TINJAUAN TEORITIS
2. Pemahaman
Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pemahaman. Cara ini
berdasarkan teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai
adanya pemahaman.
3. Menggunakan model
Cara ini didasarkan atas adanya contoh dalam melakukan tindakan
seperti yang diharapkan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut (Wijayanto, 2015) :
1. Faktor Predisposisi
a. Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh seseorang.
Pendidikan seseorang mempengaruhi pola fikir dalam
menghadapi pekerjaan. Biasanya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat dan dipelajari oleh orang tersebut.
b. Umur
Dalam perjalanan hidup, manusia akan mengalami perubahan
fisik dan mental tergantung dari jenis pekerjaan. Biasanya usia tua
memiliki tenaga fisik lebih terbatas dari pada usia muda.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses dari yang tidak tahu menjadi tahu
melalui hasil dari pengamatan dan pengalaman individu terhadap
suatu hal baru yang dapat berguna bagi individu tersebut.
d. Sikap
Reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu objek. Sikap secara nyata meunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap objek tertentu.
e. Masa Kerja
Pengalaman seseorang dalam bekerja dapat diperoleh berdasarkan
masa kerja, semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin
banyak pula pengalaman yang. Semakin lama seseorang bekerja
maka mereka akan lebih berhati-hati dalam bekerja karena
mereka sudah paham akan risiko akibat dari bekerja jika kurang
hati-hati.
2. Faktor Pemungkin
a. Ketersediaan Alat Pelindung Diri
Perubahan perilaku kadang-kadang membutuhkan dukungan
material dan penyediaan sarana. Alat pelindung diri harus tersedia
baik kecukupan dan jenisnya dalam melindungi seluruh atau
sebagian tubuh.
b. Informasi
Biasanya semakin banyak orang memiliki informasi dapat
mempengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang
dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran
yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
3. Faktor Penguat
a. Pengawasan
Pengawasan termasuk segala usaha penegakan peraturan yang
harus dipatuhi dan salahsatu cara guna meningkatkan keselamatan
kerja.
b. Motivasi
Dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau
berperilaku yang tidak terlepas dari kebutuhan, yaitu suatu
potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon.
c. Kebijakan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit.
d. Hukuman dan Penghargaan
Hukuman adalah konsekuensi yang diterima sebagai bentuk
akibat dari perilaku yang tidak diharapkan. Hukuman tidak hanya
berorientasi untuk menghukum tenaga kesehatan yang melanggar
peraturan melainkan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja
sehingga terlindungi dari kecelakaan kerja.
5. Dukungan rekan
Jika seseorang memiliki dukungan sosial dari teman mereka untuk
tidak patuh, maka ketaatan mungkin akan berkurang.
b. Melalui droplet
Transmisi droplet terjadi ketika partikel droplet yang dikeluarkan
pada saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,
bronkhoskopi, melayang di udara dan akan jatuh mengenai
mukosa atau konjungtiva, untuk itu dibutuhkan APD atau masker
yang memadai, bila memungkinkan dengan masker 4 lapis atau
yang mengandung pembunuh kuman (germ decontaminator).
2. Masker
a. Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika
menggunakan kaitan tali karet atau simpulkan tali di belakang
kepala jika menggunakan tali lepas).
b. Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
c. Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung
dengan kedua ujung jari tengah atau telunjuk.
d. Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan di
bawah
dagu dengan baik.
e. Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat
dengan benar.
3. Gaun Pelindung
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga
bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
4. Sepatu Pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas
dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan
alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal.
Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang
menutup seluruh permukaan kaki.
5. Topi Pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat/daerah steril atau membran mukosa pasien dan
juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari
percikan darah atau cairan tubuh dari pasien.
Indikasi pemakaian topi pelindung:
a. Tindakan operasi
b. Pertolongan dan tindakan persalinan
c. Tindakan insersi CVL
d. Intubasi Trachea
e. Penghisapan lendir massive
f. Pembersihan peralatan kesehatan
2.4 Konsep HAIs (Healthcare Associated Infections)
2.4.1 Pengertian
Healthcare Associated Infections merupakan infeksi yang didapat di
rumah sakit, yang terjadi pada pasien selama perawatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan
tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi
muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Sapardi,. etl al, 2018).
Tabel 2.1 Daftar lokasi utama HAIs dan Lokasi Spesifik HAIs pada
kulit dan jaringan lunak .