Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

PEMAKAIAN ALAT SINGLE USE dan REUSE


DI RUMKITAL dr. R. OETOJO

RUMKITAL DR.R.OETOJO SORONG


SORONG
2018
PANGKALAN UTAMA TNI-AL XIV Lampiran Keputusan Karumkital dr R OETOJO
RUMKITAL dr R OETOJO Nomor: Kep/285/V/2018
Tanggal: 7 Mei 2018
BAB I
DEFINISI

Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat
pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan
penderita yang dilakukan secara multi disiplin oleh berbagai kelompok profesional
terdidik dan terlatih yang menggunakan prasarana dan sarana fisik, perbekalan
farmasi dan alat kesehatan.
Rumah sakit memiliki karakteristik tersendiri dalam melaksanakan fungsinya,
salah satunya rumah sakit merupakan sebuah institusi besar yang sarat dengan
peralatan berteknologi canggih yang dioperasionalkan oleh sekumpulan orang
dengan keahlian dan bakat sesuai yang diperlukan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.220/Men.Kes/Per/IX/1976
tertanggal 6 September 1976, yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah barang,
instrumen atau aparat yang digunakan untuk:
a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan dan alat kesehatan
b. Dipakai untuk menentukan diagnose
c. Untuk membantu/ mencegah kerusakan lebih lanjut
d. Untuk penyembuhan, pencegahan penyakit, atau kelainan yang menganggu
kesehatan
e. Pemulihan, perbaikan, atau perubahan suatu fungsi badan/ struktur badan
manusia
f. Diagnosa kehamilan atau pemeliharaan selama kehamilan dan setelah kehamilan
termasuk pemeliharaan bayi
g. Usaha mencegah kehamilan pada manusia, tidak termasuk golongan obat
h. Sebagai media invasif.

Penggolongan alat kesehatan antara lain:


A. Menurut Fungsi
1) Peralatan medis, seperti:
 EGC monitor/ alat-alat yang digunakan di ICU/ ICCU
 Emergency set, oksigen set, dan alat di kamar operasi
 Alat-alat penunjang diagnosa seperti otoskop, rinoskop, termometer dan
tensimeter
 Utensilien seperti bak bengkok/ nierbeken, urinal, bad pan, dan kateter
2) Peralatan non-medis seperti alat dapur, generator, peralatan cucian, dan
sendok
B. Menurut Sifat Pemakaian
1) Consumable/ disposable/ sekali pakai seperti spuit, kateter, mag slang, dan
kondom
2) Peralatan tahan lama yang dipakai terus-menerus seperti instrumen operasi,
bengkok, dan otoskop
C. Menurut Kegunaannya
1) Sistem gastrointestinal seperti kateter canul dan NGT
2) THT seperti otoskop dan rinoskop
3) Sistem reproduksi seperti kateter, bougic aparat, hegar dan, speculum vagina/
instrument ginekologi
4) Dentalog/ alat gigi
5) Kardiovaskuler seperti ECG, layar monitor dan venulon dengan banyak
jenisnya
6) Sistem ambulans/ bantu gerak seperti kursi beroda dan kruk
7) Untuk terapi seperti lampu merah, blue life, dan alat fisioterapi
8) Perlindungan sistem integumen seperti wind ring/ bantal angin
D. Menurut Keputusan Menkes RI No.116/SK/1979
1) Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2) Peptisidan dan insektisida pembasmi hama manusia dan binatang piaraan
3) Alat perawatan yang digunakan di salon kecantikan
4) Wadah penampung yang terbuat dari plastik atau kaca untuk penyimpanan
obat atau penampung, juga karet penutup botol
5) Peralatan obstetrik dan ginekologi
6) Peralatan anestetika
7) Peralatan dan kelengkapan kedokteran gigi
8) Peralatan dan kelengkapan THT
9) Peralatan dan perlengkapan THT
10) Peralatan perlengkapan rumah sakit umumnya
E. Menurut Sifat Bahan
1) Bahan dasar logam seperti pinset, gunting, dan jarum heating
2) Bahan dasar karet atau plastik seperti kateter, sarung tangan, dan NGT
3) Bahan dasar linen seperti sprei, sarung bantal, dan selimut
4) Bahan dasar kaca seperti termometer dan tabung reaksi
5) Bahan dasar kertas seperti status pasien
F. Menurut Umur Instrumen
1) Consumable/ disposable seperti spuit, jarum, kateter, dan NGT
2) Yang dapat dicuci/ disterilkan seperti gunting, pinset dan selimut
3) Alat-alat penting dan mahal, umur lebih dari 5 tahun seperti x-ray, sterilisator,
dan alat ECG.
Beberapa peralatan dapat digunakan berkali-kali, tetapi ada juga yang harus
dipakai satu kali (single-use) karena bila digunakan lebih dari satu kali, akan
menimbulkan resiko infeksi. Dampak negatif dari peralatan single-use adalah
menambah kuantitas (jumlah) limbah.
Rumah sakit sebagai institusi yang tugasnya memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap kesehatan
lingkungan di sekitarnya yaitu mengelola limbah medis dengan benar (sesuai
persyaratan). Elemen penting dalam pengelolaan limbah rumah sakit menurut WHO
yaitu minimalisasi limbah, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, penampungan,
hingga tahap pemusnahan dan pembuangan akhir. Upaya yang menjadi prioritas
utama adalah dengan minimalisai limbah berupa reduksi limbah pada sumbernya dan
upaya pemanfaatan limbah.
Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce),
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).
BAB II
RUANG LINGKUP

Minimalisasi limbah dapat dilakukan dengan mengurangi bahan (reduce),


menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).
A. Reduce
Reduksi pada sumber merupakan segala aktivitas yang dapat mengurangi
atau menghilangkan limbah sebelum terjadinya limbah atau mengurangi limbah
pada sumbernya. Konsep minimalisasi limbah berupa reduksi limbah langsung
dari sumbernya menggunakan pendekatan pencegahan dan teknik yang meliputi
perubahan bahan baku (pengelolaan bahan dan modifikasi bahan), perubahan
teknologi (modifikasi proses dan teknologi bersih), praktek operasi yang baik
(housekeeping, segregasi limbah, preventive maintenance), dan perubahan
produk yang tidak berbahaya.

B. Reuse
Penggunaan kembali (reuse) merupakan penggunaan barang atau limbah
untuk digunakan kembali untuk kepentingan yang sama tanpa mengalami proses
pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat mengurangi biaya pembelian
dan mengurangi limbah dari kegiatan perawatan pasien. Berikut ini produk dari
fasilitas kesehatan yang dapat direuse diantaranya linen yang dapat digunakan
kembali, perawatan pasien seperti pispot, cekungan muntah, dan peralatan makan
dapat digunakan kembali. Sebaliknya, jarum suntik tidak boleh digunakan kembali
karena dapat membahayakan kesehatan. Walaupun dapat digunakan kembali,
rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan
peralatan tersebut.
Berikut beberapa contoh upaya pemanfaatan limbah berupa penggunaan
kembali (reuse):
a. Dari unit hemodialisa:
1. Jerigen bekas larutan cuci darah digunakan untuk wadah limbah benda
tajam di setiap ruangan yang menghasilkan limbah benda tajam, dengan
syarat jerigen tersebut harus terbuat dari bahan anti bocor, anti tusuk, dan
tertutup.
2. Melakukan sterilisasi seperti mangkuk bekas tempat jarum.
b. Dari unit farmasi:
1. Bahan-bahan kimia seperti desinfektan dimanfaatkan untuk membersihkan
lantai, bak sampah.
2. Bahan kimia lain seperti asam, basa, reagen kimia ditawarkan ke pengguna
potensial seperti laboratorium.
c. Dari unit laboratorium:
1. Alat-alat yang dapat dipakai ulang setelah dilakukan desinfeksi dan
sterilisasi seperti cawan petri (plate count agar), gelas kaca, gelas ukur,
tabung reaksi, desk glass, object glass, test tube 12x75, sample cup conical.

C. Recyle
Daur ulang (recycle) merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara
proses daur ulang melalui perubahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan
produk yang sama maupun produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang
lebih.

BAB III
TATA LAKSANA

Untuk setiap peralatan atau material yang bisa digunakan kembali, harus melalui
proses desinfeksi dan sterilisasi.
A. Pengertian
1. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/ atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang
melalui desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
2. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/ menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan
cara fisik dan kimiawi.
3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan
cara fisik dan kimiawi.
B. Persyaratan
1. Suhu pada desinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi
80°C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80°C
dalam waktu 1 menit.
2. Desinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang,
desinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang
relatif singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun
dan protein yang mungkin ada.
3. Penggunaan desinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi
dan ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan dinding 0-5
CFU/cm², bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk ruang
penunjang medis (ruang rawat inap, ruang ICU/ ICCU, kamar bayi, kamar
bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan laundry) sebesar 5-10 CFU/cm².
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik
dengan pemanasan pada suhu ±121°C selama 30 menit atau pada suhu 134°C
selama 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi
yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai
prosedur sterilisasi yang aman.
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas
dari mikroorganisme hidup.

C. Tata Laksana
1. Kamar/ ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi dan
sterilisasi sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui persiapan,
meliputi:
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai:
Penataan – Pengemasan – Pelabelan – Sterilisasi.
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru:
Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (bila diperlukan) - Pelabelan
– Sterilisasi.
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama:
Desinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) – Pengeringan (pelipatan bila
perlu) - Penataan – Pelabelan – Sterilisasi.
3. Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/ sterilisasi:
a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan
ke dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus
selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa
endotracheal harus disterilkan/ didesinfeksi dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah,
atau sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan.
4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/ didesinfeksi harus terlebih
dahulu dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan
organik (darah dan jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.
5. Sterilisasi (132°C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer)
tidak dianjurkan untuk implant.
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau
didesinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses
ulang yang dapat mengakibatkan keadaan toksin atau mengganggu keamanan
dan efektivitas pekerjaan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan
terhadap sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti
kemasannya rusak atau berlubang, bahannya mudah sobek, basah, dan
sebagainya.
8. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat
(lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan:
a. Dengan suhu 18°C-22°C dan kelembaban 35%-75%, ventilasi
menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi partikular antara
90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron).
b. Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah
dibersihkan.
c. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm-24 cm.
d. Lantai minimum 43 cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
9. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan
petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun.
10. Peralatan operasi yang telah steril, jalur masuk ke ruangan harus terpisah
dengan peralatan yang telah terpakai.
11. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis
dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis dan
penunjang medis.
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak
dimanfaatkan kembali. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya. Jarum dan syringes harus dipisahkan
sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Limbah padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi sesuai Tabel 1.1. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes Bacillus subtilis.
Tabel 1.1. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali
Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
o Sterilisasi kering dalam 160°C 120 menit
oven “Poupinel”
o Sterilisasi basah dalam 170°C 60 menit
autoklaf
o Sterilisasi dengan bahan 121°C 30 menit
kimia
o Ethylene oxide (gas) 50°C -60°C 3-8 jam
o Glutaraldehyde (cair) 30 menit

Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.


Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah
jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu
metode sterilisasi pada Tabel 1.1
Untuk limbah padat medis, hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang adalah sebagai
berikut:
1) Dilakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai dari sumber yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
2) Tempat pewadahan limbah padat medis:
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass
b. Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah padat non-medis
c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah
d. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman
e. Tempat pewadahan limbah padat medis infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong
plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
boleh digunakan lagi
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan
container
4) Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti
puns, needles, atau seeds
5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide,
maka tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene
oxide. Oleh karena gas tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus
dilakukan oleh petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan
glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya tetapi kurang efektif
secara mikrobiologi
6) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran
spongiform encephalopathies.

D. Identifikasi Peralatan dan Bahan/ Material yang Bisa di-Reuse


Tabel 1.1. Daftar Peralatan dan Bahan/ Material
Daftar Peralatan dan Bahan/ Single-use/ Reuse
Material
Selang Naso Gastric Tube (NGT) Single-use
Kateter Single-use
Jarum suntik Single-use
Spuit Reuse
Linen Reuse
Pispot Reuse
Cekungan muntah Reuse
Peralatan makan Reuse
Cawan petri (plate count agar) Reuse
Gelas kaca Reuse
Gelas ukur Reuse
Tabung rekasi Reuse
Desk glass Reuse
Object glass Reuse
Test tube 12 x 75 Reuse
Sample cup conical Reuse
Endoskopi Reuse
Pipa endotracheal Reuse
Pisau bedah (scalpel) Reuse
Kontainer Reuse
Kondom Reuse

BAB IV
DOKUMENTASI
Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
keterlibatan secara aktif semua personil rumah sakit, mulai dari petugas kebersihan
sampai dengan dokter dan mulai dari pekerja sampai dengan jajaran Direksi.
Kegiatannya dilakukan secara baik dan benar di semua sarana rumah sakit, peralatan
medis dan non-medis, ruang perawatan dan prosedur serta lingkungan.

Dokumen yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut :


Dokumen Regulasi
a. Dokumen monitoring dan evaluasi
b. Dokumen hasil pemeriksaan kuman

Demikian buku panduan ini dibuat untuk panduan tentang pemakaian ulang
(reuse) peralatan dan material sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar
yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Kesehatan yang berlaku, dengan
terbitnya Buku Panduan Pemakaian Ulang (Reuse) Peralatan dan Material di Rumah
Sakit Angkatan Laut dr. R. Oetojo ini maka segala pelayanan yang berkaitan dengan
pemakaian ulang (reuse) wajib berlandaskan buku pedoman ini terhitung setelah
ditandatangani oleh Direktur Rumah Sakit Angkatan Laut dr. R. Oetojo.

Sorong, 7 Mei 2018


Karumkital dr R Oetojo

dr Fransiscus Tanuardus
Letkol Laut (K) NRP. 12060/P

Anda mungkin juga menyukai