Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


DIABETES MELLITUS TIPE 2

OLEH :

DI SUSUN :
KELOMPOK 5

MULIATI HAYA
DEWI PURNAMASARI 1801084
RESKI IDA HASTUTI 1801069
RECHAN HANDAYANI 1801118
RESKY PUTRI SAHRAS
NUR AMALIA S 1801115
SUSILAWATI 1801080
ANDRIANI 1801070

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum wr. wb


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Mellitus Tipe 2

Penulis menyadari bahwa mkalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

sebab itu dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami berbagai kesulitan


baik dari segi penyusunannya maupun dalam penerapan teori Asuhan
Keperawatan. Ini semua disebabkan karena kemampuan dan pengetahuan penulis
masih terbatas, tetapi berkat usaha, do’a, petunjuk dan motivasi dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Makassar, April 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism
karbohidrat, protein, dan lemak yang disebebkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan
neuropati. (Nurarif, 2015)
International Diabetes Federation (IDF) menybebutkan bahwa
prevalensi diabetes mellitus di dunia adalah 1,9 % dan telah menjadikan
DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia. Tingginya
prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan oleh factor resiko yang
tidak dapat diubah misalnya jenis kelamin, umur, dan factor genetic yang
kedua adalah risiko yang dapat di ubah misalnya kebiasaan merokok,
tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, mengonsumsi alcohol, dan
IMT. Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organtubuh dan menimbulkan berbagai
macamkeluhan, antara lain :gangguan penglohatan, katarak, sakit ginjal,
penyakit jantung, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren. Tidak
jarang , penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota
tubuh kare na terjadi pembusukan. Untuk menurunkan angka kejadian dan
kearahan DM tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya
hidup dan pengobatan eperti obat oral hiperglikemi dan insulin. (F, 2015)
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system endokrin.
C. Manfaat Penulisan
Merupakan bahan bacaan dalam meningkatkan pelayanan
keperawatan serta acuan dalam mengambil langkah-Iangkah dalam
kebijakan demi terwujudnya mutu pelayanan dan penerapan proses
keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, protein, dan lemak yang disebebkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskuler, dan neuropati. (Nurarif, 2015)
Diabetes Mellitus merupakan suatu sindrom kompleks yang
berakibat sejumlah perubahan fisiologik, baik dalam hal proses
metabolik maupun yang berupa gangguan pembuluh darah. (Tamher,
2008)
Diabetes Mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia.
(Baradero, 2009)
Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Klasifikasi klinis :
1) DM
 Tipe I : IDDM
Disebebkan oleh destruksi sel beta pulau Langerhans
akibat proses autoimun.
 Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan
resistensi dan resistensi insulin.resistensi insulin adalah
penurunan kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan gluksa oleh jarinTIgan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati :
- Tipe II dengan obesitas
- Tipe II tanpa obesitas
2) Gangguan Toleransi Glukosa
3) Diabetes kehamilan
b. Klasifikasi resiko statistik
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
2. Etiologi DM Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Factor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat keluarga.
3. Patofisiologi
Apabila jumlah atau dalam fungsi/aktivitas insulin mengalami
defisiensi (kekurangan) insulin, hiperglikemia akan timbul dan
hiperglikemi ini adalah diabetes. Kekuarngan insulin ini bisa
absolut apabila pangkreas tidak mengahsilkan sama sekali
insulin atau menghaslkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak
cukup. Pada tDiabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusu pada permukaan sel. Sebgai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untk mengatasi retensi insulin dan untuk mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatakan akan
kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan
tejadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi ini
yang merupakan ciri khas DM Tipe II, namunmasih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada
DM Tipe II. Meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik
(HHNK)
DM Tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat (selama bethaun-tahun) dan
progresif maka awitan DM Tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi jika gejalanya dialami pasien, gekajanya bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan,iritabilitas, polyuria,
polidipsi,luka yang sukar sembuh, infeksi vagina dan
pandangan kabur.
4. Manifestasi Klinik
a. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air
kecil ( Poliuria ).
b. Meningkatnya rasa haus ( Polidipsia )
c. Meningkatnya rasa lapar ( Polipagi )
d. Penurunan berat badan
e. Kelainan pada mata atau mata kabur
f. Kulit gatal atau infeksi kulit
g. Ketonuria
h. Kelemahan dan keletihan
i. Intolransi glukosa progresif
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa, GDP, GDS, GD2PP

b. Tes Laboratorium DM

c. Tes Saring

d. tes monitoring terapi

e. tes toleransi glukosa

6. Komplikasi
Komplikasi Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi
dua yaitu :
a. Komplikasi akut
Hipoglikemia, diabete ketoasidosis (DKA), dan
hiperglikemik hyperosmolar nonktetik coma (HHNC)
b. Komplikasi kronis
Retinopati diabetic, nefropati diabetic neoropati,
dyslipidemia dan hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Pada DM Tipe II yang diperlukan antara lain:
a.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama
gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lka tidak
sembuh-sembuh, kesemutan, mata
kabur,kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga
mengeluh poliuri, polidipsi, polipagi, dan BB
menurun.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hipertensi, dan diabetes gestasional,
riwayat ISK berulang, penggunaan obat-obatan
seperti steroid, dimetik dan penobarbital, riwayat
mengonsumsi karbohidrat berlebih.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita DM
d. Pemeriksaan fisik
1) Neuro sensori : Disorientasi, mengantuk,
kekacaun mental, reflek tendon menurun.
2) Kardiovaskuler : takikardi/nadi menurun atau
tidak ada, perubahan TD postural hipertensi
distritmia krekel, DVJ (GJK)
3) Pernapasan
4) ; Takipneu pada keadaan istrahat dengan
aktivitas, sesak, batuk tanpa sputum, paralise
otot pernapasan.
5) Gastrointestinal : penurunan BB, distensi
abdomen asietas, dan bising usus
lemah/menurun
6) Eliminasi : urin encer, pucat, kuing, polyuria, urin
berkabut bau busuk, diare
7) Reproduksi : rabbas vagina, keputihan, impotensi
pada pria dan sulit orgasme pada wanta.
8) Musculoskeletal : tonus otot menurun, pulkus
pada kaki, reflek tendon menurun, dan
kesemutan atau berat pada tungkai.
9) Integument : kulit kering dan kemerahan, bola
mata cekung turgor kulit jelek diaphoresis dan
ulserasi/ulkus.
10) Aspek social : stress, depresi dan asietas
2. Diagnose Keperawatan
a. Ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d gangguan keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas jasmani.
b. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis
kerusakan jaringan(luka gangren)
c. Retensi urin b.d inkomplit pengosongan kandung
kemih, sfingter kuat dan poliuri.
d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses
penyakit DM.

3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSIS TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL (NOC) KEPERAWATAN
(NIC)
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional status : Nutrition
kebutuhan tubuh  Nutritional status : management
Definisi : asupan food and fluid - Kaji adanya alargi
nutrisi tidak cukup  Intake makanan
 Nutritional status : - Kaloborasi dengan
untuk memenuhi
nutrient intake ahli gizi untuk
kebutuhan metabolik.
 Weight control
Batasan menentukan jumlah
Kriteria hasil :
karakteristik : kalori dan nutrisi
 Adanya
 Kram abdomen yang dibutuhkan
peningkatan berat
 Nyeri abdomen pasien
badan sesuai
 Menghindari - Anjurkan pasien
dengan tujuan
makanan untuk meningkatkan
 Berat badan ideal
 Berat badan 20 % intake fe
sesuai dengan
atau lebih dibawah - Anjurkan pasien
tinggi badan
berat badan ideal untuk meningkatkan
 Mampu
 Kerapuhan kapiler protein vitamin C
mengidentifikasi
 Diare - Berikan subtansi
kebutuhan nutrisi
 Kehilangan rambut gula
 Menunjukkan
berlebihan - Yakinkan diet yang
peningkatan fungsi
 Bising usus dimakan
pengecapan dari
hiperaktif mengandung serat
menelan
 Kurang makanan untuk mencegah
 Tidak terjadi
 Kuran informasi konstipasi
 Kurang minat pada penurunan berat
- Berikan makanan
makanan badan yang berarti
yang terpilih (sudah
 Penurunan berat dikonsultasikan
badan dengan dengan ahli gizi)
asupan makanan - Ajarkan pasien
adekuat bagaimana membuat
 Kesalahan konsepsi makanan harian
 Kesalahan informasi - Monitor jumlah
 Membran mukosa
nutrisi dan
pucat
kandungan kalori
 Ketidakmampuan - Berikan informasi
memakan makanan
tentang kebutuhan
 Tonus otot menurun
nutrisi
 Mengeluh gangguan
- Kaji kemampuan
sensasi rasa
pasien untuk
 Mengeluh asupan
mendapatkan nutrisi
makanan kurang dari
yang dibutuhkan
RDA (recommended
Nutrition Monitoring
daily allowance) - BB pasien dalam
 Cepat kenyang batas normal
setelah makan - Monitor adanya
 Sariawan rongga penurunan berat
mulut badan
 Steatorea - Monitor tipe dan
 Kelemahan otot jumlah aktivitas
penguyah yang biasa
 Kelemahan otot dilakukan
untuk menelan - Monitor interaksi
Faktor-faktor yang anak atau orangtua
berhubungan : selama makan
 Faktor biologis - Monitor lingkungan
 Faktor ekonomi
selama makan
 Ketidak mampuan - Jadwalkan
menelan makanan
pengobatan dan
 Faktor psikologis tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor
pertumbahan dan
perkembangan
- Monitor perubahan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Kerusakan Integritas NOC NIC
Jaringan  Tissue integrity : Pressure Ulcer
Definisi : Skin and Mucous Prevention Wound
Kerusakan membran  Wound healing : Care
mukosa, kornea, primary and - Anjurkan pasien
integumen atau secondary intention untuk menggunakan
subkutan Kriteria Hasil : pakaian yang longgar
Batasan  Perfusi jaringan - Jaga kulit agar tetap
karakteristik: normal bersih dan kering
 Kerusakan jaringan  Tidak ada tanda- - Mobilisasi pasien
(mis; kornea, tanda infeksi (ubah posisi pasien)
 Ketebalan dan setiap dua jam sekali
membran mukosa,
tekstur jaringan - Monitor kulit akan
integumen atau
normal adanya kemerahan
subkutan)
 Menunjukkan - Oleskan lotion atau
 Kerusakan jaringan
pemahaman dalam minyak/baby oil pada
Faktor yang
proses perbaikan daerah yang tertekan
berhubungan :
kulit dan mencegah - Monitor aktivitas dan
 Gangguan sirkulasi
terjadinya cedera mobilisasi pasien
 Iritan zat kimia
berulang - Monitor status nutrisi
 Kelebihan cairan
 Menunjukkan pasien
 Hambatan mobilitas
terjadinya proses - Memandikan pasien
fisik
penyembuhan luka dengan sabun dan air
 Kurang pengetahuan
 Faktor mekanik hangat
(mis; tekanan, - Observasi luka :
koyakan/robekan, lokasi, dimensi,
friksal) kedalaman, luka,
 Faktor nutrisi (mis; jaringan nekrotik,
kekurangan atau tanda-tanda infeksi
kelebihan) lokal
 Radiasi - Ajarkan keluarga
 Suhu ekstrem tentang luka dan
perawatan luka
- Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP
(tinggi kalori tinggi
protein)
- Cegah kontaminasi
feses dan urin
- Lakukan teknik
perawatn luka dengan
steril
- Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
Retensi urine NOC NIC
Definisi : pengosongan  Urinary Urinary Retention
kandung kemih tidak elimination Care
kompit  Urunary - Monitor intake dan
Batasan karakteristi continence output
 Tidak ada haluaran Kriteria hasil : - Monitor
urine  Kandung kemih penggunaan obat
 Distensi kandung kosong secara antikoliornergik
kemih penuh - Monitor derajat
 Menetas, Disuria  Tidak ada residu distensi bladder
 Sering berkemih urin >100-200 cc - Instruksikan pada
 Inkontinensia aliran  Bebas dari ISK pasien dan
berlebih  Tidak ada spasme keluarga untuk
 Residu urine, bladder mencatat output
berkemih sedikit  Balance cairan
urine
 Sensasi kandung seimbang - Sediakan privacy
kemih penuh untuk eliminasi
Faktor yang - Stimulasi refleks
berhubungan : bladder dengan
 Sumbatan kompres dingin
 Tekanan ureter pada abdomen
tinggi - Katerisasi jika
 Inhibisi arkus reflex, perlu
sfigter kuat - Monitor tanda dan
gejala ISK(panas,
hematuria,
perubahan bau
konsistensi urine)
Urinary Eliminationt
Management
Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : mengalami  Immune status Infection control
 Knowledge :
peningkatan resiko (kontrol infeksi)
infection control
terserang organisme - Bersihkan
 Risk control
patogenik lingkungan setelah
Kriteria hasil :
Faktor-faktor resiko : dipakai pasien lain
 Klien bebas dari
- Pertahankan teknik
 Penyakit kronis
tanda dan gejala
- diabetes melitus isolasi
- obesitas infeksi - Batasi pengunjung
 pengetahuan yang  Mendeskripsikan
bila perlu
tidak cukup untuk proses penularan - Instruksikan pada
menghindari penyakit, factor pengunjung untuk
pemanjatan patogen yang mencuci tangan
 pertahanan tubuh mempengaruhi pada saat
primer yang tidak penularan serta berkunjung dan
adekuat penatalaksaannya setelah berkunjung
- gangguan  Menunjukkan
meninggalkan
peristaltis kemampuan untuk
- kerusakan pasien
mencegah - Gunakan sabun
integritas kulit
timbulnya infeksi antimikrobia untuk
(pemasangan  Jumlah leukosit
cuci tangan
kateter intravena, dalam batas normal - Cuci tangan setiap
presedur invasif)  Menunjukkan sebelum dan
- perubahan sekresi
perilaku hidup sehat sesudah tindakan
pH
- penurunan kerja keperawatan
- Gunakan baju,
siliaris
- pecah ketubah dini sarung tanagan
- pecah ketubah sebagai alat
lama pelindung
- merokok - Pertahankan
- statis cairan tubuh
- trauma jaringan lingkungan aseptik
(mis, trauma selama pemaangan
destraksi jaringan) alat
 Ketidak adekuatan - Ganti letak IV
pertahanan sekunder parifer dan line
- penurunan
central dan dressing
hemoglobin sesuai dengan
- imunosepresi (mis,
petunjuk umum
agen farmaseutikal, - Gunakan kateter
steroid, antibodi intermiten untuk
monoklonal, menurunkan infeksi
imunomudulator) kandung kencing
- supresi respon
- Tingkatkan intake
inflamasi nutrisi
 Vaksinasi tidak - Berikan terapi
adekuat antibiotik bila perlu
 Pemajanan terhadap
infection pretectin
patogen
 Lingkungan (protaksi terhadap
meningkat infeksi)
- Wabah - Monitor tanda dan
 Prose invasif gejala infeksi
 Malnutrisi sistemik dan lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Sering pengunjung
tergadap penyakit
menular
- Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi
luka / insisi bedah
- Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukkan
cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan
kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur
positif

4. Discharge Planning
a. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB
yang ideal.
b. Kurangi konsumsi makanan yang banyak
mengandung gula dan karbohidrat.
c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda
waktu makan karena hal itu akan menyebabkan
fluktuasi kadar gula darah.
d. Mempelajari mencegah infeksi :kebersihan kaki,
hindari perlukaan.
e. Perbanyak mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung serat, seperti sayur dan sereal.
f. Hindari konsumsi makanan yang mengandung
lemak dan mengandung banyak kolestrol LDL,
antara lain : daging merah, produk susu, kuning
telur, mentega, saus salad dan makanan pencuci
mulut berlemak lainnya.
g. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi
konsumsi garam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PERUBAHAN BERAT BADAN DAN BENJOLAN PADA LEHER

A. Skenario 1
Ny. R berusia 35 tahun, dating ke poli klinik Endokrin sebuah
Rumah Sakit, saat dilakukan pengkajian oleh perawat yang bertugas, Ny.S
megatakan pada malam hari sering terbangun buang air kecil dan selalu
merasa haus, klien juga megeluh akhir-akhir ini berat badannya menurun.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan luka borok pada bagian tumit kaki
kirinya, tampak bernanah, berbau khas. Klien mengatakan pernah
mengonsumsi obat penurun gula tapi sejak 1 bulan terakhir tidak lagi
karnea Ny.S merasa obat yang dikonsumsi tidak cocok lagi. Setelah
dilakukan pemeriksaan GDP didapatkan hasil yaitu :200mg/dl.
B. Daftar Pertanyaan
1. Pada penderita diabetes, jka terkena luka sulit disembuhkan, mengapa
demikian ?
2. Mengapa keturunan diabetes beresiko 4 kali terkena diabetes ? apa
penyebabnya sehingga factor keturunan lebih berisiko ?
3. Apa efek penyebab DM terhadap kehidupan seksualitas khususnya
pada wanita ?
4. Bagaimanakah keadaan/kondisi bayi yang dilahirkanoleh ibu yang
mengalami DM Gestasional ?
5. Kenapa DM Tipe II menyerang pada orang dewasa ?
BAB IV
PEMBAHASAHAN
A. Jawaban Pertanyaan
1. Kata Kunci
a. Usia
b. Sering terbangunpada malam hari buang air kecil
c. Selalu merasa haus
d. Penurunan BB
e. Luka borok pada tumit
f. Bernanah dan berbau khas
g. Pernah mengonsumsi obat penurun gula
h. GDP : 200mg/dl
2. Core Problem : Diabetes Mellitus Tipe II
3. Jawaban Klasifikasi pertanyaan
a. Pada penderita diabetes, jka terkena luka sulit disembuhkan,
mengapa demikian ?
Karena pada darah penderita DM, mengadung prietin, glukosa dan
asam amino dimana ketiga bahan ini merupakan factor pendukung
pertumbuha bakteri. Oleh sebab itu jika terjadi luka maka bakteri
tetap tumbuh dengan baik pada daerah luka tersebut.
b. Mengapa keturunan diabetes beresiko 4 kali terkena diabetes ? apa
penyebabnya sehingga factor keturunan lebih berisiko ?
Diabetes mellitus dalam bahasa sehri hari disebut kencing
manis adalah suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebab tidak dapat
digunakan oleh tubuh. Pada orang normal, karbohidrat (berbagai
jenis tepung dan gula) yang dimakan akan diubah menjadi glukosa
di dalam saluran pencernaan.
Glukosa ini kemudian akan dibawa oleh darah ke seluruh
tubuh dan masuk ke dalam sel untuk dimanfaatkan antara lain
sebagai bahan baku energi. Masuknya glukosa ke dalam sel
berlangsung dengan bantuan insulin, yaitu sejenis hormon yang
diproduksi oleh kelenjar pankreas. Insulin berperan layaknya
kunci yang membuka jalan masuk glukosa ke dalam sel.
Pada penderita diabetes mellitus atau DM, gula tidak dapat
atau sukar masuk ke dalam sel. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya
hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas, atau karena sel
tidak dapat memberikan respon yang baik terhadap insulin
walaupun insulinnya sendiri sebenarnya cukup jumlahnya. Dalam
bahasa ilmiah dikatakan karena kurangnya jumlah atau aktivitas
reseptor insulin yang terdapat pada sel.
Akibatnya gula akan menumpuk di dalam darah, tidak
dapat dimanfaatkan oleh tubuh dan akhirnya dibuang melalui air
seni. Gangguan metabolisme karbohidrat ini menyebabkan tubuh
kekurangan energi. Itu sebabnya penderita DM umumnya terlihat
lemah, lemas dan tidak bugar. Gejala lain yang umum dirasakan
penderita diabetes antara lain sering buang air kecil, mudah lapar,
sering haus, penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, dan gatal-gatal yang
seringkali sangat mengganggu.
c. Apa efek penyebab DM terhadap kehidupan seksualitas
khususnya pada wanita ?
1) Kekeringan vagina
2) Infeksi vagina
3) Masalah orgasme
d. Bagaimanakah keadaan/kondisi bayi yang dilahirkanoleh ibu yang
mengalami DM Gestasional ?
Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan DM Gestasional akan
mengalami :
- Mempunyai wajah berubai (menggembung)
- Pletoris ( wajah Tomat)
- Badan montok dan bengkak
- Kulit kemerahan
- Placenta dan tali pusat lebih besar dari rata rata
- Hipoglikemia
- Hiperbilirubin
- hipokalsemia

B. Informasi Tambahan
1. Jurnal Ilmiah

2. Diagnosa Banding

Diabetes Mellitus Tipe II Diabetes Mellitus Tipe I


Diabetes Mellitus adalah gangguan Diabetes Mellitus adalah gangguan
metabolism yang ditandai dengan metabolism yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan hiperglikemia yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolism dengan abnormalitas metabolism
karbohidrat, protein, dan lemak yang karbohidrat, protein, dan lemak yang
disebebkan oleh penurunan sekresi disebebkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau penurunan sensitivitas
insulin atau keduanya dan insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskuler, dan mikrovaskular, makrovaskuler, dan
neuropati. neuropati.
Penyebabnya antara lain : Penyebabnya antara lain:
Disebabkan oleh kegagalan relative sel Diabetes yang tergantung insulin
beta dan resistensi insulin. Factor resiko ditandai dengan kehancuran sel sel beta
yang berhubungan dengan proses pankras yang disebabkan oleh :
terjadinya diabetes tipe II : usia, Factor genetic penderita tidak mewarisi
obesitas, riwayat keluarga. diabetes tipe itu sendiri, tatpi mewarisi
sesuatu predisposisi atau
kecenderungan genetic kea rah
terjadinya diabetes tipe I, faktor
imunlogi, faktor lingkungan : virus atau
toksin dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan ekstrusi beta.
PENYIMPANGAN KDM DIABETES MELLITUS

DM Tipe I DM Tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetil, dll

sel β pancreas hancur Jmh sel β pancreas menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Lipolisis meningkat

Penurunan BB polipagi

Glukosuria Glukoneogenesis Gliserol asam lemak


meningkat bebas meningkat

Diuresis Osmotik Kehilangan elektrolit urine Ketogenesis

Kehilangan cairan hipotonik

Polidipsi Hiperosmolaritas ketoasidosis ketonuria

coma
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. (2009). Seri Asuhana KEperawatan Klien Gangguan Endokrin.
Jakarta: ECG.
F, R. N. (2015, Februari). Diabetes Mellitus Tipe 2 Volume 4 Nomor 5, p. 93.
Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Jogjakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA-NIC NOC. Jogjakarta: MediAction.
Tamher, S. (2008). Patologi Unutk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta Timur:
Penerbit Buku Kesehatan.
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta Timur: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai