KEPERAWATAN KRITIS
Dosen Pembimbing: Ahmad Khusyairi,S.Kep.,Ners.,M.Kep
Kelompok 2 :
SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
2019-2020
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga Makalah Konsep Remaja ini dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat
serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, atas segenap keluarga, para
sahabat dan mereka yang setia kepadanya.
Harapan penulis dengan diselesaikanya makalah ini, semoga memberi manfaat baik
untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai Keperawatan Teori Model
Konseptual Keluarga ataupun untuk pembaca yang bisa menjadikan makalah ini sebagai
referensi.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak
lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
3. Ns. Shinta Wahyusari. S.Kep,. M. Kep. Sp. Kep Mat selaku kepala prodi 1
keperawatan
4. Ns. Ahmad Khusyairi, S.Kep., M.Kep selaku dosen Keperawatan Kritis
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material
6. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Zainul Hasan Genggong Tingkat 4
Teriring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Dalam penulisan makalah ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ruang dan waktu. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini
2
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Kelompok
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera otak traumatis (TBI) didefinisikan sebagai gangguan pada fungsi normal
Otak yang bisa disebabkan oleh benjolan, pukulan, atau tersentak ke kepala hinnga
menyebabkan cedera (journal of Mubashir Pervez, 2017).
Cedera otak traumatis (TBI) adalah masalah unik dalam dunia medis, komunitas
sosial dan ekonomi, dengan berbagai tantangan di berbagai Negara baik negara maju
maupun negara berkembang. Beban TBI adalah sangat besar, dengan perkiraan mengenai
insiden TBI berkisar dari 10 juta orang di seluruh dunia1 hingga 13 juta di Eropa dan
Amerika Utara saja, 2 dan hingga 14.000 per hari kematian akibat kejadian trauma.
(journal of Rand Wilcox vanden berg, 2019)
Cedera otak traumatis (TBI) adalah penyebab utama kematian dan morbiditas di
seluruh dunia. (journal of Rand Wilcox vanden berg, 2019)
Oleh sebab itu menurut jurnal Adam J. wels 2018, Cedera otak traumatis (TBI)
adalah masalah global dengan dampak sosial ekonomi yang sangat besar. Pemahaman
5
terkini tentang patofisiologi TBI telah mengarah pada pendekatan sistematis terhadap
manajemen di pra rumah sakit, ruang operasi dan pengaturan perawatan kritis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian cedera otak trauma brain injury ?
2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari cedera otak trauma brain injury?
3. Apa saja manifestasi klinis dari cedera otak trauma brain injury?
4. Apa saja penatalaksanaan dari cedera otak trauma brain injury?
5. Apakah yang dibahas dalam Trend dan Issue journal untuk penatalaksanaan
cedera otak trauma brain injury?
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan kritis dan mengetahui
tentang TBI serta trend dan issue mengenai TBI pada saat ini.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari TBI
b. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi
c. Untuk mengetahuimanifestasi klinis TBI
d. Untuk mengetahui Trend dan Issue TBI
B. Manfaat
1. Untuk mahasiswa
Dapat mengatahui dan menambah wawasan tentang Trauma Brain Injury
serta trend dan issue yang saat ini terjadi yang membahas tentang TBI.
2. Untuk dosen
6
Sebagai tambahan literature dalam menambahan wawasan tentang Trauma
Brain Injury serta trend dan issue yang saat ini terjadi yang membahas tentang
TBI.
3. Untuk kampus
Untuk menjadi audit internal kualitas pengajar Untuk tambahan infomasi
dan bahan keperpustakaan dalam memberi materi pada mahasiswa mahasiswi
instusi pendidikan tentang Trauma Brain Injury serta trend dan issue yang saat
ini terjadi yang membahas tentang TBI.
4. Untuk pembaca
Untuk pembaca memahami dan mengetahui tentang Trauma Brain Injury
serta trend dan issue yang saat ini terjadi yang membahas tentang TBI.
7
BAB II
10
D. Trend Dan Issue Journal Of Brain Tissue Saving Effects By Single-Dose
Intralesional Administration Of Neuroprotectin D1 On Experimental Focal
Penetrating Brain Injury In Rats (Journal Experiment)
Cedera otak traumatis (TBI) adalah penyebab utama kematian dan
morbiditas di seluruh dunia. Trauma primer diikuti oleh proses inflamasi sekunder
yang mungkin berlangsung selama berminggu-minggu, melibatkan banyak
mediator inflamasi langsung setelah trauma primer, ekstravasasi neutrofil,
pendarahan otak, aktivasi astrosit dan microglia juga dapat terjadi pada penderita
TBI berat.
cedera otak traumatis (TBI) diikuti oleh factor sekunder yaitu peradangan
di otak. Neuroprotectin D1 (NPD1) disintesis dari asam docosahexaenoic (DHA)
dan memiliki anti-inflamasi dan efek antiapoptotic dalam model eksperimental
penyakit neurodegenerative dan iskemia otak reperfusi. Hal ini tidak diketahui
apakah pemberian intralesi dari NPD1 ameliorates memiliki efek untuk
peradangan dan kematian sel setelah TBI yang parah. Oleh karena itu peneliti dari
jurnal ini meneliti efek dari NPD1. Sebanyak 30 tikus Sprague Dawley laki-laki
dengan berat antara 350 dan 450 g dengan teknik operasi kemudian tikus-tikus
secara acak diberikan pengobatan NPD1 (50 mg intralesionally, segera setelah
TBI) atau tanpa pengobatan.
Sebelumnya peneliti di swedia melakukan penelitian sesuai dengan aturan
yang sudah di tentukan di swedia, sebanyak 30 tikus dibagi menjadi 6 kelompok,
kemudian tikus-tikus tersebut dilakukan operasi sebelum dilakukan operasi tikus-
tikus tersebut sudah di anastesi terlebih dahulu, pada proses operasi dilakukan
sayatan daerah durameter dan diberikan NPD1 dengan dosis 50 mg, setelah itu
sayatan ditutup kembali dengan jahitan yang rapi kemudian tikus-tikus tersebut
dikembalikan ke ruang anatesi
Setelah di analisis didapatkan NPD1 selama 24 jam tidak mengakibatkan kondisi
lebih buruk seperti keparahan lesi, atau pendarahan. Tetapi pada 72 jam
selanjutnya keparahan lesi berkurang, didaptakn juga pada penelitian ini bahwa
pemberian NPD1 dapat mencegah kerusakan jaringan pada otak yang mengalami
TBI.
Penelitian ini terus dikembangkan oleh peneliti, namun penelitian ini juga
memiliki kekurangan yaitu dalam penentuan dosis yang harus diperhatikan dan
11
masih diteliti untuk menentukan dosis yang aman untuk diberikan pada pasien
TBI, kendala dalam penelitian ini juga terdapat pada biaya, peneliti masih harus
focus pada evaluasi yang komperhensif pada penelitian ini.
E. Trend issue of traumatic brain injury
TBI adalah perubahan dalam fungsi otak, atau perubahan dalam fungsi otak yang
disebabkan oleh kekuatan eksternal, salah satu tanda klinis dari tbiadalah sebagai berikut:
setiap periode penurunan kesadaran (loc), hilangnya daya ingat (amnesia retrograde) atau
setelah cedera (post traumatic amnesia pta), defisit neurologis, dan perubahan dalam
keadaan mental pada saat cedera (misalnya, kebingungan atau disorientasi).
Perawatan kritis di awal pasca trauma cedera otak (TBI) untuk menstabilkan
hemodinamik dan oksigenasi sistemik dengan tujuan mencegah cedera otak sekunder
karna gangguan neurobehavioral pasca terjadinya trauma akan terjadi ketika selama
perawatan gawat darurat atau perawatan intensive (ICU).
Mereka yang menderita tbi yang parah memiliki harapan hidup lebih rendah
daripada populasi umum, menghadapi rawat inap berkepanjangan dan rehabilitasi di
samping afektif jangka panjang, perilaku, kognitif, dan gangguan fisik, yang memiliki
dampak gangguan dalam hubungan interpersonal, kemandirian, dan bekerja. Selain itu,
TBI berat menimbulkan konsekuensi sosial ekonomi yang signifikan, dengan biaya medis
langsung dan tidak langsung diperkirakan sebesar 60 miliar pada tahun 2000, dengan
biaya dan produktivitas sangat lazim untuk mereka dalam perawatan medis dan
rehabilitas.
TBI sering dikategorikan sebagai ringan, sedang, atau berat menggunakan glasgow
coma scale (gcs) selama fase akut cedera, menilai 3 komponen: membuka mata, respon
verbal dan respon motorik.
Defisit kognitif terjadi pada hingga 80% pasien dengan signifikan TBI. Ada
berbagai macam defisit kognitif pada TBI, termasuk kehilangan memori (kemampuan
verbal dan nonverbal), gangguan pada fungsi eksekutif, penurunan gairah, gangguan
konsentrasi, gangguan perhatian, gangguan penghakiman, dan kontrol impuls. Defisit
kognitif setelah tbi. Tak lama setelah cedera ada periode koma dan kehilangan kesadaran,
seperti yang dijelaskan sebelumnya. Hal ini kemudian transisi ke periode delirium pasca-
trauma, melibatkan kelainan kognitif dan perilaku agitasi, kebingungan, dan disorientasi
12
yang dijelaskan sebelumnya. Selama 6 sampai 12 bulan ke depan adalah masa pemulihan
paling cepat dari fungsi kognitif.
14
Neurotransmiter dopamin diproduksi di otak tengah, tepatnya di
neuron dopaminergik. Secara anatomis bagian ini terletak pada area
ventral tegmental di bagian dasar otak tengah. Bagian yang aktif
memproduksi adalah subtantia nigra bagian pars compacta serta pada
arcuate nukleus di hipotalamus. opamin memegang peranan penting dalam
banyak fungsi tubuh manusia. Oleh sebab itu, ketika substansi ini sampai
mempengaruhi fungsi tubuh akibat kadarnya yang berlebih atau meurun,
maka tindakan untuk menambah atau memodifikasi efek dopamin bisa
dilakukan.
e) Psychostimulants
Obat psikostimulan yang banyak digunakan pada pasien TBI,
psychostimulants seperti amphetamine dan methylphenidate menghasilkan
stimulasi ssp luas untuk meningkatkan aktivitas katekolamin dengan
menghalangi reuptake dopamin dan norepinefrin. Kedua jenis diawali pada
2,5 mg (mulai rendah,), dan dosis pertama dapat diberikan lebih awal di
600, dengan dosis selanjutnya setiap 2 jam untuk memantau respon, dengan
dosis terakhir. Dosis maksimum untuk kedua obat adalah 60 mg/ hari.
Denyut jantung dan tekanan darah harus dipantau pada pasien dimulai pada
jenis ini. Modafinil adalah stimulan ssp yang bekerja pada sejumlah jalur
(monoamine, glutamat, gaba, orexin), dan selektif ke daerah-daerah otak
yang mana bermanfaat untuk menjaga pola istirahat dan tidur, dan ritme
sirkadian terjaga, obat tersebut berpikir untuk merangsang daerah-daerah
tertentu untuk mengatur dan menjadi normal. Modafinil dapat dimulai pada
25 atau 50 mg setiap hari di pagi hari, dengan dosis maksimum 400 mg
seharicedera otak traumatis.
15
BAB III
A. KESIMPULAN
Cedera otak traumatis (TBI) didefinisikan sebagai gangguan pada fungsi normal
Otak yang bisa disebabkan oleh benjolan, pukulan, atau tersentak ke kepala hinnga
menyebabkan cedera (journal of Mubashir Pervez, 2018).
Menurut jurnal dari Adam J wels, 2018 klasifikasi TBI keparahannya penilaian
berdasarkan keadaan klinis pasien yaitu menggunakan Glasgow koma scale (GCS) skor
GCS terdiri dari tiga komponen: respon membuka mata, respon verbal, dan respon
motorik.
Mereka yang menderita TBI yang parah memiliki harapan hidup lebih rendah
daripada populasi umum, menghadapi rawat inap berkepanjangan dan rehabilitasi di
samping afektif jangka panjang, perilaku, kognitif, dan gangguan fisik, yang memiliki
dampak gangguan dalam hubungan interpersonal, kemandirian, dan bekerja. Selain itu,
TBI berat menimbulkan konsekuensi sosial ekonomi yang signifikan, dengan biaya medis
langsung dan tidak langsung diperkirakan sebesar 60 miliar pada tahun 2000, dengan
biaya dan produktivitas sangat lazim untuk mereka dalam perawatan medis dan
rehabilitas.
Perawatan kritis di awal pasca trauma cedera otak (TBI) untuk menstabilkan
hemodinamik dan oksigenasi sistemik dengan tujuan mencegah cedera otak sekunder
karna gangguan neurobehavioral pasca terjadinya trauma akan terjadi ketika selama
perawatan gawat darurat atau perawatan intensive (ICU). Karna (TBI) merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas resiko kematian di dunia sehingga
pengobatannya merupakan sebuah tantangan untuk spesialis perawatan kritis.
B. SARAN
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang
kamiuraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk memperbaiki makalah selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
xvii