I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
SL-PTT Padi Sawah, merupakan salahsatu program pemerintah dalam hal ini
Kementrian Pertanian yang bertujuan untuk merubah perilaku petani dengan
menggunakan pendekatan Experience Learning Cycle sebagai manifestasi dari sistem
Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy).
Desa Gonggang adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan, dengan batas administrasi disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Wonogiri Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar Propinsi Jawa Tengah, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Plaosan, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Parang dan Kecamatan
Ngariboyo. Luas Wilayah Desa Gonggang adalah 10.87 Km2, dengan luas areal sawah
adalah sebesar 182 ha merupakan salah satu sentra produksi padi di Kecamatan Poncol.
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui perkembangan pembangunan pertanian di
Desa Gonggang, dalam hal ini adalah evaluasi dampak dari kegiatan SL-PTT yang telah
dilaksanakan pada tahun 2014, apakah kegiatan SL-PTT tersebut memang berpengaruh
bagi pembangunan pertanian (Padi Sawah) di Desa Gonggang atau tidak. Evaluasi ini
akan berfokus pada dua variabel yaitu: Produksi dan sebaran difusi inovasi
2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya evaluasi dampak di Desa Gonggang Kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan ini adalah:
1) Mengetahui dampak kegiatan SL-PTT bagi Petani di Desa Gonggang, khususnya
anggota kelompok tani Biting, Templek dan Gonggang.
2) Mengetahui tingkat sebaran difusi inovasi itu berkembang di Desa Gonggang.
3) Mengetahui kondisi produksi padi di Desa Gonggang
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Evaluasi Dampak
a. Pengertian
Evaluasi dampak adalah kegiatan menilai perubahan-perubahan dalam kondisi
kehidupan kelompok sasaran, yang diakibatkan oleh program/proyek dan
merupakan hasi kegiatan-kegiatan program/proyek. Dalam konteks ini dapat
diuraikan bahwa kegiatan evaluasi dampak adalah kegiatan menilai perubahan
kondisi kehidupan kelompok sasaran sebagai akibat dari adanya program/proyek,
sehingga dapat diketahui apakah proyek itu efektif atau tidak. Evaluasi dampak pada
umumnya dilaksanakan setelah kegiatan berakhir.
b. Persyaratan Pokok
Ada dua persyaratan pokok untuk melakukan evaluasi dampak, yaitu: Tujuan
proyek dan sasaran. Tujuan dan sasaran harus dirumuskan dengan jelas agar
evaluator dapat merumuskan kriteria pencapaiannya, jika tidak dirumuskan dengan
jelas, meka evaluator harus merumuskan semua kegiatan yang telah dilaksankan
sepenuhnya.
c. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan evaluasi dampak adalah untuk mengatahui apakah semua input telah
diberikan sesuai rencana dan jadwal ataukah tidak? Kemudian apakah tujuan dan
sasaran kegiatan telah tercapai ataukah tidak?
Kegunaan evaluasi dampak adalah untuk mengetahui relevansi, efektifitas,
efisiensi dan manfaat program serta menyempurnakan perencanaan dan pelaskanaan
program.
d. Cara Melakukan Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak dapat dilakukan melalui: studi lanjut pasca program,
menggunakan ekspert (tenaga ahli), evaluasi oleh peserta dan evaluasi oleh
pengelola/manajer.
2. SL-PTT
a. Pengertian PTT dan SL-PTT
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) adalah suatu
pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi
yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani
serta bersifat spesifik lokasi.
SL-PTT adalah suatu tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan
teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergi dan
berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien.
b. Prinsip-prinsip PTT
PTT adalah suatu pendekatan ekoregional yang ditempuh untuk meningkatkan
produktivitas tanaman pangan dengan memperhatikan:
1) Prinsip-prinsip efisiensi. Dengan pendekatan PTT diharapkan selain
produktivitas naik, biaya produksi optimal, produk berdaya saing dan
lingkungan terpelihara.
2) Dalam pengembangan inovasi teknologi dengan pendekatan PTT, digunakan
prinsip sinergisme, yaitu bahwa pengaruh komponen teknologi secara bersama
terhadap produktivitas lebih tinggi dari pengaruh penjumlahan dan komponen
teknologi sendiri-sendiri.
3) Karena lahan pertanian mempunyai tingkat kesesuaian bagi tanaman pangan
yang berbeda antara sentra produksi dan di dalam sentra produksi, maka
kombinasi komponen teknologi dapat berbeda antara sentra produksi satu
dengan lainnya.
4) Tahapan Penerapan PTT
Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu bersama petani
melakukan pengamatan dan menganalisa potensi lahan yang dimiliki,
infrastruktur pendukungnya dan permasalahan yang ada, menentukan pemilihan
komponen teknologi PTT yang spesifik lokasi dll. Pada tahap ini dapat
diketahui keinginan dan harapan petani, karakteristik lingkunga biofisik, kondisi
sosial ekonomi, budaya petani setempat dan masyarakat sekitar.
Langkah kedua adalah menyusun komponen teknologi yang sesuai dengan
karakteristik dan masalah di daerah pengembangan. Komponen teknologi
tersebut bersifat dinamis yaitu mengalami perbaikan dan perubahan, sesuai
dengan perkembangan inovasi dan masukan dari petani dan masyarakat
setempat.
Langkah ketiga adalah menerapkan teknologi utama PTT di lahan usahataninya
Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi :
a) Penggunaan varietas unggul baru (VUB) berlabel yang berdaya hasil tinggi,
bernilai ekonomi tinggi.
b) Pemupukan berimbang dengan penggunaan pupuk secara berimbang dan
sesuai kebutuhan tanaman spesifik lokasi.
c) Penggunaan pupuk organik berupa kompos dan pupuk kandang sebagai
penyedia hara dan pembenah tanah.
d) Penggunaan alat mesin ( alsin ) berupa alat pra panen dan pasca panen
untuk menekan kerusakan hasil.
e) Pengairan dan pompanisasi dengan pemanfaatan air irigasi, air hujan,
embung, sumur pantek, dan sumber air permukaan (sungai danau, sumur
buatan).
f) Penggunaan benih bermutu dengan varietas unggul akan menghasilkan daya
perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan
perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan
penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.
g) Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang
optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit,menekan
pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan
seragam serta hasil yang tinggi.
h) Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan
ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu
aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang
baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.
i) Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus
pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap
stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan
hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena
kekurangan dan kelebihan air.
j) Perlindungan tanaman dilaksanaka untuk mengantisipasi dan mengendalikan
serangan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan
produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip
dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya pengendalian
denga pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada
diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis,
jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT
atau dampak lain yang merugikan lingkungan.
k) Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang
optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu
tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman,
kadar air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas.
Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan
peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil
panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang
aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga
dan tidak tercecer.
3. Difusi Inovasi
a. Pengertian Difusi dan Inovasi
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Difusi
sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu
dalam jangka aktu tertentu di antara para anggota suatu system. Disamping itu,
difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru
oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap
suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian
yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok
terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses
penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu
masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain,
dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke
bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Tujuan utama
dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan, tekhnologi,
bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial
dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat.
b. Elemen Difusi Inovasi
Dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: suatu
inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu
dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.
1) Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru oleh seseorang.
Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan
individu yang menerimanya.
2) Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan
suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran
komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika
komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara
personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran
interpersonal.
3) Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui
sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap
keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi
waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan
seseorang (relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi), dan (c)
kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4) Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan
terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai
tujuan bersama.
4. Produksi
Kegiatan produksi sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi karena
menyangkut kebutuhan manusia. Tanpa adanya produksi persediaan konsumsi akan
menjadi langka dan masyarakat akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu, manusia harus berusaha memproduksi barang dan jasa
agar alat pemuas kebutuhannya terpenuhi.
a. Pengertian Produksi
Setiap hari manusia selalu menggunakan barang untuk memenuhi
kebutuhanya. Barang-barang tersebut tidak akan tersedia apabila tidak ada yang
menghasilkanya. Contoh: Di daerah pedesaan para petani mengolah sawah atau
ladangnya untuk menghasilkan barang-barang hasil pertanian seperti padi, jagung,
keledai, tebu, dll. Contoh kegiatan diatas disebut Produksi. Jadi, produksi adalah
kegiatan menghasilkan barang atau jasa.
Menurut ilmu ekonomi, produksi tidak terbatas pada kegiatan menghasilkan
barang atau jasa, tetapi juga kegiatan yang sifatnya menambah nilai atau kegunaan
barang yang sudah ada menjadi lebih tinggi nilainya. Perhatikan contoh berikut.
Tukang kayu yang mengecat kursi hasil buatanya. Pedagang yang membeli sepeda
bekas lalu ia bersihkan, perbaiki, dan dicat kembali lalu dijual. Berdasarkan uraian
di atas, produksi menurut ilmu ekonomi adalah setiap kegiatan yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan/menaikan nilai kegunaan barang/jasa.
b. Tujuan Produksi
Tujuan kegiatan produksi, antara lain:
1) Menghasilkan/menciptakan suatu barang.
2) Menambah serta meningkatkan nilai guna barang yang sudah ada.
3) Memenuhi kebutuhan manusia.
4) Memperoleh tambahan penghasil untuk mendapatkan alat pemuas lainya.
2) Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan sebagaimana tercantum pada tabel 2.
Tabel 2. Alat Ukur
No Indikator Alat Ukur
1 Penambahan Perbandingan Jumlah Produksi antara sebelum
Produksi adanya kegiatan SL-PTT dengan setelah adanya
kegiatan SL-PTT
Kualitas Produksi Perbandingan Kualitas Produksi antara sebelum
adanya kegiatan SL-PTT dengan setelah adanya
kegiatan SL-PTT
Persediaan Gabah Perbandingan jumlah persediaan gabah petani di
Petani rumah/gudang sendiri antara sebelum adanya
kegiatan SL-PTT dengan setelah adanya kegiatan SL-
PTT
2 Jumlah Perbandingan jumlah petani yang menerapkan pola
petani lain yang PTT setelah adanya SL-PTT dengan sebelum adanya
ikut mengadopsi SL-PTT.
SL-PTT
Wilayah Peningkatan penyebaran inovasi oleh petani setelah
Difusi Inovasi adanya SL-PTT
Frekwensi Perbandingan frekwensi pertemuan antar petani
Pertemuan antar dengan kelompok tani lain sebelum dengan sesudah
petani adanya SL-PTT
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran menggunakan Skala Likert dengan keterangan skor nilai
adalah sebagai berikut:
4: sangat meningkat
3: meningkat
2: tetap
1: menurun
Data diatas menunjukan jawaban responden terhadap kuisioner yang diberikan ada 2
pertanyaan yang dijawab seragam (100%) oleh responden yaitu pertanyaan tentang kualitas beras
yang kualitasnya tetap dan ada peningkatan difusi inovasi ditingkat desa. Sehingga dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa setelah adanya kegiatan SL-PTT ada proses difusi yang dilakukan oleh
anggota dan pengurus kelompok tani, namun karena lingkup mereka berada di pedesaan dan pada
umumnya jarang berinteraksi dengan masyarakat luar desa.
Komunikasi tentang pendekatan SL-PTT 100% meningkat di Desa Gonggang. Sedangkan
dalam aspek peningkatan kualitas beras, kondisinya masih tetap, kualitas beras hasil usahatani
padi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti ketapatan kekeringan gabah, kualitas
penggilingan dll.
Selain dengan mengelompokan persepsi berdasarkan jawaban dilakukan pula kegiatan
mengevalusi dampak terkait dengan bobot pertanyaan (skala likert) yang disajikan dalam
Penilaian berdasarkan penentuan skala likert.
Dalam aspek peningkatan produksi, dapat dikatakan bahwa SL-PTT padi sawah di desa
Gonggang memberikan dampak yang baik pada peningkatan produksi, terbukti dalam tabel rata-
rata peningkatan produksi gabah memberikan nilai rata-rata yang paling tinggi, 2,89. Hal ini
membuktikan bahwa teknologi SL-PTT yang diadopsi oleh petani dapat mempengaruhi
peningkatan produksi dalam kuantitas.
Tetapi, dalam aspek kualitas, terutama perubahan kualitas beras, hasil evaluasi
menunjukan bahwa 100% responden menjawab, produksi kuantitas tidak berdampak pada
peningkatan kualitas beras.
Dari hasil analisa evaluasi terhadap difusi inovasi, menyatakan bahwa SL-PTT
memberikan dampak yang jelas bagi penyebaran inovasi yang dilakukan oleh petani di tingkat
desa, hal ini karena aksesibilitas dan mobilitas mereka yang terbatas di pedesaan, sehingga
komunikasi mereka lebih sering dilakukan di pedesaan, SL-PTT tidak memberikan dampak yang
begitu signifikan bagi peningkatan frekwensi pertemuan yang dilakukan kelompok dan dan
penyebaran informasi di luar desa.
Aksesibilitas, mobilitas dan komunikasi kelompok tani antar desa menjadi masalah,
sehingga proses difusi menjadi terhambat. SL-PTT juga tidak otomatis menjadikan anggota
kelompok secara kesuluruhan mampu dan mau menerapkan polanya.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil analisa evaluasi dampak SL-PTT terhadap peningkatan produksi dan difusi
inovasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Evaluasi berdampak positif pada peningkatan produksi gabah petani secara umum
di Desa Gonggang.
2. SL-PTT tidak berdampak pada peningkatan kualitas beras yang dihasilkan.
3. Difusi inovasi ditingkat desa meningkat dan dilakukan oleh petani.
4. Pertemuan petani tidak begitu besar dan drastis peningkatannya setelah dilakukan
kegiatan SL-PTT.