Anda di halaman 1dari 43

Halaman Persetujuan

Laporan mini project ini dibuat oleh dr. May Velyn Dina sebagai salah satu
persyaratan dalam kelengkapan program internship.

Judul laporan : Pengaruh Penyuluhan terhadap Upaya Peningkatan Pengetahuan


dan Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah RW
008 Puskesmas Kelurahan Pekojan II, Kecamatan Tambora,
Jakarta Barat

Laporan ini telah disetujui oleh pembimbing program intersip di puskesmas


kelurahan Pekojan II.

Pembimbing : dr. Irma Melina


Tanda tangan :

Tanggal : Agustus 2019

Daftar isi

i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………...i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………... 2
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat………………………………………………………………………. 3
1.4.1. Manfaat bagi penulis ..................................................................................... 3
1.4.2. Manfaat bagi masyarakat .............................................................................. 3
1.4.3. Manfaat bagi puskesmas ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Air Susu Ibu (ASI) ......................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian ASI ............................................................................................... 4
2.1.2 Volume ASI ................................................................................................... 4
2.1.3 Komposisi ASI ............................................................................................... 5
2.1.4 Kandungan Zat Gizi dalam ASI………………………………………….. ... 5
2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI…………………………………………. ... 9
2.1.6 Manfaaat ASI ............................................................................................... 10
2.2 Laktasi……………………………………………………………………… 12
2.2.1 Fisiologi Laktasi ........................................................................................... 12
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI ....................................... 14
2.3 ASI Eksklusif .................................................................................................. 15
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ............................... 16
2.4 Kerangka konsep........................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………… 19
3.1 Jenis Penelitian……………………………………………………………... 19
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………….. 19
3.3 Desain Penelitian…………………………………………………………… 19
3.4 Sampel Penelitian Penelitian………………………………………………. 19
3.5 Metode Pengumpulan Data………………………………………………... 20
3.6 Instrumen Penelitian………………………………………………………..20

ii
3.7 Definisi Operasional………………………………………………………...20
3.8 Aspek Pengukuran………………………………………………………….20
3.8.1 Pengetahuan………………………………………………………… ........ .20
3.8.2 Sikap………………………………………………………………............. 21
BAB IV HASIL…….. …………………………………………………………..22
4.1 Keadaan Geografis………………………………………………………… 22
4.2 Data Kepegawaian………………………………………………………… 22
4.3 Karakteristik Responden…………………………………………………...22
4.4 Gambaran Pengetahuan Ibu Sebelum (Pre –test) dan Sesudah (Post- test)
diberikan Penyuluhan…………………………………………………………..23
4.5 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (Pre-test) dan
Sesudah (Post-test) Diberikan Penyuluhan…………………………………... 24
4.6 Hasil Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Berdasarkan
Karakteristik Responden pada Saat Pre-test………………………………… 25
4.7 Hasil Tabulasi Silang Sikap Responden Berdasarkan Karakteristik
Responden pada Saat Pre-test………………………………………………….25
BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI……………………………………. . 27
5.1 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan
Penyuluhan… ...................................................................................................... 27
5.2 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Sesudah Diberikan
Penyuluhan……………………………………………………………………... 28
5.3 Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan
Penyuluhan………….. ........................................................................................ 29
5.4 Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif Sesudah Diberikan
Penyuluhan……………………………………………………………………... 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… .31
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 31
6.2 Saran…………………………………………………………………………31
Daftar Pustaka…………………………………………………………………. 32

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Riskesdas 2018, tercatat sebanyak 17,7% anak di Indonesia yang
mengalami gizi buruk.1 Masalah gizi buruk memang banyak dialami oleh anak
anak dikarenakan siklus kehidupan dimana pada usia bayi sedang berada
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Untuk pertumbuhan bayi
dengan baik, diperlukan zat-zat gizi seperti protein, kalsium, vitamin D,
Vitamin A dan K, zat besi, dan sebagainya. Secara alamiah zat-zat tersebut
sebenarnya sudah terkandung di dalam air susu ibu (ASI). Oleh karena itu,
jika bayi diberikan ASI secara eksklusif, sudah bisa mencukupi kebutuhan
gizinya.2
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak
mendapatkan ASI. Oleh sebab itu, Departemen Kesehatan telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif pada bayi di Indonesia.3
Menurut WHO/UNICEF, ASI merupakan makanan pertama dan utama
bagi bayi yang bernilai gizi tinggi serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang
dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau 30 menit hingga satu jam setelah
melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau menyusui secara ekslusif
hingga bayi usia enam bulan dan pemberian makanan tambahan setelah umur
enam bulan serta tetap memberian ASI diteruskan sampai umur dua tahun.
Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. 4
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2015 masih belum
mencapai target yang ditentukan oleh pemerintah. Menurut data Riskesdas
Indonesia pada tahun 2007 – 2013 terjadinya fluktuasi prevalensi pemberian
ASI eksklusif dari 32% menurun ke 15,3% dan pada tahun 2013 meningkat
pada angka 30,2%.5 Sementara menurut data Riskesdas Indonesia pada tahun

1
2018, terjadi peningkatan prevalensi pemberian ASI eksklusif yaitu 37,3%.1
Menurut Profil Kesehatan Jakarta Barat tahun 2014, didapatkan prevalensi
pemberian ASI ekslusif di wilayah kecamatan Tambora sebesar 9.8%.6
Anak yang tidak tidak cukup ASI akan terganggu proses tumbuh
kembangnya. Seperti yang diketahui, bayi yang tidak mendapatkan ASI secara
eksklusif sampai 6 bulan lebih rentan mengalami masalah kesehatan di masa
depan seperti kelebihan berat badan, penyakit kardiovaskular, dan
berkurangnya kecerdasan.7
Menurut Baskoro, faktor sosiokultural ibu paling berpengaruh terhadap
pemberian ASI antara lain umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan
pekerjaan ibu. Namun, dalam penelitian Widianto, faktor pengetahuan dan
pendidikan ibu yang paling terlihat berpengaruh dalam pemberian ASI.8
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap ibu mengenai ASI
eksklusif sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa
penyuluhan/edukasi mengenai ASI ekslusif di wilayah kerja Posyandu RW
008 Puskesmas Kelurahan Pekojan 2, Jakarta Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan masalah
yaitu bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan sesudah
diberikan intervensi berupa penyuluhan/edukasi mengenai ASI eksklusif di
wilayah kerja Posyandu RW 008 Puskesmas Kelurahan Pekojan 2?

1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengaruh penyuluhan ASI
eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu di wilayah kerja Posyandu RW 008
Puskesmas Kelurahan Pekojan 2.

2
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur,
pendidikan, dan pekerjaan
2. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.
3. Mengidentifikasi sikap responden tentang ASI Eksklusif.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI ekskusif terhadap
pengetahuan ibu.
5. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
sikap ibu.

1.4 Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi penulis
Sebagai informasi tambahan bagi penulis mengenai perubahan
pengetahuan dan sikap ibu terhadap ASI eksklusif sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan/edukasi di wilayah kerja Posyandu RW 008 Puskesmas
Kelurahan Pekojan 2 pada tahun 2019.

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat


Sebagai media informasi bagi masyarakat untuk menyadari pentingnya
pemberian ASI eksklusif kepada bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal.

1.4.3. Manfaat bagi puskesmas


Sebagai informasi tambahan bagi Puskesmas Kelurahan Pekojan 2
agar lebih memantau dan meningkatkan pengetahuan ibu akan pemberian ASI
eksklusif.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu (ASI)
2.1.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu merupakan sumber makanan paling sempurna untuk bayi karena
memiliki kandungan berbagai zat dan antibodi yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi.9 Air Susu Ibu juga merupakan suatu emulsi dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen
dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak memberatkan
fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir.
Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi
mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan
energi selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ
sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum.10

2.1.2 Volume ASI


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat
ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama
sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 100-300 ml ASI dalam sehari, dari
jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 300-450 ml/hari pada
waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10 sampai seterusnya
volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi
saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400–850 ml/hari, tahun
kedua 200–400 ml/hari, dan sesudahnya 200 ml/hari. Volume dan komposisi ASI
berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari kebutuhan bayi. Jumlah total produksi
ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu menyusui dengan berkisar
antara 450 – 1200 ml dengan rerata 750 – 850 ml/hari.1

4
2.1.3 Komposisi ASI
Komposisi ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu usia gestasi, usia
pascanatal, stadium menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI saat
penyapihan), frekuensi bayi menyusu, serta bagi ibu yang melahirkan bayi kurang
bulan atau bayi cukup bulan.12
Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang
diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda
dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI
matur). Pada bayi yang lahir sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan
ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih banyak
dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi
masih belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap
permasalahan kesehatan.12
Kolostrum disekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang
diproduksi sebesar 150 – 300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak
mengandung protein, dimana yang terutama adalah globulin, khususnya
Immunoglobulin A (IgA) yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan.11,12
ASI transisi diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. ASI transisi
mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa), hal ini untuk memenuhi
kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif. Pada masa ini pengeluaran
ASI mulai stabil.11,13

2.1.4 Kandungan Zat Gizi pada ASI


a. Lemak
Kalori dari ASI 50% berasal dari lemak. Lemak ASI adalah komponen
yang paling berubah kadarnya. Lemak ASI terutama terdiri dari trigliserida
yang mudah diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh enzim
lipase yang terdapat di dalam usus bayi dan dalam ASI. Docosahexaenoic
acid (DHA) dan Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh
rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk

5
pembentukan sel-sel otak (myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA
dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan
anak. Bayi yang mendapatkan ASI dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan susu formula mempunyai kadar asam asetat dari spektrum
asam lemak berantai pendek yang lebih tinggi. Asam asetat bersama dengan
monogliserida juga menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan fungi.12,14
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi
terdiri dari protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri
dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu
sapi lebih banyak mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh
usus bayi. Jumlah protein Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30%
dibanding susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi
(80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang
banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta
laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan
alergi.11
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat
dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai
jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu
contohnya adalah asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan
dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai
peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam
jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini
sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur
untuk membentuk protein ini sangat rendah.11,12

6
Tabel 1. Komposisi antara protein ASI dan susu sapi12
ASI Susu Sapi
Protein g/l 8.9 31.4
Casein 2.5 27.3
Whey protein 6.4 5.8
Alfa- lactalbumin 2.6 1.1
Beta-lactoglobin - 3.6
Lactoferrin 1.7 Sangat sedikit
IgA 1 0.03

c. Nukleotida
Nukleotida adalah zat berbasis nitrogen dengan berat molekul yang
rendah. Nukleotida penting untuk metabolisme energi, reaksi enzimatik,
pertumbuhan dan pematangan traktus digestivus. Nukleotida berperan juga
pada sistem imun tubuh dengan meningkatkan proliferasi limfosit dan
meningkatkan aktivitas killer cells.12

d. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang berfungsi sebagai
salah satu sumber energi untuk otak.12,13 Kadar laktosa yang terdapat di
dalam ASI hampir dua kali lipat dari kadar laktosa yang terdapat di dalam
susu sapi.15
Laktosa meningkatkan absorbsi kalsium dan mudah terurai menjadi
glukosa yang menjadi sumber energi untuk pertumbuhan otak dan galaktosa
yang diperlukan untuk produksi galaktolipids (cerebroside) yang penting
untuk perkembangan otak. Selain itu, di dalam ASI juga terkandung
oligosakarida yang merangsang pertumbuhan Laktobacillus bifidus yang
meningkatkan keasaman traktus digestivus dan menghambat pertumbuhan
kuman patogen.12

7
e. Mineral
Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai
fungsi untuk pertumubuhan otot rangka, transmisi jaringan saraf, dan
pembekuan darah. Kadar kalsium dalam ASI lebih rendah daripada susu
sapi, namun penyerapan kalsium dari ASI adalah 67% dibandingkan dengan
25% susu sapi. Hipokalsemia neonatal dan tetani lebih sering dilihat pada
bayi yang mendapat susu formula karena kadar fosfor dalam susu sapi lebih
tinggi (rasio kalsium : fosfor dalam ASI adalah 2:1, sedangkan dalam susu
sapi 1,2:1) yang mengakibatkan absorbsi kalsium berkurang dan ekskresinya
bertambah.12,13
Selain itu, bayi yang mendapatkan ASI juga menerima cukup natrium
untuk pertumbuhan pengganti kehilangan melalui kulit dan urine. Kadar
natrium dalam susu sapi adalah 3,6 kali dari kadar di dalam ASI, sehingga
pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, apabila mengalami dehidrasi mudah
mengalami kejang karena terjadi hipernatremia.12
Kandungan zat besi di dalam ASI lebih mudah diserap daripada zat besi
yang terdapat dalam susu sapi. Fe dalam ASI diserap 50% (dibantu oleh
laktosa dan Vitamin C dalam ASI), sedangkan Fe dalam susu formula hanya
diserap 10%.12,16

f. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan
darah terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu 1
usus bayi belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi setelah
persalinan mengalami perdarahan perifer yang perlu dibantu dengan
pemberian vitamin K untuk proses pembekuan darah. Dalam ASI, vitamin
A, D, C, ada dalam jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B,
kecuali Riboflavin dan Pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu
ditambahkan karena bias diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.12

8
2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI
Ketika di dalam kandungan, fetus mendapatkan antibodi yang berasal dari
ibunya melalui plasenta. Namun seletah lahir, neonatus belum mempunyai cukup
kemampuan untuk menghadapi dunia luar di luar uterus yang terkontaminasi oleh
kuman. SIgA yang terdapat di dalam ASI memberikan proteksi lokal pada mukosa
traktus digestivus.12
Selain itu, ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang
melindungi bayi terhadap infeksi terutama bilamana kebersihan lingkungan tidak
baik. Faktor-faktor proteksi dalam ASI tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :13

Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit
NO Komposisi Peranan

1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan


bakteri yang menguntungkan dalam usus
bayi untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan seperti E. Coli
patogen

2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.

3. Laktoperoksidase Bersama dengan peroksidase hidrogen


dan ion tiosianat membantu membunuh
Streptococcus

4. Faktor Antistaphilococcus Menghambat pertumbuhan


Staphilococcus patogen.

9
5. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat anti bodi untuk
meningkatkan imunitas terhadap
penyakit.
6. Komplemen Memperkuat Fagosit

7. Imunoglobulin Memberikan kekebalan terhadap infeksi


8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif

9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus

10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus


bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat merugikan yang masuk ke
peredaran darah.

Sumber: Karyadi, 2003

2.1.6 Manfaaat ASI


ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi,
antara lain sebagai berikut:17,18
1. ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna
dan memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi asam laktat
yang bermanfaat untuk :
- menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
- Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang
dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa
jenis vitamin.

10
- Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti
calsium, magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 0-6 bulan pertama
4. ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
5. Nutrisi di dalam ASI membantu otak anak berkembang sempurna dan
lebih baik daripada nutrisi di dalam susu formula.
6. ASI mengurangi risiko obesitas di masa mendatang. ASI membantu
bayi untuk dapat memilih makanan lebih baik di kemudian hari yang
kemudian akan menurunkan risiko terjadinya obesitas.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan
manfaat pada ibu, yaitu :17,18
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil karena proses
menyusui membakar banyak kalori di dalam tubuh ibu sehingga berat
badan dapat lebih cepat turun.
3. ASI dapat mengurangi tingkat depresi pada ibu.
4. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan;
dan ibu belum haid.
5. ASI membantu memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak.
Kedekatan ini merupakan katalis dalam membangun hubungan yang
kuat antara ibu dengan anak karena anak akan merasa lebih
terlindungi.
6. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.

11
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain
adalah sebagai berikut:18
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan
untuk keperluan lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit,
sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.

2.2 Laktasi
2.2.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
hormonal. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon
yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen,
prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL).19
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI. Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis
I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya.19,20
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin
tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal
dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam
darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin
dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2
pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

12
Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari)
setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
setelah melahirkan.19
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI
mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI.
Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa
baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat
dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Hormon yang berpengaruh dalam penghasilan ASI adalah hormone
prolaktin, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior yang di stimuli
oleh PRH (Prolactin Releasing Hormon) di hipothalamus. Prolaktin
bertanggung jawab atas produksi ASI. Rangsangan produksi prolaktin
bergantung pada pengosongan ASI dari payudara. Makin banyak ASI yang
dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara, makin banyak ASI yang
dibuat. Proses pengosongan payudara sampai pembuatan ASI disebut
reflek prolactin.20
b. Refleks Aliran (let down reflex)
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan menghasilkan rangsangan
saraf yang dilanjutkan ke dalam kelenjar hipofisis posterior (Astuti, 2014).
Akibatnya, hipofisis posterior menghasilkan 7 oksitosin yang
menyebabkan sel-sel myoepithelial di sekitar alveoli akan berkontraksi
dan mendorong air susu masuk ke pembuluh laktifer sehingga lebih
banyak air susu yang mengalir keluar. Keadaan ini disebut reflek oksitosin

13
atau let down reflex. Namun reflek ini dapat dihambat oleh faktor emosi
atau psikologis dari ibu.19,20

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI ibu
adalah sebagai berikut:19,20
 Makanan Ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Namun jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi
yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu
dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan
akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
 Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan rasa
tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal
dalam menyusui bayinya.
 Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron

14
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi
pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi
jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara
keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
produksi ASI.
 Kurang sering menyusui atau memerah payudara
 Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
 Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik

2.3 ASI Eksklusif


Yaitu memberikan ASI saja selama bayi berumur 0-6 bulan. ASI tanpa bahan
makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan,
setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk
bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Pengenalan makanan
tambahan dimulai pada usia enam bulan dan bukan empat bulan, karena pertama dari
hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur
enam bulan.12
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan ideal
7,5 kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan kalori
750kkal/hari, serta protein 18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI yang
diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan kalori sebesar 70kkal dan protein sebesar
1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun waktu 6 bulan ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menjadi menurun dan

15
sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan.12,13
Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah
berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang
masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori jaringan usus bayi yang pada awalnya berongga
seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung
masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi, akan tertutup rapat
setelah bayi berumur enam bulan.17

Tabel 3 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB


Kebutuhan per hari
Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan ± 500 ± 350 8,75
3 bulan ± 600 ± 600 15
4 bulan ± 650 ± 650 16,25
5 bulan ± 700 ± 700 17,5
6 bulan ± 750 ± 750 18,75
7 bulan ± 800 ± 800 20
8 bulan ± 850 ± 850 21,25
9 bulan ± 900 ± 900 22,5
10 bulan ± 950 ± 950 23,75
11 bulan ± 1000 ± 1000 25
12 bulan ± 1050 ± 1050 26,25
2 tahun ± 1600 ± 1600 32

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif:


Terdapat faktor internal maupun faktor eksternal dalam pemberian ASI
eksklusif. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari ibu, diantaranya tingkat
pengetahuan, kondisi kesehatan, dan persepsi ibu. Sedangkan faktor eksternal
dapat berupa dukungan orang terdekat, petugas kesehatan, promosi susu formula,
dan budaya di lingkungan tempat tinggal ibu.21

16
Faktor internal yang pertama adalah tingkat pengetahuan ibu, yang
memiliki andil dalam pemberian ASI eksklusif.21
Faktor selanjutnya yaitu persepsi ibu. Hal yang mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif pada faktor ini yaitu munculnya persepsi ibu tentang kurangnya
produksi ASI yaitu sindroma ASI kurang. Hal ini dapat menghambat pemberian
ASI eksklusif karena persepesi tersebut memicu terjadinya peralihan ASI menjadi
susu formula.21,22
Kondisi kesehatan ibu turut mendukung pemberian ASI eksklusif. Ibu
yang menderita suatu penyakit tertentu seperti TB atau HIV cenderung memilih
untuk tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena khawatir akan
menularkan penyakit yang dideritanya kepada bayinya.21
Selain pengaruh dari faktor internal, faktor eksternal juga berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif. Faktor yang pertama adalah dukungan dari
orang terdekat seperti suami, ibu, dan saudara perempuan.22
Pengaruh petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif juga
merupakan faktor pemberian ASI eksklusif. Sebanyak 90% responden yang
menerima konseling dari petugas kesehatan tentang manfaat ASI eksklusif
cenderung memberikan ASI eksklusif dalam jangka waktu yang lama.23

17
2.4 Kerangka konsep

18
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitan ini adalah penelitian deksriptif kualitatif, dimana penelitian dilakukan
dengan mendeskripsikan serta menganalisis data dengan tujuan utama untuk memberikan
gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif yang bersifat aktual.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di posyandu RW 008 Puskesmas Kelurahan Pekojan 2
pada bulan Agustus – September 2019.

3.3 Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan desain studi observasional dengan pendekatan
cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap ASI eksklusif
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan menggunakan metode pre-test dan post-
test.

3.4 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi atau anak berusia 0 – 2
tahun di wilayah kerja RW 008 Puskesmas Kelurahan Pekojan 2, Kecamatan Tambora.
a. Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,
dengan:
Kriteria inklusi:
 Ibu yang memiliki anak dengan usia dibawah 5 tahun di RW 008
kelurahan Pekojan
 Bersedia mengisi kuesioner
Kriteria eksklusi:
 Menolak untuk mengisi kuesioner

b. Jumlah responden
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel secara bertujuan berdasarkan suatu pertimbangan

19
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui setempat sehingga diperoleh jumlah responden
adalah 47 orang.

3.5 Metode Pengumpulan Data


3.5.1 Data primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan dan sikap ibu
tentang ASI eksklusif yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan kueisioner yang diberikan kepada responden sebelum dan sesudah penyuluhan.

3.5.2 Data sekunder


Data sekunder diperoleh dari puskesmas , yaitu data mengenai demografi penduduk
serta gambaran umum mengenai Kelurahan Pekojan 2 dan jumlah ibu menyusui dan ASI
eksklusif.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner pretest dan post test dan
leaflet.

3.7 Defenisi Operasional


1. Penyuluhan ASI eksklusif adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang ASI
eksklusif kepada ibu hamil dengan menggunakan metode ceramah dan leaflet.
2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian ASI
eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan menyangkut semua yang diketahui ibu
tentang ASI eksklusif.
3. Sikap ibu adalah respon ibu atau tanggapan ibu terhadapa ASI eksklusif sebelum dan
sesudah penyuluhan.

3.8 Aspek Pengukuran


1. Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ibu terdiri atas 10 pertanyaan. Pemberian skor dilakukan
berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0.
Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10. Skor yang diperoleh masing-masing responden
dijumlahkan, dibandingkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100.

20
Dengan memakai skala pengukuran, menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1986), yaitu:
1. Baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai angket pengetahuan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar 60%-75% dari total nilai angket pengetahuan.
3. Kurang, bila jawaban responden benar <60% dari total nilai angket pengetahuan.

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu:


1. Skor 76-100 = baik
2. Skor 60-75 = sedang
3. Skor <60 = kurang

2. Sikap
Sikap ibu diukur dengan memeberikan 17 pertanyaan menggunakan kuesioner dari
IOWA Infant Feeding Attitude Scale dengan ketentuan:24
- Jawaban sangat setuju diberi nilai 5
- Jawaban setuju diberi nilai 4
- Jawaban netral diberi nilai 3
- Jawaban tidak setuju diberi nilai 2
- Jawaban sangat tidak setuju diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka ukuran tingkat sikap ibu
hamil menurut IOWA Infant Feeding Attitude Scale adalah:24
a. Sikap positif terhadap pemberian ASI diberi nilai 70 – 85
b. Sikap netral diberi nilai 49 – 69
c. Sikap kurang terhadap pemberian ASI eksklusif (positif terhadap susu formula)
diberi nilai 17 – 48

21
BAB IV
HASIL

4.1. Keadaan Geografis


Kelurahan Pekojan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 1 meter diatas
permukaan laut dengan luas wilayah 77,80 Ha. Kelurahan Pekojan terdiri dari 12 Rukun
Warga yang terbagi menjadi 144 Rukun Tetangga dengan batasan – batasan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara
Sebalah Selatan : Kelurahan Jembatan Lima, Jakarta Barat
Sebalah Timur : Kelurahan Roa Malaka, Jakarta Barat
Sebalah Barat : Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara
Kelurahan Pekojan memiliki dua puskesmas kelurahan yaitu Puskesmas Kelurahan
Pekojan I dan Pekojan II yang memiliki wilayah kerja masing – masing. Yang termasuk
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pekojan II adalah Rukun Warga 1, 3, 6, 7, 8 dan 9.
Sisanya menjadi wilayah kerja dari Puskesmas Kelurahan Pekojan I.

4.2. Data Kepegawaian

Jumlah
NO TENAGA KESEHATAN
1 Dokter Umum 1
2 Bidan 2
3 Perawat 1
4 Dokter Gigi 1
5 Apoteker 1
6 Tenaga Kesehatan 2
7 Sanitasi 1

JUMLAH 9

4.3. Karakteristik Resoponden


4.3.1 Umur Responden
NO UMUR (TAHUN) JUMLAH PERSENTASE (%)
1 18-24 22 46.9%
2 25-31 20 42.5%
3 >31 5 10.6%
TOTAL 47 100

22
4.3.2 Pendidikan Responden
NO PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE (%)
1 SD 6 12.8%
2 SMP 20 42.5%
3 ≥SMA 21 44.7%
TOTAL 47 100

4.3.3 Pekerjaan Responden


Responden hampir secara keseluruhan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga
yaitu 24 orang (72,3%) dan bekerja sebagai karyawan yaitu 13 orang (27,7%)

4.4. Gambaran Pengetahuan Ibu Sebelum (Pre-test) dan Sesudah (Post-test) diberikan
Penyuluhan
Grafik 1.menjelaskan adanya perubahan tingkat pengetahuan antara sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat pengetahuan ini
disebabkan karena penyuluhan yang diberikan kepada responden sehingga bisa membantu
responden meningkatkan pengetahuannya tentang ASI Eksklusif.

23
Grafik 1 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Esklusif

45
40
35
30 Baik
25 Sedang
20
Kurang
15
10
5
0
Pre-test Post-test

Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil tingkat pengetahuan responden sebelum


diberikan penyuluhan adalah sebanyak 30 orang (63,8%) berada pada kategori baik, 11 orang
(23,4%) pada kategori sedang dan sebanyak 6 orang (12,8%) berkategori kurang. Dapat
dikatakan bahwa umumnya tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif cukup baik.
Sementara itu setelah dilakukan pos-test didapatkan hasil, bahwa tingkat pengetahuan
responden setelah diberikan penyuluhan berkategori baik sebanyak 42 orang (89,4%), sedang
sebanyak 5 orang (10,6%) berkategori sedang dan tidak ada dalam kategori kurang. Bisa
dikatakan bahwa tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik
setelah diberikan penyuluhan.

4.5 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Ekslusif Sebelum (pre-test) dan Sesudah (post-
test) diberikan penyuluhan
Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum diberikan
penyuluhan adalah sebanyak 23 orang (49,0%) berada pada kategori netral, 16 orang (34,0%)
berada pada kategori positif terhadap pemberian ASI dan sebanyak 8 orang (17,0%) dengan
kategori kurang terhadap pemberian ASI eksklusif (positif terhadap pemberian susu formula).
Dapat dikatakan bahwa sikap responden tentang ASI eksklusif sebelum diberikan penyuluhan
sejalan dengan pengetahuannya terhadap hal yang sama. Kemudian setelah dilakukan
penyululuhan adalah sebanyak 31 orang (66,0%) berkategori positif terhadap pemberian ASI,
sebanyak 15 orang (32,0%) berada pada kategori netral, dan 1 orang berada pada kategori
kurang terhadap pemberian ASI eksklusif (2,0%). Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap
sikap responden setelah dilakukan penyuluhan yang ditandai dengan meningkatnya
responden yang memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI terhadap hasil post-test.

24
Grafik 2 Gambaran Sikap Ibu tentang ASI eksklusif

35
30
25 (+) ASI
20 Netral
15 (-) terhadap ASI
10
5
0
Pre-test Post-test

4.6 Hasil Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik


Responden pada saat Pre-test
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik
responden menunjukkan bahwa semua kelompok umur berkategori pengetahuan baik lebih
banyak dibanding kategori lain. Kelompok umur >31 lebih banyak mempunyai kategori
pengetahuan baik dibanding kelompok umur lainnya yaitu 83,3%. Untuk kategori
pengetahuan kurang lebih banyak pada kelompok umur 18-24 yaitu 13,6%.
Untuk pendidikan responden, responden dengan pendidikan ≥SMA secara
keseluruhan memiliki kategori pengetahuan baik yaitu 81%. Sedangkan untuk kategori
pengetahuan sedang dan kurang paling banyak terdapat pada kelompok responden dengan
pendidikan SD.

Kategori Pengetahuan
Kelompok Jumlah
No Baik Sedang Kurang
Umur
N % n % N % N %
1 18-24 13 59,1 6 27,3 3 13,6 22 100
2 25-31 12 63,2 5 26,3 2 10,5 19 100
3 >31 5 83,3 - - 1 16,7 6 100
Total 47 100

25
Pendidikan N % N % N % N %
1 SD 0 0 4 66,7 2 33,3 6 100
2 SMP 13 65,0 4 20,0 3 15,0 20 100
3 ≥SMA 17 81,0 3 14,3 1 4,7 21 100
Total 47 100

4.7 Hasil Tabulasi Silang Sikap Responden Berdasarkan Karakteristik Responden pada
saat Pre-test
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat sikap dengan karakteristik responden
menunjukkan semua kelompok umur lebih banyak berada pada kategori sikap netral, dengan
kategori usia 18-24 menunjukan sikap positif terhadap pemberian ASI (45,5%). Sedangkan
berdasarkan pendidikan responden, responden dengan pendidikan SD dan SMP lebih banyak
mempunyai sikap netral. Responden dengan pendidikan ≥SMA lebih banyak bersikap baik
terhadap positif terhadap pemberian ASI eksklusif.
Kategori Sikap
Kelompok Jumlah
No (+) ASI Netral (-) ASI
Umur
n % N % N % n %
1 18-24 10 45,5 10 45,5 2 9,0 22 100
2 25-31 5 25,0 10 50,0 5 25,0 20 100
3 >31 2 40,0 2 40,0 1 20,0 5 100
Total 47 100
Pendidikan n % N % N % N %
1 SD 2 33,3 3 50,0 1 16,7 6 100
2 SMP 4 20,0 12 60,0 4 20,0 20 100
3 ≥SMA 11 52,3 8 38,1 2 9,6 21 100
Total 47 100

26
BAB V
PEMBAHASAN DAN DISKUSI

5.1 Pengetahuan Ibu tetang ASI Ekslusif Sebelum Diberikan Penyuluhan


Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil
adalah pengetahuan gizi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik, diharapkan
akan memiliki perilaku pemberian ASI eksklusif yang baik. Salah satu strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip Notoatmodjo (2003) adalah
dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan
kesadaran dan dapat dilakukan dengan penyuluhan.25
Karakteristik ibu mencakup umur, pendidikan, dan pekerjaan bisa mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan proses perubahan perilaku terhadap pemberian ASI eksklusif. Umur
responden rata-rata masih dalam kategori usia produktif yang memungkinkan mereka masih
mampu untuk menangkap informasi yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali. Begitu
juga dengan karakteristik pekerjaan. Responden yang mayoritas sebagai ibu rumah tangga
100% sangat mendukung dalam menyediakan waktu untuk mendengarkan penyuluhan,
membaca leaflet, dan mencoba melakukan tindakan penyuluhan yang dianjurkan.
Berdasarkan tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik
responden menunjukkan bahwa semua kelompok umur berkategori pengetahuan baik lebih
banyak dibanding kategori lain. Kelompok umur >31 lebih banyak mempunyai kategori
pengetahuan baik dibanding kelompok umur lain yaitu 83,3%. Untuk kategori pengetahuan
kurang lebih banyak pada kelompok umur 18-24 yaitu 13,6%.
Untuk pendidikan responden, responden dengan pendidikan ≥SMA secara
keseluruhan memiliki kategori pengetahuan baik yaitu 81,1%. Sedangkan untuk kategori
pengetahuan sedang dan kurang paling banyak terdapat pada responden dengan pendidikan
SD.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria, didapatkan bahwa ibu
dengan pendidikan sekolah dasar dan kategori umur 18 – 24 memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah dibandingkan dengan kategori pendidikan yang lainnya dan kategori umur yang
lainnya.25 Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan formal
seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizinya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk menyerap
pengetahuan praktis baik dalam pendidkan formal dan non formal (Berg, 1987).

27
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu sebelum diberikan penyuluhan
ASI eksklusif mayoritas baik (63,8%), pengetahuan sedang adalah 23,4%, dan dengan
pengetahuan kurang adalah 12,8%. Jika dilihat dari tingginya persentase ibu yang
mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup baik, hal ini mungkin
disebabkan karena aktifnya responden dalam mengikuti posyandu dan aktifnya kader dan
tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Gita Aprilia, bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik disebabkan oleh
beberapa faktor seperti tingkat pendidikan, usia, dan faktor eksternal seperti rutin ke
posyandu atau adanya promosi kesehatan dari tenaga medis.26
Berdasarkan grafik 1 menjelaskan bahwa seluruh responden mengalami peningkatan
pengetahuan baik setelah diberikan penyuluhan. Peningkatan tersebut terutama dalam hal
manfaat utama ASI eksklusif pada bayi. Sebelum diberikan penyuluhan mayoritas responden
tidak menjawab pertanyaan secara benar, serta dalam hal kandungan gizi dalam ASI.
Berbagai keunggulan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif sealama 6 bulan,
mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan yang pesat, hingga
kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif selama 6 bulan.
Selain itu, peneliti juga menilai bahwa dari 47 responden, hanya terdapat 3 orang
responden (6,4%) yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan alasan ASI yang tidak keluar
ataupun karena putting yang lecet. Oleh sebab itu, peneliti juga memberikan penyuluhan
mengenai putting lecet ataupun mastitis.

5.2 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Sesudah diberikan Penyuluhan


Berbagai keunggulan mebgenai manfaat pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan,
mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan yang pesat, hingga
kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif selama 6 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
pengetahuan ibu. Setelah dilakukan pos-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan
responden setelah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 42 orang (83,9%), sedang
sebanyak 5 orang (10,6%) dan tidak ada yang kurang.
Peningkatan yang signifikan terdapat pada pengetahuan tentang manfaat utama ASI
eksklusif bagi bayi. Setelah diberikan penyuluhan pengetahuan ibu terhadap indikator ASI
eksklusif sudah baik dibandingkan sebelum diberika penyuluhan. Disamping itu identitas ibu
yang mencakup umur dapat mempengaruhi proses perubahan perilaku. Umur ibu yang rata-

28
rata masih usia produktif memungkinkan mereka masih mampu untuk menerima informasi
yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Uniqie Gita Claudia, bahwa
didapatkan peningkatan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif setelah diberikan
penyuluhan melalui media leaflet. Dalam penelitian Astuti dkk (2002), bahwa metode
pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan pengetahuan
setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pengetahuan pre-test.27
Peneliti juga memberikan penyuluhan/edukasi tambahan mengenai apa yang harus
dilakukan ketika putting lecet ataupun apabila terjadi mastitis, yaitu dengan melakukan
masase payudara, memerah ASI, pemberian vaselin pada area putting, dan konsultasi kepada
dokter.

5.3 Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat terlihat, tetapi hanya dapat ditafsikan
terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perillaku.
Pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Pendidikan kesehatan membantu agar
orang mengambil sikap bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup. Penyuluhan
merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat merubah sikap seseorang
menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari sikap responden seelah diberikan penyuluhan
memberikan perubahan yang berarti dari sikap negatif menjadi positif bahkan sangat positif.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat sikap dengan karakteristik responden
menunjukkan semua kelompok umur lebih banyak berada pada kategori sikap netral.
Responden yang menunjukkan sikap positif terhadap pemberian ASI eksklusif lebih pada
kategori umur 18-24. Sedangkan berdasarkan pendidikan responden, responden dengan
pendidikan SD dan SMP lebih banyak mempunyai sikap netral. Responden dengan
pendidikan ≥SMA lebih banyak bersikap positif terhadap pemberian ASI eksklusif.
Sikap yang kurang terhadap pemberian ASI eksklusif (positif terhadap susu formula)
dari ibu sebelum (pre-test) diberikan penyuluhan antara lain: sikap ibu terhadap bayi yang
diberikan ASI eksklusif jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula,
susu formula adalah pilihan yang tepat ketika ibu kembali bekerja, dan ibu tidak boleh
menyusui di tempat umum.

29
5.4 Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif Sesudah Diberikan Penyuluhan
Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum diberikan
penyuluhan adalah sebanyak 23 orang (49,0%) berada pada kategori netral, 16 orang (34,0%)
berada pada kategori positif terhadap pemberian ASI eksklusif, dan sebanyak 8 orang
(17,0%) dengan kurang terhadap pemberian ASI eksklusif. Kemudian setelah diberikan
penyuluhan adalah sebanyak 31 orang (66,0%) berkategori positif terhadap pemberian ASI
eksklusif, sebanyak 15 orang (32,0%) berada pada kategori netral, dan sebanyak 1 orang
(2,0%) berada pada kategori kurang terhadap pemberian ASI eksklusif. Artinya ada pengaruh
penyuluhan terhadap sikap responden setelah dilakukan penyuluhan yang ditandai dengan
meningkatnya responden yang memiliki sikap baik berdasarkan hasil post-test, serta ada
kemungkinan juga sikap yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan
tempat tinggal.
Dengan adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi
peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap ibu tentang ASI eksklusif dipengaruhi
oleh pengetahuan ibu terhadap hal yang sama serta ada kemungkinan juga sikap yang sudah
ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan sekitar tempat tinggal dan juga
adanya dukungan dari suami atau keluarga terdekat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofiyatun (2007) yang
menyatakan bahwa terdapat peningkatan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif setelah
diberikan penyuluhan, namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri
Hartatik (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan sikap ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif setelah diberikan penyuluhan. Hal ini juga sejalan dengan teori
Green bahwa sikap dipengaruhi oleh 3 faktor utama, dimana salah satu faktor predisposisi
yang terdapat di dalamnya adalah pengetahuan.28

30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Adanya pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian
ASI Ekslusif di wilayah kerja puskesmas kelurahan Pekojan 2, terutama RW 008
2. Adanya pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif di wilayah kerja puskesmas kelurahan Pekojan 2, terutama RW 008

6.2 Saran
 Peneliti:
o Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian
ASI ekslusif
o Keterbatasan penelitian:
 Penelitian tidak dilakukan secara menyeluruh dan
mendalam terkait faktor – faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif dikarenakan keterbatasan waktu
 Terdapat kemungkinan adanya saling kerjasama
dalam pengisian kuesioner

 Puskesmas:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan mengenai
tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI ekslusif. Diharapkan
pula bagi tenaga kesehatan di puskesmas untuk tetap memberikan penyuluhan atau
edukasi mengenai ASI eksklusif, baik menggunakan poster ataupun leaflet yang
dibagikan.

 Masyarakat :
Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat memahami mengenai pentingnya
pemberian ASI eksklusif.

31
Daftar Pustaka
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018.
2. Tumbelaka, Alan, dkk. Bedah ASI. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang
DKI Jakarta, 2008.
3. Kesehatan Republik Indonesia. Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta: DepKes RI.
2007.
4. World Health Organization. Global strategy for infant and young child feeding. WHO
55/2002/REC/I, annex 2. Geneva: World Health Organization.2002.
5. Riche, MD, Dudung A, Nuzrina R. Hubungan Peran Keluarga dan Pengetahuan Ibu
Terhadap Pemberian ASI di Desa Tanah Merah Kabupaten Tangerang. Indonesian
Journal of Human Nutrition. 2018; 5(1). p 41 – 50.
6. Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Barat. Profil Kesehatan Kota Jakarta Barat Tahun
2014. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia. 2018.
7. Horta BL, Loret De Mola C, Victora CG. Long‐term Consequences of Breastfeeding
on Cholesterol, Obesity, Systolic Blood Pressure, and Type 2 Diabetes: A Systematic
Review and Meta‐Analysis. Acta Paediatrica. 2015; 104 (S467): 30-37.
8. Pitaloka et al. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu dengan Pemberian
ASI Eksklusif di Desa Kedungrejo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoardjo. Open
Access Under CC BY – SA license. 2018.
9. Sutomo, B., Yanti, D. . Sajian Lezat Makanan Sehat Pendamping ASI. (Demedia,
2010).
10. Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.
11. IDAI. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013.
12. Suradi R. Spesifitas Biologis Air Susu Ibu. Jakarta: Sari Pediatri. 2001; 125 – 129.
13. Linkages.2002. Pemberian ASI Eksklusif: Satu-satunya sumber cairan yang
dibutuhkan bayi usia dini. Academy for educational. http://www.linkagesproject.org
14. Siigur U, Ormission A, Tamm A. Faecal short-chain fatty acids in breastfed and
bottle-fed infants. Acta Paediatr 1993; 82:536-8.
15. Tumbelaka, Alan, dkk. Bedah ASI. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang
DKI Jakarta, 2008.
16. FAO/WHO Report of a joint Expert Consultation, Chapter 7, Lipids in early
development, Food and Nutrition Paper no 57, Fats and Oils in Human Nutrition,
Rome: FAO 1994.h.49-55.
17. NIH. The Benefits of Breastfeeding. USA: Eunice Kennedy Shriver National Institute
of Child Health and Human Development.2018.
18. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sepuluh Manfaat ASI. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
19. Guyton & Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.
Pg 1072-1094.
20. Sherwood, L., 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi VI. Jakarta : EGC.
p.120-1.
21. Siregar, A. Pemberian ASI eksklusif dan faktor yang mempengaruhinya. 2004.
Acessed on September 01st 2019. Available at http://library.usu.id
22. Swarts, S., Kruger, H. S., Dolman, R. C. Factors affecting mother’s choice of
breastfeeding vs formula: Feeding in the lower Umfolozi district war memorial
hospital, KwaZulu-Natal. Journal of Interdisciplinary Health Sciences. Vol. 15:119-
26.

32
23. Widodo, P.T. Tesis: Faktor – faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI di
Indonesia. Depok: Unversitas Indonesia . 2007.
24. Cotelo M.D.C.S., et al. Infant Feeding Attitudes and Practices of Spanish Low- Risk
Expectant Women Using the IIFAS (Iowa Infant Feeding Attitude Scale). Spain:
Nutrient. Vol 10(4); 520. 2018.
25. Fitria I.W., Iriana. N. R. Karakteristik Ibu Menyusui yang Tidak Memberikan ASI
Eksklusif di UPT Puskesmas Banyudono I Kabupaten Boyolali. Jawa Tengah: Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. 2013.
26. Aprilia. G. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Harjobinangun Purworejo. Jawa Tengah: Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. 2013.
27. Claudia. U. G., Skripsi: Gambaran Perubahan Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif
pada Ibu Hamil Antara Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Menggunakan Media
Leaflet di Puskesmas Parigi Kecamatan Pondok Aren 2018. Jakarta: Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2018.
28. Hartatik. T. Skripsi: Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Gunungpati Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun
2009. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2009.

33
Lampiran 1. Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang ASI Eksklusif
KUESIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI WILAYAH RW 008PUSKESMAS KELURAHAN PEKOJAN II

a. Identitas Ibu
Nama :
Usia :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan : 1. Karyawan swasta
2. Ibu Rumah Tangga
3. Wiraswasta/Pedagang
4. Pegawai Negeri/TNI/Polri
b. Pengetahuan Ibu
No. Pernyataan B S
1. ASI adalah air susu ibu yang merupakan makanan serta minuman
bagi bayi
2. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sampai usia 6 bulan
3. Kolostrum adalah produk dari ASI
4. Kolostrum berperan penting dalam pembentukan imunitas bayi
5. Bayi diberikan ASI pertamanya segera atau 1 jam setelah lahir
6. Manfaat ASI bagi ibu adalah untuk membantu membentuk ikatan
batin antara ibu dan bayi
7. Karbohidrat dan protein adalah zat gizi yang terkandung dalam
ASI
8. Setelah menyusui, bayi langsung disendawakan
9. ASI harus diberikan sampai usia lebih dari 2 tahun
10. Ibu harus mengkonsumsi makanan yang sehat untuk kelancaran
sekresi ASI

34
c. Sikap Ibu
No. STS TS N S SS
1. Keuntungan dari ASI hanya bertahan sampai ketika
bayi masih menyusu saja
2. Susu formula lebih baik daripada ASI
3. Menyusui meningkatkan kontak batin dan ikatan
antara ibu dan bayi
4. ASI mengandung kurang zat besi
5. Bayi yang diberi susu formula lebih cenderung
banyak makan berlebihan daripada bayi yang diberi
ASI
6. Susu formula adalah pilihan yang tepat apabila ibu
akan kembali bekerja (wanita karir)
7. Ibu yang memberikan susu formula kehilangan masa
masa yang berharga menjadi seorang ibu
8. Ibu tidak boleh menyusui ditempat umum
9. Bayi yang meminum ASI lebih sehat daripada bayi
yang meminum susu formula
10. Bayi yang meminum ASI lebih cenderung banyak
makan berlebihan daripada bayi yang meminum susu
formula
11. Ayah turut merasa lelah bila ibu menyusui
12. ASI adalah makanan dan minuman yang tepat untuk
bayi
13. ASI lebih mudah dicerna daripada susu formula
14. ASI lebih murah daripada susu formula
15. ASI lebih baik daripada susu formula
16. Ibu yang menyusui tidak boleh mengkonsumsi
alkohol
17. Ibu yang menyusui tidak boleh merokok

35
Lampiran 2. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif
No. Nama Pre Test Kategori Post Test Kategori
1 Ny. N 100 Baik 100 Baik
2 Ny. K 80 Baik 80 Baik
3 Ny. S 60 Sedang 80 Baik
4 Ny. N 70 Sedang 100 Baik
5 Ny. Y 80 Baik 90 Baik
6 Ny. A 90 Baik 100 Baik
7 Ny. U 60 Sedang 70 Sedang
8 Ny. M 90 Baik 100 Baik
9 Ny. D 80 Baik 100 Baik
10 Ny. K 80 Baik 100 Baik
11 Ny. H 90 Baik 100 Baik
12 Ny. S 60 Sedang 70 Sedang
13 Ny. R 70 Sedang 80 Baik
14 Ny. W 90 Baik 100 Baik
15 Ny. R 100 Baik 100 Baik
16 Ny. E 100 Baik 100 Baik
17 Ny. A 100 Baik 100 Baik
18 Ny. Y 90 Baik 90 Baik
19 Ny. S 60 Sedang 70 Sedang
20 Ny. J 90 Baik 100 Baik
21 Ny. S 100 Baik 100 Baik
22 Ny. Y 60 Sedang 80 Baik
23 Ny. N 100 Baik 100 Baik
24 Ny. A 50 Kurang 70 Sedang
25 Ny. N 90 Baik 90 Baik
26 Ny. S 50 Kurang 70 Sedang
27 Ny. A 90 Baik 90 Baik
28 Ny. S 90 Baik 100 Baik
29 Ny. P 50 Kurang 80 Baik
30 Ny. L 90 Baik 100 Baik
31 Ny. R 50 Kurang 80 Baik
32 Ny. N 80 Baik 90 Baik
33 Ny. M 90 Baik 90 Baik
34 Ny. N 60 Sedang 80 Baik
35 Ny. M 50 Kurang 80 Baik
36 Ny. R 50 Kurang 90 Baik
37 Ny. M 90 Baik 100 Baik
38 Ny. W 60 Sedang 80 Baik
39 Ny. R 70 Sedang 80 Baik
40 Ny. K 80 Baik 100 Baik
41 Ny. N 80 Baik 90 Baik

36
42 Ny. S 70 Sedang 80 Baik
43 Ny. N 80 Baik 90 Baik
44 Ny. K 80 Baik 90 Baik
45 Ny. S 90 Baik 100 Baik
46 Ny. L 80 Baik 90 Baik
47 Ny. R 90 Baik 90 Baik

37
Lampiran 3. Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif
No. Nama Pre Test Post Test
1 Ny. N Netral Netral
2 Ny. K Netral Netral
3 Ny. S Netral Netral
4 Ny. N (+) ASI (+) ASI
5 Ny. Y Netral Netral
6 Ny. A Netral Netral
7 Ny. U (+) ASI (+) ASI
8 Ny. M (-) ASI Netral
9 Ny. D Netral (+) ASI
10 Ny. K Netral (+) ASI
11 Ny. H (+) ASI (+) ASI
12 Ny. S Netral (+) ASI
13 Ny. R (+) ASI (+) ASI
14 Ny. W Netral Netral
15 Ny. R Netral (+) ASI
16 Ny. E Netral Netral
17 Ny. A (-) ASI Netral
18 Ny. Y Netral Netral
19 Ny. S (-) ASI Netral
20 Ny. J Netral Netral
21 Ny. S (+) ASI (+) ASI
22 Ny. Y (+) ASI (+) ASI
23 Ny. N Netral (+) ASI
24 Ny. A (-) ASI Netral
25 Ny. N (+) ASI (+) ASI
26 Ny. S (-) ASI Netral
27 Ny. A (+) ASI (+) ASI
28 Ny. S Netral Netral
29 Ny. P (+) ASI (+) ASI
30 Ny. L (+) ASI (+) ASI
31 Ny. R (-) ASI Netral
32 Ny. N Netral (+) ASI
33 Ny. M Netral (+) ASI
34 Ny. N (-) ASI (-) ASI
35 Ny. M Netral (+) ASI
36 Ny. R (+) ASI (+) ASI
37 Ny. M Netral (+) ASI
38 Ny. W (+) ASI (+) ASI
39 Ny. R (+) ASI (+) ASI
40 Ny. K (-) ASI (+) ASI
41 Ny. N Netral (+) ASI

38
42 Ny. S (+) ASI (+) ASI
43 Ny. N (-) ASI (+) ASI
44 Ny. K Netral (+) ASI
45 Ny. S (+) ASI (+) ASI
46 Ny. L Netral (+) ASI
47 Ny. R (+) ASI (+) ASI

39

Anda mungkin juga menyukai