gamgguan perfusi Gangguan srikulasi


organ penting

Gagal fungsi Daya tahan tubuh Imun Gangguan Perfusi


hepar
Pelepasan
Hipoxia Hepatik Hepar Laju metabolisme
katekolamin 11 meningkat
Hambatan Pertumbuhan G3 Neurologi Neurologi
Glukosogenolisis

Penurunan curah Kebocoran Kapiler Kardiovaskuler


jantung Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gagal Jantung

Sel otak mati Hipoxia Otak

Resiko ketidakefektifan jaringan


otak

Fungsi ginjal Hipoxia sel ginjal Ginjal

Resiko Dilatasi GI fraktur


ketidakefektifan Lambung
Perfusi ginjal

(Nurarif, 2016, hal. 95-96)

12
7. Klasifikasi Luka Bakar
a. Dalamnya Luka Bakar

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

Ketebalan partial Jilatan Kering tidak Bertambah Nyeri


superfisial api, sinar ada merah.
ultra gelembung.
(tingkat I)
violet
Oedem
(terbakar
minimal
oleh
atau tidak
matahari).
ada.

Pucat bila
ditekan
dengan
ujung jari,
berisi
kembali bila
tekanan
dilepas.

Lebih dalam dari Kontak Blister besar Bintik- Sangat


ketebalan partial dengan dan lembab bintik nyeri
bahan cair yang kurang
(tingkat II)
atau ukurannya jelas,
bahan bertambah putih,
 Superfisial
padat. besar. coklat,
 Dalam
pink,
Jilatan api Pucat bila
daerah
kepada ditekan pada
merah
pakaian. ujung jari,
coklat.
bila tekanan

13
Jilatan dilepas
langsung berisi
kimiawi. kembali.

Sinar
ultra
violet.

Ketebalan sepenuhnya Kontak Kering Putih, Tidak


dengan disertai kulit kering, sakit,
(tingkat III)
bahan cair mengelupas. hitam, sedikit
atau coklat tua. sakit.
Pembuluh
padat.
darah Hitam. Rambut
Nyala api. seperti mudah
Merah.
arang lepas bila
Kimia.
terlihat dicabut.
dibawah
Kontak
kulit yang
dengan
mengelupas.
arus
listrik.
Gelembung
jarang,
dindingnya
sangat tipis,
tidak
membesar.

Tidak pucat
bila ditekan.

(Mutaqqin, 2011, hal. 203)

14
b. Luas Luka Bakar
Pada luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan nama rule of nine yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%


2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100 %

c. Berat dan Ringan Luka Bakar


Untuk mengkaji beratnya luka bakar yang harus dipertimbangkan ada beberapa
faktor antara lain :
1) Persentasi area atau luasnya luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan. (Nurarif, 2016, hal. 87)

8. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar


a Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
b compartemen syndrom adalah terjadinya proses pemulihan integritas kapiler, syok
luka bakar akan menghilang dan cairan akan mengalir kembali ke kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena adanya edema akan bertambah
berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
c Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika
derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
d Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Dengan berkurangnya peristaltic usus dan bising
usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan
nausea dapat mengakibat nause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat
15
stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh
darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini
merupakan tanda-tanda ulkus curling.
e Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral
dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
f Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan
resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin
terdektis dalam urine.

16
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada umur seseorang akan berpengaruh pada hebatnya luka bakar, pada anak
dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatas 60 tahun memiliki penilaian tinggi
terhadap jumlah kematian. data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki
resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi
yanag tepat dalam pendekatan
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien nyeri luka bakar di anggota tubuh,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri yang harus diperhatikan yaitu paliatif, severe, time,
quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah
sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru
berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.

2) Alasan masuk rumah sakit


Alasan masuk rumah sakit klien biasanya karena ada luka bakar di anggota tubuh
klien.
3) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian.Apabila dirawat meliputi beberapa fase :
fase emergency (kurang lebih 48 jam pertama), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari atau bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).

c. Riwayat kesehatan terdahulu


1) Riwayat penyakit sebelumnya
Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh klien sebelum terjadi luka
bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol

2) Riwayat penyakit keluarga

17
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Pada umumnya penderita luka bakar datang dengan keadaan kotor mengeluh
panas sakit dan gelisah sampai menyebabkan penurunan tingkat kesadaran
bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
b) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Inspeksi : biasanya bentuk dada normal chest
Palpasi : vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru
Auskultasi : suara ucapan egoponi, terdapat suara tambahan ronchi
b) Sistem kardiovaskuler
Efek luka bakar mayor ditandai pada semua komponen sistem vaskular, dan
mencakup syok hipovolemik, disritmia jantung, henti jantung, dan gangguan
vaskular.
c) Sistem persyarafan
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial yaitu :
Saraf 1 : biasanya pada pasien luka bakar tidak ada kelainan penciuman.
Saraf II : biasaya pada pasien luka bakar tidak ada gangguan sensoro primer
diantara mata dan korteks visual
Saraf III, IV dan VI : tidaka ada masalah pada saraf III,IV,VI.
Saraf V : tidak ada penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.
Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
Saraf VIII : tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli pesrsepsi
Saraf IX dan X : tidak terjadi penurunan kemampuan menelan.
Saraf XI : tidak ada atrofi otot
18
Saraf XII : lidah simetris,serta indra pengecapan normal

d) Sistem perkemihan
Inspeksi : Pada pasien luka bakar terjadi haluaran urine menurun, kreatinin
serum dan nitrogen urea darah meningkat.
e) Sistem pencernaan
Inspeksi : kaji adanya hematemesis pada pasien
Auskultasi : Pada pasien luka bakar dengan >20% TBSA mengalami
penurunan peristaltis
Palpasi : biasaya tidak terdpat nyeri tekan
Perkusi : biasaya terdapat suara hipertympani/ tympani
f) Sistem integumen
Inspeksi : terdapat luka bakar, penampilan permukaan kulit yang memiliki
mata lembu, dengan luka bakar yang paling parah terletak ditengah dan luka
bakar yang tidak begitu parah terletak disepanjang tepi luka perifer
Palpasi : terdapat nyeri tekan
g) Sistem muskuloskeletal
Kekuatan otot menurun karena nyeri
h) Sistem endokrin
Tidak ada permasalahan pada sistem endokrin
i) Sistem reproduksi
Inspeksi : kaji kebersihan genetalia, biasanya pada pasien luka bakar dengan
dehidrasi berat perlu di lakukan pemasanagan kateter untuk memantau
pengeluaran urin.(LeMone, M. Burke, & Bauldoff, 2012)
e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Hitung darah lengakap
Hb menurun menunjukan adanya pengeluaran darah yang banyak sehingga
peningkatan lebih dari 15% mengidentifikasi adanya cedera, pada HT (
hematokrit ) yang meningkat menunjukan adanya kehilanagan cairan sedangkan
HT turun dapat terjadi sehubungan dengan keruskan yang diakibatkan oleh panas
terhadap pembulih darah. Leukosit Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan
adanya infeksi atau inflamasi. GDA (gas darah arteri)Untuk mengetahui adanya
kecurigaan cidera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen n(PaO2) atau peningkatan
19
tekanankarbon di oksida, Elektrolit, natrium urin, alkali fosfat, glujosa serum,
albumin serum, BUN atau Kreatinin.
2) EKG
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distrimia
3) Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
f. Penatalaksanaan
1) Penatalakasanaan luka bakar dibagi menjadi 3 fase :
a. Fase resustasi (48 jam I)
a) Memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai kondisi
b) Pemberian terapi cairan yang sesuai dengan kebutuhan dan pemantauan
ketat penatalkasanaan fase resusitatif.
c) Rumus pemberian caiaran
LLB X 4 X BB (dewasa)
LLB X 2 X BB (anak)
b. Fase akut (> 48 jam II)
a) Mulai ada diuresis
b) Terjadinya perpindahan cairan dari intestisial dan diteruskan melalui
daerah luka bakar
c) Biasanya dilakukan skin graft untuk yang luas dan dalam
c. Fase rehabilitasi (Luka sembuh – pengembalian fungsi tubuh).
d. Pada fase ini peranan fisioterapist sangat besar
2) Perawatan Luka Bakar
Penatalaksanaan penyembuhan luka bakar memerlukan:
a. Hidroterapi setiap hari dan teknik dengan debridemen
b.Mempertahankan nutrisi yang adekuat
c. Mencegah hipotermia
d.Mengendalikan nyeri
e. Mempertahankan mobilitas mobilitas sendi
f. Patuh terhadap prosedur-prosedur pengendalian infeksi
g.Pengkajian terhadap prosedur prosedur pengendalian infeksi
(Wijaya & Putri, keperawatan medikal bedah , 2013)

20
2 Diagnosa
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperwatan luka bakar yang muncul antara
lain:
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada,
keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : dispnea
Objektif : penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola
nafas abnormal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Ortopnea
Objektif : pernafasan cuping hidung, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital
menurun, diameter thoraks anterior-posterior meningkat (takipnea, bradipnea).
(PPNI, 2017, hal. 26)
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute abnormal luka.
Definisi : penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial dan intraselular
Batasan karateristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun,membaran mukosa kering, turgor kulit menurun, hematokrit meningkat.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : merasa lemah, mengeluh haus
Objektif : Pengisian vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh
meningkat, konsentrasi urin meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.
Definisi : Kerusakan kulit ( dermis/ epidermis) atau jaringan (membran mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang,kartilago).
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : Kerusakan jaringan atau lapisan kulit.
Gejala dan Tanda Minor
21
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : nyeri, perdarahan,kemerahan, hematoma. (PPNI, 2017, hal. 282)
d. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barrier kulit
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Faktor resiko : penyakit kronis, malnutrisi, peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahan tubuh primer ( gangguan
peristaltik, kerusakan integritas kulit). (PPNI, 2017, hal. 304)
3 Intervensi
a. Ketidak efektifan pola nafas
1) Tujuan : Menunjukkan pola pernafasan efektif, Menunjukkan status pernafasan
ventilasi tidak terganggu
2) kriteria hasil
status pernafasan: status fentilasi dan pernafasan yang tidak terganggu:
kepstenan jalan nafas, dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentan
normal, terbuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut: gangguan ekstrim,
berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan: kedalaman inspirasi dan kemudahan
bernafas, ekspansi dada simetris, Menunjukan adanya gangguan status
pernafasan: fentilasi, yang dibutuhkan oleh indikator sebagai berikut:
penggunaan otot eksesorius, suara nafas tambahan, pendek nafas.
3) Intervensi NIC
a) Mengatur jalan nafas : memfasilitasi kepatenan jalan nafas
b) Pengisapan jalan nafas : mengeluarkan sekret jalan nafas dengan cara
memaksukkan kateter penghisap kedalam jalan nafas oral/ trakea pasien
c) Manajemen anavilaksis : meningkatkan ventilasi dan perkusi jaringan yang
adekuat untuk individu yang mengalami reaksi alergi berat
d) Penyapihan ventilator mekanis : membantu pasien untuk bernafas tanpa
bantuan ventilator mekanis
e) Pemantauna pernafasan :mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas yang adekuat
f) Pemantauan tanda vital
Aktivitas keperawatan
pengkaian
a) Pantau adanya pucat dan sianosis
b) Pantau efek obat pada status pernfasan
22
c) Tentukan lokasi dan luasnya bunyi di sangkar iga
d) Kaji kebutuhan insersi jalan nafas
e) Observasi dan dokumentasi ekspensi dada bilateral pada pasien yang
terpasang ventilator
f) Pantau pernafasan (NIC) : kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya
pernafasan, perhatikan pergerakan dada amati kesimetrisan dan pantau
pernafasan seperti mendengkur
Penyulahan ke pasien/keluarga
a) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernafasan uraikan teknik
b) Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah dengan dokter, meliputi
pengobatan, peralatan pendukung.
c) Ajarkan teknik batuk efektif
d) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok dalam
ruangan
e) Intrusikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberi tahu
perawat pada saat terjadi ketidak efektifan pola pernafasan.
Aktifitas kolaboratif
a) Konsultasi dengan ahli terapi ahli pernafasan untuk memastikan keadekuatan
fungsi ventilator mekanis
b) Laporksan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernafasan, nilai GDA,
sputum.
c) Berikan obat (mis. bronkodilator)
d) Berikan terapi nebulezer ultrasonik
e) Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pernafasan.
b. Kekurangan volume cairan
3) Tujuan: Kekurangan volume cairaan akan teratasi
4) kriteria hasil : keseimbangan elektrolit dan asam basa, hidrasi yang adekuat,
dan status nutrisi. Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai,
dibuktikan oleh indikator gangguan berikut: frekuensi nadi dan irama jantung
apikal, frekuensi dan irama nafas.
5) Intervensi NIC
a) Manajemen asam-basa : meningkatkan asam-basa dan mencegah komplikasi
akibat ketidakseimbangan asam-basa.
23
b) Manajemen elektrolit : meningkatkan keseimbangan eletrolit dan mencegah
komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang ridak normal
c) Manajemen cairan: meningkatkan keseimbangancairan
d) Pemantauan eletrolit
e) Pemantauan cairan
f) Terapai intravena: memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
g) Manajemen nutrisi: menyediakan asupan nutrisi dan cairan dalam asupan
dietb seimbang.
Aktivitas keperawatan
Pengakajian
a) Pantau jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
b) Observasi khususnya pada kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
(mis.Diare, drainase luka dll)
c) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan.
d) Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
e) Kaji orientasi terhadap orang,tempat, dan waktu
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus.
Aktivitas kolaboratif
a) Laporkan dan catat haluaran kurang dari...... ml
b) Laporkan dan catat haluaran lebih dari.........ml
c) Manajemen cairan (NIC) : atur kesediaan produk darah untuk tranfusi,
berikan terapi IV sesuai program. (jauhar, 2013, hal. 309)
c. Kerusakan integritas kulit (wilkinson, 2016, hal. 397)
1) Tujuan
Menunukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang
dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan): suhu, elastisitas, hidrasi, dan
sensasi. Perfusi jaringan. Keutuhan kulit.
2) Kriteria hasil
a) Respon alergi setempat: tingkat keparuhan respons hipersensivitas imun
setempat terhadap antigen lingkungan (eksogen) tertentu.
b) Integritas jaringan: membran mukosa dan kulit: keutuhan struktural dan
fungsi fisiologis kulit dan membran mukosa.
24
3) Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Lihat juga aktivitas keperawatan pada kerusakan integritas kulit, risiko.
Pengkajian
a) Kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurun tekanan, meliputi kasur udara
statis, terapi low-air loss, terapi udara yang dicairkan, dan kasur air.
b) Perawatan area insisi (NIC)
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan gejala
infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat mandi, dan
mengurangi penekanan pada insisi tersebut.

Aktivitas kolaboratif
a) Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori, dan vitamin.
b) Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan
dan nutrisi enteral atau parenteral untuk meningkatkan potensi
penyembuhan luka.
c) Rujuk pada perawat terapi enterostoma untuk mendapatkan bantuan
dalam melakukan pengkajian, penentuan derajat luka, dan dokumentasi
perawatan luka atau kerusakan kulit.
d) Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS (trans cutaneous elektrical
nerve stimulation) untuk peningkatan proses penyembuhan luka, jika
perlu
Aktivitas lain
a) Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topikal yang dapat
meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorben, dan
sebagainya.
b) Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin yang dapat
meliputi tindakan berikut:
(1) Ubah atur posisi pasien secara sering.
(2) Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan
kelembapan yang berlebihan.
(3) Lindungi pasien dari kontaminasi feses atau urine.

25
(4) Lindungi pasien dari eksresi luka lain dan eksresi slang drain pada
luka.
c) Bersihkan dan balut area insisi pembedahan menggunakan prinsip steril
atau tindakan asepsis medis berikut, jika perlu:
1) Gunakan sarung tangan sekali pakai (steril, jika perlu).
2) Bersihkan area insisi dari area “bersih ke kotor” menggunakan satu
kasa atau satu sisi kasa pada setiap usapan.
3) Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas
steril.
4) Bersihkan sekitar ujung drainase, bergerah dengan gerakan
berputar dari pusat ke luar.
5) Gunakan preparat antiseptik, sesuai program.
6) Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak dibulat) sesuai program.
d) Perawatan luka NIC:
1) Lepas balutan dengan plester.
2) Bersihkan dengan salin normal atau pembersih nontoksik, jika
perlu.
3) Tempatkan area luka pada bak khusus, jika diperlukan.
4) Lalukan perawatan ulkus kulit, jika perlu.
5) Atur posisi untuk mencegah penekanan pada luka, jika perlu.
e) Lakukan perawatan pada area infusi IV, jalur hickman, atau jalur vena
sentral, jika diperlukan.
Lakukan masase di area sekitar luka untuk merangsang sirkulasi
d. Resiko infeksi (wilkinson, 2016, hal. 234)
1. Tujuan
Pasien dan keluarga akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi,
memperlihatkan kebersihan diri yang adekuat, mengindikasi status
gastrointestinal, pernafasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal
serta menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.

2. Kriteria hasil
a) Tindakan komunitas untuk menghilangkan atau menurunkan penyebaran
agen infeksius yang mengancam kesehatan masyarakat.
26
b) Resistensi alami dan dapat yang bekerja cepat terhadap antigen internal
maurun eksternal.
c) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait.
d) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait selama usia 28 hari pertama
kehidupan.
e) Tindakan personal untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi
prilaku yang beresiko menimbulkan penyakit menular seksual.
f) Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara
sengaja.
g) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka.
3. Intervensi IC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya., suhu tubuh, denyut jantung,
drainasi, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi
kulit, dan malayse).
b) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
(misalnya., usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, lulu imun dan
malnutrisi).
c) Amati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan terhadap
infeksi.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi
meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
b) Instruksikan untuk menjaga kebersihan diri untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi (misalnya mencuci tangan)
c) Jelaskan rasional dan manfaat serta efek samping imunisasi.
d) Berikan pasien dan keloarga metode untuk mencatat imunisasi (misanya
formulir imunisasi, buku catatan harian).
e) Pengendalian infeksi (NIC)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar, ajarkan kepadaa
pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruangan pasien
Aktivitas kolaboratif
27
a) Ikuti protocol institusi untuk melaporkan infeksi yang dicurigai atau
kultur positif.
b) Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibioti, bila diperlukan

28
DAFTAR PUSTAKA

Hawk, B. &. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier.


jauhar, m. (2013). asuhan keperawatan. jakarta: prestasi pustaka.
LeMone, P., M. Burke, K., & Bauldoff, G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Integumen. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mutaqqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba
Medika.
Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika.
Nahdi, t. (2013). Volume. 1. Nomor. 4. Medula, 45-52.
Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan praktis. Jogjakarta: Mediaction.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: Dewan PPNI.
Wijaya, S. A. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. yogyakarta: Nuha Medika.
Wilkinson. (2011). Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC
wilkinson, j. m. (2016). diagnosis keperawatan. jakarta: EGC.

29
SOAL LUKA BAKAR
1. Seorang laki-laki di antar oleh keluarganya ke RS oleh karena mengalami luka bakar.
Luka pada tangan kanan, tangan kiri, dada, perut pinggang dan punggung BB 60 kg.
Kebakaran terjadi pada jam 6 pagi namun sampai di IGD sampai jam 10.00 wib.
Intervensi yang harus dilakukan setelah caiaran diberikan pada 8 jam pertama ?
a. 550 t/m
b. 530 t/m
c. 500 t/m
d. 540 t/m
e. 520 t/m
2. Ny. G 40 tahun, dibawa oleh ke;uarganya ke UGD RSUD Genteng karena menderita
luka bakar akibat ledakan tabung gas dirumahnya. Dari pengkajian diperoleh data :
luas luka bakar lebih dari 20% dari body surface area. Terdapatluka bakar pada
tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.. Berdasarkan luas dan kedalaman
luka bakarnya, maka menurut american burn Association luka bakar Ny. G termasuk?
a. Mayor
b. Minir
c. Sedamg
d. Moderat
e. Ringan
3. Pada seorang ibu terdapat luka bakar pada dada,punggung tangan kanan dan kiri
kebakaran terjadi pada jam 6 pagi BB 60 kg, berapa caiaran yang dibituhkan pada 16
jam kedua?
a. 76 t/m
b. 90 t/m
c. 80 t/m
d. 96 t/m
e. 85 t/m
4. Perawat sedang memonitor anak dengan luka bakar selama pengobatan untuk syok
luak bakar. tindakan apa yang menentukan resusitasi caiaran yang adekuat ?
a. Turgor kulit
b. Pengkajian neurologis
c. Tingkat edema pada daerah yang luka bakar
d. Kualitas nadi perifer
30
e. Suhu tubuh
5. Seorang klien berusia 45 tahun datang ke ruang UGD bersama teman kerjanya. Satu
jam yang lalu, klien ketika dan temannya ingin memasang teralis plafon rumah klien
tersengat listrik, terdapat luka bakar pada telapak tangan sampai ke siku sebelah kiri
dan kanan, kaki kanan samapai alat vital klien. Berdasarakan rumus rule of nine
berapa persenkah luas luka bakar apada klien?
a. 28%
b. 19%
c. 37%
d. 36%
e. 27%
6. An.B 17 tahun masuk IGD dengan riwayat luka bakar, BB pasien 60 kg, luas luka
bakar 40% maka kebutuhan cairan pasien berdasarkan rumus pada 8 jam pertama
adalah?
a. 4000 ml
b. 4800 ml
c. 2400 ml
d. 2000 ml
e. 1000 ml

7. Seorang laki-laki 24 tahun terdapat luka bakar pada kaki kanan, perut bagian baawah
tanagan kanan terjadi jam 8 pagi dibawa ke rumah sakit jam 12 siang BB 80 kg
berapa cairan pada 8 jam pertama?
a. 450 t/m
b. 670 t/m
c. 360 t/m
d. 350 t/m
e. 370 t/m
8. Seorang wanita 50 tahun dibawa kerumah sakit karena mengalami luka bakar pada
lengan tangaan kiri serta kaki kanan bangian atas, TD 110/80 mmHg, nadi
110x/menit, RR 20x/menit BB 50 kg dengan forrmola parkland beberapa tetesan
infuse untuk 8 jam pertama?
a. 76 t/m
b. 90 t/m
31
c. 80 t/m
d. 96 t/m
e. 85 t/m
9. Pada seorang ibu terdapat luka bakar pada dada,punggung tangan kanan dan kiri
kebakaran terjadi pada jam 6 pagi BB 60 kg, berapa caiaran yang dibituhkan pada 8
jam pertama?
a. 200 t/m
b. 120 t/m
c. 150 t/m
d. 180 t/m
e. 100 t/m
10. Seorang laki-laki 24 tahun terdapat luka bakar pada kaki kanan, perut bagian baawah
tanagan kanan terjadi jam 8 pagi dibawa ke rumah sakit jam 12 siang BB 80 kg
berapa persen luka bakar?
a. 27%
b. 34%
c. 25%
d. 19%
e. 26%

32
33
PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 228 Date September 04,2019

Characters 1621 Exclude Url

0% 100% 0 9
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan kimia, radiasi, atau aliran listrik. Pemindahan energi dari
sumber panas ke tubuh manusia menyebabkan urutan kejadian fisiologi sehingga pada kasus yang paling berat menyebabkan destruksi
jaringan irevesibel. Rentang keparahan luka bakar mulai dari kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera kompleks
yang melibatkan semua sistem tubuh. Luka bakar adalah suata keadaan luka yang unik diantara bentuk luka lainnya karena luka
tersebut terdapat sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada di tempatnya untuk jangka waktu lama. Dengan waktu yang
cepat luka bakar akan dialami oleh bakteri patogen; terjadi eksudasi dengan perembesan sejumlah air, protein serta elektrolit dan sering kali
perlu dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen. (Muttaqin & Sari, 2011) Luka
bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. (Nurarif & Kusuma, 2016) B. Batasan Masalah Berdasarakan latar belakang diatas maka batasan masalah adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar dan bagaimana konsep luka bakar. C. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan
keperawata pada pasien luka bakar D. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui cara Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien luka
bakar. 2. Tujuan Khusus Agar mahasiswa mampu: a. Mengetahui definisi, etiologi, dan tanda gejala, patofisiologi. b. Mengetahui konsep
asuhan keperawatan pada pasien yang menderita luka bakar

Sources Similarity

34
PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 526 Date September 05,2019

Characters 3923 Exclude Url

0% 100% 0 23
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

Pemeriksaan penunjang 1) Laboratorium Hitung darah lengakap Hb menurun menunjukan adanya pengeluaran darah yang banyak
sehingga peningkatan lebih dari 15% mengidentifikasi adanya cedera, pada HT ( hematokrit ) yang meningkat menunjukan adanya
kehilanagan cairan sedangkan HT turun dapat terjadi sehubungan dengan keruskan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembulih
darah. Leukosit Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi. GDA (gas darah arteri)Untuk mengetahui adanya
kecurigaan cidera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen n(PaO2) atau peningkatan tekanankarbon di oksida, Elektrolit, natrium urin, alkali
fosfat, glujosa serum, albumin serum, BUN atau Kreatinin. 2) EKG Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distrimia 3) Fotografi luka bakar Memberikan catatan untuk penyembuhan luka f. Penatalaksanaan 1) Penatalakasanaan luka bakar
dibagi menjadi 3 fase : a. Fase resustasi (48 jam I) a) Memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sesuai kondisi b) Pemberian terapi cairan
yang sesuai dengan kebutuhan dan pemantauan ketat penatalkasanaan fase resusitatif. c) Rumus pemberian caiaran LLB X 4 X BB (dewasa)
LLB X 2 X BB (anak) b. Fase akut (> 48 jam II)a) Mulai ada diuresis b) Terjadinya perpindahan cairan dari intestisial dan diteruskan melalui
daerah luka bakar c) Biasanya dilakukan skin graft untuk yang luas dan dalam d) Fase rehabilitasi (Luka sembuh – pengembalian fungsi
tubuh). Pada fase ini peranan fisioterapist sangat besar 2) Perawatan Luka Bakar Penatalaksanaan penyembuhan luka bakar memerlukan: a.
Hidroterapi setiap hari dan teknik dengan debridemen b. Mempertahankan nutrisi yang adekuat c. Mencegah hipotermia d.
Mengendalikan nyeri e. Mempertahankan mobilitas mobilitas sendi f. Patuh terhadap prosedur-prosedur pengendalian infeksi g.
Pengkajian terhadap prosedur prosedur pengendalian infeksi (Wijaya & Putri, keperawatan medikal bedah , 2013) 2 Diagnosa Menurut

35
SDKI (2017) diagnosa keperwatan luka bakar yang muncul antara lain: a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal luka. Definisi : penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial dan intraselular Batasan karateristik
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : tidak tersedia Objektif : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun,membaran mukosa kering, turgor kulit menurun, hematokrit meningkat. Gejala dan Tanda Minor Subjektif : merasa lemah,
mengeluh haus Objektif : Pengisian vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat, berat
badan turun tiba-tiba. b. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barrier kulit Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik Faktor resiko : penyakit kronis, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan
pertahan tubuh primer ( gangguan peristaltik, kerusakan integritas kulit).(PPNI,2017,hal.304)c.Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan luka bakar terbuka. Definisi : Kerusakan kulit ( dermis/ epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang,kartilago).GejaladanTanda MayorSubjektif:tidaktersedia Objektif:Kerusakanjaringan ataulapisankulit.
Gejala dan Tanda Minor Subjektif : tidak tersedia Objektif : nyeri, perdarahan,kemerahan, hematoma. (PPNI, 2017, hal. 282) d.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada, keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : dispnea Objektif :
penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal Gejala dan Tanda Minor Subjektif :Ortopnea Objektif :
pernafasan cuping hidung, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, diameter thoraks anterior-posterior meningkat
(takipnea, bradipnea). (PPNI, 2017, hal. 26)

Sources Similarity

PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 358 Date September 05,2019

Characters 2646 Exclude Url

36
0% 100% 0 22
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

d) Perawatan luka NIC: 1) Lepas balutan dengan plester. 2) Bersihkan dengan salin normal atau pembersih nontoksik, jika perlu. 3)
Tempatkan area luka pada bak khusus, jika diperlukan. 4) Lalukan perawatan ulkus kulit, jika perlu. 5) Atur posisi untuk mencegah
penekanan pada luka, jikaperlu.e) Lakukanperawatan pada areainfusi IV, jalur hickman, atau jalur vena sentral, jika diperlukan. Lakukan
masase di area sekitar luka untuk merangsang sirkulasi d. Resiko infeksi berdasarkan (wilkinson, 2016, hal. 234) 1. Tujuan Pasien dan
keluarga akan terbebas dari tanda dan gejala infeksi, memperlihatkan kebersihan diri yang adekuat, mengindikasi status gastrointestinal,
pernafasan, genitourinaria dan imun dalam batas normal serta menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi. 2. Kriteria hasil
a) Tindakan komunitas untuk menghilangkan atau menurunkan penyebaran agen infeksius yang mengancam kesehatan masyarakat. b)
Resistensi alami dan dapat yang bekerja cepat terhadap antigen internal maurun eksternal. c) Tingkat keparahan infeksi dan gejala
terkait. d) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait selama usia 28 hari pertama kehidupan. e) Tindakan personal untuk
mencegah, menghilangkan atau mengurangi prilaku yang beresiko menimbulkan penyakit menular seksual. f) Tingkat regenerasi sel dan
jaringan setelah penutupan luka secara sengaja. g) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka. 3. Intervensi IC Aktivitas
keperawatan Pengkajian a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya., suhu tubuh, denyut jantung, drainasi, penampilan luka, sekresi,
penampilan urine, suhu kulit, lesi kulit, dan malayse). b) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya.,
usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, lulu imun dan malnutrisi).c) Amati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan terhadap
infeksi. Penyuluhan untuk pasien/keluarga a) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resiko terjadinya
infeksi. b) Instruksikan untuk menjaga kebersihan diri untuk melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya mencuci tangan) c) Jelaskan
rasional dan manfaat serta efek samping imunisasi. d) Berikan pasien dan keloarga metode untuk mencatat imunisasi (misanya formulir
imunisasi, buku catatan harian). e) Pengendalian infeksi (NIC) Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar, ajarkan kepadaa
pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan pasien Aktivitas kolaboratif a) Ikuti protocol institusi
untuk melaporkan infeksiyang dicurigai atau kultur positif.b) Pengendalian infeksi(NIC):berikan terapi antibioti, bila diperlukan

Sources Similarity

37
PLAGIARISM
SCAN REPORT

Words 866 Date September 05,2019

Characters 6162 Exclude Url

0% 100% 0 36
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

7. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar a Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal b compartemen syndrom adalah terjadinya
proses pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan akan mengalir kembali ke kompartemen vaskuler dan
volume darah akan meningkat. Karena adanya edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. c Adult
Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah
mengancam jiwa pasien. d Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Dengan berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan
tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibat nause. Perdarahan lambung yang terjadi
sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi
muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling. e Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan
cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan
mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi. f Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Pengkajian a. Identitas Pada umur seseorang akan berpengaruh pada hebatnya luka bakar, pada anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa
diatas 60 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian. data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi

38
terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan b. Status kesehatan saat ini 1) Keluhan
utama Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena
iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri yang harus diperhatikan yaitu paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak
nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga
timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. 2) Alasan masuk
rumah sakit Alasan masuk rumah sakit klien biasanya karena ada luka bakar di anggota tubuh klien. 3) Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan
klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian.Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (kurang lebih 48
jam pertama terjadiperubahanpolabak),faseakut(48jampertamabeberapahariataubulan),faserehabilitatif(menjelangklienpulang).
c. Riwayat kesehatan terdahulu 1) Riwayat penyakit sebelumnya Merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh klien sebelum
terjadi luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalagunaan obat dan alkohol 2) Riwayat penyakit keluarga Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan
keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan d. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum a) Kesadaran
Pada umumnya penderita luka bakar datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menyebabkan penurunan
tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat b) TTV Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan
lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama 2) Body System a) Sistem pernafasan Inspeksi :
biasanya bentuk dada normal chest Palpasi : vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru Auskultasi : suara ucapan
egoponi, terdapat suara tambahan ronchi b) Sistem kardiovaskuler Efek luka bakar mayor ditandai pada semua komponen sistem
vaskular, dan mencakup syok hipovolemik, disritmia jantung, henti jantung, dan gangguan vaskular. c) Sistem persyarafan Pemeriksaan
ini meliputi pemeriksaan sarafkranial yaitu :Saraf 1 :biasanya pada pasien luka bakar tidakada kelainan penciuman.Saraf II: biasaya pada
pasien luka bakar tidak ada gangguan sensoro primer diantara mata dan korteks visual Saraf III, IV dan VI : tidaka ada masalah pada saraf
III,IV,VI. Saraf V : tidak ada penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah. Saraf VII : persepsi

pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat Saraf VIII : tidak ditemukan tuli konduktif
dan tuli pesrsepsi Saraf IXdan X : tidak terjadi penurunan kemampuan menelan. Saraf XI :tidak ada atrofi otot Saraf XII: lidah simetris,serta
indra pengecapan normal d) Sistem perkemihan Inspeksi : Pada pasien luka bakar terjadi haluaran urine menurun, kreatinin serum dan
nitrogen urea darah meningkat. e) Sistem pencernaan Inspeksi : kaji adanya hematemesis pada pasien Auskultasi : Pada pasien luka bakar
dengan >20% TBSA mengalami penurunan peristaltis Palpasi :

39
biasaya tidak terdpat nyeri tekan Perkusi : biasaya terdapat suara hipertympani/ tympani f) Sistem integumen Inspeksi : terdapat luka bakar, penampilan permukaan
kulit yang memiliki mata lembu, dengan luka bakar yang paling parah terletak ditengah dan luka bakar yang tidak begitu parah terletak disepanjang tepu luka perifer
Palpasi : terdapat nyeri tekan g) Sistem muskuloskeletal Kekuatanotot menurun karenanyeri h) Sistemendokrin Tidakada permasalahan pada sistemendokrin i) Sistem
reproduksi Inspeksi : kaji kebersihan genetalia, biasanya pada pasien luka bakar dengan dehidrasi berat perlu di lakukan pemasanagan kateter untuk memantau
pengeluaran urin.(LeMone, M. Burke, & Bauldoff, 2012)

Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 506 Date September 04,2019

Characters 3632 Exclude Url

0% 100% 0 23
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Luka bakar merupakan suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilanagan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api,bahan kimia,listrik dan
radiasi. (Nurarif, 2016, hal. 84) Luka bakar ialah luka yang di sebabkan oleh sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas atau zat-zat
yangbersifat membakar.(Mutaqqin, 2011,hal.200)2.Etiologi a.Panas basah(lukabakar)yang disebabkanolehairpanas (misalnya: minuman panas). b. Luka bakar dari
lemak panas contohnya memasak lemak c. Benda panas misalnya radiator d. Radiasi misalnyaterbakar sinar mataharie.Lukabakar listrikakibat buruknyapemeliharaan
peralatanlistrik.Mungkintidak jelas adanya kerusakan kulit. f. Luka bakar akibat zat kimia g. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) (Mutaqqin, 2011, hal. 200)
3. Fase Luka Bakar a. Fase akut Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Pada gangguan airway (jalan nafas) tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderiat pada fase akut. Pada fase akut biasaya sering terjadi gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. b. Fase
Sub Akut Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan: 1) Proses inflamasi dan infeksi 2) Problem atau masalah penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan pada
struktur atau organ-organ fungsional 3) Keadaan hipermetabolisme c. Fase Lanjut Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
40
Sources Similarity
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Permasalahan yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur. 4. Manifestasi Klinis Kedalaman dan Penyebab Luka Bakar Bagian Kulit Yang terkena Gejala Penampilan Luka Perjalanan Kesembuhan
Derajat Satu Tersengat matahari Terkena Api dengan intensitas rendah Epidermis Kesemuta Hiperestesia (super sensitive) Rasa nyeri mereda jika didinginkan
Memerah;menjadi putih jika ditekan Minimal atau tanpa edema Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu Pengelupasan kulit Derajat Dua Tersiram air
mendidih Terbakar oleh nyala api Epidermis dan Bagian Dermis Nyeri Hiperestesia Sensitif terhadap udara yang dingin Melepuh, pada dasar luka berbintik –
bintik merah,epidermis retak, pada permukaan luka basah Edema Kesembuhan luka dalam waktu 2 – 3 minggu Pembentukan parutdan depigmentasi Infeksi dapat
mengubahnya menjadi derajat tiga Derajat Tiga Terbakar nyala api Terkena cairan mendidihdalam waktu yang lama Tersengat arus listrik Epidermis, Keseluruhan
Dermis dan kadang – kadang jaringan subkutan Tidak terasa nyeri Syok Hematuri dan kemungkinan hemolisis Kemungkin terdapat luka masuk dan keluar (pada luka
bakar listrik)a Kering ;luka bakarberwarna putih seperti badan kulit atau berwarna gosong. Kulit retak dengan bagian kulit yang tampak Edema Pembentukan eskar
Diperlukan pencangkokan Pembentukan parut dan hilangnya kountur serta fungsi kulit. Hilangnya jari tangan atau ekstermitas dapat terj

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 835 Date September 05,2019

Characters 6032 Exclude Url

0% 100% 0 39
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

1. Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan dapat terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan suatu lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent.
Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi. Kedalam pada luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut.
Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan
oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian pada sistemik awal sesudah luka bakar berat adalah ketidakstabilan hemodinamika
41
akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian yang terjadi perpindahan cairan,natriumsertaproteindariruangintravaskulerkedalamruangainterstisial.Curah
jantungakanmenurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah yang terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon,systemsarafsimpatikakanmelepaskanketokelaminyang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Umumnya terjadi jumlah
kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24-36 jam pertama sesudah luka bakar dan akan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya
pemulihan pada integritas kapiler, syok pada luka bakar akan menghilang dan cairan akan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler sehingga volume darah
akan meningkat. Karena adanya edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga dapat terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Pada volume darah yang
beredar akan menurun secara dramatis saat terjadi syok luka bakar. Terjadinya kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup.
Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi atau macam-macam. Biasanya hipnatremia terjadi segera
setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpindahnya
cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah yang mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena
kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus
lukabakar.Kasusluka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen pada jaringan meningkat 2 kali lipat akibat hipermetabolisme
dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagaiakibat dari berkurangnyavolumedarah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi yang cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidakmemadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut
tubuler dan gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin
serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis.
Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah atau hipotermi,
tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi akibatkan hipermetabolisme.(Nurarif, 2016, hal. 93) 2. Klasifikasi Luka Bakar a. Dalamnya Luka Bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan Ketebalan partial superfisial (tingkat I) Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari). Kering tidak ada
gelembung. Oedem minimal atau tidak ada. Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Bertambah merah. Nyeri Lebih dalam dari
ketebalan partial (tingkat II) • Superfisial • Dalam Kontak dengan bahan cair atau bahan padat. Jilatan api kepada pakaian. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet.
Blister besardan lembabyangukurannyabertambahbesar.Pucatbiladitekanpadaujungjari,bilatekanan dilepasberisikembali.

Bintik-bintik kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat. Sangat nyeri Ketebalan sepenuhnya (tingkat III) Kontak dengan bahan cair atau padat. Nyala api.
Kimia. Kontak dengan arus listrik. Kering disertai kulit mengelupas. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang,
dindingnya sangat tipis, tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan. Putih, kering, hitam, coklat tua. Hitam. Merah. Tidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila
dicabut. (Mutaqqin, 2011, hal. 203) b. Luas Luka Bakar Pada luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9

42
yang terkenal dengan nama rule of nine yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai
maisng-masing 18% : 36% 5) Genetalia/perineum : 1% Total : 100 % c. Berat dan Ringan Luka Bakar Untuk mengkaji beratnya luka bakar yang harus dipertimbangkan ada
beberapa faktor antara lain : 1) Persentasi area atau luasnya luka bakar pada permukaan tubuh. 2) Kedalaman luka bakar. 3) Anatomi lokasi luka bakar. 4) Umur klien. 5)
Riwayat pengobatan yang lalu. 6) Trauma yang menyertai atau bersamaan. (Nurarif, 2016, hal. 87)

Sources Similarity

PLAGIARISM SCAN REPORT

Words 938 Date September 05,2019

Characters 7016 Exclude Url

0% 100% 0 46
Plagiarism Unique Plagiarized Unique Sentences
Sentences

Content Checked For Plagiarism

3 Intervensi a. Kekurangan volume cairan 3) Tujuan: Kekurangan volume cairaan akan teratasi 4) kriteria hasil : keseimbangan elektrolit dan asam basa, hidrasi yang
adekuat, dan status nutrisi. Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai, dibuktikan oleh indikator gangguan berikut: frekuensi nadi dan irama jantung apikal,
frekuensi dan irama nafas. 5) Intervensi NIC a) Manajemen asam-basa : meningkatkan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa. b)
Manajemen elektrolit : meningkatkan keseimbangan eletrolit dan mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang ridak normal c) Manajemen cairan:
meningkatkan keseimbangancairan d) Pemantauan eletrolit e) Pemantauan cairan f) Terapai intravena: memberikan dan memantau cairan dan obat intravena g)
Manajemen nutrisi: menyediakan asupan nutrisi dan cairan dalam asupan dietb seimbang. Aktivitas keperawatan Pengakajian a) Pantau jumlah dan frekuensi
kehilangan cairan b) Observasi khususnya pada kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (mis.Diare, drainase luka dll) c) Pantau hasil laboratorium yang relevan
dengan keseimbangan cairan. d) Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural e) Kaji orientasi terhadap orang,tempat, dan waktu Penyuluhan untuk pasien/keluarga a)
Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus. Aktivitas kolaboratif a) Laporkan dan catat haluaran kurang dari...... ml b) Laporkan dan catat haluaran
lebih dari.........ml c) Manajemen cairan (NIC) : atur kesediaan produk darah untuk tranfusi, berikan terapi IV sesuai program. (jauhar, 2013, hal. 309) b. Ketidak efektifan
pola nafas 1) Tujuan : Menunjukkan pola pernafasan efektif, Menunjukkan status pernafasan ventilasi tidak terganggu 2) kriteria hasil status pernafasan: status fentilasi
dan pernafasanyangtidakterganggu: kepstenan jalan nafas, dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentan normal, terbuktikan oleh indikator gangguan sebagai
berikut: gangguan ekstrim, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan: kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris, Menunjukan adanya
gangguan status pernafasan: fentilasi, yang dibutuhkan oleh indikator sebagai berikut: penggunaan otot eksesorius, suara nafas tambahan, pendek nafas. 3)
Intervensi NIC a) Mengatur jalan nafas : memfasilitasi kepatenan jalan nafas b) Pengisapan jalan nafas : mengeluarkan sekret jalan nafas dengan cara memaksukkan
kateter penghisap kedalam jalan nafas oral/ trakea pasien c) Manajemen anavilaksis : meningkatkan ventilasi dan perkusi jaringan yang adekuat untuk individu yang
mengalami reaksi alergi berat d) Penyapihan ventilator mekanis : membantu pasien untuk bernafas tanpa bantuan ventilator mekanis e) Pemantauna pernafasan

43
:mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas yang adekuat f) Pemantauan tanda vital Aktivitas
keperawatan pengkaian a) Pantau adanya pucat dan sianosis b) Pantau efek obat pada status pernfasan c) Tentukan lokasi dan luasnya bunyi di sangkar iga d) Kaji
kebutuhaninsersijalannafase)Observasidandokumentasiekspensidadabilateralpadapasien yang terpasang ventilator f) Pantau pernafasan (NIC) :kecepatan, irama,
kedalaman, dan upaya pernafasan, perhatikan pergerakan dada amati kesimetrisan dan pantau pernafasan seperti mendengkur Penyulahan ke pasien/keluarga
a) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernafasan uraikan teknik b) Diskusikan perencanaan untukperawatan
di rumah dengan dokter, meliputi pengobatan, peralatan pendukung. c) Ajarkan teknik batuk efektif d) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh
merokok dalam ruangan e) Intrusikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberi tahu perawat pada saat terjadi ketidak efektifan pola pernafasan.
Aktifitas kolaboratif a) Konsultasi dengan ahli terapi ahli pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis
b) Laporksan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernafasan, nilai GDA, sputum. c) Berikan obat (mis. bronkodilator) d) Berikan
terapi nebulezer ultrasonik e) Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pernafasan. c. Kerusakan integritas kulit (wilkinson, 2016, hal.
397) 1) Tujuan Menunukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan): suhu, elastisitas, hidrasi, dan sensasi. Perfusi jaringan. Keutuhan
kulit. 2) Kriteria hasil a) Respon alergi setempat: tingkat keparuhan respons hipersensivitas imun setempat terhadap antigen
lingkungan (eksogen) tertentu. b) Integritas jaringan: membran mukosa dan kulit: keutuhan struktural dan fungsi fisiologis kulit dan
membran mukosa. 3) Intervensi NIC Aktivitas keperawatan Lihat juga aktivitas keperawatan pada kerusakan integritas kulit, risiko.
Pengkajian a) Kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurun tekanan,
meliputi kasur udara statis, terapi low-air loss, terapi udara yang dicairkan, dan kasur air. b) Perawatan area insisi (NIC) Penyuluhan untuk pasien/keluarga a. Ajarkan
perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan gejala infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat mandi, dan mengurangi penekanan pada insisi
tersebut. Aktivitas kolaboratif a) Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin. b) Konsultasikan pada dokter tentang
implementasipemberianmakanan dannutrisienteralatauparenteraluntukmeningkatkanpotensipenyembuhan

44
luka. c) Rujuk pada perawat terapi enterostoma untuk mendapatkan bantuan dalam melakukan pengkajian, penentuan derajat
luka, dan dokumentasi perawatan luka atau kerusakan kulit. d) Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS (trans cutaneous
elektrical nerve stimulation) untuk peningkatan proses penyembuhan luka, jika perlu Aktivitas lain a) Evaluasi tindakan
pengobatan atau pembalutan topikal yang dapat meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorben, dan
sebagainya. b) Lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin yang dapat meliputi tindakan berikut: (1) Ubah atur
posisi pasien secara sering. (2) Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembapan yang berlebihan. (3) Lindungi
pasien dari kontaminasi feses atau urine. (4) Lindungi pasien dari eksresi luka lain dan eksresi slang drain pada luka.
c) Bersihkan dan balut area insisi pembedahan menggunakan prinsip steril atau tindakan asepsis medis
berikut, jika perlu: 1) Gunakan sarung tangan sekali pakai (steril, jika perlu). 2) Bersihkan area insisi dari
area “bersih ke kotor” menggunakan satu kasa atau satu sisi kasa pada setiap usapan. 3) Bersihkan area
sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril. 4) Bersihkan sekitar ujung drainase, bergerah
dengan gerakan berputar dari pusat ke luar. 5) Gunakan preparat antiseptik, sesuai program. 6) Ganti
balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibulat) sesuai program.

Sources Similarity

45

Anda mungkin juga menyukai